Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat taufiq dan
hidayah-Nya lah penulisan makalah ini dapat disesuaikan.
Saya selaku penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari
Anda demi perbaikan selanjutnya.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya pembuatan makalah ini
terutama kepada Bapak / Ibu guru selaku pembimbing kami.
Terlepas dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan dan
penulisannya yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga penulisan
makalah ini bermanfaat khususnya kepada saya selaku penulis dan umumnya
kepada pembaca.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Masa Pra Sejarah 2
B. Asal Usul Lamongan 2
C. Masa Perkembangan Hindu 3
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat
tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di
sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan
Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara
Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera,
lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan
sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang ada di Indonesia berjumlah 129.
Angka itu merupakan 13% dari jumlah gunung api aktif dunia. Dengan demikian
Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa bumi. Di
beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa
bumi dengan sumber berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan
gelombang Tsunami.
Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan
gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit
pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air
pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi
mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas
tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam,
maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas maka kami merumuskan masalah yang
perlu ditanggulangi sebagai berikut :
1) Faktor apa saja yang menyebabkan bencana tanah longsor ?
2) Bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana
tanah longsor ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanah Longsor


Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah
longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan
menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

B. Jenis-jenis Tanah Longsor


Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran
translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang
paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.

5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-
tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.

6. Aliran Bahan Rombakan


Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan
jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di
daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban
cukup banyak.

C. Gejala Umum Tanah Longsor


Gejala-gejala umum yang biasanya timbul sebelum terjadinya bencana tanah
longsor adalah :
Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
Biasanya terjadi setelah hujan.
Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

D. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tanah Longsor


Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan
batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh
besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar.
Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan
dan merekahnya tanah permukaan.

Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat
mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi
biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam
waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah
yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang
terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal


Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini
sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan
pecah ketika hawa terlalu panas.

4. Batuan yang kurang kuat


Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran
antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan
terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
5

penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang


longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin,
dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan
jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.

7. Susut muka air danau atau bendungan


Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi
hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan
tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

8. Adanya beban tambahan


Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan
pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan
retakan yang arahnya ke arah lembah.

9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.

10. Adanya material timbunan pada tebing


Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material
gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi
patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri :

Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.


Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur
dan subur.
Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada
longsoran lama.
Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
Longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)


Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:
Bidang perlapisan batuan
Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak
melewatkan air (kedap air).
Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai
bidang luncuran tanah longsor.

13. Penggundulan hutan


Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana
pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah
banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran
hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di
Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

7
E. Wilayah Rawan Tanah Longsor
Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya
kerugian yang ditanggung akibat bencana tanah longsor sekitar Rp 800 miliar,
sedangkan jiwa yang terancam sekitar 1 juta.
Daerah yang memiliki rawan longsor :
Jawa Tengah 327 Lokasi
Jawa Barat 276 Lokasi
Sumatera Barat 100 Lokasi
Sumatera Utara 53 Lokasi
Yogyakarta 30 Lokasi
Kalimantan Barat 23 Lokasi
Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur.

DAFTAR KEJADIAN DAN KORBAN BENCANA TANAH LONGSOR 2003-2005


No. Propinsi Jumlah
Kejadian Korban Jiwa RH RR RT LPR
(ha) JL
(m)
MD LL
1. Jawa Barat 77 166 108 198 1751 2290 140 705
2. Jawa Tenah 15 17 9 31 22 200 1 75
3. Jawa Timur 1 3 - - 27 - 70 -
4. Sumatera Barat 5 63 25 16 14 - 540 60
5. Sumatera Utara 3 126 - 1 40 8 - 80
6. Sulawesi Selatan 1 33 2 10 - - - -
7. Papua 1 3 5 - - - - -
Jumlah 103 411 149 256 1854 2498 751 920

Keterangan :
MD : Meninggal dunia
ML : Luka - luka
RR : Rumah rusak
RH : Rumah hancur
RT : Rumah terancam
BLR : Bangunan lainnya rusak
BLH : Bangunan lainnya hancur
LPR : Lahan petanian rusak ( dalam hektar)
JL : Jalan terputus
8
Tampak bahwa kejadian bencana dan jumlah korban bencana tanah longsor di
Propinsi Jawa Barat lebih besar dibandingkan dengan propinsi lainnya. Hal demikian
disebabkan oleh faktor geologi, morfologi, curah hujan, dan jumlah penduduk serta
kegiatannya.

F. Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor


Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di
suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan
wilayah agar terhindar dari bencana.
Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan
dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan
wilayah.
Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang
ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah
Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.

G. Tindakan Yang Bisa Dilakukan Selama dan Sesudah Tanah Longsor


1. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan
pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, antara lain:
Kondisi medan
Kondisi bencana
Peralatan
Informasi bencana

2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan
sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi
korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.

3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor,
karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah
longsor hampir 100%.

10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah air yang meresap ke dalam
tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah
kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan
tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk.
Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan,
punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran
sumber gempa bumi.

B. Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk
tempat-tempat hunian, antara lain:
Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
Vegetasi kembali lereng-lereng.
Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah
longsor adalah :
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
pemukiman
Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila membangun
permukiman
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melalui retakan.
Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
Dan sebagainya

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia. 2007. Tanah Longsor. http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor.


diakses Maret 2008.
2. Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.
3. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan Gerakan
Tanah. Jakarta : Mancamedia.

Related Post:
Gambar Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Duka kembali menerpa Indonesia, kali
ini Yang Di coba dengan Bencana adalah wilayah Banjarnegara Jawa Tengah, Bencana
Tanah Longsor Melululantakkan beberapa dusun di wilayah Banjarnegara, dan dari sumber
informasi media ada sekitar 50-an lebih korban jiwa.
Bencana longsor di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah terjadi dua kali dalam kurun waktu
kurang dari 10 tahun. Sebelumnya, pada tahun 2006 di awal bulan Januari, bencana tanah
longsor menimpa kawasan Dusun Gunung Raja, Desa Sijeruk Kecamatan Banjarmangu yang
menyebabkan 90 korban meninggal tertimbun longsoran. Setelah itu, pertengahan Desember
2014, gerakan massa (mass movement) bergerak meratakan kawasan pedusunan Sijemblung
Desa Sampang, yang hingga saat ini masih terus dilakukan evakuasi korban yang tertimbun
longsoran tanah.
Gerakan tanah (landslide) didefinisikan secara sederhana sebagai pergerakan masa batuan,
debris atau tanah menuju bagian bawah lereng. Di dalam SNI 13-6982.2 tentang pemeriksaan
lokasi bencana gerakan tanah, gerakan tanah didefinisikan sebagai perpindahan material
pembentuk lereng, berupa batuan, bahan timbunan, tanah, atau material campuran yang
bergerak ke arah bawah dan keluar lereng (BSN, 2004). Gerakan tanah (longsoran)
merupakan salah satu peristiwa alam yang sering menimbulkan bencana dan kerugian
material yang tidak sedikit.
Kondisi alam (geografis) dan aktivitas manusia merupakan salah satu faktor penyebab akan
terjadinya gerakan tanah tersebut. Faktor alam yang menjadi penyebab terjadinya gerakan
tanah antara lain yang paling mendasar adalah tingginya curah hujan, kondisi tanah, intensitas
pelapukan batuan (tinggi hingga sangat tinggi), vegetasi penutup, dan faktor kestabilan
lereng, selain faktor kegempaan sebagai pemicunya. Disisi lain faktor aktivitas manusia juga
dapat menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah, sebagai contoh misalnya penggunaan
lahan yang tidak teratur dan tidak tepat peruntukannya, seperti pembuatan areal persawahan
pada lereng yang terjal, pemotongan lereng yang terlalu curam, penebangan hutan yang tidak
terkontrol, dan sebagainya.
Gerakan tanah dapat juga terjadi karena adanya penurunan nilai faktor keamanan lereng.
Perubahan nilai faktor keamanan disebabkan oleh perubahan pada kekuatan gaya penahan
(resisting force) dan gaya pendorong (driving force). Kejadian longsoran tanah (landslide) di
Kabupaten Banjarnegara terletak pada daerah yang mempunyai topografi bergelombang kuat
hingga pegunungan, yaitu Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan, yang
membujur barat-timur dan dipisahkan oleh Sungai Serayu yang membentuk lembah serta
kondisi geologi yang kompleks.
Kestabilan wilayah Kabupaten Banjarnegara sangat dipengaruhi dan dikontrol oleh kondisi
geologi yang ada, yaitu batuan dan struktur geologi yang kompleks serta topografi yang
berelief kuat serta bervariasi. Mengacu pada pembagian fisiografi Jawa Tengah (van
Bemmelen, 1949), maka wilayah Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Karangkobar
termasuk dalam Zona Pegunungan Serayu Utara bagian tengah. Secara bentukan bentang
alam atau unit geomorfologi daerah sekitar wilayah Banjarnegara. Menurut klasifikasi van
Zuidam (1983) secara umum dapat dibagi menjadi beberapa satuan geomorfologi, antara lain
berupa: Satuan Geomorfik Fluvial dengan Subsatuan Dataran Banjir, Satuan Geomorfik
Bentukan Struktur, serta Satuan Geomorfik Volkanik dengan Subsatuan Geomorfik Endapan
Lahar.
Menyimak faktor kondisi geologi yang menyusun wilayah Banjarnegara berdasarkan Peta
Geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, Jawa skala 1:100.000 (terbitan PSG Bandung
Tahun 1996), maka wilayah zonasi bencana gerakan tanah (longsoran) yang terjadi di sekitar
wilayah Dusun Sijemblung Desa Sampang tersusun oleh litologi yang berupa:
Titik awal (Mahkota atau source area) longsoran, kemungkinan berupa litologi dari
Anggota Lempung Formasi Ligung (QTlc) yang didominasi oleh batu lempung tufan dan
batu pasir tufan (tuffaceous claystone and tuffaceous sandstone), dan batuan volkanik Kuarter
yang telah lapuk lanjut (strong weathered), dapat berupa berupa batuan piroklastika dan
breksi aliran, sesuai dengan posisi penyebaran Peta Geologi Regional, di mana lokasi
longsoran tersusun oleh litologi QTlc (warna hijau) dan litologi Qjm (warna coklat pada Peta
Geologi).
Tempat material longsoran terendapkan (depositional toe), kemungkinan pada daerah
dengan peruntukan lahan sebagai daerah sawah irigasi berbentuk teras/undak yang
didominasi oleh litologi batuan volkanik Kuarter (endapan lahar) dan alluvium berupa Qjo
(warna coklat pada Peta Geologi).
Secara umum kondisi Geologi penyusun daerah longsoran di Dusun Sijemblung Desa
Sampang meliputi beberapa satuan/formasi (dari tua ke muda) yaitu : Formasi Rambatan
(Tmr, warna kuning pada Peta Geologi) yang tersusun oleh litologi batuan sedimen detritus
halus berupa serpih, napal dan batupasir gampingan; Batuan Terobosan berupa gabro (Tmpi)
dan diorite (Tmd) dengan warna merah pada Peta Geologi; kemudian batuan berumur Kuarter
berupa Anggota Lempung Formasi Ligung (QTlc) yang tersusun oleh litologi batulempung
tufan dan batupasir tufan; dan yang menutupi bagian atas paling muda tersusun oleh Batuan-
batuan Gunungapi Jembangan yang didominasi oleh lava andesit dan batuan klastika
gunungapi (Qjm, Qjo, dan Qjya). Kondisi topografi secara umum memperlihatkan keadaan
yang bergelombang cukup kuat dan curam, di mana keadaan yang demikian ini diakibatkan
oleh kontrol struktur geologi dan kondisi litologi/batuan penyusunnya. Sedangkan kontrol
struktur geologi yang terekam dalam Peta Geologi Regional didominasi sesar-sesar normal,
sesar geser dan sesar naik.
Tanah longsor dapat juga terjadi karena adanya peningkatan kandungan air pada lapisan
tanah pelapukan yang bersifat porous seiring dengan curah hujan yang tinggi (sangat tinggi),
sehingga terjadi penjenuhan pada tanah pelapukan dan batuan permukaan. Penjenuhan ini
mengakibatkan bertambahnya bobot masa tanah dan meningkatnya tekanan pori, sehingga
tahanan geser menjadi berkurang. Kemiringan lereng yang terjal (biasanya >45) semakin
memperkuat untuk terjadinya keruntuhan. Kontak antara tanah pelapukan yang cukup tebal
dengan litologi batulempung tufan bertindak sebagai bidang gelincir. Material longsoran
bergerak mengikuti lembah dan menggerus tebing lembah yang dilaluinya, sehingga semakin
meningkatkan volume material rombakan yang dibawa.
Banyaknya volume material rombakan yang kemudian tercampur dengan air sungai yang
dilaluinya mengakibatkan viskositas semakin meningkat, sehingga aliran bahan rombakan ini
menjangkau areal yang cukup jauh dan merusak serta menimbun sarana dan prasarana yang
dilaluinya. Faktor lain, kemungkinan dari faktor hidrogeologi yang berpengaruh dalam
gerakan tanah adalah sifat resapan air/permeabilitas tanah di lokasi longsoran yang relatif
kecil. Penyebab gerakan tanah yang terkait dengan faktor keairan ini antara lain sifat fisik-
mekanik tanah yang dipicu oleh air tanah, pengaturan air permukaan yang kurang baik,
penambahan kadar air yang berlebihan, kadar air yang terlalu besar pada daerah lereng, serta
luapan air yang berlebihan pada waktu hujan yang tidak segera dapat dibuang. Disisi lain,
longsor (landslide) yang terjadi pada senja hari (awal ufuk Magrib) di Dusun Sijemblung
Desa Sampang yang berada pada wilayah pegunungan (elevasi sekitar 900 meter) telah
mengagetkan semua pihak akan terulangnya kembali bencana akibat tanah longsor yang
kemungkinan besar disebabkan oleh peningkatan kadar air dalam tanah akibat curah hujan
yang sangat tinggi. Sebagai salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki tingkat
kerentanan gerakan tanah cukup tinggi (umumnya berada pada lahan kritis dan labil) yang
berada pada wilayah yang rawan bencana geologi, seperti gerakan tanah tipe landslide, maka
sudah seyogyanya harus selalu memahami kondisi alam tempat kita berpijak dan selalu
meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman gerakan tanah yang dapat menimbulkan
bencana harta dan jiwa. Pemahaman mengenai petunjuk awal (precursor) terjadinya gerakan
tanah merupakan hal yang penting dalam mendukung keberhasilan mitigasi gerakan tanah
dan akan sangat menguntungkan, sehingga dapat menghindarkan diri sebelum bencana
datang dan selalu siap siaga
Lantas gimana gambar bencana tanah longsor Banjarnegara ?? berikut ini Beberapa Gambar
bencana Longsor banjarnegara yang kami himpun dari beberapa media nasional:
Gambar Bencana Tanah Longsor Banjarnegara
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah
atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan
sebagai berikut. Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah
bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Mengenal Gerakan Tanah
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia, yaitu: lempeng
Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng India-Australia yang bergerak
saling menumbuk. Akibat tumbukan antarlempeng tersebut, maka
terbentuk daerah penunjaman yang memanjang di sebelah barat Pulau
Sumatera, sebelah selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan
Nusa Tenggara, sebelah utara Kepulauan Maluku, dan sebelah utara
Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan tersebut adalah terbentuknya
palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan,
sebaran gunungapi, dan sebaran sumber gempa bumi.Gunungapi yang
ada di Indonesia berjumlah 129 atau 13 persen dari jumlah gunungapi
aktif dunia. Dengan demikian Indonesia rawan terhadap bencana
letusan gunungapi dan gempa bumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk
pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa bumi dengan sumber di
dasar laut atau samudera dapat menimbulkan gelombang tsunami.

Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah


hasil gunung meletus. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar
lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang
berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan
kemiringan sedang hingga terjal, berpotensi mengakibatkan tanah
longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika
perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam,
maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.

Bacaan Terkait;

Belajar Tanah Longsor dengan Video Youtube


Cara Mendeteksi Potensi Longsor di bawah Laut
Waspada Longsor di Musim Hujan

Jenis-Jenis Tanah Longsor


Ada enam jenis tabanyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran
bahan rombakan.
1. Longsoran translasi adalah bergeraknya massa
bidang gelincir berbentuk rata atau menggelom

Longsoran Translasi
2. Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tan
bidang gelincir berbentuk cekung.

Longsoran Rotasi
3. Pergerakan blok adalah perpindahan batuan ya
gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut ju
blok batu.

Pergerakan Blok
4. Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar ba
bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. U
lereng yang terjal hingga menggantung, terutam
batu besar yang jatuh dapat menyebabkan keru

Runtuhan Batu
5. Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis
tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup
rayapan ini bisa menyebab-kan tiang-tiang tele
miring ke bawah.

Rayapan Tanah
6. Aliran Bahan Rombakan Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tana
air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiring
tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya
lembah dan mampu mencapai ratusan meter ja
tempat bisa sampai ribuan meter, seperti di da
sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat mene

Gejala Umum Tanah Longsor


Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah
tebing.
Biasanya terjadi setelah hujan.
Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

Penyebab Terjadinya Tanah Longsor


Pada prinsipnya, tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng
lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah, sedangkan
gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban,
serta berat jenis tanah/batuan.
Faktor Penyebab Tanah Longsor
1. Hujan

Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November seiring


meningkatnya intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam
jumlah besar. Muncul-lah pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi
retakan dan rekahan tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan
menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun dengan cepat
mengembang kembali. Pada awal musim hujan, kandungan air pada
tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim
dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah,
air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan,
pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan.
Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.

2. Lereng terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.


Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air
laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor
adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya
mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat
dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng > 220. Tanah
jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama bila
terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika
udara terlalu panas.

4. Batuan yang kurang kuat

Pada umumnya, batuan endapan gunungapi dan batuan sedimen


berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung kurang
kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses
pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila
terdapat pada lereng yang terjal.

5. Jenis tata lahan

Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,


perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan
membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah
terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya
adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

6. Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan,


getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang
ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.

7. Susut muka air danau atau bendungan

Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan
lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah
terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh
retakan.

8. Adanya beban tambahan

Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan


kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor,
terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya
adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke
arah lembah.

9. Pengikisan/erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu
akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan
menjadi terjal.

10. Adanya material timbunan pada tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya


dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan
pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli
yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi
penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

11. Bekas longsoran lama


Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi
pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau
pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran
lama memilki ciri:

Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal


kuda.
Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena
tanahnya gembur dan subur.
Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas
longsoran kecil pada longsoran lama.
Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan
longsoran kecil.
Longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)

Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:

Bidang perlapisan batuan


Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan
yang kuat.
Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan
batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang
padat.
Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat
berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.

13. Penggundulan hutan

Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul


dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

14. Daerah pembuangan sampah


Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah
dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi
ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini
menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
WILAYAH RAWAN TANAH LONGSOR
Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia dan longsor
menjadi bencana alam di Indonesia yang sering terjadi. Setiap tahunnya
kerugian yang ditanggung akibat bencana tanah longsor sekitar Rp 800
miliar, sedangkan jiwa yang terancam sekitar 1 juta.

Daerah yang memiliki rawan longsor

Jawa Tengah 327 Lokasi

Jawa Barat 276 Lokasi

Sumatera Barat 100 Lokasi

Sumatera Utara 53 Lokasi

Yogyakarta 30 Lokasi

Kalimantan Barat 23 Lokasi

Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur.

Tampak bahwa kejadian bencana dan jumlah korban bencana tanah


longsor di Propinsi Jawa Barat lebih besar dibandingkan dengan
propinsi lainnya. Hal demikian disebabkan oleh faktor geologi, morfologi,
curah hujan, dan jumlah penduduk serta kegiatannya.
PENCEGAHAN TERJADINYA BENCANA TANAH
LONGSOR
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas
di dekat pemukiman (gb. Kiri) Buatlah terasering (sengkedan) [ada
lereng yang terjal bila membangun permukiman (gb. kanan)

Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke
dalam tanah melalui retakan. (gb. kiri) Jangan melakukan penggalian di
bawah lereng terjal. (gb. kanan)

Jangan menebang pohon di lereng (gb. kiri) Jangan membangun rumah


di bawah tebing. (gb. kanan)

Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal (gb.kiri)


Pembangunan rumah yang benar di lereng bukit. (gb.kanan)
Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal. (gb.kiri)
Pembangunan rumah yang salah di lereng bukit. (gb.kanan)

Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak. (gb.kiri) Jangan


mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi. (gb.kanan)
Bacaan Terkait:

Cara Memperkuat Lereng Agar Tidak Longsor


9 Tanda Kawasan Rawan Longsor

TAHAPAN MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR


Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam
geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau
pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk
melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana..

Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana,
sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.

Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis
secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya,
oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah
tersebut.

Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota
atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat
yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara
antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga
secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah

Pemeriksaan bencana longsor

Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana


dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda
bencana tanah longsor.
SELAMA DAN SESUDAH TERJADI BENCANA
1. Tanggap Darurat

Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah


penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak
bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:

Kondisi medan
Kondisi bencana
Peralatan
Informasi bencana

2. Rehabilitasi

Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial,


ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan
tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak
berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah
longsor sulit dikendalikan.

3. Rekonstruksi

Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor


tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang
disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-
bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah


untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa
menyerap).
Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pem-
bangunan).
Vegetasi kembali lereng-lereng.
Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan
lokasi hunian.

Sumber: http://piba.tdmrc.org
Animasi Tanah Longsor

Animasi Longsor di Jalan Po Shan Kota Hongkong Tahun 1972

Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan anda


tentang Bencana Alam.

Perdalam ilmu anda dengan cara membaca artikel lain terkait Tanah
Longsor.
Bagikan ke Kawan-Kawan Anda..!!!
[sgmb id=1]

Artikel ini bersumber dari: http://www.ibnurusydy.com/geo-


bencana/longsor/#ixzz4x4S7PDpQ
Follow us: @melek_bencana on Twitter | MelekBencana on Facebook
MAKALAH TANAH LONGSOR

TANAH LONGSOR

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas PLH

Di Susun Oleh :Tatang Ismail


:Trijan Nurjayadi
:Sujian Pandina
:Saeful Hidayat
:Rudi Ardiansyah
:Rizki Nurdiana
:Uus Herdiana
Kelas : XI Ootmotif 1

BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI SMK NEGERI 2 GARUT


Jl..Suherman. 90 Telp./Fax. (0262) 233141 Garut
E-Mail : smkn2sbi-garut@yahoo.Id

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat alloh swt,yang selalu melimpahkan rahmat dan
nikmatnya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah PLH ini .

Makalah ini di susun berdasarkan tugas yang di berikan kepada kelompok kami,yaitu
tentang bencana tanah longsor,makalah ini berisikan tentang definisi tanah longsor ,proses
terjadinya tanah longsor,penyebab terjadinya tanah longsor dan cara mengatasi /
penanggulangan tanah longsor

Makalh ini di susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang kelompok kami
terima,maka untuk menyelesaikan tugas ini,kelompok kami harus benar-benar dalam
mengerjakan nya.

Penyusun sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna.oleh karena itu kritik dan
saran yang konstruktif sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah
ini, untuk itu secara khusus kami selaku tim penyusun menyampaikan terima kasih,semoga
makalah ini bermanfaat bagi kitta semua.amin

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

April 2013

Penyusun
Kelompok 4

Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..

1.2 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tanah
Longsor
2.2 Proses Terjadinya Tanah
Longsor
2.3 Penyebab Terjadinya Tanah
Longsor..
Faktor alam
Faktor manusia.
2.4 Gejala Umum Terjadinya Bencana Alam Tanah
Longsor...
2.5 Pencegahan Terjadinya Bencana Alam Tanah
Longsor.
2.6 Hal Hal Yang di Lakukan Selama dan sesudah Terjadi
Bencana.
1. Tanggap Darurat..
2. Rehabilitasi...
3. Rekonstruksi
Contoh tanah longsor
BAB III
Kesimpulan
BAB IV
PENUTUP...
Daftar
Pustaka

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat dimana saja dan
kapan saja, disamping menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan
masyarakat. Gerakan tanah adalah salah satu bencana alam yang sering mengakibatkan
kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan
prasarana lainnya yang membawa dampak social dan ekonomi
Bencana adalah sesuatu yang tidak kita harapkan, oleh karena itu pemahaman
terhadap proses terjadinya gerakan tanah berikut faktor penyebabnya menjadi sangat
penting bagi pemerintah maupun masyarakat. Alternatif penanggulangan bencana baik dari
aspek pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi) maupun penanggulangan
(rehabilitasi) perlu dikaji secara mendalam.
1.2 Tujuan

Tujuan penulis membuat makalah ini adalah :


1.Untuk mengetahui gejala umum terjadinya tanah lonsor dan penyebab
terjadinya bencana alam tanah lonsor dan pencegahan terjadinya
bencana alam tanah longsor.
2.Untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,


bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena
pergerakan masa batuan atau tanahdengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya
bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua
faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini
adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor
lainnya yang turut berpengaruh:
Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-
sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang
diakibatkan hujan lebat
Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan
bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng
tersebut
Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran
debu-debu
Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
2.2 Proses Terjadinya Tanah Longsor
Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluarlereng.

2.3 Penyebab Terjadinya Tanah Longsor

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan
kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan
lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.

Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan
sebagai factor alami dan manusia:
Faktor alam
Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
a. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan
batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan
gunung_api.
b. Iklim: curah hujan yang tinggi.
c. Keadaan topografi: lereng yang curam.
d. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.

Faktor manusia
Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d. Penggundulan hutan.
e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan
sendiri.
h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

2.4 Gejala Umum Terjadinya Bencana Alam Tanah Longsor


Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
Biasanya terjadi setelah hujan.
Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

2.5 Pencegahan Terjadinya Bencana Alam Tanah Longsor


Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di
dekat pemukiman
Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun
permukiman
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke
dalam tanah melalui retakan
Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak
Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi
Jangan menebang pohon di lereng (gb. kiri)
Jangan membangun rumah di bawah tebing

2.6 Hal Hal Yang di Lakukan Selama dan sesudah Terjadi


Bencana
1. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan
pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan,
2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan
sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban
tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena
kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir
100%.

CONTOH TANAH LONGSOR


BAB III Kesimpulan

Dari makalah yang kami buat yang berjudul Bencana Alam Tanah Longsor dapat
menarik kesimpulan, diantaranya: Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak
ke bawah atau keluar lereng.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng ( tanah longsor) juga tergantung
pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi
penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat
dibedakan sebagai factor alami dan manusia.
Terjadinya bencana alam tanah longsor ini dapat diminimalkan dengan
memberdayakan masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang rawan longsor, gejala
awal longsor, serta upaya antisipasi dini yang harus dilakukan, sehingga pengembangan
dan penyempurnaan manajemen mitigasi gerakan tanah baik dalam skala nasional, regional
maupun lokal secara berkelanjutan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi dan menggalang kebersamaan segenap lapisan masyarakat.

BAB IV PENUTUP
Daftar Pustaka
Anonymousa. 2007. http://www.solopos.com/tag/kelalaian-pemkab. diakses tanggal 29
agustus 20107
Anonymousb. 2010. http://www.tempo.co.id/ diakses tanggal 29 agustus 2007
Anonymousc..2010.http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Publi
kasi-Stabilitas%20Lereng.pdf. diakses tanggal 29 agustus 2010
Anonymousd.2010.http://id.shvoong.com/exact-sciences/earthsciences/1980537-manajemen-
bencana-tanah-longsor/. diakses tanggal 29 agustus 2010
Anonymouse.2010.http://www.detikpertama.com/topik/longsor+dan+banjir+di+karanganyar.
diakses tanggal 29 agustus 2010
Hardiyatmoko, Hari C. 2011. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. UGM Press.
Yogyakarta.
Kristijono A., Tejakusuma I.G., Nurjaman D., Prawiradisastra S., Setiabudi A.,
Santoso E.W, Suryanto M., 2010. Laporan Rapid Assessment Bencana Longsor Di Dusun
Mogol, Desa Legoksari, Kecamatan Tawangmangu,Kabupaten
Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

Faktor Penyebab Longsor


AUGUST 23, 2010 6 COMMENTS
Ketika gaya gravitasi lebih besar dari resistensi lereng untuk bertahan, maka terjadilah longsor.
Gaya penahan (resisting forces) yang membantu mengontrol kestabilan lereng meliputi kekuatan
(strength) dan kohesi (cohession) material lereng, friksi antar butiran dan pendukung eksternal
lereng lain. Faktor-faktor kolektif ini disebut sebagai shear strength.
Berlawanan dengan shear strength adalah gaya gravitasi. Gravitasi diberikan secara vertikal,
namun memiliki komponen yang paralel terhadap lereng, dan inilah sesungguhnya yang
membuat ketidakstabilan (lihat gambar.1). Sudut lereng yang besar memberikan komponen
gravitasi yang bekerja menjadi lebih besar pula sehingga berbahaya dan dapat menyebabkan
longsor. Sudut kecuraman lereng yang mampu mengontrol dan meniadakan keruntuhan disebut
sebagai angle of repose. Pada sudut ini, gaya penahan mampu melakukan perlawanan terhadap
gaya gravitasi. Untuk material yang tidak terkonsolidasi, angle of repose berkisar antara 25O
40O. Untuk lereng yang lebih curam dari 40O biasanya pada batuan padat yang tidak mengalami
pelapukan.
Gambar 1. Kestabilan lereng sangat tergantung pada shear strength lereng yang meliputi
kekuatan dan kohesivitas material lereng, friksi internal antarbutiran dan daya dukung eksternal
lereng (Monroe & Wicander, 1997).
Semua lereng berada pada kondisi kesetimbangan dinamik (dynamic equilibrium) artinya bahwa
lereng selalu menyesuaikan kesetimbangan terhadap kondisi terbaru. Ketika kita mendirikan
bangunan dan jalan di daerah perbukitan, maka kesetimbangan lereng akan terjadi. Lereng
kemudian melakukan penyesuaian yang mungkin saja menyebabkan terjadinya longsor untuk
membentuk kondisi yang baru. Banyak faktor yang dapat menyebabkan longsor, yaitu
perubahan tingkat kelerengan (slope gradient), pelemahan material lereng karena pelapukan
(weathering), meningkatnya kandungan air (water content), perubahan pada vegetasi penutup
lereng dan kelebihan pembebanan (overloading).
SUDUT LERENG
Sudut lereng dapat menjadi penyebab utama longsor. Umumnya, lereng yang curam akan
kurang stabil karenanya lereng yang curam akan memiliki kemungkinan longsor dibanding lereng
yang landai. Sejumlah proses dapat menyebabkan lereng menjadi lebih terjal (oversteepen).
Salah satu disebabkan oleh pemotongan pada bagian dasar lereng oleh aktivitas sungai atau
aksi gelombang. Hal ini akan memindahkan dasar lereng (slopes base) dan meningkatkan sudut
lereng. Aksi gelombang, terutama selama badai seringkali menghasilkan longsor sepanjang tepi
pantai atau danau yang besar.
Gambar 2. Pemotongan oleh erosi sungai. (A) pemototongan bagian dasar lereng akan
meningkatnya sudut lereng. (B) menyebabkan kehilangan kestabilan lereng. Penggalian untuk
jalan dan bangunan di perbukitan adalah penyebab utama kerusakan lereng (slope failure).
Peningkatan lereng yang semakin terjal atau pemotongan bagian sisinya akan meningkatkan
tegasan pada batuan atau tanah (soil) sehingga keseimbangan menjadi terganggu dan terjadilah
longsor. Hal inilah yang menjelaskan seringnya terjadi longsor pada jalan-jalan di pegunungan
(gambar 3).
PELAPUKAN DAN IKLIM
Longsor lebih sering terjadi pada material lereng yang lepas-lepas atau tidak terkonsolidasi
dibandingkan dengan lapisan batuan dasar padat (solid bedrock). Segera setelah batuan padat
tersingkap di permukaan bumi, pelapukan mulai memecah (disintegrate) dan mengubah
komposisi (decompose) batuan. Dengan demikian, terjadi pengurangan shear strength dan
peningkatan kerentanan (susceptibility) terhadap longsor. Semakin dalam zona pelapukan yang
terbentuk, maka semakin besar kemungkinan terjadinya beberapa tipe longsor. Di daerah tropis,
temperatur tinggi menyebabkan hujan sering terjadi sehingga menyebabkan pelapukan meluas
hingga kedalaman beberapa puluh meter dan longsor yang berlangsung cepat biasanya terjadi
pada zona pelapukan yang dalam.
Gambar 3. (A) Pemotongan lereng akan mengganggu kesetimbangan lereng. (B) Pemindahan
bagian lereng karena pemotongan menyebabkan pencuraman lereng. (C) Pemotongan tersebut
menyebabkan terjadinya longsor (rockfall) hingga menutupi jalan.
KANDUNGAN AIR
Jumlah air di dalam batuan dan tanah mempengaruhi kestabilan lereng. Kuantitas air yang besar
dari pencairan salju meningkatkan kemungkinan kerentanan lereng. Penambahan berat sejalan
dengan penambahan air sudah cukup untuk menyebabkan longsor. Selanjutnya perkolasi air
sepanjang material lereng membantu untuk mengurangi friksi antar butiran sehingga
menunjukkan kehilangan kohesi. Contoh, lereng berkomposisi lempung kering akan cukup stabil,
tetapi ketika basah maka dengan cepat akan kehilangan kohesivitas dan friksi internal sehingga
menjadi sebab ketidakstabilan lereng.
VEGETASI
Vegetasi berpengaruh terhadap kestabilan lereng. Air yang terserap dari turunnya hujan
membuat vegetasi berperan dalam menjaga kejenuhan air (water saturation) pada material
lereng yang jika hal sebaliknya terjadi maka akan kehilangan shear strength. Sistem akar
tanaman juga menjaga kestabilan lereng dengan jalan mengikat partikel tanah bersama-sama
dan mengikat tanah dengan batuan dasar. Rusaknya vegetasi karena aktivitas alam atau
manusia menjadi penyebab longsor. Hujan yang deras menyebabkan tanah menjadi jenuh
sehingga longsor besar dapat terjadi. Beberapa perbukitan di Selandia Baru sering terjadi
longsor karena tanaman dengan akar yang dalam diganti dengan rerumputan yang mempunyai
akar dangkal. Ketika hujan tiba, akar ini tidak mampu menahan lereng sehingga terjadi longsor.
OVERLOADING
Overloading (pembebanan berlebih) hampir selalu disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
penimbunan, pengisian dan penumpukan material. Dibawah kondisi alamiah, beban material
disangga oleh kontak antar butir (grain-to-grain contact) sehingga menjaga kestabilan lereng.
Penambahan beban yang disebabkan karena peningkatan tekanan air didalam material akan
menurunkan shear strength lereng karena itulah terjadi pelemahan material lereng.
GEOLOGI DAN KESTABILAN LERENG
Hubungan antara topografi dan geologi suatu daerah sangatlah penting dalam menentukan
kestabilan lereng. Jika batuan memiliki kemiringan kedudukan yang paralel dengan kelerengan,
maka kemungkinan longsor lebih besar dari lereng dengan kedudukan batuan yang horizontal
atau berlawanan arah terhadap kelerengan. Ketika kemiringan batuan searah dengan lereng, air
mengalami perkolasi sepanjang bidang-bidang perlapisan sehingga menyebabkan menurunnya
kohesivitas dan friksi antara satuan batuan yang berdampingan (lihat gambar 4a). Pada keadaan
tertentu bila hadir lapisan batulempung, maka batuan ini dapat menjadi bidang gelincir ketika
kondisinya basah. Walaupun batuan mempunyai kedudukan horizontal atau miring berlawanan
dengan kelerengan, dapat saja rekahan memiliki arah yang sama dengan kelerengan. Air akan
dapat bermigrasi melaluinya kemudian melapukkan dan memperbesar bukaan hingga beban
berat dari lapisan diatasnya tidak sanggup lagi untuk ditahan dan terjadi longsor (lihar gambar
4a.).

Gambar 4. (a) Batuan dengan kedudukasn yang miring searah dengan kelerengan.

Download File (pdf)

Anda mungkin juga menyukai