Tanah Longsor
Tanah Longsor
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat taufiq dan
hidayah-Nya lah penulisan makalah ini dapat disesuaikan.
Saya selaku penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari
Anda demi perbaikan selanjutnya.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya pembuatan makalah ini
terutama kepada Bapak / Ibu guru selaku pembimbing kami.
Terlepas dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan dan
penulisannya yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga penulisan
makalah ini bermanfaat khususnya kepada saya selaku penulis dan umumnya
kepada pembaca.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Masa Pra Sejarah 2
B. Asal Usul Lamongan 2
C. Masa Perkembangan Hindu 3
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat
tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di
sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan
Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara
Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera,
lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan
sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang ada di Indonesia berjumlah 129.
Angka itu merupakan 13% dari jumlah gunung api aktif dunia. Dengan demikian
Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa bumi. Di
beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa
bumi dengan sumber berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan
gelombang Tsunami.
Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan
gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit
pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air
pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi
mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas
tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam,
maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas maka kami merumuskan masalah yang
perlu ditanggulangi sebagai berikut :
1) Faktor apa saja yang menyebabkan bencana tanah longsor ?
2) Bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana
tanah longsor ?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-
tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat
mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi
biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam
waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah
yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang
terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin,
dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan
jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
7
E. Wilayah Rawan Tanah Longsor
Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya
kerugian yang ditanggung akibat bencana tanah longsor sekitar Rp 800 miliar,
sedangkan jiwa yang terancam sekitar 1 juta.
Daerah yang memiliki rawan longsor :
Jawa Tengah 327 Lokasi
Jawa Barat 276 Lokasi
Sumatera Barat 100 Lokasi
Sumatera Utara 53 Lokasi
Yogyakarta 30 Lokasi
Kalimantan Barat 23 Lokasi
Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur.
Keterangan :
MD : Meninggal dunia
ML : Luka - luka
RR : Rumah rusak
RH : Rumah hancur
RT : Rumah terancam
BLR : Bangunan lainnya rusak
BLH : Bangunan lainnya hancur
LPR : Lahan petanian rusak ( dalam hektar)
JL : Jalan terputus
8
Tampak bahwa kejadian bencana dan jumlah korban bencana tanah longsor di
Propinsi Jawa Barat lebih besar dibandingkan dengan propinsi lainnya. Hal demikian
disebabkan oleh faktor geologi, morfologi, curah hujan, dan jumlah penduduk serta
kegiatannya.
2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan
sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi
korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor,
karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah
longsor hampir 100%.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah air yang meresap ke dalam
tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah
kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan
tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk.
Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan,
punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran
sumber gempa bumi.
B. Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk
tempat-tempat hunian, antara lain:
Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
Vegetasi kembali lereng-lereng.
Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah
longsor adalah :
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
pemukiman
Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila membangun
permukiman
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melalui retakan.
Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
Dan sebagainya
11
DAFTAR PUSTAKA
Related Post:
Gambar Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Duka kembali menerpa Indonesia, kali
ini Yang Di coba dengan Bencana adalah wilayah Banjarnegara Jawa Tengah, Bencana
Tanah Longsor Melululantakkan beberapa dusun di wilayah Banjarnegara, dan dari sumber
informasi media ada sekitar 50-an lebih korban jiwa.
Bencana longsor di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah terjadi dua kali dalam kurun waktu
kurang dari 10 tahun. Sebelumnya, pada tahun 2006 di awal bulan Januari, bencana tanah
longsor menimpa kawasan Dusun Gunung Raja, Desa Sijeruk Kecamatan Banjarmangu yang
menyebabkan 90 korban meninggal tertimbun longsoran. Setelah itu, pertengahan Desember
2014, gerakan massa (mass movement) bergerak meratakan kawasan pedusunan Sijemblung
Desa Sampang, yang hingga saat ini masih terus dilakukan evakuasi korban yang tertimbun
longsoran tanah.
Gerakan tanah (landslide) didefinisikan secara sederhana sebagai pergerakan masa batuan,
debris atau tanah menuju bagian bawah lereng. Di dalam SNI 13-6982.2 tentang pemeriksaan
lokasi bencana gerakan tanah, gerakan tanah didefinisikan sebagai perpindahan material
pembentuk lereng, berupa batuan, bahan timbunan, tanah, atau material campuran yang
bergerak ke arah bawah dan keluar lereng (BSN, 2004). Gerakan tanah (longsoran)
merupakan salah satu peristiwa alam yang sering menimbulkan bencana dan kerugian
material yang tidak sedikit.
Kondisi alam (geografis) dan aktivitas manusia merupakan salah satu faktor penyebab akan
terjadinya gerakan tanah tersebut. Faktor alam yang menjadi penyebab terjadinya gerakan
tanah antara lain yang paling mendasar adalah tingginya curah hujan, kondisi tanah, intensitas
pelapukan batuan (tinggi hingga sangat tinggi), vegetasi penutup, dan faktor kestabilan
lereng, selain faktor kegempaan sebagai pemicunya. Disisi lain faktor aktivitas manusia juga
dapat menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah, sebagai contoh misalnya penggunaan
lahan yang tidak teratur dan tidak tepat peruntukannya, seperti pembuatan areal persawahan
pada lereng yang terjal, pemotongan lereng yang terlalu curam, penebangan hutan yang tidak
terkontrol, dan sebagainya.
Gerakan tanah dapat juga terjadi karena adanya penurunan nilai faktor keamanan lereng.
Perubahan nilai faktor keamanan disebabkan oleh perubahan pada kekuatan gaya penahan
(resisting force) dan gaya pendorong (driving force). Kejadian longsoran tanah (landslide) di
Kabupaten Banjarnegara terletak pada daerah yang mempunyai topografi bergelombang kuat
hingga pegunungan, yaitu Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan, yang
membujur barat-timur dan dipisahkan oleh Sungai Serayu yang membentuk lembah serta
kondisi geologi yang kompleks.
Kestabilan wilayah Kabupaten Banjarnegara sangat dipengaruhi dan dikontrol oleh kondisi
geologi yang ada, yaitu batuan dan struktur geologi yang kompleks serta topografi yang
berelief kuat serta bervariasi. Mengacu pada pembagian fisiografi Jawa Tengah (van
Bemmelen, 1949), maka wilayah Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Karangkobar
termasuk dalam Zona Pegunungan Serayu Utara bagian tengah. Secara bentukan bentang
alam atau unit geomorfologi daerah sekitar wilayah Banjarnegara. Menurut klasifikasi van
Zuidam (1983) secara umum dapat dibagi menjadi beberapa satuan geomorfologi, antara lain
berupa: Satuan Geomorfik Fluvial dengan Subsatuan Dataran Banjir, Satuan Geomorfik
Bentukan Struktur, serta Satuan Geomorfik Volkanik dengan Subsatuan Geomorfik Endapan
Lahar.
Menyimak faktor kondisi geologi yang menyusun wilayah Banjarnegara berdasarkan Peta
Geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, Jawa skala 1:100.000 (terbitan PSG Bandung
Tahun 1996), maka wilayah zonasi bencana gerakan tanah (longsoran) yang terjadi di sekitar
wilayah Dusun Sijemblung Desa Sampang tersusun oleh litologi yang berupa:
Titik awal (Mahkota atau source area) longsoran, kemungkinan berupa litologi dari
Anggota Lempung Formasi Ligung (QTlc) yang didominasi oleh batu lempung tufan dan
batu pasir tufan (tuffaceous claystone and tuffaceous sandstone), dan batuan volkanik Kuarter
yang telah lapuk lanjut (strong weathered), dapat berupa berupa batuan piroklastika dan
breksi aliran, sesuai dengan posisi penyebaran Peta Geologi Regional, di mana lokasi
longsoran tersusun oleh litologi QTlc (warna hijau) dan litologi Qjm (warna coklat pada Peta
Geologi).
Tempat material longsoran terendapkan (depositional toe), kemungkinan pada daerah
dengan peruntukan lahan sebagai daerah sawah irigasi berbentuk teras/undak yang
didominasi oleh litologi batuan volkanik Kuarter (endapan lahar) dan alluvium berupa Qjo
(warna coklat pada Peta Geologi).
Secara umum kondisi Geologi penyusun daerah longsoran di Dusun Sijemblung Desa
Sampang meliputi beberapa satuan/formasi (dari tua ke muda) yaitu : Formasi Rambatan
(Tmr, warna kuning pada Peta Geologi) yang tersusun oleh litologi batuan sedimen detritus
halus berupa serpih, napal dan batupasir gampingan; Batuan Terobosan berupa gabro (Tmpi)
dan diorite (Tmd) dengan warna merah pada Peta Geologi; kemudian batuan berumur Kuarter
berupa Anggota Lempung Formasi Ligung (QTlc) yang tersusun oleh litologi batulempung
tufan dan batupasir tufan; dan yang menutupi bagian atas paling muda tersusun oleh Batuan-
batuan Gunungapi Jembangan yang didominasi oleh lava andesit dan batuan klastika
gunungapi (Qjm, Qjo, dan Qjya). Kondisi topografi secara umum memperlihatkan keadaan
yang bergelombang cukup kuat dan curam, di mana keadaan yang demikian ini diakibatkan
oleh kontrol struktur geologi dan kondisi litologi/batuan penyusunnya. Sedangkan kontrol
struktur geologi yang terekam dalam Peta Geologi Regional didominasi sesar-sesar normal,
sesar geser dan sesar naik.
Tanah longsor dapat juga terjadi karena adanya peningkatan kandungan air pada lapisan
tanah pelapukan yang bersifat porous seiring dengan curah hujan yang tinggi (sangat tinggi),
sehingga terjadi penjenuhan pada tanah pelapukan dan batuan permukaan. Penjenuhan ini
mengakibatkan bertambahnya bobot masa tanah dan meningkatnya tekanan pori, sehingga
tahanan geser menjadi berkurang. Kemiringan lereng yang terjal (biasanya >45) semakin
memperkuat untuk terjadinya keruntuhan. Kontak antara tanah pelapukan yang cukup tebal
dengan litologi batulempung tufan bertindak sebagai bidang gelincir. Material longsoran
bergerak mengikuti lembah dan menggerus tebing lembah yang dilaluinya, sehingga semakin
meningkatkan volume material rombakan yang dibawa.
Banyaknya volume material rombakan yang kemudian tercampur dengan air sungai yang
dilaluinya mengakibatkan viskositas semakin meningkat, sehingga aliran bahan rombakan ini
menjangkau areal yang cukup jauh dan merusak serta menimbun sarana dan prasarana yang
dilaluinya. Faktor lain, kemungkinan dari faktor hidrogeologi yang berpengaruh dalam
gerakan tanah adalah sifat resapan air/permeabilitas tanah di lokasi longsoran yang relatif
kecil. Penyebab gerakan tanah yang terkait dengan faktor keairan ini antara lain sifat fisik-
mekanik tanah yang dipicu oleh air tanah, pengaturan air permukaan yang kurang baik,
penambahan kadar air yang berlebihan, kadar air yang terlalu besar pada daerah lereng, serta
luapan air yang berlebihan pada waktu hujan yang tidak segera dapat dibuang. Disisi lain,
longsor (landslide) yang terjadi pada senja hari (awal ufuk Magrib) di Dusun Sijemblung
Desa Sampang yang berada pada wilayah pegunungan (elevasi sekitar 900 meter) telah
mengagetkan semua pihak akan terulangnya kembali bencana akibat tanah longsor yang
kemungkinan besar disebabkan oleh peningkatan kadar air dalam tanah akibat curah hujan
yang sangat tinggi. Sebagai salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki tingkat
kerentanan gerakan tanah cukup tinggi (umumnya berada pada lahan kritis dan labil) yang
berada pada wilayah yang rawan bencana geologi, seperti gerakan tanah tipe landslide, maka
sudah seyogyanya harus selalu memahami kondisi alam tempat kita berpijak dan selalu
meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman gerakan tanah yang dapat menimbulkan
bencana harta dan jiwa. Pemahaman mengenai petunjuk awal (precursor) terjadinya gerakan
tanah merupakan hal yang penting dalam mendukung keberhasilan mitigasi gerakan tanah
dan akan sangat menguntungkan, sehingga dapat menghindarkan diri sebelum bencana
datang dan selalu siap siaga
Lantas gimana gambar bencana tanah longsor Banjarnegara ?? berikut ini Beberapa Gambar
bencana Longsor banjarnegara yang kami himpun dari beberapa media nasional:
Gambar Bencana Tanah Longsor Banjarnegara
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah
atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan
sebagai berikut. Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah
bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Mengenal Gerakan Tanah
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia, yaitu: lempeng
Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng India-Australia yang bergerak
saling menumbuk. Akibat tumbukan antarlempeng tersebut, maka
terbentuk daerah penunjaman yang memanjang di sebelah barat Pulau
Sumatera, sebelah selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan
Nusa Tenggara, sebelah utara Kepulauan Maluku, dan sebelah utara
Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan tersebut adalah terbentuknya
palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan,
sebaran gunungapi, dan sebaran sumber gempa bumi.Gunungapi yang
ada di Indonesia berjumlah 129 atau 13 persen dari jumlah gunungapi
aktif dunia. Dengan demikian Indonesia rawan terhadap bencana
letusan gunungapi dan gempa bumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk
pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa bumi dengan sumber di
dasar laut atau samudera dapat menimbulkan gelombang tsunami.
Bacaan Terkait;
Longsoran Translasi
2. Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tan
bidang gelincir berbentuk cekung.
Longsoran Rotasi
3. Pergerakan blok adalah perpindahan batuan ya
gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut ju
blok batu.
Pergerakan Blok
4. Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar ba
bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. U
lereng yang terjal hingga menggantung, terutam
batu besar yang jatuh dapat menyebabkan keru
Runtuhan Batu
5. Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis
tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup
rayapan ini bisa menyebab-kan tiang-tiang tele
miring ke bawah.
Rayapan Tanah
6. Aliran Bahan Rombakan Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tana
air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiring
tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya
lembah dan mampu mencapai ratusan meter ja
tempat bisa sampai ribuan meter, seperti di da
sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat mene
2. Lereng terjal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat
dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng > 220. Tanah
jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama bila
terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika
udara terlalu panas.
6. Getaran
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan
lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah
terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh
retakan.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu
akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan
menjadi terjal.
Yogyakarta 30 Lokasi
Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur.
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke
dalam tanah melalui retakan. (gb. kiri) Jangan melakukan penggalian di
bawah lereng terjal. (gb. kanan)
Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana,
sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis
secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya,
oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah
tersebut.
Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota
atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat
yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara
antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga
secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah
Kondisi medan
Kondisi bencana
Peralatan
Informasi bencana
2. Rehabilitasi
3. Rekonstruksi
Sumber: http://piba.tdmrc.org
Animasi Tanah Longsor
Perdalam ilmu anda dengan cara membaca artikel lain terkait Tanah
Longsor.
Bagikan ke Kawan-Kawan Anda..!!!
[sgmb id=1]
TANAH LONGSOR
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat alloh swt,yang selalu melimpahkan rahmat dan
nikmatnya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah PLH ini .
Makalah ini di susun berdasarkan tugas yang di berikan kepada kelompok kami,yaitu
tentang bencana tanah longsor,makalah ini berisikan tentang definisi tanah longsor ,proses
terjadinya tanah longsor,penyebab terjadinya tanah longsor dan cara mengatasi /
penanggulangan tanah longsor
Makalh ini di susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang kelompok kami
terima,maka untuk menyelesaikan tugas ini,kelompok kami harus benar-benar dalam
mengerjakan nya.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna.oleh karena itu kritik dan
saran yang konstruktif sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah
ini, untuk itu secara khusus kami selaku tim penyusun menyampaikan terima kasih,semoga
makalah ini bermanfaat bagi kitta semua.amin
April 2013
Penyusun
Kelompok 4
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tanah
Longsor
2.2 Proses Terjadinya Tanah
Longsor
2.3 Penyebab Terjadinya Tanah
Longsor..
Faktor alam
Faktor manusia.
2.4 Gejala Umum Terjadinya Bencana Alam Tanah
Longsor...
2.5 Pencegahan Terjadinya Bencana Alam Tanah
Longsor.
2.6 Hal Hal Yang di Lakukan Selama dan sesudah Terjadi
Bencana.
1. Tanggap Darurat..
2. Rehabilitasi...
3. Rekonstruksi
Contoh tanah longsor
BAB III
Kesimpulan
BAB IV
PENUTUP...
Daftar
Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat dimana saja dan
kapan saja, disamping menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan
masyarakat. Gerakan tanah adalah salah satu bencana alam yang sering mengakibatkan
kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan
prasarana lainnya yang membawa dampak social dan ekonomi
Bencana adalah sesuatu yang tidak kita harapkan, oleh karena itu pemahaman
terhadap proses terjadinya gerakan tanah berikut faktor penyebabnya menjadi sangat
penting bagi pemerintah maupun masyarakat. Alternatif penanggulangan bencana baik dari
aspek pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi) maupun penanggulangan
(rehabilitasi) perlu dikaji secara mendalam.
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tanah Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan
kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan
lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan
sebagai factor alami dan manusia:
Faktor alam
Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
a. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan
batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan
gunung_api.
b. Iklim: curah hujan yang tinggi.
c. Keadaan topografi: lereng yang curam.
d. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.
Faktor manusia
Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d. Penggundulan hutan.
e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan
sendiri.
h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
Dari makalah yang kami buat yang berjudul Bencana Alam Tanah Longsor dapat
menarik kesimpulan, diantaranya: Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak
ke bawah atau keluar lereng.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng ( tanah longsor) juga tergantung
pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi
penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat
dibedakan sebagai factor alami dan manusia.
Terjadinya bencana alam tanah longsor ini dapat diminimalkan dengan
memberdayakan masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang rawan longsor, gejala
awal longsor, serta upaya antisipasi dini yang harus dilakukan, sehingga pengembangan
dan penyempurnaan manajemen mitigasi gerakan tanah baik dalam skala nasional, regional
maupun lokal secara berkelanjutan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi dan menggalang kebersamaan segenap lapisan masyarakat.
BAB IV PENUTUP
Daftar Pustaka
Anonymousa. 2007. http://www.solopos.com/tag/kelalaian-pemkab. diakses tanggal 29
agustus 20107
Anonymousb. 2010. http://www.tempo.co.id/ diakses tanggal 29 agustus 2007
Anonymousc..2010.http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Publi
kasi-Stabilitas%20Lereng.pdf. diakses tanggal 29 agustus 2010
Anonymousd.2010.http://id.shvoong.com/exact-sciences/earthsciences/1980537-manajemen-
bencana-tanah-longsor/. diakses tanggal 29 agustus 2010
Anonymouse.2010.http://www.detikpertama.com/topik/longsor+dan+banjir+di+karanganyar.
diakses tanggal 29 agustus 2010
Hardiyatmoko, Hari C. 2011. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. UGM Press.
Yogyakarta.
Kristijono A., Tejakusuma I.G., Nurjaman D., Prawiradisastra S., Setiabudi A.,
Santoso E.W, Suryanto M., 2010. Laporan Rapid Assessment Bencana Longsor Di Dusun
Mogol, Desa Legoksari, Kecamatan Tawangmangu,Kabupaten
Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.
Gambar 4. (a) Batuan dengan kedudukasn yang miring searah dengan kelerengan.