Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum

Kelelahan Otot - Saraf pada Manusia

Kelompok: E4

Ketua: Melisa Andriana 102012270

Anggota: Anita Anggriani Sokko 102011064

Santi Prima Natasia 102011143

Muhammad Hasa Narej 102011450

Yahya Iryianto Butabutar 102012270

Leni Putu Gantiasih 102012276

Thesa Dewi Angriani Djobo 102012288

Khariza Agatha Gabriela M 102012302

Johanes Hansen 102012324

Tujuan Percobaan

1. Mengatur berat beban ergograf-jari


2. Mencatat ergogream-jari dengan kecepatan putar tromol yang tepat
3. Membedakan ergogram-jari yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan
kelelahan
4. Mendemostrasikan pengaruh faktor :
a. Gangguan peredaran darah
b. Istirahat
c. massage
5. Menetapkan perubahan warna, suhu kulit, dan berbagai sensasi yang terasa pada
keadaan iskemia lengan bawah.
Alat-alat

1. Kimograf + kertas + perekat


2. Manset Sfigmanometer
3. Ergograf
4. Metronome (frekuensi 1 detik)

Cara Kerja

I. Kerja Steady State


1. Pasang semua alat sesuai gambar
2. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 4 detik menurut irama alat yang
diperdengarkan di ruang praktikum sampai 1/3 putaran tromol. Setiap kali setelah
melakukan tarikan, lepaskan segera jari dari pelatuk sehingga kembali ke tempat
semula.

II. Pengaruh Gangguan Peredaran Darah


1. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan atas kanan orang percobaan yang sama
2. Sebagai latihan lakukan beberapa kali oklusi pembuluh darah lengan atas dengan
jalan memompa manset dengan cepat sampai denyut nadi a.radialis tidak teraba lagi.
3. Dengan manset tetap terpasang tetapi tanpa oklusi, lakukan 12 kali tarikan dengan
frekuensi satu tarikan riap 4 detik sambil dicatat pada kimograf.
4. Tanpa menghentikan tromol pada tarikan ke 13, mulailah memompa manset dengan
cepat sampai denyut nadi a.radialis tidak teraba lagi . Selama pemompaan orang
percobaan tetap melakukan latihan.
5. Berilah tanda pada kurve pada saat denyt nadi a.radialis tidak teraba lagi.
6. Setelah terjadi kelelahan total, turunkan tekanan didalam manset sehingga peredaran
darah pulih kembali.
7. Dengan frekuensi yang sama teruskan tarikan dan pencatatan sehingga pengaruh
factor oklusi tidak terlihat lagi.

III. Pengaruh Istirahat dan Massage


1. Latihan ini dilakukan oleh orang percobaan lain
2. Besarkan beban ergograf sampai hampir maksimal
3. Sambil dicatat lakukan 1 tarukan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total,
kemudian hentikan tromol
4. Berilah istirahat selama 2 menit. Selama istirahat, lengan tetap dibiarkan diatas meja
5. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang 2cm jalankan kimograf dan
lakukan kembali tarikan dengan frekuensi dan beban yang sama sampai terjadi
kelelahan total, kemudian hentikan tromol.
6. Berilah istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat ini dilakukanlah massage
pada lengan OP. massage dengan cara mengurut dengan tekanan kuat kea rah perifer,
kemudian dengan tekanan ringan kea rah jantung. Massage dilakukan dari fossa
cubiti higga ke ujung jari.
7. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang 2cm jalankan kimograf dan
lakukan kembali tarikan seperti ad.5
8. Bandingkan ke 3 ergograf yang saudara peroleh dan berusahalah menganalisisnya.

IV. Rasa Nyeri, Perubahan Warna, dan Suhu Kulit akibat Iskemia
1. Latihan ini dilakukan pada orang percobaan lain dan tanpa pencatatan egograf
2. Pasanglah manset pada lengan atas kanan OP dan berikan pembebanan yang cukup
berat sehingga penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan ujung pencatat
yang kecil saja
3. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan OP
4. Dilakukan 1 tarikan tiap 1 detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi kelelahan
total atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahan
5. Hentikan tindakan oklusi segera setelah OP merasa nyeri yang hebat sekali.
Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan OP

Hasil Pemeriksaan
Pembahasan

Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Otor rangka merekat ke tulang. Kontraksi
otot rangka menyebabkan tulang tempat otot tersebut melekat bergerak yang memungkinkan
tubuh melaksanakan aktifitas motorik. Kontraksi otot dapat menghasilkan yang untuk
mengatur suhu tubuh. Otot rangka juga digunkan dalam aktifitas nonhomeoostastik misalnya
mengoperasikan komputer. Otot rangka memiliki ciri ciri yang dapat dibedakan dengan otot
yang lainnya seperti serabut otot sangat panjang sampai 30cm, berbentuk silindris, dengan
lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron, setiap serabut memiliki banyak inti yang
tersusun di bagian perifer, serta kontraksinya cepat dan kuat. (anatomi dan fisiologi untuk
pemula.120)

Otot rangka dirangsang untuk berkontraksi melalui opengeluaran asetilkolin (ach) di


taut neuro muskulus antara ujung neuron motorik dan saraf otot. Pengikatan ach dengan
motor end plate menyebabkan permeabilitas di serat otot berubah sehingga terjadi potensial
aksi di seluruh membran sel otot. Apabila otot terus menerus melakukan kerja dan
berkontraksi pada saraf perifer jumlah reseptor ach akan menurun, ini menyebabkan
penurunan kekuatan otot yang progresif dan terjadi pemulihan setelah beristirahat.

Kontraksi dan Relaksasi Otot

Otot mulai berkontraksi apabila terkena rangsang. Kontraksi otot juga dikenal dengan nama
model pergeseran filament. Proses terjadinya kontraksi pada otot tentunya memerelukan
energy yang berasal dari ikatan Adenosi Trifosfat atau ATP. Diawal siklus kontaksi, ATP
akan berikatan dengan kepala myosin di sisi enzim yang menghidrolisasi. Kemdian enzim
tersebut akan memecah ATP menjadi ADP , Phospat dan energy. Energy inilah yang akan
mengaktivaso kepala myosin sehinga bisa mengikat aktin. Siklus ini terus berulang selama
masih ada rangsangan saraf dengan jumlah kalsium yang mencukupi. Secara lebih rinci
proses kontraksi dijelaskan sebagai berikut :

1. Potensial aksi berjalan sepanjang saraf motoric sampai ke ujung serat saraf.
2. Setap ujung serat saraf mensekresi substansi yang neurotransmitter yang bertugas
untuk meneruskan rangsangan yang dalam hal ini adalah asetilkolin atau (Ach).
3. Asetikolin bekerja untuk area setempat pada membrane serat otot yang berguna untuk
membuka saluran Ach melalui molekul protein dalam membrane serat otot.
4. Potensial aksi berjalan sepanjang membrane saraf otot dengan cara yang sama seperti
potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
5. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natriummengalir
kebagian dalam membrane serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini
menimbulkan potensial aksi serat saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot, berjalan dalam
serat otot ketika potensial aksi menyebabkan reticulum sarkolema melepas sejumlah
ion kalsium, yang disimpan dalam reticulum ke dalam myofibril.
7. Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament aktin dan miosin yang
menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik kalsium dipompakan kembali kedalam retikulum
sarkoplasma tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru lagi.
Relaksasi otot terjadi ketika stimulasi syaraf berhenti mengalir ke sarkolema, dan ion kalsium
tak lagi dilepas.ion kalsium dipompa kembali ke dalam membrane reticulum sarkoplasma.
Akibatnya troposin-tropomiosin kembali menghalangi kerja filament aktin-miosin.

Pada keadaan relaksasi ujung-ujung filamen aktin berasal dari dua lempeng saling tumpang
tindih satu sama lainnya. Pada waktu yang bersamaan menjadi lebih dekat pada filament
miosin, tumpang tindih satu sama lain secara meluas. Lempeng ini ditarik oleh filamen
sampai ke ujung miosin.

Selama kontraksi kuat, filamen aktin dapat ditarik bersama-sama, begitu eratnya sehingga
ujung filamen miosin melekuk. Kontraksi otot terjadi karena mekanisme pergeseran filamen.

Kekuatan mekanisme di bentuk oleh interaksi jembatan penyebrangan dari filamen miosin
dengan filamin aktin. Bila sebuah potensial aksi berjalan ke seluruh membran serat otot akan
menyebabkan reticulum sarkoplasmik melepaskan ion kalsium dalam jumlah besar yang
dengan cepat menembus myofibril.

Kelelahan Otot Saraf

Kelelahan otot terjadi jika otot terus menerus mengalami kontraksi sehingga mengakibatkan
kram. Pada saat lelah, otot yang beraktifitas tidak lagi dapat merespon rangsangan dengan
derajat kontraksi yang sama. Kelelahan otot merupakan mekanisme pertahanan yang
melindungi otot dimana ATP sudah tidak dapat lagi diproduksi. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya kekakuan pada otot.

Factor lain yang menyebabkan kelelahan otot :

- Meningkatnya ADP dan fosfat inorganic loal dari uraian ATP yang menggangu siklus
pelepasan dan penyerapan kembali Ca2+ oleh reticulum sarkoplasma.
- Akumulasi atau menumpukan asam laktat.
- Terkurasnya energy cadangan glikogen.
- Kegagalan pasok darah untuk memasukan energy metabolism yang esensial dan
membuang sisa metabolism.

Sumber : Sherwood

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai