Anda di halaman 1dari 17

Analisis Keseimbangan Air Irigasi untuk peningkatan

Hasil produksi Pertanian Pada Daerah Irigasi Pammukkulu


Kabupaten Takalar
Arsyuni Ali Mustary, Yusriani Zaman.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketersediaan air dan keseimbangannya untuk
keperluan pertanian pada DI. Pammukkulu Kab. Takalar. D.I Pamukulu yang menjadi obyek studi
mempunyai luas areal pertanian yang akan diairi yaitu 6.430 ha dimana mencakup 3 area irigasi
yang mengambil air dari sungai Pamukulu yang mempunyai fasilitas pengambilan dengan kapasitas
desain 8,3 m/dtk. Fasilitas pengambilan tersebut saat ini telah mengalami penurunan mutu sehingga
kapasitas aktualnya sangat jauh berkurang dari kapasitas desainnya yang mengakibatkan areal
pertanian yang dapat terairi maupun intensitas tanamannya telah semakin menurun.Sehingga perlu
menganalisis besarnya kebutuhan air untuk pertanian dan pengaruh keseimbangan air terhadap hasil
produksi pertanian tersebut. Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data Curah Hujan,
Klimatologi, Data Debit dan skema Pola tanam, selanjutnya dari data-data tersebut dianalisis
sehingga diketahui tingkat ketersediaan air dan kebutuhan air irigasi.

Hasil analisis yang diperoleh adalah ; kebutuhan air irigasi sawah pada D.I Pamukulu
dengan menggunakan perhitungan curah hujan efektif adalah sebesar 10.987,02 l/dt sedangkan debit
yang tersedia yang didapatkan dengan menggunakan metode F.J.Mock adalah sebesar 41.916 l/dt.
Pengaruh terhadap hasil produksi pertanian khususnya padi dan jagung berdasarkan sumber Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dimana padi dari 3,0
ton/ha menjadi 6,0 ton/ha sedangkan jagung dari 3,7 ton/ha menjadi 5,0 ton/ha.

Kata Kunci : Irigasi Pertanian, Ketersediaan air, kebutuhan air

A. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sebagai negara agraris mempunyai kekayaan alam yang sangat berlimpah baik
rempah-rempah maupun mineral yang terkandung didalamnya. Seperti kita ketahui, bidang pertanian
sangat erat kaitannya dengan tersedianya air, dimana air sangat diperlukan untuk mengairi areal
pertanian dalam usaha peningkatan produksi pertanian yang umumnya menggunakan irigasi. Namun
masalah yang sering timbul adalah tidak tersedianya air yang cukup untuk mengairi areal pertanian
tersebut.
Kabupaten Takalar terletak kurang lebih 30 km sebelah selatan kota Makassar mempunyai
areal pertanian cukup luas yaitu 23.949 ha. Areal tersebut sebahagian sudah menggunakan sistem

1
irigasi teknis, namun selebihnya masih menggunakan sistem sawah tadah hujan dimana air hanya
tersedia dalam musim penghujan saja.
D.I Pamukulu yang menjadi obyek studi mempunyai luas areal pertanian yang akan diairi
yaitu 6.430 ha dimana mencakup 3 area irigasi yaitu Pamukulu, Jenemarrung Kiri dan Dingau yang
mengambil air dari sungai Pamukulu yang mempunyai fasilitas pengambilan dengan kapasitas desain
8,3 m/dtk. Fasilitas pengambilan tersebut saat ini telah mengalami penurunan mutu sehingga
kapasitas aktualnya jatuh sangat jauh dari kapasitas desainnya yang mengakibatkan areal pertanian
yang dapat terairi maupun intensitas tanamannya telah semakin menurun. Berkaitan dengan hal itu,
maka dipandang perlu untuk mengadakan analisa keseimbangan air pada daerah irigasi tersebut
sehingga pengelolaan air dapat terlaksana dengan baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan
datang.
Pada tulisan ini, obyek studi adalah D.I Pamukulu yang terletak di Kabupaten Takalar yang
memiliki areal pertanian yang cukup luas namun hasil pertanian yang diperoleh belum optimal.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah analisa keseimbangan air dalam wilayah studi adalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar kebutuhan air untuk pertanian pada D.I Pamukulu ?
2. Seberapa besar pengaruh keseimbangan air terhadap hasil produksi pertanian setelah diadakan
analisa keseimbangan air pada D.I Pamukulu?

1.3. Maksud dan Tujuan Penulisan


Maksud dari penulisan ini adalah memberikan gambaran tentang perencanaan irigasi melalui
penyediaan air pada masing- masing bendung yang terdapat pada D.I Pamukulu untuk memenuhi
kebutuhan air irigasi untuk pertanian.
Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk menganalisa pola kebutuhan air irigasi untuk pertanian dan pengaturan airnya pada D.I
Pamukulu.
2. Untuk mengevaluasi ketersediaan air pada D.I Pamukulu.

1.4. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini antara lain :
1. Sebagai suatu upaya untuk mengetahui besarnya kebutuhan dan ketersediaan air irigasi untuk
areal pertanian pada D.I Pamukulu dan sejauh mana pengaruh ketersediaan air dengan adanya
sistem pengelolaan air yang lebih baik bagi produksi pertanian.
2. Sebagai suatu upaya untuk menyusun suatu sistem pengelolaan air dengan memanfaatkan
kebutuhan dan ketersediaan air irigasi pada D.I Pamukulu sehingga tercapai suatu
keseimbangan air.

2
FLOW CHART KESEIMBANGAN AIR
Mulai
Mulai

Pengumpulan Data
1. Data Curah Hujan
2. Data Klimatologi
3. Data Debit
4. Skema Pola Tanam D.I Pamukulu

Ketersediaan Air Irigasi Kebutuhan Air Irigasi

1. Pengolahan Data Curah Hujan 1. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi di Sawah (NFR)
Data CH harian Sta(R1,R1Rn) Penggunaan Konsumtif (Etc)
CH bulanan (R1+R1++Rn Etc = kc. Eto
CH Rencana dengan metode Gumbel,Log Pearson Eto = Et* . c
Type III dan Haspers Et* = w(0,75.Rs-Rn-1) + (1-w) . F(u) . (ea-ed)
Uji Kesesuaian Distribusi Penyiapan Lahan
Debit Andalan IR = M.ek/ (ek-1)
n M = Eo + P
R80 = + 1
5 Eo = 1,1 . Eto
M.T
2. Perhitungan Debit Sungai (Metode F.J.Mock) k =

Rn,n,Z hari hujan,Eto,m,l,k,A Perkolasi (P)
Evapotranspirasi Aktual Penggantian Lapisan Air (WLR)
Eto/Ea =m/20(18-n) Curah Hujan Efektif
E =Etox(Eto/Ea) Re =(0,70. 115 . R80)
Ea =Eto-E Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi (IR)
Keseimbangan Air NFR
S =Rn-Ea IR =
.8,64
,atau
Tampungan air oleh tanah NFR = LP + Etc + P Re + WLR
Kelembaban tanah Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija
Ws =S-Ea NFR =Etc-Re
Limpasan dan penyimpanan air tanah
Infiltrasi =Wsxi,
Vol.penyimpanan=0,5(1+k)l)+(k. V(n-1))
Vn =Vn-V(n-1)
Bn =I-Vn
Dro =Ws-I
Qn =Dro+Bn
Qn =qn.A,
Qand =n/5 +1
Ketersediaan Air Kebutuhan Air

Tidak
Memenuhi

Meningkatnya Hasil Produksi Pertanian Selesai

3
B. GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI DAN DATA PENULISAN

2.1. Lokasi Studi


Daerah Irigasi Pamukulu berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Takalar
Propinsi Sulawesi Selatan.
Lokasi daerah irigasi ini terletak 30 km sebelah selatan kota Makassar ibukota
Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi tersebut dapat ditempuh lewat jalan darat dengan lama
perjalanan 1-2 jam. Peta lokasi studi dapat dilihat pada lampiran 1.
Berdasarkan koordinat geografi, daerah studi terletak : 05 30 02- 05 38 25 LS
dan 119 22 03 - 119 39 03 BT.

2.2.Kondisi Daerah Studi

Tabel 2.1. Luas Areal Pertanian D.I Pamukulu


Area Lahan Pertanian Area Irigasi
Tanaman Saat Ini Rencana Saat Ini Rencana
Pamukulu Padi 4.190 4.440 3.000 4.440
Tebu 250 0 0 0
SubTotal 4.440 4.440 3.000 4.440
Jenemarrung Kiri Padi 1.380 1.380 0 1.380
Dingau Padi 510 610 0 610
Tebu 100 0 0 0
Sub Total 610 610 0 610
Total 6.430 6.430 3.000 6.430
Sumber : Dinas PU Pengairan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Sulawesi
Selatan.

Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah pengaliran sungai Pamukulu mempunyai panjang sungai 57 km dan luas
daerah pengaliran sungai sekitar 146,8 km.
Sungai Pamukulu merupakan sungai yang dimulai dari gunung Paowang dengan
elevasi +1.133 m, melewati kota Takalar dan akhirnya bermuara di selat Makassar. Bagian
hulu disebut sungai Pamukulu, tetapi berubah nama menjadi sungai Cambaya setelah sungai
Pamukulu bertemu dengan sungai Dingau sebagai anak sungai utama. Selanjutnya sungai
ini kemudian berganti nama lagi menjadi sungai Pappa sepanjang daerah muara. Intrusi
kadar garam dari laut mencapai 12 km ke arah hulu pada musim kemarau yang disebabkan
karena sangat landainya kemiringan aliran sungai. Selain itu, daerah hilir sangat mudah
digenangi luapan air khususnya selama pasang naik pada musim hujan.
Airnya bersumber dari pegunungan Baturape dan mengalir ke lahan datar sekitar 2
km dari hulu bendung Pamukulu. Lebar dasar sungai di lokasi bendung cukup sempit dan
sisi lerengnya landai dan berkelok. Sungai ini mempunyai batuan yang keras dan tidak
terlalu tembus air jadi memiliki cukup kekuatan untuk dijadikan bendungan tipe rockfill dan
bendungan tipe gravity concrete.

4
Intensitas Tanam dan Kondisi Usaha Tani
Intensitas tanam adalah tingkat pengusahaan usaha tani pada lahan persawahan.
Rata- rata intensitas tanam areal persawahan (tidak termasuk palawija dan sayur- sayuran)
diperkirakan sebesar 146 % berdasarkan data Dinas Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan.
Skema irigasi teknis pada daerah Irigasi Pamukulu mempunyai intensitas tanam yang lebih
tinggi yaitu 178 % sesuai dengan tabel berikut ini :

Skema Pola Tanam Daerah Irigasi Pamukulu


Skema pola tanam Daerah Irigasi Pamukulu selama satu tahun digambarkan pada
tabel berikut ini :

Tabel 2.2. Skema Pola Tanam


Des
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
2
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1

Padi Gol 1 Palawija

Padi Gol 2

1. Tanaman Padi
Untuk Padi Golongan 1, penyiapan lahan dimulai pada November 1. Musim tanam
pertama berakhir pada Maret 1 sebab padi yang digunakan berumur tiga bulan. Untuk
Padi Golongan 2, penyiapan lahan dimulai Desember 1.Musim tanam kedua berakhir
pada April 1.
2. Tanaman Palawija
Palawija mulai ditanam pada Juni 1 sebab curah hujan kurang pada bulan tersebut.
Umur palawija sekitar tiga bulan sehingga berakhir pada September 1.

C. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Umum
Air adalah kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, hewan dan proses
pertumbuhan tanaman. Adapun air yang diperoleh dalam usaha pemenuhan kebutuhan
pertumbuhan tanaman serta keperluan pertanian umumnya menggunakan irigasi, telah
dilakukan sejak lama seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia.
Irigasi adalah semua tindakan yang dilakukan sehubungan dengan pengaliran air dan
pembagian ke bidang-bidang secara teratur serta kelebihan air yang tidak diperlukan lagi
dimana sejumlah air tersebut diambil dari sungai atau waduk dan dialirkan melalui sistem
jaringan irigasi guna menjaga keseimbangan jumlah air di lahan pertanian. Tujuan irigasi adalah
sebagai berikut :
Untuk membasahi tanah

5
Untuk menambah kesuburan tanah
Untuk mengatur suhu tanah
Untuk memberantas hama
Membersihkan zat-zat berbahaya bagi tanaman
Mempertinggi muka air tanah
Koltamasi.
3.2. Sumber Air
Sumber air adalah tempat dan wadah air, baik yang terdapat di atas maupun di
bawah permukaan tanah. Sumber-sumber air alamiah antara lain adalah; air sungai, air laut,
air hujan, mata air, air tanah, dll. Akan tetapi besarnya air yang tersedia berbeda-beda
tergantung dari musim dan lokasinya. Besarnya air yang tersedia yang menjadi sumber air
daerah tersebut adalah besarnya air yang akan dikurangi dan besarnya air yang telah
digunakan berdasarkan peraturan air. Harga minimum besarnya air yang tersedia juga
menjadi indeks untuk menelaah tersedianya jumlah air alamiah.

3.3. Keseimbangan Air


Analisa keseimbangan air dilakukan untuk mendapatkan suatu kondisi yang
optimum dari rencana jaringan irigasi dengan komponen utama inflow (curah hujan yang
jatuh di daerah tangkapan hujan) dengan outflow yang dipengaruhi oleh luas area irigasi dan
pola tanam.
Dalam perhitungan keseimbangan air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkan untuk
pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan ketersediaan air dan luas daerah yang
bisa diairi. Apabila ketersediaan air melimpah maka luas daerah proyek irigasi akan menjadi
maksimum.
1. Ketersediaan Air
Ketersediaan air adalah banyaknya air yang tersedia pada sumbernya dan dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan sesuai dengan kebutuhan. Air yang tersedia
mencakup dua pengertian, yaitu :
a. Kualitas air (Water quality), adalah kecocokan air untuk pertanian.
b. Kuantitas air (Water quantity), adalah banyaknya air yang tersedia.
1.1. Curah Hujan Harian Maksimum
Curah hujan harian maksimum tahunan dihitung dengan mengambil nilai
rata- rata curah hujan harian maksimum yang terjadi pada hari yang dari data
tahunan yang sama dari masing- masing stasiun yang dianggap memberi pengaruh.
Jika kondisi letak stasiun penakar curah hujan di sekitar lokasi tidak
memungkinkan untuk menentukan hujan rata- rata daerah dengan metode Thieseen
Poligon, maka metode yang digunakan adalah rata- rata aljabar.
Rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan dengan metode rata- rata
Aljabar adalah :
+++.
d =
(3.1)
= = /

6
Dimana : d = Nilai curah hujan rata- rata
d1+d2+d3+dn = Nilai curah hujan pada titik pengamatan
n = Banyaknya titik pengamatan.

Dari hasil perhitungan curah hujan harian maksimum rerata dari suatu
daerah yang kita tinjau maka dapat dilakukan analisa frekuensi untuk menghitung
curah hujan rencana dengan metode Gumbel, Log-Person Type III dan Haspers
dengan periode ulang tertentu.

3.4. Debit Andalan


Debit andalan dapat diartikan sebagai debit yang tersedia guna keperluan
tertentu seperti irigasi dan lain-lain sepanjang tahun dengan resiko kegagalan
yang telah diperhitungkan.
Nilai debit andalan (R80), yakni curah hujan rata- rata setengah bulanan
(mm/15 hari) dengan kemungkinan terpenuhinya 80 % dan kemungkinan tidak
terpenuhi 20 %, dengan menggunakan rumus analitis :


R80 = + (3.2)

Dimana : R80 = Debit andalan


n = Jumlah tahun pengamatan
1 = Kemungkinan tak terpenuhi 20 %
5

Ada beberapa cara yang dipakai dalam menganalisa potensi air. Masing-
masing cara mempunyai ciri khas tersendiri, pemilihan metode yang sesuai
umumnya berdasarkan atas pertimbangan- pertimbangan yaitu data yang tersedia,
jenis kepentingan dan pengalaman perencana. Dalam penulisan tugas akhir ini,
metode yang kami gunakan dalam menganalisa debit andalan adalah dengan
menggunakan metode F.J.Mock.

3.5. Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumtif tanaman yang terjadi pada petak sawah dengan memperhatikan
jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah. Kebutuhan
air irigasi di sawah meliputi :
Penggunaan konsumtif (Etc)
Penyiapan lahan (LP)
Perkolasi (P)
Penggantian lapisan air (WLR)
Curah hujan efektif.

7
3.6. Cara Pemberian Air Irigasi
Berdasarkan caranya, pemberian air dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Pemberian air secara terus-menerus
Yaitu pemberian air yang dilakukan secara serentak untuk suatu tanaman dan
persiapan penggolongan tanahnya di dalam suatu daerah irigasi. Hal ini dilakukan
bilamana persediaan air cukup banyak sehingga air yang ada dapat diberikan kepada
semua lahan yang memerlukan.
Pemberian air dengan aturan golongan
Seperti telah diketahui bahwa dalam persediaan air dalam jangka waktu satu tahun
tidak tetap, artinya pada bulan-bulan tertentu persediaan air sangat kecil dan kadang-
kadang persediaan airnya tidak cukup. Oleh karena itu, dalam menghadapi musim tanam
lahan pertanian biasanya dibagi menjadi beberapa golongan antara lain :
Golongan untuk saluran primer terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier.
Golongan untuk saluran sekunder terdiri dari saluran sekunder dan tersier.
Golongan untuk saluran tersier pembagiannya dalam petak tersier itu sendiri.
Pemberian air secara bergilir
Yaitu pemberian air yang dilakukan secara bergantian atau bergiliran antara lahan-
lahan di dalam suatu irigasi. Ini dilakukan bilamana jumlah persediaan air yang ada
sangat kecil sehingga tidak memungkinkan apabila dilakukan pemberian air secara
serentak. Cara ini ada beberapa macam tergantung dari jumlah air yang ada antara lain:
giliran jam, giliran antara saluran, giliran antara desa, dan giliran antara kelompok.
Sistem gilir antara saluran diterapkan bilamana saluran tersebut berada dalam suatu desa,
sedangkan sistem gilir desa diterapkan bila saluran / petak tersier tersebut terbagi dalam
beberapa desa.

3.8. Tata Guna Lahan


Tata guna lahan adalah variasi dan intensitas penggunaan lahan pada suatu daerah yang
merupakan salah satu bentuk indikator yang merefleksikan tingkat dinamisasi dan
penguasaan teknologi penduduk dalam mengeksploitasi sumber daya alam sekaligus
menampakkan pencerminan potensi daerah yang bersangkuta,Tata guna lahan terdiri dari
pola tanam dan tata tanam.
1. Pola Tanam
Pola tanam adalah cara pengaturan dan pemilihan jenis tanaman yang diusahakan
pada sebidang lahan dalam waktu tertentu. Penanaman dilakukan secara bergiliran pada
suatu lahan tertentu, baik untuk tanaman yang sama maupun jenis tanaman yang
berbeda. Iklim sangat menentukan jenis tanaman yang diusahakan pada suatu daerah,
karena iklim sangat besar pengaruhnya terhadap ketersediaan air bagi tanaman.

8
Tabel 3.1. Pola Tanam
No. Ketersediaan air untuk jaringan irigasi Pola tanam dalam satu tahun

1. Tersedia air cukup banyak Padi-Padi-Padi


Padi-Padi-Palawija

2. Tersedia air dalam jumlah cukup Padi-Padi-Bero


Padi-Palawija-Palawija

3. Daerah yang cenderung kekurangan air Padi-Palawija-Bero


Palawija-Padi-Bero

(Sumber : Irigasi dan Bangunan Air, Hal 25).

2. Tata Tanam
Tata tanam adalah pengaturan serta jadwal tanam yang lebih terperinci dimana
menggambarkan kegiatan- kegiatan mulai dari pengolahan, waktu tanam, akhir tanam,
luas tanah dari masing- masing tanaman serta jumlah air yang diperlukan.
Air pengairan diberikan ditambah atau dikurangi berdasarkan kebutuhan air pada
tata tanam yang telah disesuaikan dengan iklim, kesukaran lahan, cara bercocok tanam,
luas area tanam, topografi dan periode pertumbuhan serta jenis tanaman.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan Ketersediaan Air


1. Pengolahan Data Curah Hujan

Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Metode
Gumbel, Log Pearson Type III dan Haspers
Periode M .Log Pearson M
No M .Gumbel
Ulang Type III .Haspers
1 1,25 39,51 50,89
2 2 62,51 62,91
3 5 83,19 77,78 83,79
4 10 96,92 86,90 97,62
5 25 110,10 97,80 110,89
6 50 112,94 105,56 113,75
7 100 127,13 113,05 128,04
8 200 139,94 120,40 140,95

2. Perhitungan Debit Sungai dengan Metode F.J.Mock


Untuk memperkirakan debit aliran sungai dihitung dengan metode F.J.Mock.
Perhitungan debit aliran sungai tahun 2007 seperti pada tabel 4.2 berikut ini

9
1. Data Meteorologi.
a. Hujan bulanan (Rn) diambil dari data hasil perhitungan hujan bulanan.
Januari = 669,83 mm.
b. Jumlah hari hujan (n), diambil dari rata- rata jumlah hari hujan kedua stasiun.
Januari = 16 hari.
c. Jumlah hari untuk Januari = 31 hari.

2. Evapotranspirasi Aktual.
a. Evapotranspirasi Potensial, diambil dari data evapotranspirasi.
Januari = 3,92 mm/hr.
b. ETo bulanan = Evapotranspirasi x jumlah hari setiap setengah bulanan.
Januari = 3,92 x 31 = 121,52 mm/ bln.
c. Permukaan lahan yang terbuka (m) = 30 %
d. ETo/ Ea.
Januari = m/ 20 (18- n) = 0,3/ 20 (18- 16) = 0,03 %.
e. E = ETo x (m/ 20 (18- n)).
Januari = 121,52 x 0,03 = 3,65 mm/ bln.
f. Ea = ETo E.
Januari = 121,52 3,65 = 117,87 mm/ bln.
3. Keseimbangan Air.
a. S = Rn- Ea.
Januari = 669,83 117,87 = 551,96 mm/ bln.
b. Tampungan air oleh tanah, merupakan perubahan volume air yang ditahan oleh
tanah dimana besarnya tergantung dari S dan simpanan air oleh tanah bulan
sebelumnya yang nilainya 0 bila kelembaban tanah mencapai maksimum = 100 mm.

10
Januari = 0 mm/ bln, karena kelembaban tanah = 100 mm.
c. Kapasitas kelembaban tanah, adalah volume air untuk melembabkan tanah, dimana
kapasitas maksimumnya = 100 mm.
Januari = Kelembaban tanah awal + S
= 100 + 551,96 = 651,96 mm/ bln 100 mm/ bln.
d. Kelebihan air (Ws) = S Kandungan air tanah.
Ws nilainya 0 jika S < Tampungan air oleh tanah.
Januari = 551,96 0 = 551,96 mm/ bln.

4. Limpasan dan Penyimpanan Air Tanah.


a. Faktor I = Koefisien infiltrasi = 0,2 0,5 ; diambil I = 0,3.
b. Faktor k = Faktor resesi aliran tanah, k = 0,4 0,7; diambil k = 0,6.
c. Infiltrasi (I) = Ws x i
Januari = 551,96 x 0,3 = 165,59.
d. Volume penyimpanan = Volume air tanah = (0,5(1+k)I) + (k.V(n-1)).
Untuk Januari nilai tampungan awal dianggap 50 mm.
Januari = (0,5(1+0,6)165,59) + (0,6.(50)) = 245,26
e. Vn = Vn V (n-1).
Volume tampungan untuk Januari dan Februari = Vn V (n-1).
Januari = 30 50 = -20.
f. Aliran dasar (Base flow), Bn = I Vn.
Januari = 165,59 + 20 = 185,59 mm/ bln.
g. Aliran langsung (Direct run off) = Ws I.
Januari = 551,96 165,59 = 386,37 mm/ bln.
h. Limpasan (Run off), qn = Dro + Bn
Januari = 386,37 + 185,59 = 571,96 mm/ bln.
i. Debit efektif (Qn) = Run off x Luas DAS = qn x A.
Januari = (571,96/1000/31/24/3600) x (146,8.106) = 3,13 m3/ dt.

Setelah diperoleh debit bulanan, selanjutnya nilai tersebut dimasukkan dalam tabel.
Kemudian direngking dan dicari nilai debit andalan (R80).

R80 = n/5 + 1
= 10/5 + 1
= 3.diambil data urutan ketiga.

A. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi


1. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi di Sawah
a. Evapotranspirasi
Untuk memperkirakan besarnya evapotranspirasi (Eto) dipakai cara
Penmann. Perhitungan evapotranspirasi untuk bulan Januari adalah sebagai berikut :
1. Suhu (t) = 26,6C (Data)

11
2. Kelembaban relatif Rh = 89,4 % (Data)
3. Kecepatan angin (u) = 66,4 m/dt (Data)
4. Angka angot (Ra) = 15,64 mm/dt (Lampiran 7.2)
5. Fungsi suhu (f(t)) = 16,13 (Lampiran 7.1)
6. Faktor yang berhubungan dengan temperatur dan elevasi daerah
(w) = 0,761 (Lampiran 7.1)
7. Tekanan uap jenuh (ea) = 34,83 mbar (Lampiran 7.1)
8. Penyinaran matahari (n/N) = 4,3 % (Data)
9. Angka koreksi penanaman (c) = 1,10 (Lampiran 7.3)
10. Rs = (0,25+0,54.n/N).Ra
= (0,25+0,54.0,043).15,64
= 0,53 mm/hari
11. ed = ea.Rh
= 34,83.0,894
= 31,14 mbar
12. f(ed) = (0,34-(0,44 ))
= (0,34-(0,44. 0,3114))
= 0,315 mbar
13. f(n/N) = 0,1+(0,9.(n/N))
= 0,1+(0,9.(0,043))
= 0,14
14. Rn1 = f(t).f(ed).f(n/N)
= 16,13.0,315.0,14
= 0,71 mm/hari
15. f(u)= 0,27(1+(0,864.u))
= 0,27(1+(0,864.66,4))
= 0,58 m/dt
16. (ea-ed) = 34,83-31,14
= 3,69 mbar
17. Et* = w((0,75.Rs)-Rn1) + (1-w) . f(u) . (ea-ed)
= 0,761((0,75.0,53)-0,71) + (1-0,761) . 0,58 . 0,0369
= 3,56 mm/hari
18. Eto = Et*.c
= 3,56.1,10
= 3,92 mm/hari.

B. Pola Tanam Daerah Irigasi Pamukulu


Skema pola tanam selama satu tahun digambarkan pada tabel 4.3 berikut ini :

12
Tabel 4.3. Skema Pola Tanam
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Padi Gol 1 Palawija


Padi Gol 2

(Sumber : Dinas PU Pengairan Propinsi Sulawesi Selatan).

3. Tanaman Padi
Untuk pembahasan perhitungan kebutuhan air padi diambil padi yang skema pola
tanamnya dapat dilihat pada tabel 4.10. Untuk Golongan 1, penyiapan lahan dimulai
pada November 1. Musim tanam 1 berakhir pada Maret 1 sebab padi yang digunakan
berumur tiga bulan. Untuk Golongan 2, penyiapan lahan dimulai Desember 1.

Tabel 4.4. Skema Pola Tanam Padi


Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Padi Gol 1

Padi Gol 2

Padi yang digunakan adalah padi varietas unggul dari FAO

4. Tanaman Palawija
Palawija mulai ditanam pada Juni 1 sebab curah hujan kurang pada bulan tersebut.
Umur palawija sekitar tiga bulan sehingga berakhir pada September 1. Skema pola
tanamnya dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 4.5. Skema Pola Tanam Palawija
Jun Jul Ags Sep
1 2 1 2 1 2 1 2

Palawija

Palawija yang digunakan adalah palawija jenis unggul dengan umur tanaman sekitar
tiga bulan.

13
Tabel 4.6. Perhitungan Kebutuhan Air di Sawah untuk Tanaman Palawija
Re NFR
Eto P Palawija Etc Plwj NFR Plwj
Periode Plwj Plwj
mm/hr mm/hr mm/hr c1 c2 c mm/hr mm/hr l/dt/ha
1 2,98 0,02 0,50 0,25 0,75 0,73 0,08
Jun 2,0
2 2,98 0,07 0,75 0,50 0,63 1,88 1,81 0,21
1 3,32 0,03 1,00 0,75 0,88 2,92 2,89 0,33
Jul 2,0
2 3,32 0,00 1,00 1,00 1,00 3,32 3,32 0,38
1 5,68 0,00 0,82 1,00 0,91 5,17 5,17 0,60
Ags 2,0
2 5,68 0,00 0,45 0,82 0,64 3,64 3,64 0,42
1 9,26 0,02 0,23 2,13 2,11 0,24
Sep 2,0
2 9,26

C. Analisa Keseimbangan Air


Hasil perhitungan keseimbangan air dapat dilihat pada lampiran 12 dan untuk hasil
perhitungan kebutuhan air irigasi di sawah setengah bulanan pada D.I Pamukulu dapat
dilihat padagarafik berikut ini :

Gambar 4.1. Grafik Keseimbangan Air

6000
5000
4000
Debit(l/dt)

3000
2000
1000
0
Ags
Ags

Okt
Okt
Mar
Mar
Apr
Apr
Mei
Mei

Jul
Jul

Nov
Nov
Jun
Jun
Feb
Feb

Sep
Sep

Des
Des
Jan
Jan

Debit(l/dt) 1/2 Bulanan

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa air yang tersedia telah mampu memenuhi
kebutuhan air pada areal pertanian yang ada meskipun pada bulan Desember 1 terdapat
kekurangan air yang cukup besar. Tetapi kekurangan air ini masih bisa ditanggulangi dengan
kelebihan air pada bulan sebelumnya sehingga hasil produksi pertanian dapat optimal sesuai
dengan yang diharapkan.

14
Tabel 4.7. Hasil Produksi Pertanian Sebelum dan Setelah Analisa Keseimbangan Air.
(dalam : ton/ha)

Jenis Sebelum Setelah

1. Padi
- Padi musim hujan (sistem irigasi) 3.8 6.0
- Padi musim kemarau (sistem irigasi) 3.0 6.0
- Padi musim hujan (sistem tadah hujan) 3.3 -
2. Palawija
- Kedelai 1.3 1.7
- Kacang tanah 1.0 1.8
- Kacang-kacangan 0.8 1.2
- Jagung 3.7 5.0
3. Tebu 50.0 -
(Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sulawesi Selatan).

Jadi, dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa terjadi peningkatan produksi pertanian
yang cukup besar dalam wilayah studi setelah mengadakan analisa keseimbangan air pada
D.I. Pamukulu sehingga dengan demikian dapat pula meningkatkan pendapatan para petani
di wilayah tersebut.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari keseluruhan hasil pembahasan penulisan ini maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan, kebutuhan air irigasi sawah pada D.I Pamukulu dengan
menggunakan perhitungan curah hujan efektif adalah sebesar 10.987,02 l/dt sedangkan
debit yang tersedia yang didapatkan dengan menggunakan metode F.J.Mock adalah sebesar
41.916 l/dt.
2. Pengaruh keseimbangan air terhadap hasil produksi pertanian setelah diadakan analisa
keseimbangan air pada D.I Pamukulu yaitu :
- Pengaruh terhadap hasil produksi pertanian khususnya padi dan jagung berdasarkan
sumber Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sulawesi Selatan mengalami
peningkatan dimana padi dari 3,0 ton/ha menjadi 6,0 ton/ha sedangkan jagung dari 3,7
ton/ha menjadi 5,0 ton/ha.
- Berdasarkan kondisi klimatologi, curah hujan serta ketersediaan air pada sungai
Pamukulu, maka pengaruhnya terhadap pola tanam yang sebelumnya Padi- Padi-
Palawija dengan intensitas tanam 146% serta tata tanam ; penanaman pertama pada
bulan Desember s/d Maret dan kedua pada bulan Januari s/d April, maka diusulkan pola
tanam Padi- Padi- Palawija dengan intensitas tanam 200% dengan musim tanam yaitu ;
penanaman pertama pada bulan Januari s/d April (Padi 100%) dan penanaman kedua
pada bulan Februari s/d Mei (padi 100%).

15
B. Saran- saran
1. Agar debit yang tersedia dapat mengairi keseluruhan areal pertanian khususnya pada bulan
Desember dimana kebutuhan air irigasi melebihi ketersediaan air yang ada, maka
disarankan agar dilakukan pemberian air secara bergilir.
2. Karena tidak ada data debit sungai, data debit sungai yang digunakan dari penulisan ini
merupakan hasil pengalihragaman hujan menjadi aliran dengan menggunakan metode F.J
Mock, oleh karena itu sebaiknya stasiun- stasiun yang terdapat pada sungai Pamukulu
Kabupaten Takalar dapat dipelihara dan diadakan pencatatan secara kontinyu atau
berkelanjutan yang berguna untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, Departemen Pekerjaan Umum, 2002. Draft Main Report for Detailed Design of
Irrigation. Makassar. PT. Indra Karya, PT. Arkonin Engineering MP, PT. Buana
Archicon, PT. DDC Consultants dan PT. Virama Karya.

Anonymous, Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Kriteria Perencanaan 01. Cetakan Pertama
Bagian Perencanaan Irigasi. CV. Galang Persada. Bandung, CV. Putera Gombong dan
diterbitkan oleh Badan penerbit PU Jakarta.

Anonymous, Departemen Pekerjaan Umum, 2001. Laporan Interim Studi Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air untuk Wilayah Sungai Maros- Jeneponto. Makassar . PT. Virama
Karya, PT. Indra Karya dan PT. DDC Consultants.

C. B. Soemarto. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta.

Effendi Pasandaran, Donald C Tailor. 1984. Irigasi Perencanaan dan Pengelolaan. PT. Gramedia.
Jakarta.

O.F. Patty. 1994. Tenaga Air. PT. Erlangga. Jakarta.

Ray K. Linsey, Joseph B Fransini, Djoko Sasongko. 1994. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga.
Jakarta.

Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. Pustaka Utama Gramedia. Jakarta.

Sosrodarsono. Suyono, Dr. Ir, Tominaga. Masateru, Dr (editor). 1985. Perbaikan dan Pengaturan
Sungai. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sosrodarsono . Suyono. Dr. Ir, Takeda. Kensaku (editor). 1997). Hidrologi untuk Pengairan. Dicetak
oleh PT. Dainippon Gitakarya Printing. Jakarta dan diterbitkan oleh PT. Pradnya
Paramita. Jakarta.

16
17

Anda mungkin juga menyukai