Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

KRITERIA PASIEN MASUK DAN KELUAR


RUANG RAWAT INTENSIVE

MITRA KELUARGA TEGAL


JL. SIPELEM NO. 4 KEMANDUNGAN TEGAL
TELP. (0283)340999, FAX (0283)340742

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang rawat intensive adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan

staf khusus dan perlengkapan yang khusus pula, yang ditujukan untuk observasi,

perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera, atau penyulit-

penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa. Ruang-ruang tersebut

menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang

fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain
yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
Pada unit keperawatan tersebut, perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan

melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang

bekerjasama dalam tim. Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam

meningkatkan keselamatan pasien. Selain itu juga diperlukan dalam rangka meningkatkan

pelayanan.
RS Mitra Keluarga Tegal sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang

terkadang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan rawat intensive

yang meliputi ICU, IMC, PICU, NICU, dan ICCU yang profesional dan berkualitas dengan

mengedepankan mutu dan keselamatan pasien. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya

tenaga-tenaga khusus serta terbatasnya sarana dan prasarana, maka perlu dibuat suatu

panduan yang mengatur kriteria pasien yang masuk dan keluar ruang rawat intensif agar

penggunaannya menjadi lebih efisien


B. Tujuan
Meningkatkan efisiensi penggunaan ruang ICU, IMC, PICU, NICU, dan ICCU RS Mitra

Keluarga Tegal
C. Manfaat
Menjadi acuan dalam penerimaan dan pemindahan pasien di ruang ICU, IMC, PICU,

NICU, dan ICCU RS Mitra Keluarga Tegal


D. Ruang Lingkup
1. Kriteria masuk dan keluar ruang ICU
2. Kriteria masuk dan keluar ruang IMC
3. Kriteria masuk dan keluar ruang PICU
4. Kriteria masuk dan keluar ruang NICU
5. Kriteria masuk dan keluar ruang ICCU
E. Sasaran
1. Rawat Intensive
2. Ruang Perawatan Rawat Inap
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Kamar Bedah
F. Dasar Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No 36 / 2009 tentang kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia No 44 / 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang Republik Indonesia No 29 / 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1778 / 2010 tentang pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit


5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 834 / 2010 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit

BAB II
KRITERIA PASIEN MASUK DAN KELUAR RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

A. PENGERTIAN
Intensive Care Unit adalah suatu bagian dari RS. Dengan staff khusus yang ditujukan

untuk observasi,perawatan dan terapi pasien yang menderita penyakit,cedera atau

penyulit - penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa. ICU

menyediakan kemampuan,sarana dan prasarana serta peralatan khusus yang menunjang

fungsi - fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medis, perawat dan staf lain

yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan - keadaan tersebut.


Pelayanan Intensive Care adalah pelayanan rumah sakit yang diperuntukan dan

ditentukan oleh kebutuhanpasien yangsangat kritis.Sedangkan tujuan dari pelayanan

intensive care adalah memberikan pelayanan medik,tertitrasi dan berkelanjutan.


Dimana Ruang Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu unit yang merupakan bagian

dari unit pelayanan di RS Mitra keluarga Tegal. Ruang lingkup pelayannya meliputi hal-hal

sebagai berikut:
1. Diagnosis penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam nyawa

dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari;
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan

penatalaksanaan spesifik problema dasar;


3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksaan terhadap komplikasi yang

ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik;


4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat tergantung

pada alat/mesin dan orang lain.


B. PEMBERIAN INFORMASI KEPADA PASIEN / KELUARGA
Sebelum pasien dimasukan ke ICU, pasien dan/atau keluargannya harus mendapatkan

penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus

mendapatkan perawatan di ICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan

selama pasien dirawat di ICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh DPJP atau asisten DPJP

yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien dan/atau keluarganya dapat menerima

atau menolak untuk dirawat di ICU. Persetujuan atau penolakan dinyatakan dengan

menandatangani formulir informed consent.

C. KRITERIA PASIEN MASUK BERDASARKAN DIAGNOSIS


1. Sistem Cardiovaskuler
a. Infark Miokard Akut dengan komplikasi
b. Syok Kardiogenik
c. Aritmia kompleks yang membutuhkan monitoring ketat dan intervensi
d. Gagal jantung kongestif dengan gagal napas dan/atau membutuhkan support

hemodinamik
e. Hipertensi emergensi
f. Angina tidak stabil, terutama dengan disritmia, hemodinamik tidak stabil, atau

nyeri dada menetap


g. S/P cardiac arrest
h. Tamponade jantung atau konstriksi dengan hemodinamik tidak stabil
i. Diseksi aneurisma aorta
j. Blokade jantung komplit
2. Sistem Pernapasan
a. Gagal napas akut yang membutuhkan bantuan ventilator
b. Emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil
c. Pasien dalam perawatan Intermediate Care Unit yang mengalami perburukan

fungsi pernapasan
d. Membutuhkan perawat/ perawatan pernapasan yang tidak tersedia di unit

perawatan yang lebih rendah tingkatnya misalnya Intermediate Care Unit


e. Hemoptisis masif
f. Gagal napas dengan ancaman intubasi
3. Penyakit Neurologis
a. Stroke akut dengan penurunan kesadaran
b. Koma : metabolik, toksik, atau anoksia
c. Perdarahan intracranial dengan potensi herniasi
d. Perdarahan subarachnoid akut
e. Meningitis dengan penurunan kesadaran atau gangguan pernapasan
f. Penyakit sistem saraf pusat atau neuromuskuler dengan penurunan fungsi

neurologis atau pernapasan (misalnya: Myastenia Gravis, Syndroma Guillaine-

Barre)
g. Status epilektikus
h. Mati batang otak atau berpotensi mati batang otak yang direncanakan untuk

dirawat secara agresif untuk keperluan donor organ


i. Vasospasme
j. Cedera Kepala Berat
4. Overdosis obat atau keracunan obat
a. Keracunan obat dengan hemodinamik tidak stabil
b. Keracunan obat dengan penurunan kesadaran signifikan dengan

ketidakmampuan proteksi jalan napas


c. Kejang setelah keracunan obat
d. Penyakit Gastrointestinal
e. Perdarahan gastrointestinal yang mengancam nyawa termasuk hipotensi, angina,

perdarahan yang masih berlangsung, atau dengan penyakit komorbid


f. Gagal hati fulminan
g. Pankreatitis berat
h. Perforasi esphagus dengan atau tanpa mediastinitis
5. Endokrin
a. Ketoasidosis diabetikum dengan komplikasi hemodinamik tidak stabil, penurunan

kesadaran, pernapasan tidak adekuat atau asidosis berat


b. Badai tiroid atau koma miksedema dengan hemodinamik tidak stabil
c. Kondisi hiperosmolar dengan koma dan/atau hemodinamik tidak stabil
d. Penyakit endokrin lain seperti krisis adrenal dengan hemodinamik tidak stabil
e. Hiperkalesemia berat dengan penurunan kesadaran, membutuhkan monitoring

hemodinamik
f. Hipo atau hipernatremia dengan kejang, penurunan kesadaran
g. Hipo atau hipermagnesemia dengan hemodinamik terganggu atau disritmia
h. Hipo atau hiperkalemia dengan disritmia atau kelemahan otot
i. Hipofosfatemia dengan kelemahan otot
6. Bedah
Pasien pasca operasi yang membutuhkan monitoring hemodinamik/ bantuan

ventilator atau perawatan yang ekstensif


7. Lain-lain
a. Syok sepsis dengan hemodinamik tidak stabil
b. Monitoring ketat hemodinamik
c. Trauma faktor lingkungan (petir, tenggelam, hipo / hipertermia)
d. Terapi baru / dalam percobaan dengan potensi terjadi komplikasi
e. Kondisi klinis lain yang memerlukan perawatan setingkat ICU

D. KRITERIA PASIEN MASUK BERDASARKAN PARAMETER OBJEKTIF


1. Tanda vital
a. Nadi < 40 atau > 150 kali/menit
b. Tekanan darah sistolik arteri < 80 mmHg atau 20 mmHg dibawah tekanan darah

pasien sehari-hari
c. Mean arterial preassure < 60 mmHg
d. Tekanan darah diastolik ateri > 120 mmHg
e. Frekuensi napas >35 kali/menit
2. Nilai Laboratorium
a. Natrium serum < 110 mEq/L atau > 170 mEq/L
b. Kalium serum < 2.0 mEq/L atau > 7.0 mEq/L
c. PaO2 < 50 mmHg
d. pH < 7.1 atau 7.7
e. Glukosa serum > 800 mg/dl
f. Kalsium serum > 15 mg/dl
g. Kadar toksik obat atau bahan kimia lain dengan gangguan hemodinamik dan
neurologis
3. Radiografi/Ultrasonografi/Tomografi
a. Perdarahan vaskuler otak, konfusio atau perdarahan subarachnoid dengan

penurunan kesadaran atau tanda defisit neurologis fokal


b. Ruptur organ dalam, kandung kemih, hepar, varises esophagus atau uterus

dengan hemodinamik tidak stabil


c. Diseksi aneurisma aorta
4. Elektrokadiogram
a. Infark miokard dengan aritmia kompleks, hemodinamik tidak stabil atau gagal

jantung kongestif
b. Ventrikel takikardi menetap atau fibrilasi
c. Blokade jantung komplit dengan hemodinamik tidak stabil
5. Pemeriksaan Fisik (onset akut)
a. Pupil anisokor pada pasien tidak sadar
b. Luka bakar >10 % BSA
c. Anuria
d. Obstruksi jalan napas
e. Koma
f. Kejang berlanjut
g. Sianosis
h. Tamponade jantung
(Sumber: Guidline for ICU admission, Discharge and Triage. Society Of Critical Care

Medicine, 1999)

E. KRITERIA PRIORITAS PASIEN MASUK


Jika pasien yang memenuhi kriteria masuk jumlahnya cukup banyak sedangkan

kapasitas ruang ICU terbatas, maka harus ditentukan prioritas pasien masuk berdasrakan

beratnya penyakit dan prognosis. Penilaian objektif hendaknya digunakan untuk

menentukan prioritas masuk ICU. Pasien yang memerlukan terapi intensive (prioritas 1)

didahulukan dibandingkan dengan pasien yang memerlukan pemantauan intensive

(prioritas 3).
Kriteria pasien masuk ruang ICU adalah sebagai berikut:
1. Pasien Prioritas 1 (satu)
Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensive dan tertitsasi,

seperti: dukungan bantuan ventilasi dan alat bantu kontinue, obat anti aritmia

kontinue pengobatan kontinue tertitrasi, misalnya pasca bedah kardiotorasik, pasien

sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam

nyawa.
Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan yang canggih di ICU, sebab sangat

beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensive segera, misalnya pemantauan

intensive menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini antara

lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat

atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak

mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.


3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidakstabil
Status kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya,

secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di

ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan

keganasan metastatik disertai penyakit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan

napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi

penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi

kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi

atau resusitasi jantung paru.


4. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala Ruang Intensive

indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan

bahwa pasien pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari

ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas
1,2,3 (satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:
a) Pasien yang membutuhkan kriteria masuk tapi menolak terapi tunjangan hidup

yang agresif dan hanya demi perawatan yang aman saja. Ini tidak

menyingkirkan pasien dengan perintah DNR (Do Not Resuscitate). Sebenarnya

pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang

tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.


b) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
c) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti

itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk

kepentingan donor organ.

F. KRITERIA PASIEN KELUAR


Pasien yang sudah stabil dan tidak membutuhkan pemantauan yang ketat dapat

dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh DPJP ruang ICU dan tim yang

merawat pasien.
1. Kriteria Umum
a. Bila kondisi psikologis pasien stabil dan kebutuhan monitor dan perawatan ICU

sudah tidak diperlukan lagi


b. Bila kondisi fisiologis pasien memburuk dan tidak ada lagi rencana intervensi

aktif, layak untuk keluar dari ICU dan mendapatkan tingkat perawatan lebih

rendah.
2. Tanda vital
a. Nadi > 60 atau < 100 kali/menit
b. Mean arterial pressure > 65 mmHg
c. Tekanan darah diastolik < 110 mmHg
d. Frekuensi napas 8-30 kali/menit
e. Diuresis > 0,5 ml/kgBB/jam
f. Spo2 > 93 % dengan nasal canul
g. Pasien sadar / tidak sadar sudah terpasang Tracheostomi tube
3. Nilai Laboratorium
a. Natrium serum 125-150 mEq/L
b. Kalium Serum 3-5,5 mEq/L
c. Paow > 60 mmHg
d. pH 7,3-7,5
e. Glukosa serum 80-180 mg/dl
f. Kalsium serum 2,5- mmol/L
g. Laktat plasma perbaikan (kurang dari 2)

BAB III
KRITERIA PASIEN MASUK DAN KELUAR
RUANG PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT (PICU)

A. PENGERTIAN
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah fasilitas atau unit yang terpisah, yang

dirancang untuk penangan pasien anak yang mengalami gangguaan medis, bedah dan

trauma, atau kondisi yang mengancam nyawa lainnya, yang memerlukan perawatan

intensif, observasi yang bersifat komprehensif dan perawatan khusus. Pasien anak adalah

pasien yang berumur mulai dari 29 hari sampai dengan 18 tahun

B. KRITERIA PASIEN MASUK


1. Sistem Respirasi
Pasien dengan gangguan / potensi gangguan respirasi berat yang mengancam nyawa.

Kondisi ini meliputi (namun tidak terbatas pada):


a. Kebutuhan penggunaan Endotracheal Tube dan ventilator mekanik
b. Gangguan sistem pernapasan (atas dan bawah) yang progresif dengan resiko

tinggi gagal napas dan atau obstruksial total


c. Kebutuhan terapi oksigen dengan FiO2 > 0.5
d. Pasca pemasangan trakeostomi
e. Barotrauma akut
f. Kebutuhan terapi inhalasi/nebulisasi yang sering
2. Sistem kardiovaskuler
Pasien dengan gangguan kardiovaskuler yang mengancam nyawa, antara lain (namun
tidak terbatas pada):
a. Syok
b. Pasca resusitasi jantung paru
c. Arimia yang mengancam nyawa
d. Gagal jantung kongestif (dengan atau tanpa kebutuhan ventilator)
e. Kelainan antung bawaan (dengan atau tanpa kebutuhan ventilator)
f. Pasca tindakan yang beresiko tinggi ( contoh kateterisasi)
g. Kebutuhan akan pemantauan tekanan darah secara invasif, tekanan vena sentral

atau tekanan arteri pulmonal


h. Kebutuhan pemasangan alat pacu jantung (pace maker)
3. Neurologis
Pasien dengan kelainan neurologis yang mengancam nyawa, antara lain:
a. Kejang yang tidak berespon dengan terapi standar atau membutuhkan

antikonvulsan kontinyu secara intravena


b. Gangguan kesadaran berat dan gangguan neurologis lain yang belum dapat

diperkirakan perkembangannya atau koma yang disertai dengan potensi

gangguan pernapasan
c. Pasca bedah syaraf yang memerlukan pemantauan ketat
d. Inflamasi akut atau infeksi medula spinalis, selaput otak atau otak dengan depresi

neurologis, gangguan metabolik dan hormonal gangguan pernapasan dan atau

hemodinamik atau kemungkinan peningkatan tekanan intrakranial


e. Trauma kepala dengan peningkatan tekanan intrakranial
f. Perawatan praoperatif bedah syaraf dengan penurunan status neurologis
g. Disfungsi neuromuskuler progresif tanpa gangguan kesadaran yang

membutuhkan pemantauan respirasi dan kardiovaskuler


h. Trauma spinal
i. Penggunaan drain ventrikel eksternal
4. Hematologi dan Onkologi
Pasien dengan gangguan hematologi dan onkologi yang mengancam nyawa, antara

lain:
a. Transfusi tukar
b. Plasmaferesis atau leukoferesis dengan kondisi klinik tidak stabil
c. Koagulopati berat
d. Anemia berat dengan gangguan hemodinamik dan/atau respirasi
e. Komplikasi krisis sickle cell
f. Kemoterapi dengan antisipasi terjadinya sindroma lisis tumor
g. Tumor yang menekan pembuluh darah vital jalan napas, atau organ vital lainnya
5. Endokrin dan Metabolik
Pasien dengan gangguan endokrin dan metabolik yang mengancam nyawa antara lain:
a. Ketoasidosis diabetik
b. Gangguan elektrolit seperti:
c. Hiperkalemia yang membutuhkan pemantauan jantung dan terapi intervensi
d. Hipo- atau hipernatremi berat
e. Hipo- atau hiperkalsemi
f. Hipo-atau hiperglikemia dengan keadaan klinis tidak stabil
g. Asidosis metabolik berat
h. Gangguan keseimbangan cairan kompleks
i. Inborn errors of metabolism dengan kegawatan yang mengancam nyawa
6. Gastrointestinal
Pasien dengan gangguan saluran cerna yang mengancam nyawa antara lain:
a. Perdarahan saluran cerna akut dan berat
b. Pasca endoskopi darurat
c. Gagal hati akut
7. Bedah
a. Kondisi pasca bedah yang umumnya membutuhkan pemanatauan dan tindakan

invasif antara lain:


b. Bedah kardiovaskuler
c. Bedah thorak
d. Bedah saraf
e. Bedah THT
f. Bedah kraniofasial
g. Bedah ortopedi dan tulang belakang
h. Bedah umum dengan gangguan hemodinamik dan respirasi
i. Transplantasi organ
j. Trauma multiple dengan atau tanpa gangguan kardiovaskuler
k. Kehilangan darah dalam jumlah besar
8. Ginjal dan Saluran Kemih
Pasien dengan gangguan ginjal dan saluran kemih yang mengancam nyawa, antara

lain:
a. Gagal ginjal
b. Kebutuhan hemodialisa, dialisa peritoneal atau renal replacement therapy lain

dalam keadaan tidak stabil


c. Rhabdomyolisis akut dengan isufiensi ginjal
9. Gangguan lain
Pasien dengan gangguan lain yang mengancam nyawa antara lain:
a. Keracunan atau overdosis obat dengan potensi kegagalan organ
b. Gagal multipel organ
c. Hipernatremia maligna
d. Trauma elektrik atau trauma lingkungan lain: luka bakar > 10 % luas permukaan

kulit

C. KRITERIA PRIORITAS PASIEN MASUK


Kriteria prioritas pasien masuk ruang ICU adalah sebagai berikut:
1. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis yang dengan terapi intensif dapat sembuh

sempurna dan dapat tumbuh dan berkembang sesuai potensi genetiknya.


2. Pasien prioritas 2 (dua)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan penyakit dasar yang secara medis saat

ini belum dapat ditanggulangi namun dengan terapi intensif dapat menanggulangi

keadaan kritis sepenuhnya, hingga anak kembali pada keadaan sebelum dirawat di

PICU.
3. Prioritas 3 (tiga)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan penyakit dasar menyebabkan anak

tidak mempunyai kontak dengan lingkungannya secara permanen dan tidak


mengalami tumbuh kembang.
4. Prioritas 4 (empat)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan prognosis sangat
buruk sehingga dengan terapi intensif pun proses kematian tidak dapat dicegah.

D. KRITERIA PASIEN KELUAR DARI RUANG PICU


Pasien dinyatakan dapat keluar dari ruang PICU jika memenuhi kriteria berikut:
a. Parameter hemodinamik stabil
b. Status respirasi stabil (tanpa ETT, jalan napas bebas, gas darah normal)
c. Kebutuhan suplementasi oksigen minimal ( tidak melebihi standar yang dapat

dilakukan diluar ruang intensif pediatrik)


d. Tidak lagi dibutuhkan tunjangan inotropik, vasodilator, aritmia, atau bila masih

dibutuhkan, digunakan dalam dosis rendah dan dapat diberikan dengan aman diluar

ruang intensif
e. Disritmia jantung terkontrol
f. Alat pemasangan tekanan intrakranial invansif tidak terpasang lagi
g. Neurologi stabil kejang terkontrol
h. Kateter pemantauan hemodinamik telah dilepas
i. Pasien dengan ketergantungan ventilator mekanik kronik harus telah mengatasi

keadaan akutnya hingga hanya dibutuhkan perawatan dengan ventilator biasa diluar

ruang intensif atau dirumah


j. Pasien dengan peritoneal dialisa atau hemodialisa kronik telah mengatasi keadaan

akutnya singga tidak dibutuhkan tindakan khusus lain diluar standar perawatan diluar

ruang intensif atau dirumah


k. Pasien dengan trakeomalasia, tidak lagi membutuhkan pengisapan lendir eksesif
l. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian bersama dan menyepakati bahwa

tidak ada lagi keuntungannya untuk tetap mempertahankan anak diruan intensif.

BAB IV
KRITERIA MASUK DAN KELUAR
RUANG NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU)
A. PENGERTIAN
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah fasilitas atau unit yang terpisah, yang

dirancang untuk penangan pasien neonatus yang mengalami gangguan medis, bedah dan

trauma, atau kondisi yang mengancam nyawa lainnya, yang memerlukan perawatan

intensif, observasi yang bersifat komprehensif dan perawatan khusus.


Pasien neonatus adalah pasien yang berumur 0-28 hari

B. KRITERIA MASUK BERDASAKAN DIAGNOSIS


1. Sistem Kardiovaskuler
a. Syok kardiogenik
b. Gagal jantung dengan gagal napas dan/atau membutuhkan bantuan

hemodinamik
2. Sistem Pernapasan
a. Gagal napas dan/atau gangguan napas berat yang membutuhkan bantuan

ventilator
b. Bayi dalam perawatan level 2 (bayi resiko tinggi) yang mengalami perburukan

fungsi pernapasan
c. Membutuhkan perawatan pernapasan yang tidak tersedia di unit perawatan yang

lebih rendah (level 1 dan level 2)


3. Sistem Neurologis
a. Koma: metabolik, toksik atau anoksia
b. Perdarahan intrakranial
c. Kejang refrakter
d. Kern ikterus
4. Bedah
Bayi pasca operasi yang membutuhkan monitoring hemodinamik/ bantuan ventilator

atau perawatan pasca operasi ekstensif


5. Lain-lain
a. Syok sepsis dengan hemodinamik tidak stabil
b. Kondisi klinis yang memerlukan perawatan setingkat NICU
C. KRITERIA MASUK BERDASARKAN PARAMETER OBJEKTIF
1. Tanda vital
a. Nadi < 80 atau > 180 kali/menit
b. Tekanan darah sitolik arteri < 50 mmHg atau 20 mmHg dibawah tekanan darah

normal bayi menurut masa gestasi


c. Frekuensi napas < 30 atau > 90 kali/menit
2. Nilai laboratorium
a. PaO2 < 50 mmHg
b. pH < 7,2 atau > 7,6
3. Pemeriksaan radiografi
a. Perdarahan intrakranial dengan penurunan kesadaran atau tanda defisit

neurologis
b. Hernia diafragma

D. KRITERIA KELUAR
1. Kriteria Umum
a. Bila kondisi bayi stabil dan kebutuhan akan monitor serta perawatan NICU sudah

tidak diperlukan lagi


b. Bila kondisi fisiologis bayi memburuk dan tidak ada lagi rencana intervensi aktif

2. Tanda Vital
a. Nadi > 80 atau < 180 kali/menit
b. Frekuensi napas 40-60 kali/menit
c. Diuresis > 0,5 mL/kgBB/jam
d. SpO2 > 93 % dengan nasal kanul
3. Nilai Laboratorium
a. PaO2 >60 mmHg
b. pH 7,3 7,5

BAB V
PROTOKOL INDIKASI MASUK DAN KELUAR
RUANG CARDIOVASCULAR INTENSIVE CARE UNIT (CICU)

KATEGORI INDIKASI MASUK INDIKASI KELUAR

Aritmia 1. Hemodinamik tidak stabil Tidak didapatkan tanda


2. Membutuhkan tindakan synchronized dan gejala dari
cardiovenous, defibrilasi, atau temporary ketidakstabilan
transvenous pacemaker hemodinamik
3. Sudah terpasang implantable cardioverter- Pada pemeriksaan EKG,
defibrilator tidak didapatkan aritmia
4. Berpotensi menjadi sudden cardiac death maligna dalam 24 jam
5. Tergantung gangguan irama yang
menyertainya
a. Ventricular Fibrilation/Pulseless
Ventricular Tachycardia:
Tidak ada nadi
Pingsan, tidak sadar
Respirasi agonal
b. PEA (Pulseless Electrical Activity):
Tidak ada nadi
Pingsan, tidak sadar
Respirasi agonal atau apneu
c. Atrial fibrilation rapid ventricular
response:
Dyspneu on effort
Shortness of breath
Edema paru akut
d. Supraventricular Tachycardia:
Gelisah
e. CemasSupraventricular Tachycardia:
Gelisah
Cemas
f. Sinus Bradikardi dan blok AV:
Perubahan status mental akut
Nyeri dada yang menetap
Shortness of breath
Hipotensi
Tanda-tanda syok
Kongesti paru
CHF

Emboli 1. Disertai dengan syok kardiogenik akibat Tidak didapatkan tanda dan
paru emboli paru masif gejala dari ketidakstabilan
2. Akan dilakukan tindakan trombosis hemodinamik

Diseksi 1. Pasien Uncomplicated Aortic Dissection pada Setelah tindakan koreksi atau
Aorta aorta torakalis descenden (Stanford type B intervensi kardiologi tidak
atau DeBakery type III) yang mendapatkan didapatkan komplikasi yang
terapi medikamentosa mengganggu hemodinamik
Tamponad 1. Gangguan hemodinamik ringan atau berat Tidak didapatkan tanda dan
e jantung 2. Memerlukan perikardiosentesis atau gejala dari ketidakstabilan
perikardiektomi hemodinamik

Gagal 1. Memerlukan terapi initropik: Tidak didapatkan tanda dan


Jantung Syok kardiogenik gejala dari ketidakstabilan
hemodinamik
Acute Decompensated Herat Failure
Disfungsi sistolik berat
Gagal jantung dengan disfungsi multiorgan
2. Didapatkan edema paru akut:
Saturasi O2 < 90%
Ronki basah halus > 1/3 lapangan paru
Takipnea
3. Disertai dengan miokarditis fulminan
4. Disertai gagal ginjal yang membutuhkan terapi
hemodialisa atau hemofiltrasi
5. Akan menjalankan pemasangan percutaneous
mechanical divice (seperti intra aortic ballon
pump)
Varvular 1. Setelah operasi ganti katup (aorttic valce Tidak didapatkan tanda dan
Heart replacement, mitral valve replacement) gejala dari ketidakstabilan
Disease 2. Pengobatan medikamentosa intensif hemodinamik
3. Regurgitasi aorta akut
4. Regurgitasi mitral akut
5. Stenosis aorta berat
6. Stenosis mitral berat
7. Disertai dengan endokarditis infeksi

Penyakit Disertai dengan: Tidak didapatkan tanda dan


jantung Sianosis berat gejala dari ketidakstabilan
bawaan hemodinamik
pada Gagal jantung kongestif
dewasa Hipertensi pulmonal
Sindrom Einmenger
Aritmia jantung

Nyeri dada, 1. Perubahan gambaran EKG minimal 2 Tidak didapatkan tanda dan
sindrom sandapan: gejala dari ketidakstabilan
koroner Elevasi segmen ST 1 mm atau gelombang hemodinamik:
akut, infark Q 0,04 detik Denyut jantung < 100
miokard Depresi segmen ST 1 mm atau T intverted kali/menit
akut yang menunjukan iskemia Tekanan darah sitolik <
2. Dua dari beberapa klinis berikut : 140 mmHg
Penyakit jantung koroner yang tidak stabil Tidak didapatkan nyeri
(frekuensi, durasi, intensitas) dada dalam waktu 24 jam
Aritmia (new onset Atrial Fibrilasi, Atrial Tidak didapatkan
Flutter, sustain SVT, AV blok derajat 2-3, komplikasi mekanik,
sustain atau rekuren ventrikular aritmia) elektric yang mengganggu
3. Rales lebih dari basal hemodinamik
BAB VI
KRITERIA PASIEN MASUK DAN KELUAR
RUANG INTERMEDIATE ( IMC )

A. PENGERTIAN
Ruang Intermediate ( IMC ) adalah suatu unit pelayanan di rumah sakit bagi pasien dengan

kondisi respirasi, hemodinamik dan kesadaran yang stabil yang masih memerlukan

pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat. Pelayanan IMC adalah pelayanan

medik pasien dengan kebutuhan memerlukan pengobatan, perawatan, dan observasi

secara ketat dengan tingkat pelayanan yang berada di antara ICU dan ruang rawat inap

(tidak perlu perawatan ICU namun belum dapat dirawat di ruang rawat biasa karena

memerlukan observasi yang ketat).

B. KRITERIA PASIEN
1. Indikasi Masuk
a. Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadi

komplikasi
b. Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif
2. Indikasi Keluar
a. Pasien sudah stabil yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat
b. Pasien yang memburuk sehingga perlu pindah ke ICU
3. Pasien yang tidak perlu masuk IMC
a. Pasien dengan fase terminal suatu penyakit (misalnya kanker stadium akhir)
b. Pasien/ keluarga menolak untuk dirawat di ruang IMC (atas dasar informed

consent)

Beberapa keadaan yang memerlukan perawatan IMC antara lain:


1. Sistem Kardiovaskuler
a. Miokard Infark dengan Hemodinamik stabil
b. Gangguan irama jantung dengan hemodinamik stabil
c. Gangguan irama jantung yang memerlukan pacu jantung sementara/menetap

dengan hemodinamik stabil


d. Gagal Jantung Kongestif NYHA kelas I atau II
e. Hipertensi urgensi tanpa ada gagal organ target
2. Sistem Pernapasan
Gangguan pernapasan yang memerlukan fisioterapi yang intensif dan agresif
3. Sistem Saraf
a. Cedera kepala sedang sampai berat yang stabil dan memerlukan tirah baring dan

memerlukan pemeliharaan jalan napas secara khusus, seperti hisap lendir


b. Cedera sumsum tulang belakang leher yang stabil
4. Sistem Saluran Pencernaan
Perdarahan saluran cerna bagian atas tanpa hipotensi dan respon dengan pemberian

cairan
5. Sistem Endokrin
Diabetik Ketoasidosis dengan infuse insulin kontinyu
6. Pembedahan
Pasca bedah besar dengan hemodinamik stabil, tetapi masih memerlukan resusitasi

cairan dan pengawasan


7. Kebidanan dan Kandungan
Preeklamsia pada kehamilan atau pasca persalinan

BAB VII
PENUTUP

Panduan ini merupakan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan ruang rawat intensif

di RS Mitra Keluarga Tegal. Dengan adanya panduan ini diharapkan penggunaan ruang rawat

intensive di RS Mitra Keluarga Tegal dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai