Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan

tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti, dan pandai (Salam, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari

manusia yang sekedar menjawab pertanyaan What. Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang

untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti

jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu

reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan

(Notoatmodjo, 2003).

2. Kategori Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari

seluruh petanyaan

b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari

seluruh pertanyaan

1
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari

seluruh pertanyaan

3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan

tingkat pengatahuan yang paling rendah

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

2
d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

B. Persalinan

1. Penegrtian

Persalinan adalah merupakan suatu proses dimana seorang wanita

melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan

memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta

dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12

sampai 14 jam. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

ibu sendiri). Dan juga suatu proses fisiologis yang memungkinkan

3
serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya

melalui jalan lahir.

Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan placenta

dari dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal

adalah persalinan dengan presentasi verteks, aterm, selesai dalam tempo 4-24

jam, dan tidak melibatkan bantuan artifisial maupun komplikasi (Forrer,

2001).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin

turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian

fisiologi yang normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada

ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).

Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun

apabila tidak dikelolah dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal

(Mufdillah & Hidayat, 2008).

Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produksi

konesepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dilepaskan dan

dikeluarkan dari uterus melalui vagina kedunia luar (Oxorn, 2003).

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plesenta, dan

membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2005).

4
2. Fisiologi Persalinan

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm

(bukan prematur atau postmatur), mempunyai omset yang spontan (tidak di

induksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya

(bukan partus presipitatus atau partus lama ), mempunyai janin (tunggal)

dengan persentasi verteks (puncak kepala ) dan oksiput pada bagian anterior

pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps), tidak mencakup

komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran plasenta yang

normal (Forrer, 2001).

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos

miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan

perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang

persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara

terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai

puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada

periode postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi

miometrium selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran (Prawirohardjo,

2008).

3. Faktor yang mempengaruhi Persalinan

Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan adalah power yang

merupakan kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter

dari ibu yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan,

passage merupakan bagian tulang panggul, servik, vagina dan dasar panggul

5
(Displacement) dan passenger terutama janin (secara khusus bagian kepala

janin) plus plasenta, selaput dan cairan ketuban / amnion (Forrer, 2001).

a. Power

Power adalah kekuatan kekuatan yang ada pada ibu seperti

kekuatan His dan mengejan yang dapat menyebabkan serviks membuka

dan mendorong janin keluar. His yang normal mulai dari salah satu sudut di

fundus uteri yang kemudian menjalar merata semetris ke seluruh korpus

uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan

otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata

dan menyeluruh, hingga tekanan dalam ruang amnion, kembali ke asalnya.

(Sarwono, 2006 : 121).

b. Passage

Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai

kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi.

Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang

menentukan apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau sectio

sesarta. Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis

pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal

tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi,

lingkungan atau hal hal lain. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil

daripada standar normal, sehingga biasa terjadi kesulitan dalam persalinan

pervaginam (Wiknjosastro, Hanifa 2001: 637639).

6
Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen

bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu otot - otot jaringan

ikat dan ligamen yang menyokong alat alat urogenital juga sangat

berperan pada persalinan ( Rustam Mochtar, 2000 : 82 ).

c. Passanger

Passanger adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan

keras pada janin adalah janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi

jalan persalinan, kepala janin ini pula yang paling banyak mengalami

cedera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan

kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal.

Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagianbagian lain dengan

mudah menyusul kemudian (Rustam Mochtar, 2000 : 65 ).

d. Psikis

Psikis adalah kejiwaan Ibu, ada keterkaitan antar faktorfaktor

somatic (jasmaniah) dengan faktorfaktor psikis, dengan demikian segenap

perkembangan emosional dimasa dari wanita yang bersangkutan ikut

berperan dalam kegiatan mempengaruhi mudah sukarnya proses kelahiran

bayinya. (Rustam Mochtar, 2000).

Pada proses melahirkan bayi, pengaruhpengaruh psikis bisa

menghambat dan memperlambat proses kelahiran, atau bisa juga

mempercepat kelahiran. Maka fungsi biologis dari reproduksi itu amat

dipengaruhi oleh kehidupan psikis dan kehidupan emosional wanita yang

bersangkutan. Untuk memperjelas proses periode terakhir masa kehamilan

7
yaitu melahirkan sebagai berikut: Fenomena fisiologis pada kelahiran bayi

yang normal ditandai 3 tahap :

1) Proses pelebaran atau mengembang.

2) Proses melontarkan atau melahirkan.

3) Proses pot natal.

Proses mengembang atau melebarnya saluran vagina dan ujung

uterus pada tahap pertama berlangsung beberapa hari, disertai kontraksi

kontraksi lemah dari otot uterus, disertai rasa sakit sedikit-sedikit yang

berlangsung berkepanjangan. Selama fase pelontaran bayi keluar,

kontraksi-kontraksi pada uterus berlangsung terus. Hal ini diakibatkan oleh

karena otot-otot pada ujung uterus yang bergerak memanjang (longitudinal)

disertai otot-otot yang bergerak secara sirkuler atau melingkar berbatasan

dengannya, kontraksi sirkuler tersebut bergerak semakin keatas, diikuti

kesakitan-kesakitan dan rasa nyeri yang semakin menghebat. Bagian bawah

uterus dan vagina kini menjadi sebuah kantong yang lembut dan longgar

melalui mana kepala bayi akan muncul keluar melalui vagina. Keluarnya

bayi ini sebagian disebabkan oleh kekuatan-kekuatan kontraksi otot-otot

dan sebagian lagi oleh tekanan-tekanan dari perut.

Fungsi-fungsi otot uterus, kontraksi-kontraksi dan pelontaran bayi

itu sangat bergantung pada rangsangan-rangsangan saraf dan rangsangan

saraf ini bersumber pada satu tiga sistem yaitu :

a) Sistem saraf simpetetis yang menghambat pelontaran janin.

b) Sistem saraf para simpatis yang melancarkan pelontaran janin.

8
c) Saraf lokal dari ganglia yang ada dalam otot-otot uterus dan ikut

membantu kontraksi-kontraksi pelontaran.

Proses kelahiran bayi normal bergantung pada interaksi harmonis

dari macam-macam otot dan rangsangan saraf nadi, ini sangat bergantung

pada pengaruh-pengaruh ekstern terutama pengaruh emosi wanita yang

akan melahirkan, organ dan onderdil-onderdil dari fungsi reproduksi bisa

terhambat atau gagal beroperasi disebabkan oleh gangguan-gangguan

psikogen sebab bisa mengganggu proses rangsangan-rangsangan saraf yang

menstimulin bekerjanya organ tadi. Kelancaran sangat tergantung pada

interaksi yang harmonis dari rangsangan-rangsangan saraf-saraf yang

antogonistis atau berfungsi secara bertentangan itu. Dampak kerjasamanya

diatur secara otomatis yaitu proses yang terlampau cepat atau terlalu

terburu-buru. Secara otomatis akan mendapat perlawanan dari rangsangan-

rangsangan saraf yang inhibitif menghambat. Sebaliknya jika proses terlalu

lambat, peristiwa ini secara otomatis akan didorong oleh rangsangan-

rangsangan saraf yang bertugas untuk mempercepat atau memacunya.

Terdapat anogonisme diantara tendens-tendens psikis dan impuls-impuls,

emosional, sistem saraf yang berotonomi yang memberikan petunjuk,

pengarahan pada proses fisiologi dari kelahiran dan kehidupan psikis yang

tidak disadari, kedua-duanya sangat bergantung pada kemauan sadar.

Fungsi sistem saraf yang berotonomi bisa diubah oleh obat-obatan sedang

kehidupan psikis yang tidak disadari atau dibawah sadar, bisa dipengaruhi

sedikit atau banyak oleh kesadaran wanita tadi. Maka diantara kehidupan

9
kesadaran dan kehidupan ketidak sadaran itu terjadi baik interelasi

langsung maupun interelasi tidak langsung (Rustam Mochtar, 2000:101).

4. Kala Persalinan

Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala pertama dimulai dari

saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm), proses ini terbagi

dalam dua fase yaitu fase laten (8 jam) servik membuka sampai 3 cm dan fase

aktif (7 jam) servik membuka dari 3 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat

dan sering selama fase aktif. Kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10

cm) sampai bayi lahir proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1

jam pada multi. Kala tiga dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Dan kala empat dimulai

dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Prawirohardjo,

2006).

Persalinan terdiri atas empat kala yaitu kala pertama berlangsung dari

awal gejala sampai servik berdilatasi sempurna (10 cm). Termasuk awal fase

laten, di mana kontraksi masih tak teratur atau sangat lemah; fase aktif, di

mana kontraksi menjadi lebih sering, lebih lama, dan lebih kuat; dan fase

transisi yang singkat, yang terjadi tepat sebelum dilatasi dan pendataran

sempurna. Lamanya kala pertama rata-rata 6 sampai 18 jam pada primipara

dan 2 sampai 10 jam pada multipara. Kala dua diawali dengan dilatasi

sempurna servik dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Kontraksi pada kala ini

biasanya sangat kuat. Pada multipara kala dua berakhir sekitar 20 menit dan

pada primipara menghabiskan waktu sampai 2 jam untuk bayi melewati

10
serviks yang berdilatasi dan jalan lahir. Kala tiga diawali dengan keluarnya

bayi dan uterus dan diakhiri dengan keluarnya plasenta, proses ini biasanya

berakhir beberapa menit baik pada multipara maupun primipara. Kala empat

diawali dengan keluarnya plasenta dan berakhir ketika uterus tidak relaksasi

lagi, kala empat lebih panjang pada multipara dari pada primipara, biasanya

dari 4 sampai 12 jam (Hamilton, 1995).

5. Tanda-Tanda Mulainya Persalinan

Tanda-tanda mulainya persalinan adalah Lightening yaitu terbenamnya

kepala janin kedalam rongga panggul karena berkurangnya tempat didalam

uterus dan sedikit melebatnya simfisis. Sering buang air kecil yang disebabkan

oleh tekanan kepala janin pada kendung kemih. Kontraksi Brakton-Hicks pada

saat uterus yang teregang dan mudah dirangsang yang dapat menimbulkan

distenfensi dinding abdomen sehingga dinding abdomen menjadi lebih tipis

dan kulit menjadi lebih peka terhadap rangsangan (Forrer, 2001).

Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau

dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama

pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan

sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh

bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya

kontraksi-kontraksi lemah diuterus. Servik menjadi lembek, mulai mendatar

dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (Mochtar M.ph, 1992).

6. Sebab-Sebab yang Menimbulkan Persalinan

11
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar yang ada

hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain faktor-faktor

humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan

nutrisi.

a) Teori penuruman hormon : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja

sebagai penenang otot-otot polos yang menyebabkan kekejangan

pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.

b) Teori plasenta menjadi tua : menyebabkan turunnya kadar estrogen dan

progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan

menimbulkan kontraksi rahim.

c) Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan merenggang

menyebabkan iskhemia otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi

uteroplasenter.

d) Teori iritasi mekanik : dibelakang serviks terletak ganglion servikale, bila

ganglion ini digeser dan ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi

uterus.

e) Induksi partus :dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria

yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang

pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip

yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus (Mochtar M.ph,

1992).

7. Mekanisme Persalinan

12
Mekanisme persalinan dibagi atas tujuh bagian yaitu engagement

merupakan apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul.

Penurunan merupakan gerakan bagian presentasi melewati panggul. Fleksi

merupakan segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding

panggul. Putaran paksi dalam adalah pintu atas panggul ibu memiliki bidang

paling luas pada diameter transversanya. Ekstensi merupakan saat kepala janin

mencapai perinium, kepala akan defleksi kearah anterior oleh perinium.

Restitusi dan putaran paksi luar merupakan setelah kepala lahir, bayi berputar

hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas

panggul. Ekspulsi merupakan setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat

ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi

lateral ke arah simfisis pubis (Bobak, 2005).

C. Kecemasan

1. Pengertian

Cemas dalam bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst

kemudian menjadi anxiety yang berarti kecemasan, merupakan suatu kata

yang dipergunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu efek negatif dan

keterangsangan. Cemas mengandung arti pengalaman psikis yang biasa dan

wajar, yang pernah dialami setiap orang dalam rangka memacu individu untuk

mengatasi masalah yang sedang dihadapi sebaikbaiknya (Hawari, 2006).

Kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan proses fisiologi

dalam tubuh manusia. Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama

jika ada tekanan jiwa yang amat sangat, yang biasanya disebabkan oleh dua

13
macam akibat yaitu kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal

berfungsi secara normal atau menyesuaikan diri pada situasi atau gagal

mengetahui lebih dahulu bahanya dan mengambil tindakan pencegahan yang

mencukupi (Ramaiah, 2003).

Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan

(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang

mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap

utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality),

perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal.

Kecemasan menurun jika seseorang mengetahui saat kontraksi akan

terjadi dan berapa lama perasaan tersebut akan berakhir. Lingkungan tidak di

kenal, peristiwa yang dapat meningkatkan nyeri misalnya pemisahan dari

keluarga dan orang yang disayangi. Antisipasi rasa tak nyaman dan

pertanyaan tentang apakah dia dapat menanggulangi kontraksi juga dapat

meningkatkan kecemasan (McKinney, 2004).

2. Ciri-Ciri Kecemasan

Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang

mengancam atau membahayakan. Seiring berjalannya waktu, keadaan cemas

tersebut biasanya akan dapat teratasi dengan sendirinya. Namun ada

kecemasan yang berkepanjangan, bahkan tidak jelas lagi kaitannya dengan

suatu faktor penyebab atau pencetus tertentu. Keadaan cemas yang wajar

merupakan respons pada adanya konflik. Sedangkan cemas yang sakit

14
(anxietas) merupakan respons terhadap adanya bahaya yang lebih kompleks,

tidak jelas sumber penyebabnya dan lebih banyak melibatkan konflik jiwa

yang ada dalam diri individu (Ramaiah, 2003).

Secara umum Lewis dan Gary (2008) telah menentukan karakteristik

utama kecemasan yang tercermin sebagai berikut :

a. Reaksi emosional yang mencakup rasa panik, kecewa, takut.

b. Reaksi emosional yang mengiringi perasaan tak bahagia.

c. Tidak adanya ancaman yang riil atau yang tertentu atau diketahu gejalanya,

maka jika ini benar-benar terjadi maka secara pasti ia tidak mengharuskan

timbulnya tingkat kekhawatiran dan suatu tindakan reaksional.

d. Reaksi kejiwaan terhadap masa depan, disebabkan adanya korelasi antara

reaksi kejiwaan dengan keadaan bahaya atau ancaman yang mungkin

terjadi.

e. Kecemasan selalu diiringi dengan gangguan-gangguan fisik seperi capai,

detakan jantung semakin cepat dan dada terasa sesak dan lain sebagainya.

f. Kecemasan mengakibatkan kepada ketidakstabilan dan perubahan-

perubahan gerak-gerik, biologis dan fisiologis yang nyata.

3. Aspek Kecemasan

Aspek-aspek kecemasan terbagi menjadi dua bentuk (Suliswati, 2005)

yaitu :

a. Fisiologis

15
Bentuk reaksi fisiologis berupa detak jantung meningkat, pencernaan

tidak teratur, keringat yang berlebihan, ujung-ujung jari terasa dingin,

sering buang air kecil, tidur tidak nyenyak, kepala pusing, nafsu makan

hilang, dan sesak nafas.

b. Psikologis

Pada aspek psikologis, kecemasan dapat dibagi menjadi dua bentuk:

1) Aspek kognitif

Termasuk dalam aspek ini adalah tidak mampu memusatkan

perhatian.

2) Aspek afektif

Termasuk dalam aspek ini antara lain, takut, merasa akan ditimpa

bahaya, kurang mampu memusatkan perhatian, merasa tidak berdaya,

tidak tentram, kurang percaya diri, ingin lari dari kenyataan hidup.

Menurut Semium (2006) aspek-aspek kecemasan dibagi menjadi 3 bentuk,

yaitu:

a. Aspek fisik

Termasuk dari tanda-tanda fisik dari kecemasan adalah getaran tangan,

gerakan refleks yang berlebihan, telapak tangan berkeringat, suara

terdengar bergetar saat berbicara.

b. Aspek perilaku

Termasuk dalam aspek ini adalah perilaku menghindar, tergantung, dan

mudah terhasut.

c. Aspek kognitif

16
Termasuk dalam aspek kognitif adalah khawatir, takut akan hal di masa

mendatang, merasa terancam dengan seseorang atau suatu kejadian yang

tidak penting.

Beberapa ibu merasakan bahwa melahirkan merupakan pengalaman yang

paling traumatik pada kehidupannya. Rasa takut, nyeri, kecemasan yang

disebabkan lingkungan baru maupun menghadapi orang di sekitarnya yang

pada umumnya baru dikenal dapat memicu pelepasan hormon catecholamine

sehingga dapat mengganggu kemajuan persalinan. Respons psikologis ibu

dapat mempengaruhi kemajuan partus dan kemungkinan melemahkan

kekuatan (Suliswati, 2005).

4. Penyebab Terjadinya Kecemasan

Terjadinya kecemasan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Faktor Predisposisi Kecemasan

Stuart & Laraia (1998) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat

dipahami melalui beberapa teori yaitu :

1) Teori Psikoanalitik.

Menurut Freud, kecemasan adalah konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-

norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua

elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah

mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

17
2) Teori Tingkah Laku (Pribadi)

Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan adalah

hasil frustasi, dimana segala sesuatu yang menghalangi terhadap

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dapat

menimbulkan kecemasan. Faktor presipitasi yang aktual mungkin

adalah sejumlah stressor internal dan eksternal, tetapi faktor-faktor

tersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk memperoleh

kepuasan dan kenyamanan. Selain itu kecemasan juga sebagai suatu

dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk

menghindari kepedihan.

3) Teori Keluarga

Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal

yang biasa ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan

tugas perkembangan individu dalam keluarga.

4) Teori Biologis

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur

kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator

(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme

biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya

dengan endorfin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum

seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap

18
kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan

selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

b. Faktor presipitasi kecemasan

Menurut Stuart & Laraia (1998), faktor pencetus mungkin berasal dari

sumber internal atau eksternal. Ada dua kategori faktor pencetus kecemasan,

yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri

1) Ancaman terhadap integritas fisik

Ancaman pada pada kategori ini meliputi ketidakmampuan fisiologis

yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan mekanisme fisiologis seperti

jantung, sistem imun, regulasi temperatur, perubahan biologis yang normal

seperti kehamilan dan penuaan. Sumber eksternal dapat berupa infeksi virus atau

bakteri, zat polutan, luka trauma. Kecemasan dapat timbul akibat kekhawatiran

terhadap tindakan operasi yang mempengaruhi integritas tubuh secara

keseluruhan.

2) Ancaman terhadap sistem tubuh

Ancaman pada pada kategori ini dapat membahayakan identitas, harga diri

dan fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa kesulitan melakukan

hubungan interpersonal di rumah, di tempat kerja dan di masyarakat. Sumber

eksternal dapat berupa kehilangan pasangan, orangtua, teman, perubahan status

pekerjaan, dilema etik yang timbul dari aspek religius seseorang, tekanan dari

kelompok sosial atau budaya. Ancaman terhadap sistem diri terjadi saat tindakan

operasi akan dilakukan sehingga akan menghasilkan suatu kecemasan.

19
Sedangkan menurut (Az-Zaghul, I. A. 2003): Kecemasan yang dirasakan

disebabkan oleh dua kelompok faktor, yaitu

a. Kelompok faktor-faktor penyebab yang dikenal atau dirasakan oleh

seseorang, Keadaan yang seperti ini disebut dengan kecemasan

substantif.

b. Kelompok faktor-faktor yang tidak diketahui atau yang tidak dirasakan,

tipe seperti ini terjadi bilamana seseorang merasakan adanya bahaya

yang mengancam sendi-sendi kepribadiannya akan tetapi ia tidak dapat

mengetahui secara pasti sumber bahaya tersebut. Tipe ini disebut juga

dengan kecemasan neurosis, tipe ini dianggap sangat berbahaya dan

perlu penanganan yang serius, hal ini dikarenakan seseorang yang

mengalaminya akan merasakan nervous yang berat atau kecemasan

yang luar biasa dan merasakan penyakit atau gangguan fisik dan psikis

yang mengakibatkan kepada ketidakmampuannya dalam beradaptasi

dengan dirinya sendiri.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam persalinan (Kartono,

2003) yaitu :

a. Takut mati

Takut mati baik atas dirinya maupun bayi yang akan dilahirkan. Hal ini

wajar, sebab dalam persalinan kerap kali disertai pendarahan dan

kesakitan-kesakitan hebat, bahkan risiko terburuk yang dapat dialami

adalah kematian.

b. Trauma kelahiran

20
Trauma kelahiran merupakan ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim

ibunya dan seolah calon ibu menjadi tidak mampu untuk menjaga

keselamatan bayinya, setelah bayinya ada di luar rahimnya.

c. Perasaan bersalah perasaan bersalah atau berdosa Perasaan ini erat

hubungannya dengan ketakutan akan mati saat individu tersebut

melahirkan bayinya.

d. Ketakutan riil Ketakutan-ketakutan lain yang dirasakan ibu saat persalinan

adalah:

1) Takut apabila bayi yang akan dilahirkan dalam kondisi yang tidak

normal atau cacat.

2) Takut apabila bayi yang dilahirkan akan bernasib buruk akibat dosa

ibu itusendiri di masa lalu.

3) Takut apabila beban hidupnya akan semakin berat akibat keberadaan

bayinya.

4) Muncul elemen ketakutan yang tidak disadari kalau ibu tersebut

berpisah dengan bayinya

5) Takut kehilangan bayinya.

D. Tingkat Kecemasan

Menurut Asmadi (2008), tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain:

1. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

21
lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Manifestasi yang muncul pada

tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran

tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai

situasi.

Kecemasan ringan mempunyai karakteristik :

a. Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.

b. Kewaspadaan meningkat.

c. Persepsi terhadap lingkungan meningkat.

d. Dapat menjadi motivasi posotif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.

e. Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat

sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berekrut, serta bibir bergetar.

f. Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi

pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk

melakukan tindakan.

g. Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor halus pada

tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.

2. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang

terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat,

kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot

22
meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit,

mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun,

perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas,

mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.

Kecemasan sedang mempunyai karakteristik:

a. Respon biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah

meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering

berkemih, dan letih.

b.Respon kognitif: memusatkan perhatian pada hal yang penting dna

mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari

luar tidak mampu diterima.

c. Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas,

bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.

3. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci

dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang

lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit

kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan

persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri

dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya,

bingung, disorientasi.

23
Kecemasan berat mempunyai karakteristik:

a. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang

lain.

b. Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan

sakit kepala,penglihatan kabur, serta tampak tegang.

c. Respon kognitif : tidak mampu berpikir berat lagidan membutuhkan banyak

pengarahan / tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.

d. Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat dan komunikasi

menjadi terganggu (verbalisasi cepat).

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami

kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah

susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren,

tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,

mengalami halusinasi dan delusi.

Panik mempunyai karakteristik :

1) Respons fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,

hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.

2) Respons kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap

lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi

3) Respons prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-

teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktifitas motorik tidak menentu),

24
perasaan terancamm serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan dii sendiri dan

atau orang lain.

E. Pengukuran Tingkat Kecemasan

Menurut Maulana (2011), kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan

yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan

pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu

yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 simptom yang

nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi

diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS pertama kali

digunakan pada tahun 1959 yang diperkenalkan oleh Max Hamilton. Skala Hamilton

Anxiety Rating Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item,

meliputi:

a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

b. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan

takut pada binatang besar.

d. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak

pulas dan mimpi buruk.

e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby,

sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak

stabil dan kedutan otot

25
h. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan

pucat serta merasa lemah.

i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan

detak jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik

napas panjang dan merasa napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual

dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di

perut.

l. Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea,

ereksi lemah atau impotensi.

m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma

berdiri, pusing atau sakit kepala.

n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi

atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Ringan / Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang / separuh dari gejala yang ada

3 = berat / lebih dari gejala yang ada

4 = sangat berat / semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14

dengan hasil:

26
a. Skor < 14 = tidak ada kecemasan.

b. Skor 14 - 20 = kecemasan ringan.

c. Skor 21 27 = kecemasan sedang.

d. Skor 28 41 = kecemasan berat.

e. Skor 42 56 = panik.

6. Pengukuran Kecemasan

Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil,

sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang

paling mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang

selama sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir

ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi

calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan,

mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup

melelahkan.

Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti

apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan segala halnya guna

menghadapi proses persalinan ini. Proses persalinan terbagi ke dalam empat

tahap, yaitu :

kala I; Tahap Pembukaan

In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks

mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah

27
kapiler sekitar karnalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan

terbuka. Pada kala ini terbagi atas dua fase yaitu:

Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan

3 cm

Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan deselerasi

Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama

dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan

menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk

mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin

terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I

persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang

berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.

Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang

berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi

yang terjadi akan semakin sering dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami

rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah mengalami masa inilah

yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan merasakan datangnya rasa

mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke

arah bawah, seperti ingin buang air besar.

Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila

pembukaan jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses

persalinan memasuki kala II.

28
Selengkapnya mengenai tahap pembukaan baca disini: Proses Melahirkan: Apa

yang Terjadi pada Fase Pembukaan?

Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi

Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama,

kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang panggul sehingga

terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris

menimbulkan rasa mengedan. Anda merasa seperti mau buang air besar, dengan

tanda anus terbuka. Pada waku mengedan, kepala janin mulai kelihatan, vulva

(bagian luar vagina) membuka dan perineum (daerah antara anus-vagina)

meregang. Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh

seluruh badan janin. Sebagai gambaran : Video Melahirkan

Ibu akan merasakan tekanan yang kuat di daerah perineum. Daerah perineum

bersifa elastis, tapi bila dokter/bidan memperkirakan perlu dilakukan

pengguntingan di daerah perineum (episiotomi), maka tindakan ini akan

dilakukan dengan tujuan mencegah perobekan paksa daerah perineum akibat

tekanan bayi

Selengkapnya mengenai tahap II ini bisa di baca disni: Proses Melahirkan: Apa

Yang Terjadi Pada Tahap Mendorong (Tahap II)?

Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta

Dimulai setelah bayi lahir, dan plasenta akan keluar dengan sendirinya. Proses

melahirkan plasenta berlangsung antara 5-30 menit. Pengeluaran plasenta

29
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Dengan adanya

kontraksi rahim, plasenta akan terlepas. Setelah itu dokter/bidan akan

memeriksa apakah plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah itu

barulah dokter/bidan membersihkan segalanya termasuk memberikan jahitan

bila tindakan episiotomi dilakukan

Kala IV; Tahap Pengawasan

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya

perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam. Dalam

tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak, yang

berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya

plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan sedikit

darah yang disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan.

Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi

banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak

berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan

sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat dilakukan tindakan secepatnya.

Untuk lebih jelas mengenai proses persalinan ini, anda bisa melihat video

proses melahirkan.

Tahapan-tahapan melahirkan secara normal sudah sewajarnya diketahui oleh para


ibu hamil dalam rangka untuk melakukan persiapan dalam proses persalinan yang
akan dijalaninya. Karena dengan mengetahui akan berbagai hal terkait dengan fase
kala persalinan juga akan membantu secara psikologis sang ibu hamil untuk bersiap
menghadapi jalannya dan juga proses melahirkan yang juga tidak mudah untuk
dihadapi dan juga dijalani bila tidak melakukan persiapan baik secara fisik maupun
mental.

30
Pengertian definisi persalinan adalah merupakan suatu proses dimana seorang wanita
melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak
pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya
dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam.

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). Dan juga suatu proses
fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk
dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir.

Tentunya setelah pengalaman hamil dan juga mengetahui akan Tanda Gejala Awal
Kehamilan telah ada pada seorang wanita yang baru pertama kali hamil tentunya akan
membawa kebahagiaan te
rsendiri. Apalagi bila impian mempunyai anak momongan buah hati begitu besar
pada pasangan suami istri telah terwujud. Dan tinggal persiapan menghadapi
persalinan yang harus dilakukan dengan baik pula.

Tanda-Tanda Persalinan Normal

Ciri tanda akan melahirkan pada umumnya akan dikenali dengan adanya tanda seperti
halnya pecahnya ketuban, dan timbulnya kontraksi ibu hamil yang dirasakan semakin
bertambah dengan berjalannya waktu dan kontraksi tanda kehamilan ini juga akan
semakin sering timbul. Adanya rasa sakit pada panggul dan tulang belakang yang
semakin dirasakan. Hal ini oleh karena pergerakan dan pergeseran janin yang mulai
menekan tulang belakang dan juga mulai turun dari rahim ke panggul dan jalan lahir
sang ibu.

Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir. elama kehamilan leher rahim
tersumbat oleh mucus (gumpalan lendir yang lengket pada leher rahim). Pada saat
cervix mulai membuka, gumpalan mucus tadi terhalau. Pada saat bersamaan pula,
maka membran yang mengelilingi bayi dan cairan amniotik memisah dari dinding
rahim. Penampakan dari darah dan mucus yang keluar tampak seperti cairan kental
berwarna merah muda yang merupakan tanda ibu akan menjalani proses persalinan.

Tahap Persalinan

Di dalam proses melahirkan secara normal dalam dunia kesehatan dikenal dengan
adanya 3 fase dan kala persalinan. Pembagian fase melahirkan yang juga disebut
konsep dasar persalinan ini terbagi menjadi 3 fase yaitu fase laten, fase aktif.
Sedangkan untuk kala persalinan terbagi menjadi fase satu, fase dua, fase tiga dan
fase empat.

31
Secara mudahnya bisa diartikan bahwa tahapan persalinan ini terdiri dari :

Tahap I : Pembukaan
Tahap II : Pengeluaran Bayi
Tahap III : Pengeluaran Plasenta

Kala I
hal ini diartikan dan juga didefinisikan sebagai permulaan persalinan yang
sebenarnya. Dibuktikan dengan perubahan serviks yang cepat dan diakhiri dengan
dilatasi serviks yang komplit (10 cm), hal ini dikenal juga sebagai tahap dilatasi
serviks. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk
multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.

Di dalam fase pertama kala 1 ini terbagi juga menjadi dua fase melahirkan yaitu :

Fase Laten. Fase pertama ini akan dimulai dari puncak kontraksi yang regular
sampai 3 cm dilatasi. Kontraksi terjadi setiap 10-20 menit dan berakhir 15-20
detik. Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, berlangsung dalam 7 -
8 jam
Fase Aktif. Fase aktif ini akan berlangsung mulai dari kemajuan aktif sampai
dilatasi lengkap terjadi. Secara umum dari pembukaan 4 cm (akhir dari fase
laten) sampai 10 cm atau dilatasi akhir kala I dan berlangsung selama 6 jam.

Di dalam fase aktif ini terbagi lagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Akselerasi : Yang berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.


2. Dilatasi maksimal/kemajuan maksimal : Yang berlangsung selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
3. Deselerasi : Yang berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9
sampai 10 cm atau lengkap.

Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya

bayi. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit, dan multigravida 30 menit.

Ada beberapa tanda gejala ciri kala II ibu melahirkan yaitu antara lain His

32
terkoordinir, kuat, cepat (2-3 menit sekali), kepala janin di dasar panggul,

merasa mau BAB, anus membuka, vulva yang mulai membuka, perineum

menonjol dan pada Pemeriksaan Dalam didapatkan pembukaan lengkap ibu

hamil dan siap untuk proses melahirkan.

Kala III

Kala ketiga pada tahapan ini adalah ditandai dengan dimulai segera setelah bayi

lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Dan

tanda-tanda plasenta telah lepas adalah diketahui dan dikenali dengan tanda

sebagai berikut : Semburan darah, pemanjangan tali pusat, perubahan bentuk

uterus yaitu dari diksoid menjadi bentuk bundar (globular) serta juga adanya

perubahan dalam posisi uterus yaitu uterus naik di dalam abdomen.

Kala IV

Yang dimaksud dengan kala empat persalinan adalah dimulai dari saat lahirnya

plasenta sampai 2 jam pertama post partum, untuk mengamati keadaan ibu

terutama terhadap perdarahan postpartum.

33

Anda mungkin juga menyukai