Anda di halaman 1dari 68

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)

PERCEPATAN
PENANGANAN
KUMUH

PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN (P2KKP)












PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)

PERCEPATAN
PENANGANAN
KUMUH

PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN
(P2KKP)







Diterbitkan Oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH i








ii PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH








KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga POB
Percepatan Penanganan Kumuh tahun 2015 dapat diselesaikan. POB ini merupakan bagian dari
Pedoman Teknis P2KKP, yang secara spesifik berisi tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan
kegiatan Percepatan Penanganan Kumuh.

POB ini merupakan panduan operasional bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
menindaklanjuti kebijakan nasional terkait penanganan kawasan kumuh dan target pencapaian
100 0 100; memperjelas peran Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat dan pihak pemangku
kepentingan lainnya dalam penyelenggaraan kegiatan Percepatan Penanganan Kumuh; serta
memberikan kemudahan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota untuk memulai menangani persoalan
kawasan permukiman kumuh diwilayahnya.

Melalui kegiatan ini, diharapkan proses kolaborasi yang dimotori oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota dapat meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pemangku kepentingan
lainnya di tingkat Kabupaten/Kota dalam kolaborasi perencanaan kawasan untuk mewujudkan
Kabupaten/Kota yang layak huni. Kolaborasi penanganan kawasan kumuh menjadi bagian
integral perencanaan dan pengelolaan dalam rangka mempromosikan pembangunan kota yang
inklusif dan berkelanjutan, yaitu pembangunan Kabupaten/Kota yang dapat meningkatkan
keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakatnya secara berkelanjutan melalui
proses kolaborasi semua pemangku kepentingan.

Selanjutnya, POB untuk pelaksanaan proses kolaborasi Kabupaten/Kota dalam penanganan


kawasan kumuh, terdiri atas: 1. POB Percepatan Penanganan Kumuh (berlaku untuk semua
lokasi sasaran program); dan 2. Suplemen POB Percepatan Penanganan Kumuh (berlaku khusus
lokasi penetapan 2015).

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan buku POB ini. Semoga Allah Subhanahu
Wata'ala selalu memberi bimbingan dan kekuatan kepada kita, Amin.

Jakarta, 27 November 2015

Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman


Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat




Ir.Rina Farida, MT

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH iii








DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR | iii
DAFTAR ISI | iv
DAFTAR TABEL, GAMBAR & LAMPIRAN | v
DAFTAR SINGKATAN | vi


BAB I | PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang | 2
1.2. Dasar Hukum Pelaksanaan | 3
1.3. Prinsip | 4
1.4. Tujuan | 5
1.5. Keluaran | 5
1.6. Strategi Pelaksanaan | 5
1.7. Komponen Kegiatan | 6


BAB II | KOMPONEN PROGRAM
2.1 Tahapan Pelaksanaan | 10


BAB III | ORGANISASI & TATA PERAN
3.1. Bagan Pelaku Kolaborasi Kegiatan Percepatan Penanganan
Kumuh Kabupaten/Kota | 18
3.2. Organisasi Pelaksanaan Kolaborasi Kegiatan Percepatan
Penanganan Kumuh | 20
3.3. Tata Peran Pelaku | 21

BAB IV | MONITORING DAN EVALUASI
4.1. Pelaku | 36
4.2. Jadwal dan Pelaksanaan Kegiatan Monev | 36
4.3. Pelaporan Kegiatan Monev | 36
4.4. Indikator Keberhasilan | 36

iv PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH









DAFTAR TABEL , BAGAN, GAMBAR & LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
2.1. Matrik Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Percepatan
Penanganan Kumuh | 12
3.1. Peran Umum Pelaku Kolaborasi | 19
4.1. Indikator Keberhasilan Percepatan Penanganan Kumuh | 37

DAFTAR GAMBAR
2.1. Kolaborasi Perencanaan Masyarakat (Permukiman) dengan
Siklus Perencanaan Pembangunan Reguler | 11

3.1. Bagan Pelaku Kolaborasi Kabupaten/Kota | 18


3.2. Organisasi Pelaksanaan Kolaborasi | 20

LAMPIRAN
Lampiran 1 | Materi Inti Perencanaan Kolaborasi Tingkat Kota | 40
Lampiran 2 | Advokasi Kolaborasi Kegiatan Percepatan Penanganan Kumuh
dalam Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran daerah | 49

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH v










DAFTAR SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BA : Berita Acara
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BG : Bangunan dan Gedung
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
BOP : Biaya Operasional dan Pemeliharaan
CC : City Changer
DED : Detail Engineering Design
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DJCK : Direktorat Jenderal Cipta Karya
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Faskel : Fasilitator Kelurahan
FGD : Focus Group Discussion
FKA-BKM : Forum Komunikasi Antar Badan Keswadayaan Masyarakat
Kades : Kepala Desa
Kadus : Kepala Dusun
KBP : Komunitas Bangun Perkotaan
KDB : Koefisien Dasar Bangunan
KMP : Konsultan Manajemen Pusat
KMW : Konsultan Manajemen Wilayah
Korkot : Koordinator Kota
KPP : Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
KSB : Koefisien Satuan Bangunan
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
LMK : Laporan Manajemen Keuangan
LMP : Laporan Manajemen Program
LPJ : Laporan Pertanggung Jawaban

vi PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH









Monev : Monitoring dan Evaluasi
MoU : Memorandum of Understanding
MP2K : Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan
NUAP : Neighborhood Upgrading Action Plan
O&P : Operasi dan Pemeliharaan
P2KKP : Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman
Pemda : Pemerintah Daerah
PJM : Perencanaan Jangka Menengah
PKP : Pengembangan Kawasan Permukiman
PLPBK : Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
PMU : Project Management Unit
PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Pokja : Kelompok Kerja
PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
RAB : Rencana Anggaran dan Biaya
RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
RISPAM : Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum
RKP : Rencana Kawasan Permukiman
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPK : Refleksi Perkara Kritis
RPKPP : Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas
RTBL : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
RTH : Ruang Terbuka Hijau
RTRW : Rencana Tata Ruang dan Wilayah
SAI : Sistem Akuntansi Indonesia
Satker-PKP2B : Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Penataan Bangunan
Satker-PKPBM : Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Berbasis Masyarakat
SEL : Sosial Ekonomi Lingkungan
SIM : Sistem Informasi Manajemen
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SKS : Survei Kampung Sendiri

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH vii









SP2D : Surat Perintah Pengeluaran Dana
SP3 : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan
SPM : Surat Perintah Membayar
SPPD-L : Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan
SPPIP : Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif
UPK : Unit Pengelola Keuangan
UPL : Unit Pengelola Lingkungan
UPS : Unit Pengelola Sosial

viii PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH








BAB I
PENDAHULUAN

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 1









1.1. LATAR BELAKANG


Undang-undang (UU) No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
mengamanatkan bahwa penyelenggaraan atas perumahan dan kawasan permukiman termasuk
pencegahan kumuh dan peningkatan kualitas permukiman kumuh wajib dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau setiap orang.

Pesatnya laju urbanisasi yang berimplikasi kepada pertumbuhan populasi dan angka kemiskinan
penduduk perkotaan di Indonesia, menyebabkan pemerintah kesulitan untuk memastikan setiap
warga negaranya dapat mengakses perumahan dan permukiman yang layak dan terjangkau.
Saat ini sekitar 9,12% rumah tangga dari 64,1 juta rumah tangga di Indonesia tinggal di dalam
kondisi rumah yang tidak layak huni1 dan terdapat 38.431 Ha kawasan permukiman kumuh
perkotaan yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia2.

Sebagai tindak lanjut dari pencapaian target MDGs yang akan berakhir pada tahun 2015 ini,
telah disepakati Kesepakatan Dunia tentang Sustainable Development Goals (SDGs), dimana
target SDGs poin 11 tentang Sustainables Cities and Communities disebutkan Membangun kota
dan permukiman yang inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan. Pada tahun 2030
(target SDGs poin 11.1) ditargetkan untuk menjamin akses dalam hal perumahan yang layak,
aman dan terjangkau , akses pelayanan dasar dan Penanganan Permukiman Kumuh.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019, sasaran pembangunan kawasan permukiman adalah
pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0%, tercapainya 100% pelayanan air
minum bagi seluruh penduduk indonesia dan meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi
layak menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar pada tahun 2019.

Untuk mewujudkan sasaran tersebut diatas, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah mencanangkan suatu gerakan yang dikenal
dengan istilah Gerakan 100 0 100. Pencapaian gerakan 100 0 100 ini membutuhkan
pendekatan pembangunan yang berbeda, tidak hanya mengerahkan sumberdaya pada satu
sektor saja melainkan harus melibatkan sebanyak mungkin pelaku dan sektor baik vertikal
maupun horizontal serta potensi yang dimiliki masyarakat sebagai subyek pembangunan yang
aktif dalam seluruh proses pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman melalui
platform Kolaborasi.

Upaya pencegahan dan percepatan peningkatan kualitas kawasan permukiman secara


kolaborasi tersebut dilakukan dengan pendekatan partisipatif yang mempertemukan
perencanaan makro (top down) dan perencanaan mikro (bottom up) dengan mendudukkan
masyarakat sebagai subyek pembangunan dan pengambil keputusan akhir. Upaya percepatan
pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman tersebut juga harus mampu

1Data Capaian Millenium Development Goals Target pada Tahun 2014
2Hasil Quick Count Permukiman Kumuh Kementerian PU-PR Tahun 2014 seluas 37.407 Ha
ditambah dengan hasil survey RW Kumuh Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013 seluas 1.024 Ha.

2 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



membangun kolaborasi antar sektor dan antar aktor, dimana warna sektor hilang sehingga
terwujud keterlibatan multisektor, multi aktor dan multi program tidak hanya bersifat adhoc.
Keterlibatan Pemerintah Daerah juga harus ditingkatkan sesuai dengan potensi Pemerintah
Daerah dalam mengenali kebutuhan daerah dan menggalang berbagai potensi sumber daya dan
mensinergikan sehingga Pemerintah Daerah khususnya pemerintah Kabupaten/Kota mampu
menjadi nahkoda dalam pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman di
wilayahnya.

Dalam kegiatan peningkatan kualitas kawasan permukiman secara partisipatif, Kementerian


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah memulai dengan program Penataan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) sebagai bagian dari intervensi lanjutan program PNPM
Mandiri Perkotaan yang telah dilaksanakan sejak 2008 sampai dengan 2014 di 31 Provinsi dan
176 Kabupaten/Kota pada 785 kelurahan.

Untuk mendukung pencegahan dan percepatan peningkatan kualitas kawasan permukiman,


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Program Peningkatan Kualitas
Kawasan Permukiman (P2KKP) menginisiasi program kolaborasi yang dinamakan Percepatan
Penanganan Kumuh.

Program P2KKP melalui Percepatan Penanganan Kumuh berupaya untuk membangun platform
kolaborasi dalam pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman, sehingga terjadi
keterpaduan antar sektor pembangunan untuk bersama-sama bergerak mencapai sasaran
pembangunan kawasan permukiman pada tahun 2019 dengan menempatkan Pemerintah
Daerah sebagai nakhoda, masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan dan Pemerintah
Pusat sebagai pendamping Pemerintah Daerah untuk pencapaian gerakan 100 0 100.

1.2. DASAR HUKUM PELAKSANAAN


1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
7. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Tahun 2015-2019;
8. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat;

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 3









9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42/M Tahun 2015 tentang


Pemberhentian dan Pengangkatan Jabatan Struktural Eselon I di Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
11. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 168/PMK.05/2015 tentang
Mekanisme Penyelenggaraan Bantuan Pemerintah Pada Kementerian
Negara/Lembaga.

1.3. PRINSIP
Prinsip-prinsip yang ditumbuh-kembangkan dalam kegiatan Percepatan Penanganan Kumuh
melalui kolaborasi adalah:
1. Partisipasi/Participation (P) artinya semua pihak memiliki kesempatan yang sama
untuk menyatakan pendapat, memutuskan hal-hal yang langsung menyangkut
nasibnya dan bertanggung jawab atas semua keputusan yang telah disepakati
bersama. Dalam melaksanakan partisipasi harus tepat waktu atau tepat momentum
artinya partisipasi harus punctual (P) sehingga terjadi sinkronisasi
2. Akseptasi/Acceptable (A); artinya kehadiran tiap pihak harus diterima oleh pihak
lain apa adanya dan dalam kesetaraan. Agar tiap pihak dapat diterima oleh pihak
lain maka kepada tiap pihak dituntut untuk bersikap bertanggung jawab atau dapat
diandalkan atau bersifat tanggung gugat/accountable (A)
3. Komunikasi/Communication(C) ; artinya masing-masing pihak harus mau dan
mampu mengomunikasikan dirinya beserta rencana kerjanya sehingga dapat
dilakukan sinergi. Untuk itu tiap pihak dituntut untuk mau meleburkan diri menjadi
satu kesatuan/collaboration (C)
4. Percaya/Trust (T) ; artinya masing-masing pihak harus dapat mempercayai dan
dipercaya atau saling percaya karena tidak mungkin suatu hubungan kerjasama
yang intim dibangun di atas kecurigaan . Untuk itu tiap pihak dituntut untuk berani
bersikap terbuka/transparent (T)
5. Berbagi/Share (S) ; artinya masing-masing harus mampu membagikan diri dan
miliknya (time, treasure and talents) untuk mencapai tujuan bersama dan bukan
satu pihak saja yang harus berkorban atau memberikan segalanya sehingga tidak
lagi proporsional. Dalam prinsip berbagi ini juga mengandung arti
penyerahan/submit (put under control of another - S) artinya tiap pihak disamping
siap memberi juga siap menerima pendapat orang lain termasuk dikritik

4 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



1.4. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan Percepatan Penanganan Kumuh adalah:

1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan di seluruh tataran pelaku (masyarakat hingga


Pemerintah Daerah) di dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengendalian secara kolaboratif;
2. Mewujudkan proses perencanaan dan penganggaran secara kolaboratif dalam
pencegahan dan percepatan peningkatan kualitas kawasan permukiman dibawah
koordinasi Kelompok Kerja Kabupaten/Kota (Pokja /Pokjanis/Tim Teknis);
3. Mewujudkan proses pelaksanaan dan pengendalian oleh setiap sektor yang mengacu
pada hasil dokumen perencanaan tingkat Kabupaten/Kota (RKP-KP/SIAP) dan telah
diakomodasi dalam RPJM Kabupaten/Kota;
4. Mewujudkan Pelembagaan model kolaborasi tingkat Kabupaten/Kota untuk proses
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian dalam pembangunan;

1.5. KELUARAN
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :

1. Terfasilitasinya penguatan kapasitas Kelompok Kerja Kabupaten/Kota (Pokja


/Pokjanis/Tim Teknis) dan Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP) ditingkat masyarakat
yang siap melaksanakan kolaborasi tingkat kabupaten/kota ;
2. Terfasilitasinya proses perencanaan dalam menyusun perencanaan pencegahan dan
peningkatan kualitas kawasan permukiman tingkat Kabupaten/Kota (RKP-KP/SIAP)
dibawah koordinasi Kelompok Kerja Kabupaten/Kota (Pokja /Pokjanis/Tim Teknis);
3. Terfasilitasinya proses penganggaran perencanaan pencegahan dan peningkatan
kualitas kawasan permukiman (RKP-KP/SIAP) kedalam sistem perencanaan
pembangunan daerah (RPJM Kabupaten/Kota); dan
4. Terwujudnya pelaksanaan dan pengendalian pencegahan dan peningkatan kualitas
kawasan permukiman kumuh sesuai dengan dokumen perencanaan (RKP-KP/SIAP)
yang dilaksanakan secara kontraktual maupun swakelola.

1.6. STRATEGI PELAKSANAAN


1. Menggunakan Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman Nasional (Pokja
Nasional) dalam merumuskan rekomendasi kebijakan, strategi dan program, langkah-
langkah koordinasi, pengendalian dan pemantapan pelaksanaan pencegahan dan
peningkatan kualitas kawasan permukiman;
2. Menempatkan pemerintah Kabupaten/Kota sebagai Nakhoda kolaborasi dalam
penyelenggaraan pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman bersama
dengan Perguruan Tinggi, Kelompok peduli dan menempatkan masyarakat sebagai pelaku
utama penyelenggaraan kegiatan; serta mendorong peran Kepala Desa/Kelurahan,

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 5









BKM/LKM sebagai mitra kolaborasi dalam pelaksanaan kegiatan dan memfungsikan KSM
sebagai kelompok pemanfaat serta pemelihara (KPP) infrastruktur kawasan permukiman;
3. Menggunakan pendekatan berbasis masyarakat dan perencanaan partisipatif dalam
penyusunan program baik tingkat Kabupaten/Kota (Rencana Kawasan Permukiman)
maupun tingkat Desa/Kelurahan (Rencana Penataan Kawasan Permukiman).

1.7. KOMPONEN KEGIATAN


1. Bantuan Teknis Pendampingan dan Penguatan Kapasitas
Bantuan teknis pendampingan dan Peguatan kapasitas ini diwujudkan dalam bentuk
penugasan Konsultan dari tingkat nasional sampai tingkat Desa/Kelurahan.
a. Tim Fasilitator Kelurahan; Pendampingan dan penguatan kapasitas kepada masyarakat
melalui Lokakarya, fasilitasi pertemuan warga, diskusi kelompok terfokus, musyawarah
atau rembug warga, pendataan dalam pelaksanaan P2KKP tingkat Desa/Kelurahan.
b. Tim Kordinator Kota; Pendampingan dan penguatan kapasitas kepada Pemerintah
Daerah dan para pemangku kepentingan ditingkat Kabupaten/Kota, antara lain melalui
sosialisasi, berbagai lokakarya dan pelatihan perangkat Pemerintah Daerah sampai
dengan lurah/kades dan kelompok peduli serta bantuan teknik untuk memperkuat
mereka dalam melaksanakan P2KKP.
c. Konsultan Manajemen Wilayah; Pendampingan dan penguatan kepada Pemerintah
Daerah dan para pemangku kepentingan tingkat Provinsi, antara lain melalui
sosialisasi, berbagai lokakarya dan pelatihan perangkat Pemerintah Daerah dan
kelompok peduli serta bantuan teknik untuk memperkuat mereka dalam
melaksanakan P2KKP
d. Advisory dan Konsultan Manajemen Pusat; Menyiapkan pengembangan konsep dan
perumusan Program peningkatan kapasitas termasuk finalisasi kapasitas semua
bangunan konsep dan dokumen (seperti modul pelatihan, materi pelatihan, dan evaluasi
kegiatan, dll) ; Deseminasi seluruh pedoman maupun dokumen teknis terhadap pihak
terkait, memberikan kontribusi sebagai nara sumber dalam berbagai kegiatan pelatihan.


2. Investasi Kegiatan
Kegiatan ini mengalokasikan dana stimulan yang sudah tercantum dalam dokumen
perencanaan Pemerintah Daerah dan masyarakat

Bantuan dana stimulan berfungsi sebagai sarana pembelajaran untuk percepatan


peningkatan kualitas kawasan permukiman dengan kolaborasi melalui kegiatan Tridaya
kegiatan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan).

6 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



Bantuan dana stimulan hanya bisa diakses oleh Kabupaten/Kota serta Desa/Kelurahan
dengan kriteria yang di tetapkan oleh executing agency dengan proses seleksi yang akan
diatur dalam suplemen.

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 7










BAB II
TAHAPAN PELAKSANAAN









PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 9









2.1 TAHAPAN PELAKSANAAN

Tahapan pelaksanaan kegiatan Percepatan Penangan Kumuh merupakan upaya untuk


mendorong terwujudnya perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian
pencegahan dan peningkatan kawasan permukiman secara kolaboratif ditingkat
Kabupaten/Kota dan Kelurahan/Desa (masyarakat).

Ditingkat Desa/Kelurahan kegiatan kolaborasi ini mengikuti siklus PLPBK. Masyarakat akan
menyusun Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (RPLP). Ditingkat
Kabupaten/Kota akan mendorong penyusunan perencanaan pencegahan dan peningkatan
kualitas kawasan permukiman (RKP-KP/SIAP) dibawah koordinasi kelompok kerja
Kabupaten/Kerja (Pokja /Pokjanis/Tim Teknis).

Untuk menjamin hal tersebut maka pemerintah daerah harus menjalankan prinsip-prinsip
Good Governance, dengan didukung oleh :

1. Kolaborasi multisektor dan multiaktor diseluruh tahapan pembangunan;


2. Sinkronisasi dokumen perencanaan pengembangan kawasan permukiman melalui RPJMD,
baik dalam konteks menyusun Rancangan Awal RPJMD maupun pengusulan perubahan
RPJMD, antara lain dengan cara:
a. Mengacu kepada RPJMN Nasional tahun 2015-2019 terkait target cipta karya;
b. Menggunakan Standar Pelayanan Minimum Bidang Cipta Karya;
c. Mendorong review terhadap perencanaan sektoral dan penyusunan RKP-KP yang
bersumber dari data baseline 100 0 100 yang dilakukan oleh masyarakat.
3. Sinkronisasi waktu perencanaan pengembangan kawasan permukiman dengan siklus
perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah.

Dalam rangka mewujudkan kolaborasi tersebut maka disusun tahapan pelaksanaan ditingkat
Kabupaten/Kota dan ditingkat Desa/Kelurahan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan;
2. Tahap Perencanaan Pengembangan Kawasan Permukiman;
3. Tahap Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah;
4. Tahap Pelaksanaan;
5. Tahap Pengendalian.

Secara detail tahap pelaksanaan sebagai berikut :

10 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



!
!
!

(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(







1..TAHAP.PERSIAPAN 2..TAHAP.PERENCANAAN.PKP 3..TAHAP.INTEGRASI.PERENCANAAN.DAN.PENGANGGARAN.PEMBANGUNAN.DAERAH 4..TAHAP. 5..TAHAP.
PELAKSANAAN PENGENDALIAN

Moneter%%BI Rancangan%Awal% Rancangan% Musrenbang.


Statistik%%BPS Renja%7KL Interm%RKP Nasional

Pusat
Data%Sektoral

RPJM%Daerah% Rancangan% Paska.


Musrenbang. RKP%Provinsi
Provinsi RKPD%Provinsi Musrenbang.
RTRWP Provinsi
Provinsi

Provinsi
Rancangan% Proses.
Renstra%SKPD% Renja%7SKPD% Renja%SKPD% Penyusunan.
Renja7SKPD% Forum.SKPD.
Provinsi% Provinsi Provinsi APBD.Provinsi
Provinsi Provinsi

3.2
SUDAH%ADA%RPJMD
RTRWK
Usulan%
Usulan% Perda/Perbud%
Perubahan%
Perubahan% Perubahan%RPJMD
RPJMD
RPJMD

1.1 1.2 2.2 2.4 3.1


Refleksi. Profil%100%0%100% Konsolidasi. Rancangan% Rancangan%
Lokakarya. Penguatan. RPJM%Daerah%% Paska.
Perkara.Kritis P2KKP%Kota/Kab dan.Analisa. Awal%RPJM% Pra% RKPD%Kab/% Musrenbang. RKP%Kab/%Kota
Kota/Kab Pokja Kab/%Kota Musrenbang.
Kota/Kab data Daerah Musrenbang Kota Kab/.Kota
Kab/.Kota 5.1
2.5

Kabupaten./.Kota
ON. Pengendalian%
Data%Sekunder% Penyusunan. BUDGET Rancangan% Proses.
Renstra%SKPD% Renja%7SKPD% Renja%SKPD% (Monitoring%dan%
Sektoral%Kota/ Dokumen. Renja7SKPD% Forum.SKPD. Penyusunan.
Kab/%Kota Kab/%Kota Kab/%Kota Evaluasi)%Program
Kab Perenc..PerKim OFF. Kab/%Kota Kab/.Kota APBD.Kab/.Kota
BUDGET 3.3
Gambar 2.1.

Kolaborasi.
Swasta.dan.
Pihak.Peduli
Rancangan%
Renstra% Renja%
Renja7 Musrenbang.
Kecamatan Kecamatan
Kecamatan Kecamatan

3.5

Kecamatan
1.3 2.1 2.3 2.6 3.4
4.1
Profil%100%0%100% Pelaksanaan%
Refleksi. Rancangan% Rancangan%RKP% RKP%Desa%/%
Lokakarya. Pemetaan. Desa/ Perencanaan. RPJM%Desa Musrenbang.
Perkara.Kritis Awal%RPJM% Desa% Kelurahan Kegiatan%
Kel/Desa Swadaya. kelurahan Partisipatif. Desa
Dengan Siklus Perencanaan Pembangunan Reguler
Kolaborasi Perencanaan Masyarakat (Permukiman)

Kel/Desa Desa Pembangunan

Kelurahan./.Desa
Januari Februari Maret April Mei
DENGAN(SIKLUS(PERENCANAAN(PEMBANGUNAN(REGULER(

!
Gambar(2.1.(KOLABORASI(PERENCANAAN(MASYARAKAT((PERMUKIMAN)(

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH


PROSEDUR(OPERASIONAL(BAKU((|(!PERCEPATAN!PENANGANAN!KUMUH(

11
9!
!
!
!








Tabel 2.1.
Matrik Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Percepatan Penanganan Kumuh
NO TAHAPAN KEGIATAN PELAKU HASIL KEGIATAN
1 TAHAP PERSIAPAN
1.1 Lokakarya Penanggung Jawab : Sekda 1. Peserta memahami konsep dan
Kabupaten/Kota Pelaksana: Bappeda mekanisme program;
Pendamping : Tim Koorkot 2. Terbangunnya komitmen
Peserta : SKPD/Camat, DPRD, bersama untuk mewujudkan
KBP, FKA-BKM, PT,Swasta, kolaborasi gerakan 100-0-100;
Stakeholder Kabupaten/Kota, 3. Terumuskannya tugas pokok dan
Kepala Desa/Lurah, Tim Teknis. fungsi Pokja Kab/Kota (Pokja
/Pokjanis/Tim Teknis);
4. Terbentuknya atau keputusan
pemanfaatan lembaga yang
sudah ada sebagai Pokja
Penanganan Permukiman
1.2 Penguatan Pokja Penanggung Jawab : Sekda 1. Pokja Kabupaten/Kota
Kab/Kota (Pokja Pelaksana : Bappeda memahami tupoksinya;
/Pokjanis/Tm Teknis) Pendamping : Pemandu 2. Pokja Kabupaten/Kota siap dan
Nasional Pemda, KMW/Korkot mampu menyelenggarakan
Peserta : Pokja , Tim Teknis Kolaborasi perencanaan dan
penganggaran pencegahan dan
peningkatan kualitas kawasan
permukiman.
3. Pokja Kabupaten/Kota mempu
mengkoordinasikan pelaksanaan
dan pengendalian kegiatan
pencegahan dan peningkatan
kualitas kawasan permukiman
1.3 Lokakarya Penanggung Jawab : Lurah/Kepala 1. Peserta faham mekanisme
Desa/Kelurahan Desa pelaksanaan Kegiatan
Pelaksana: BKM/LKM Kolaborasi Percepatan Gerakan
Pendamping :Pokja Penanganan 100 0 100;
Permukiman 2. Terbangunnya komitmen
Peserta : BKM/LKM, Lembaga bersama untuk mewujudkan
tingkat Kec/Kel, Perwakilan 100-0-100;
Aparat kec/kel, Kelompok Peduli 3. Terbentuknya atau kesepakatan
pemanfaatan lembaga yang
sudah ada sebagai TIPP
4. Rencana kerja pelaksanaan
kegiatan membangun kolaborasi

12 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



NO TAHAPAN KEGIATAN PELAKU HASIL KEGIATAN


2 TAHAPAN PERENCANAAN PARTISIPATIF
2.1 Refleksi Perkara Kritis Penanggung Jawab : Pokja 1. Berita acara Pelaksanaan RPK;
(RPK) Tingkat Pelaksana: Tim Teknis Rumusan Indikasi Arah
Desa/Kelurahan Pendamping: Konsultan Pengembangan Kelurahan Serta Arah
pendamping tingkat
Pembangunan Kawasan Permukiman
Kabupaten/Kota
dan Infrastruktur Permukiman
Peserta : RT, RW,
Desa/Kelurahan
Masyarakat, Perangkat
a. Kriteria/indikator kualitas
Pemerintahan, kelompok
permukiman (100 0 100) dan
peduli
Kumuh;

b. Penyebab penurunan kualitas

permukiman dan Kekumuhan;

c. Dampak yang di timbulkan dari

turunnya kualitas permukiman

d. Harapan kedepan komitmen

warga

2. Hasil diskusi Tematik lingkungan

(peta dan masalahnya).

3. Peserta siap melaksanakan

Pengumpulan dan analisa data.

2.2 Refleksi Perkara Kritis Penanggung Jawab : Pokja 1. Berita acara Pelaksanaan RPK;
(RPK) Kabupaten/Kota Pelaksana : Tim Teknis Rumusan Indikasi Arah
Peserta : Bappeda, SKPD, Pengembangan Kota Serta Arah
DPRD, KBP, FKA-BKM, Pembangunan Kawasan Permukiman
Perguruan Tinggi dan dan Infrastruktur Permukiman Kota
kelompok peduli a. Terbangun Keselarasan misi
Pendamping : Konsultan pembangunan kawasan
pendamping tingkat permukiman
Kabupaten/Kota b. Terbangun harapan
mewujudkan kota tanpa kumuh
c. Penyepakatan Kriteria/indikator
permukiman (100 0 100) dan
Kumuh Kabupaten/Kota;
d. Penyebab-akibat persoalan
hunian tidak layak;
2. Terbangun Komitmen Kumuh
menjadi musuh bersama yang harus
ditangani dengan cara kolaborasi
2.3 Pemetaan Swadaya Penanggung Jawab : 1. Profil Permukiman (100-0-100)
Lurah/Kepala Desa dan Desa/Kelurahan
BKM/LKM 2. Kemampuan daya dukung ruang
Pelaksana: TIPP
terhadap perkembangan jumlah
Pendamping: Tim Fasilitator,
penduduk. (grafik trand
Tim Teknis
Peserta : warga masyarakat, perkembangan jumlah penduduk)
Aparat Desa/Kelurahan, 3. Peta kebutuhan hunian dan
kelompok peduli, RT, RW pelayanan untuk 10 tahun kedepan
dengan alternatif-alternatif desain
rancangan tata bangunan yang
disepakati bersama
4. Arah pengembangan ekonomi
5. Peta gap kondisi sosial eksisting

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 13









NO TAHAPAN KEGIATAN PELAKU HASIL KEGIATAN


dengan kondisi sosial harapan
6. Gap kondisi kelembagaan eksisting vs
harapan
7. Peta Perkembangan ekonomi
Desa/Kelurahan
8. Peta risiko Bencana (bahaya
kebakaran dan bencana lainnya)
2.4 Konsolidasi dan Analisa Penanggung Jawab : Pokja 1. Hasil konsolidasi data
Data Tingkat Pelaksana : Tim Teknis 2. Baseline data 100 0 100
Kabupaten/Kota Pendamping : Konsultan Kabupaten/Kota
pendamping tingkat 3. Profil Kawasan Permukiman
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
Peserta : Bappeda, SKPD, 4. Isu-isu, potensi dan tantangan
DPRD, KBP, FKA-BKM, pembangunan Permukiman
Perguruan Tinggi dan Perkotaan
kelompok peduli 5. Analisis perkiraan kebutuhan
penanganan dan pencegahan
2.5 Penyusunan Rencana Penanggung Jawab : Pokja Dokumen Rencana Pencegahan dan
Pencegahan dan Pelaksana : Tim Teknis Peningkatan Kualitas Kawasan
Peningkatan Kualitas Pendamping : Konsultan Permukian Kabupaten/Kota (RKP-
Kawasan Permukian pendamping tingkat KP/SIAP)
Kabupaten/Kota (RKP- Kabupaten/Kota
KP/SIAP) Peserta : Bappeda, SKPD,
DPRD, KBP, FKA-BKM,
Perguruan Tinggi dan
kelompok peduli
2.6 Perencanaan Partisipatif Penanggung Jawab : 1. Dokumen Rencana Kawasan
Tingkat Desa/Kelurahan Lurah/Kepala Desa dan Permukiman
BKM/LKM 2. Dokumen Rencana Tindak tahun 1
Pelaksana: TIPP
3. Dokumen Aturan bersama
Pendamping: Tim Fasilitator,

Tim Teknis
Peserta : warga masyarakat,
Aparat Desa/Kelurahan,
kelompok peduli, RT, RW





3 TAHAPAN INTEGRASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH
3.1 Mendukung Pokja Pelaksana : Bappeda Target penanganan kumuh di
Kab/Kota (Pokja Peserta : SKPD dan akomdasi dalam Rancangan awal
/Pokjanis/Tim Teknis) stakeholder RPJMD dan/atau usulan perubahan
dalam memasukan RPJMD
target penanganan Peraturan Daerah dan Peraturan
kumuh kedalam Walikota/Bupati RPJMD perubahan
Rancangan Awal RPJMD
(RPJMD Baru) dan/atau
Usulan Perubahan
RPJMD

14 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



NO TAHAPAN KEGIATAN PELAKU HASIL KEGIATAN


3.2 Fasilitasi Penyertaan Pelaksana : Pokja Kegiatan Prioritas oleh swasta dan
Anggaran Swasta dan Peserta : Swasta dan kelompok Peduli
Kelompok Peduli Kelompok peduli
3.3 Fasilitasi Penyusunan Pelaksana : Kepala Desa Rancangan awal RPJM Desa
Rancangan Awal RPJM Peserta : RT, RW, wakil
Desa masyarakat, BKM/LKM,
Kelompok Peduli
3.4 Fasilitasi Integrasi Pelaksana : Camat Rancangan awal Renstra Kecamatan
Renstra Kecamatan Peserta : Lurah, RT, RW,
wakil masyarakat, BKM/LKM,
Kelompok Peduli
4 TAHAPAN PELAKSANAAN
4.1 Mengikuti Pola Kegiatan Disesuaikan dengan lokasi Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan pembangunan dan sektor pelaksanaan Pembangunan
Pembangunan di Daerah yang dibangun Perkembangan kegiatan
5 TAHAPAN PENGENDALIAN
5.1 Pengendalian Penanggung Jawab : Pokja Laporan monitoring dan evaluasi sebagai
(monitoring dan Pelaksana : Tim Teknis bahan perbaikan
evaluasi) Pendamping : Konsultan
pendamping tingkat
Kabupaten/Kota
Peserta : BKM, KSM,
Masyarakat, Pemda, dll


Untuk pelaksanaan tahun 2015-2016 dilaksanakan kegiatan percepatan penanganan kumuh di

lokasi PLPBK lanjutan dan percepatan penanganan kumuh Kabupaten/Kota yang diatur didalam:

1. Suplemen POB Percepatan Penanganan Kumuh Kabupaten/Kota Tahun 2015-2016
2. Suplemen POB Percepatan Penanganan Kumuh di Lokasi PLPBK Lanjutan Tahun 2015-
2016












PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 15












BAB III
ORGANISASI & TATA PERAN









PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 17









3.1. BAGAN PELAKU KOLABORASI KEGIATAN PERCEPATAN PENANGANAN


KUMUH KABUPATEN/KOTA
Bagan pelaku kolaborasi ini merupakan bagan kolaborasi yang memperlihatkan fungsi
koordinasi, fasilitasi dan pengendalian dari para pelaku kolaborasi di tingkat Kabupaten/Kota.

Dalam bab sebelumnya dijelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota berperan sebagai


nakhoda dalam pelaksanaan kolaborasi. Dalam implementasinya, Bupati/Walikota melalui
Surat Keputusan membentuk Kolompok Kerja Kabupaten/Kota (Pokja /Pokjanis) atau
menggunakan lembaga yang ada yang berfungsi sebagai motor penggerak terjadinya kolaborasi
antara Pemerintah Kabupaten/Kota, Masyarakat dan Pemangku Kepentingan (termasuk swasta).
Apabila Kab/kota akan menggunakan lembaga yang ada, perlu dilakukan review kelembagaan
untuk memastikan lembaga tersebut mampu berfungsi sebagai Pokja. Pokja ini dalam
keanggotannya terdiri dari berbagai unsur SKPD, Perguruan Tinggi, LSM serta perwakilan dari
forum masyarakat yang dalam lingkup kerjanya akan mengkoordinasikan berbagai Tim
Teknis/Pokja Sektor yang telah terbentuk di Kabupaten/Kota tersebut. Pokja inilah yang akan
mengawal proses kolaborasi mulai dari tahap perencanaan, pengganggaran, pelaksanaan,
pengendalian serta keberlanjutan. Secara sederhana bagan pelaku kolaborasi tingkat
Kabupaten/Kota disajikan pada gambar 3.1 dibawah ini:

Gambar 3.1
Bagan Pelaku Kolaborasi Kegiatan Percepatan Penanganan Kumuh Kabupaten/Kota








Fungsi Fasilitasi
Fungsi Koordinasi
Fungsi Pengendalian
Fungsi Kolaborasi

18 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



Adapun peran umum pelaku dalam pelaksanaan kolaborasi ini tersaji pada tabel 3.1.

dibawah ini:
Tabel 3.1. Peran Umum Pelaku Kolaborasi

No Pelaku Peran

1 Walikota/Bupati - Penanggung Jawab pencapaian 100 0 100 melalui Kolaborasi


- Pemberi arahan dan kebijakan 100 0 100

2 SKPD - Penanggung Jawab Pencapaian 100 0 100 sesuai dengan


sektor/tupoksi SKPD (perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian)

3 Pokja - Koordinator Percepatan Penanganan Kumuh


- Pemberi arahan kepada tim teknis
- Pemberi masukan kepada Walikota/Bupati dan SKPD terkait
keterpaduan pencapaian 100 0 100 (perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian)
- Evaluator dalam pencapaian 100 0 100

4 Tim Teknis (bagian dari - Pemberi masukan kepada Pokja


Pokja ) - Koordinator pelaksana program sesuai sektor
- Pemberi laporan pencapaian 100 0 100 kepada Pokja

5 Pemangku Kepentingan - Pemberi masukan kepada Tim Teknis


Lainnya - Kontributor (penelitian, pengembangan, diseminasi,
pendanaan, dll) dalam pencapaian 100 0 100
- keterlibatan dalam pencapaian 100 0 100

6 Lurah/Kades - Penanggungjawab pencapaian 100 0 100 melalui kolaborasi


di tingkat Desa/Kelurahan
- Pemberi arahan dan kebijakan 100 0 100 di tingkat
Desa/Kelurahan
- Penanggungjawab terwujudnya integrasi perencanaan 100 0
100 ke dalam RPJM Desa dan Musrenbang

7 Lembaga Lainnya di - Pemberi masukan kepada Lurah/Kades terkait pencapaian


tingkat Desa/Kelurahan 100 0 100
- Kontributor (perencana, pendanaan, pelaksanaan, wasdal)
dalam pencapaian 100 0 100

8 TIPP - Memfasilitasi masyarakat dalam penyusunan RPLP/RTPLP


9 Konsultan Pendamping - Pemberi masukan teknis kepada seluruh pelaku kolaborasi
- Fasilitator proses kolaborasi di tingkat Kabupaten/Kota
hingga Desa/Kelurahan

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 19









3.2. ORGANISASI PELAKSANAAN KOLABORASI KEGIATAN PERCEPATAN


PENANGANAN KUMUH
Organisasi pelaksanaan kolaborasi ini merupakan struktur organisasi dari P2KKP, sehingga tugas
dan tanggungjawab dari setiap pelaku sudah di rinci dalam pedoman teknis P2KKP. Adapun
tugas dan tanggungjawab yang dijelaskan dalam bab III ini adalah tugas dan tanggungjawab
pelaku didalam pelaksanaan yang berkaitan dengan kolaborasi. Baik pelaku di tingkat pusat,
sampai pelaku di tingkat Desa/Kelurahan.
Secara rinci hubungan kerja antar unsur pelaksana dalam organisasi ini dapat dilihat pada
gambar 3.2 di bawah ini:

Gambar 3.2.
Organisasi Pelaksanaan Kolaborasi








20 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



3.3. TATA PERAN PELAKU


1. Tingkat Nasional

Penanggung jawab penyelenggaraan infrastruktur kawasan permukiman adalah


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang bertindak sebagai
Lembaga Penyelenggara Program (Executing Agency).

Untuk melaksanakan program tersebut agar dapat mencapai sasaran yang telah
ditetapkan dan terciptanya sinergi dengan program lainnya dan untuk mengoptimalkan
hasil yang dicapai dalam rangka keberlanjutan program, telah Unit Pengendali
Program/Program Management Unit (PMU).

a. Unit Pengendali Program/Program Management Unit (PMU)


PMU dalam penyelenggaraan Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100 untuk
penanganan prioritas kumuh memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
1) Melakukan koordinasi dengan Pokja Pusat dalam penyelenggaran program
secara nasional;

2) Mengkoordinir seluruh pelaku program dalam penyelenggaraan program di


tingkat pusat, Provinsi dan kabupaten;
3) Melakukan fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku program di tingkat
Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui pengaturan, pembinaan dan
pengawasan;
4) Melakukan pengelolaan pengaduan dan tindak turun tangan dalam
penanganan permasalahan di lapangan;

b. Satker Pusat
Satker Pusat berperan membantu pelaksanaan tugas PMU dalam
penyelenggaraan Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100 memiliki tugas
sebagai berikut :

1) Memfasilitasi koordinasi antara konsultan pendamping P2KKP dengan


Konsultan pendamping program sejenis;
2) Melakukan pengawasan dan pengendalian pencapaian program.

c. Kelompok Kerja (Pokja) Pusat


1) Menyiapkan rumusan rekomendasi kebijakan, strategi, dan program
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;
2) Menyiapkan langkah-langkah koordinasi, pengendalian, dan pemantapan
pelaksanaan pembangunan perumahandan kawasan permukiman;

3) Menyiapkan bahan arahan dalam upaya percepatan pencapaian gerakan


100-0-100;

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 21









4) Mengkoordinasikan keterpaduan program percepatan pencapaian gerakan


100-0-100;
5) Menyiapkan rumusan bahan-bahan bagi pengembangan dan pengarahan
pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dengan
sumber pendanaan dalam dan luar negeri;
6) Melaporkan secara berkala perkembangan hasil pelaksanaan tugas dan
pencapaian hasil kepada Tim Pengarah;

7) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Tim Pengarah; dan


8) Melakukan desiminasi pencapaian sasaran pembangunan kawasan
permukiman sebagai target prioritas dalam RPJMD


2. Tingkat Provinsi

a. Satker Provinsi
Pelaksana di tingkat Provinsi ditunjuk Satker Provinsi dengan tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut :
1) Melaksanakan kegiatan teknis dan administratif untuk pelaksanaan
Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100;
2) Melaksanakan sosialisasi dan koordinasi tingkat Provinsi;
3) Menyalurkan dan mengadministrasikan dana BLM, terutama laporan SP2D
dan e-monitoring pencairan dana BLM bila dana BLM di tempatkan di DIPA
Provinsi;
4) Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan Program;

b. Kelompok Kerja (Pokja) Provinsi


1) Mensosialisasikan rekomendasi kebijakan, strategi, dan program
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;
2) Mengkoordinasikan pengendalian, dan pemantapan pelaksanaan
pembangunan perumahandan kawasan permukiman;
3) Menyiapkan bahan strategi upaya percepatan pencapaian gerakan 100-0-
100;
4) Mengkoordinasikan keterpaduan program percepatan pencapaian gerakan
100-0-100;
5) Mendesiminasikan rumusan pengembangan dan pengarahan pelaksanaan
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dengan sumber
pendanaan dalam dan luar negeri;
6) Melaporkan secara berkala perkembangan hasil pelaksanaan tugas dan
pencapaian hasil kepada Pokja Nasional; dan

22 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



7) Mendorong pencapaian sasaran pembangunan kawasan permukiman


sebagai target prioritas dalam RPJMD.

3. Tingkat Kabupaten/Kota

a. Kelompok Kerja (Pokja) Kabupaten/Kota


Pokja Kabupaten/Kota beranggotakan dari unsur Pemerintah Kabupaten/Kota,
Dinas, Badan, Instansi, lembaga Perguruan Tinggi (PT) dan Kelompok Peduli
tingkat Kabupaten/Kota dengan tugas :
1) Mensosialisasikan rekomendasi kebijakan, strategi, dan program
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;
2) Mengkoordinasikan pengendalian, dan pemantapan pelaksanaan
pembangunan perumahandan kawasan permukiman;
3) Menyiapkan bahan strategi upaya percepatan pencapaian gerakan 100-0-
100;
4) Mengkoordinasikan keterpaduan program percepatan pencapaian gerakan
100-0-100;
5) Mengendalikan kegiatan kolaborasi tingkat kota;
6) Memastikan perencanaan pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan
permukiman masuk dalam RPJMD;
7) Mendesiminasikan rumusan pengembangan dan pengarahan pelaksanaan
pembangunan perumahan dan kawasan kawasan permukiman dengan
sumber pendanaan dalam dan luar negeri;
8) Melaporkan secara berkala perkembangan hasil pelaksanaan tugas dan
pencapaian hasil kepada Pokja Propinsi; dan
9) Memfasilitasi Kabupaten/Kota untuk memasukan pencapaian sasaran
pembangunan kawasan permukiman sebagai program prioritas dalam
RPJMD

b. Tim Teknis P2KKP
Unsur utama pelaksanaan Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100 di tingkat
Kabupaten/Kota adalah Tim Teknis P2KKP dengan peran dan tugas adalah
sebagai berikut:
1) Memantau pelaksanaan Program sesuai dengan pentahapan yang sudah
ditentukan;
2) Melaksanakan administrasi program dan menyampaikan dokumen
pencairan kepada Satker Provinsi;
3) Membuat laporan bulanan pelaksanaan tugas setiap bulan;
4) Membuat laporan pertanggungjawaban pada akhir masa jabatannya;
5) Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan Program dengan
Korkot/Askot Mandiri dan Tim Fasilitator untuk bersama-sama menangani

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 23









penyelesaian permasalahan dan pengaduan mengenai pelaksanaan


Program di wilayah kerjanya; dan
6) Melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan dana yang telah disalurkan
kepada masyarakat (KSM) sesuai dengan usulan yang disetujui Fasilitator
4. Tingkat Kecamatan
Pemerintah Kecamatan, dalam hal ini adalah perangkat daerah Kecamatan sebagai
pelaksana teknis kewilayahan yang dipimpin oleh camat, dengan tugasnya adalah:

1) Mengkoordinasikan penyelenggaraan Program di wilayah kerjanya;


2) Membina dan mengendalikan penyelenggaraan Program di wilayah kerjanya;
3) Melakukan pembinaan kepada pemerintahan Desa/Kelurahan, BKM/LKM.


5. Tingkat Desa/Kelurahan
Di tingkat Desa/Kelurahan, unsur utama pelaksanaan P2KKP adalah (1) Lurah/Kades
dan perangkatnya, (2) BKM/LKM, (3) UPL, (4) KSM permukiman (5) Kelompok
Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) dan (5) Relawan permukiman dengan peran dan
tugas masing-masing unsur adalah sbb:

a. Lurah/Kepala Desa
Secara umum peran utama Lurah/Kepala Desa adalah memberikan dukungan dan
jaminan agar pelaksanaan Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100 di wilayah
kerjanya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan yang berlaku
sehingga tujuan yang diharapkan melalui Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0
100 dapat tercapai dengan baik. Untuk Itu Lurah/ Kepala Desa dapat mengerahkan
perangkat kelurahan atau desa sesuai dengan fungsi masing-masing.
Secara rinci tugas dan tanggung jawab Lurah/Kepala Desa dalam pelaksanaan
Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100 adalah sebagai berikut:

1) Membantu sosialisasi tingkat Desa/Kelurahan;


2) Memfasilitasi terselenggaranya pertemuan pengurus RT/RW dan masyarakat
dengan Korkot/Askot Mandiri/Tim Fasilitator, dan relawan permukiman
dalam upaya penyebarluasan informasi dan pelaksanaan P2KKP;
3) Memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan yang terkait dengan
pelaksanaan P2KKP;

4) Berkoordinasi dengan Tim Fasilitator, relawan masyarakat dan BKM/LKM,


memfasilitasi penyelesaian persoalan dan konflik serta penanganan
pengaduan yang muncul dalam pelaksanaan Kolaborasi Percepatan Gerakan
100 0 100.

24 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



b. BKM/LKM
BKM/LKM dalam pelaksanaan Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100
mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Melaksanakan penyaluran dana BLM kepada KSM;

2) Membuat Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) dengan


KSM/ Panitia selaku pelaksana kegiatan P2KKP; dan
3) Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat
kelurahan, termasuk memberikan sanksi/peringatan kepada KSM/Panitia atas
pelanggaran pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-
ketentuan dalam SPPD-L.

c. Unit Pengelola Lingkungan (UPL)


Unit Pengelola Lingkungan (UPL) unit pelaksana yang dibentuk oleh BKM/LKM
berperan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sebagai berikut :

1) Memfasilitasi pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP);


2) Menyelenggarakan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K)
bagi semua tim pelaksana (KSM) termasuk praktek lapangan;
3) Memverifikasi administrasi pencairan/pemanfaatan dana kepada KSM;
4) Memfasilitasi, mengawasi dan mengkoordinir seluruh pelaksanaan kegiatan
KSM Permukiman termasuk memberikan penguatan teknik konstruksi
maupun administrasi kegiatan;
5) Menyelenggarakan rapat-rapat evaluasi rutin bersama KSM Permukiman
untuk mengevaluasi kemajuan pelaksanaan kegiatan dan mendorong upaya-
upaya percepatan penyelesaiaan kegiatan lapangan;
6) Bersama Faskel Teknik dan KSM melakukan Opname pekerjaan dilapangan;

7) Memfasilitasi penyusunan dan memverifikasi laporan-laporan Kegiatan KSM


(Mingguan, Bulanan, LPJ, termasuk photo2 dokumentasi) dan melaporkannya
kepada koordinator BKM/LKM;
8) Memastikan semua infrastruktur memenuhi persyaratan teknis (Bangunan
berkualitas Baik/Kuat & Tahan Lama, Bermanfaat/Berfungsi dan Ada O&P
termasuk Rencana Kerjanya);

9) Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur melakukan Verifikasi proposal


KSM (termasuk membuat Berita Acara Verifikasi);
10) Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur dan pihak KSM melakukan
Sertifikasi Kegiatan (termasuk membuat BAP2-nya);

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 25









d. Unit Pengelola lainnya (UPS, UPK)


Unit Pengelola lainnya adalah unit pelaksana yang dibentuk oleh BKM/LKM untuk
mengurus kegiatan bidang sosial dan ekonomi maupun keuangan dengan tugas
sebagai berikut :

1) Memfasilitasi pembentukan KSM;


2) Memfasilitasi penyusunan usulan kegiatan bidang sosial dan ekonomi;
3) Melakukan verifikasi usulan kegiatan KSM;
4) Melakukan pengendalian kegiatan KSM termasuk pertanggungjawaban
administrasi kegiatan;
5) Memfasilitasi pencatatan pembukuan KSM dalam kegiatan ekonomi dana
bergulir;
6) Melakukan pencatatan administrasi dan pembukuan UPK;
7) Aktif melakukan penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul akibat
pelaksanaan kegiatannya;
8) Melaporkan pengelolaan kegiatan sosial dan ekonomi kepada BKM/LKM
secara berkala.

e. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)


Peran KSM Permukinan dalam kegiatan Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100
adalah sebagai berikut :

1) Menyusun proposal kegiatan infrastruktur yang sudah disepakati bersama


jenis kegiatan dan lokasinya;
2) Mengelola dan melaksanakan kegiatan P2KKP secara transparan dan dapat
dipertanggung jawabkan, serta memastikan prasarana yang dibangun tidak
boleh menimbulkan Dampak Infrastrukturdan Sosial;
3) Menyampaikan Jadwal Kerja, Rencana Pengadaan Bahan/Alat, Rencana
Pemeliharaan, Rencana Tenaga Kerja, Tim Pelaksana Kegiatan yang lebih rinci
kepada UPL sebelum dilaksanakan Musyawarah Pra Pelaksanaan Kegiatan
(MP2K);

4) Melaksanakan Musyawarah Pengadaan Bahan/Alat, Musyawarah


Pertanggungjawaban Pelaksanaan Kegiatan dan memastikan Tim O&P turut
serta dalam MP2K;
5) Membangun prasarana dengan kualitas baik, bermanfaat sesuai kebutuhan
masyarakat dan persyaratan teknis konstruksi;
6) Membuat Papan Nama/Informasi Proyek sehingga dapat diketahui oleh
masyarakat umum;

26 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



7) Membuat laporan pertanggungjawaban (LPJ) kegiatan dan mengarsipkannya;

8) Melakukan penggantian atau perbaikan prasarana yang diperintahkan oleh


konsultan/UPL selama proses konstruksi berlangsung;
9) Mendorong pelibatan masyarakat sebanyak-banyaknya dalam pelaksanaan
kegiatan;
10) Aktif melakukan penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul akibat
pelaksanaan kegiatannya;

f. Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)


Tugas KPP adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan rencana Operasional dan Pemeliharaan (O&P) yang mencakup
mekanisme pelaksanaan O&P serta pendanaannya;
2) Menggalang dan mengelola dana untuk O&P yang diperoleh dari iuran warga,
bantuan APBD dan pihak-pihak lainnya;
3) Membuka dan mengelola rekening Bank untuk dana O&P (terpisah dari
rekening BKM/LKM); dan

4) Melaporkan kegiatan O&P termasuk penggunaan dana KPP kepada


masyarakat dan pemerintah Desa/Kelurahan.

g. Relawan Permukiman
Relawan Permukiman adalah pelopor-pelopor pengerak dari masyarakat yang
mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki komitmen kuat dalam
mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan.

P2KKP mendorong masyarakat di lokasi sasaran agar membuka kesempatan seluas


mungkin bagi warga yang ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen untuk
membantu masyarakat dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan program
agar bermanfaat bagi masyarakat di wilayahnya.
Dengan demikian peran utama para relawan permukiman adalah :
1) Pengerak masyarakat dalam menjalani seluruh proses kegiatan Kolaborasi
Percepatan Gerakan 100 0 100 secara partisipatif;
2) Mengawal proses partisipasi, transparansi, akuntabilitas, demokrasi dsb; dan
3) Mitra kerja BKM/LKM dalam kegiatan Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0
100.
6. Tingkat Konsultan Manajemen
Penyelenggaraan Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100 didukung oleh tim
konsultan yang memberikan pendampingan manajemen, teknis dan pemberdayaan di
tingkat Pusat, tingkat Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat Kelurahan. Konsultan

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 27









Manajemen terdiri dari KMP/NMC, KMW/RMC, Koordinator Kota/Korkot dan Tim


Fasilitator.

a. Advisory P2KKP
Advisory dalam kerangka pelaksanaan Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100
memiliki tugas dan tanggungjawab antara lain:
1) Membantu PMU dalam persiapan pengembangan konsep dan perumusan
POB Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100;
2) Membantu PMU dalam pengembangan penelitian Program ND dan lainnya
sesuai kebutuhan, termasuk perilaku, melaporkan dan mengkomunikasikan
hasil penelitian dan konsep perkembangan Program ND kepada PMU dan
Bank Dunia;
3) Membantu PMU dalam program peningkatan kapasitas, termasuk finalisasi
kapasitas semua bangunan konsep dan dokumen (seperti modul pelatihan,
materi pelatihan, dan pelatihan evaluasi format, dll);
4) Penyusunan Manual Implementasi, dan program terkait lainnya jika
diperlukan;

5) Membantu PMU dalam administrasi kontrak, terutama dalam


mempersiapkan dokumen kontrak di Sejalan dengan menghubungi pedoman,
baik dari lembaga donor dan pedoman pemerintah;

6) Membantu PMU dalam mempersiapkan dan pengembangan peningkatan


kapasitas.

b. Konsultan Manajemen Pusat (KMP)


KMP bertugas untuk memberikan dukungan manajemen dan teknis kepada PMU
dan Direktorat Pengembangan Permukiman di dalam pengelolaan dan
pengendalian kegiatan Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100 agar
pelaksanaan program sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan
memenuhi kriteria dan indikator keberhasilan pelaksanaan program.
KMP bertanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatannya kepada PMU
dengan tugas dan tanggung jawab antara lain adalah:
1) Memberikan dukungan teknis dan manajemen kepada Koordinator Program
(PMU) didalam pengelolaan dan pengendalian seluruh tahapan kegiatan ;
2) Menjamin kesesuaian capaian waktu dan target pelaksanaan yang telah
ditetapkan;
3) Memastikan pelaksanaan dapat memenuhi target indikator kinerja yang
telah ditetapkan;

28 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



4) Memastikan adanya kesepahaman terhadap desain dan kinerja yang


optimal dari tim konsultan manajemen wilayah (KMW) yang ditugaskan di
daerah;
5) Melakukan finalisasi dokumen teknis pelaksanaan termasuk pedoman
teknis dan tata aturan pelaksanaan ;
6) Melakukan diseminasi seluruh pedoman maupun dokumen teknis terhadap
pihak terkait;

7) Mengembangkan konsep, strategi, dan modul pelatihan yang mencakup


aspek kesetaraan gender dalam kegiatan ;

8) Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan


pelatihan melalui kunjungan lapangan, wawancara dan pengumpulan data;
9) Mengumpulkan data baseline, benchmark dan laporan hasil survey, serta
memastikan bahwa data-data telah dianalisis dan dicantumkan dalam
laporan triwulan maupun laporan tahunan ;
10) Memonitor dampak sosial, lingkungan dan ekonomi dari pelaksanaan ,
termasuk penyediaan data dan informasi kondisi awal lingkungan, serta
pelaporan terhadap penilaian dampak awal;
11) Mengembangkan situs web dan melakukan update data mingguan tentang
status kemajuan pelaksanaan ;
12) Menyiapkan seluruh laporan keuangan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan, menyusun kompilasi dan ringkasan permintaan pembayaran,
pencairan dana serta status penyerapan yang terkait dengan alokasi dana
pinjaman ;
13) Menyusun dokumentasi status pencairan dan penyerapan dana BLM;

14) Memonitor dan meng-update jadwal rencana implementasi ;


15) Menyiapkan laporan keungan pra-audit ;
16) Merumuskan mekanisme penanganan pengaduan masyarakat dan
memonitor tindak lanjut penanganan masalah;
17) Memberikan kontribusi sebagai nara sumber dalam berbagai kegiatan
pelatihan; dan

18) Melakukan uji kelayakan terhadap aspek pengamanan sosial dan rencana
pembebasan lahan dan/atau rencana pemukiman kembali mengacu pada
kerangka Resettlement, termasuk memonitor pelaksanaanny.


PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 29









c. Konsultan Manajemen Wilayah (KMW)


Disamping KMP, Koordinator Program (PMU) didalam penyelenggaraan
Kolaborasi Percepatan Gerakan 100 0 100 juga akan dibantu oleh KMW yang
berkedudukan di tingkat wilayah/ region yang bertanggung jawab terhadap
pemberian bantuan teknis dan fasilitasi pendamping seluruh tahapan kegiatan
kepada pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat.
Tugas dan tanggung jawab tim KMW di dalam membantu pemerintahan
Kabupaten/Kota antara lain adalah sebagai berikut :
1) Membantu Pemda untuk mensosialisasikan program P2KKP- Kolaborasi
kepada stakeholder di tingkat Kabupaten/Kota dan di tingkat kelurahan;

2) Memberikan bantuan teknis dan pendampingan kepada Koordinator Kota


dan para Pendamping Masyarakat (Community Advisor/Tim Fasilitator);
3) Memonitor dan mengevaluasi kinerja Korkot dan Tim Fasilitator;

4) Membantu Korkot dan Tim Fasilitator dalam membangun kesadaran dan


pemahaman masyarakat terhadap pendekatan dan persyaratan program;
5) Membantu Korkot dan Tim Fasilitator untuk memfasilitasi masyarakat
dalam melakukan identifikasi permasalahan dan kebutuhan pembangunan
infrastruktur, mengevaluasi kapasitas kelembagan masyarakat,
mengembangkan mekanisme perencanaan dan proses pengambilan
keputusan secara partisipatif di tingkat masyarakat;
6) Membantu Tim Fasilitator dalam mengembangkan kapasitas kelembagaan
masyarakat serta memastikan bahwa kegiatan pengembangan kapasitas
kelembagaan tersebut juga meningkatkan kesetaraan gender;
7) Membantu masyarakat dalam penyusunan RPLP/RTPLP dan
mengkonsolidasikan serta mengintegrasikan ke dalam rencana investasi
program di tingkat Kabupaten/Kota;
8) Memfasilitasi musyawarah di tingkat Kabupaten/Kota untuk proses
integrasi dan konsolidasi usulan program di tingkat masyarakat dengan
rencana investasi Kabupaten/Kota;
9) Memastikan berlangsungnya tata kelola pemerintahan yang baik dalam
proses penyaluran dana BLM ke kelompok-kelompok masyarakat sasaran;

10) Membantu masyarakat menyusun rencana pelaksanaan operasioanal dan


pemeliharaan yang berkelanjutan atas infrastruktut yang telah terbangun;
11) Memastikan semua kegiatan telah memenuhi ketentuan program terkait
dengan kegiatan pengamanan (safeguard) pada aspek sosial dan
lingkungan, serta sesuai dengan pedoman pelaksanaan dan pedoman
teknis;

30 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



12) Memonitor pelaksanaan tahapan kegiatan dan menyusunnya dalam


laporan triwulan dan tahunan;
13) Merumuskan dan melaksanakan kegiatan penanganan pengaduan;
14) Membantu Pemda dan Satker PIP Kabupaten/Kota dalam pengelolaan
manajemen mencakup progress fisik dan keuangan, serta penyaluran dana
BLM;
15) Menjamin penerapan Quality Assurance pada setiap tahapan kegiatan ;

16) Melakukan supervisi dan monitoring pelaksanaan program dengan


memberikan dukungan teknis dan managemen program di tingkat
Kabupaten/Kota;
17) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan PMU, Satker Pusat, KMP,
Pemda dan Satker Kabupaten/Kota didalam penyelenggaraan program;
18) Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan pelaksanaan (sosialisasi,
persiapan, perencanaan, pelaksanaan fisik dan pemeliharaan); dan
19) Menyusun laporan bulanan, triwulan dan laporan tahunan kemajuan serta
melaporkannya kepada Pemda dan PMU melalui Satker Pusat.

d. Koordinator Kota (City Coordinator)


Koordinator Kota (City Coordinator) adalah tenaga ahli KMW yang ditugaskan di
masing-masing Kabupaten/Kota untuk mendukung dan memfasilitasi upaya
penguatan kapasitas lembaga pengelola daerah (Pemda dan Satker
Kabupaten/Kota) dalam perencanaan dan pelaksanaan , baik tingkat kota
kabupaten maupun di tingkat kelurahan dan masyarakat. Korkot bertanggung
jawab langsung atas kendali mutu pelaksanaan di daerah dan melaporkannya
kepada Pemda dan KMW.
Koordinator Kota memiliki peran dan tugas pokok sebagai berikut :
1) Membantu pelaksanaan tugas Pemda dalam penyelenggaraan P2KKP-
Kolaborasi di tingkat Kabupaten/Kota dan di tingkat kelurahan;

2) Melakukan fungsi manajemen dan pengorganisasian penyelenggaraan


kegiatan P2KKP- Kolaborasi di tingkat Kabupaten/Kota;
3) Mendampingi dan memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam proses verifikasi
lokasi sasaran kumuh;
4) Mendorong Pemerintah Daerah dalam mengalokasikan dana pendamping
dalam P2KKP- Kolaborasi setiap tahun;

5) Menyiapkan dan mengkoordinir pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi


P2KKP- Kolaborasi ditingkat Kabupaten/Kota;

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 31









6) Melaksanakan pelatihan pengembangan kapasitas masyarakat dalam


pelaksanaan P2KKP- Kolaborasi di tingkat Kabupaten/Kota;
7) Melakukan On The Job Training kepada Tim Fasilitator dalam setiap tahapan
P2KKP- Kolaborasi;

8) Melakukan monitoring, pengendalian, dan uji petik serta audit gender untuk
memastikan aspek perlindungan sosial, lingkungan, jaminan kualitas
pekerjaan (Quality Assurance), gender, partisipasi masyarakat dan
penyebarluasan program serta monitoring (loan convenance);
9) Bertanggung jawab untuk input data MIS perkembangan pelaksanaan P2KKP-
Kolaborasi Kabupaten/Kota pada setiap tahapan;

10) Melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap kinerja Tim Fasilitator dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya;
11) Membantu Pemda dalam pengelolaan pengaduan masyarakat serta
melakukan tindak lanjut dan melaporkan hasilnya;
12) Menyusun laporan bulanan pelaksanaan kegiatan program P2KKP- Kolaborasi
di tingkat Kabupaten/Kota, termasuk Laporan Manajemen Keuangan (LMK)
dan Laporan Manajemen Program (LMP);
13) Mengumpulkan dokumen pencairan dana BLM mencakup SP2D, SPM, SP3,
BA, Ringkasan Kontrak dan Kwitansi;
14) Memberikan dukungan teknis dalam proses perencanaan kegiatan di tingkat
Desa/Kelurahan;
15) Melakukan verifikasi dokumen pencairan agar sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan yang sudah ditetapkan;
16) Melakukan evaluasi pelaksanaan P2KKP- Kolaborasi di tingkat
Kabupaten/Kota;

17) Melakukan penguatan kepada BKM/LKM terkait penyusunan rencana Operasi


dan Pemeliharaan serta keberlanjutan program.

e. Tim Fasilitator
Pelaksanaan Program P2KKP- Kolaborasi pada tingkat kelurahan dan tingkat
masyarakat akan difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang berperan sebagai tenaga
pendamping masyarakat. Komposisi tim akan ditetapkan sesuai kebutuhan dan
kondisi geografis lokasi. Tim Fasilitator direkrut oleh KMW dan atau Satker 2B
dengan komposisi minimal 40% perempuan dengan masa penugasan sesuai
dengan kebutuhan program.

32 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



Tim Fasilitator memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

1) Melakukan koordinasi secara berkala dengan Pemerintah Kecamatan terkait


dengan pelaksanaan kegiatan P2KKP- Kolaborasi;
2) Melakukan koordinasi secara intensif dengan Pemerintah Kelurahan terkait
dengan P2KKP- Kolaborasi di kelurahan;
3) Melakukan koordinasi secara intensif dengan RT/RW terkait pelaksanaan
P2KKP- Kolaborasi di wilayah yang bersangkutan;

4) Menyebarluaskan informasi mengenai substansi program P2KKP- Kolaborasi


melalui berbagai media kepada masyarakat di wilayah kerjanya;

5) Mendorong partisipasi aktif dan keterlibatan warga masyarakat, termasuk


kelompok perempuan dan warga miskin didalam seluruh tahapan kegiatan
P2KKP- Kolaborasi;
6) Memfasilitasi pertemuan dan musyawarah bersama masyarakat untuk
untuk mengidentifikasi dan membahas permasalahan dan solusi mengenai
rumah dan lingkungan tempat mereka tinggal;
7) Membangun motivasi dan semangat untuk melakukan perbaikan rumah
dan lingkungan tempat tinggalnya;
8) Mensosialisasikan standar dan persyaratan perumahan dan kawasan
permukiman layak huni, sehat dan harmoni;
9) Melakukan revitalisasi/memperkuat kelembagaan masyarakat lokal yang
telah dipercaya sebaga BKM/LKM;

10) Mendorong, fasilitasi dan pendampingan masyarakat didalam proses


pengambilan keputusan secara demokratis, transparan dan akuntabel;
11) Mendorong partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan
dan pengawasan pelaksanaan kegiatan P2KKP- Kolaborasi;
12) Bersama BKM memfasilitasi pembentukan tim survei untuk melaksanakan
Survei Kampung Sendiri (SKS);

13) Melakukan On The Job Training (OJT) kepada tim SKS untuk memampukan
dalam pelaksanaan survei kampung sendiri;
14) Mendampingi dan memfasilitasi masyarakat melakukan SKS pada kelurahan
lokasi penugasannya;
15) Memfasilitasi dan mendampingi warga masyarakat dan kelompok sasaran
dalam penyusunan NUAP;
16) Memberi pelatihan kepada KPP melalui OJT dalam rangka membangun
motivasi (motivation achievment training) dan kesadaran kritis masyarakat
untuk memelihara keberlanjutan insfrastruktur di

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 33









17) wilayahnya;

18) Memberi pelatihan untuk peningkatan kapasitas masyarakat dalam rangka


pelaksanaan manajemen organisasi, manajemen kegiatan, dan manajemen
keuangan;

19) Melakukan pendampingan secara terus menerus untuk meningkatkan


kapasitas BKM/LKM termasuk penguatan manajemen kelembagaan,
aksesibilitas dan chanelling kepada sumberdaya kunci dalam rangka
keberlanjutan insfrastruktur yang telah dibangun;
20) Mendorong BKM/LKM agar memperjuangkan alokasi dana O&P
infrastruktur terbangun dari APBD melalui mekanisme Musrenbang;

21) Memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan iklim yang kondusif bagi


penerapan dan pengembangan nilai dan prinsip

34 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH




BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 35









Kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) diselenggarakan untuk memastikan pelaksanaan


P2KKP sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Hasil-hasil kegiatan P2KKP termasuk
pembangunan fisik harus dipastikan telah memenuhi standar kualitas yang diharapkan serta
mengantisipasi dan meminimalisasi terjadinya penyimpangan/penyalahgunaan pemanfaatan
dana P2KKP. Pemanfaatan Anggaran tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan.

4.1. Pelaku
Monev dilakukan oleh seluruh pelaku mulai dari tingkat pusat, tingkat Provinsi, tingkat
Kabupaten/Kota, tingkat kecamatan dan tingkat kelurahan/desa dengan unsur pelaku
sebagai berikut :

1. Tingkat Pusat terdiri dari Tim Pengarah Pusat, Koordinator Program, Satker Pusat/PPK
P2KKP, Pokja PKP Pusat dibantu oleh Konsultan Manajemen Pusat dan Advisory;
2. Tingkat Provinsi terdiri dari Satker Provinsi, Dinas PU Provinsi, Pokja PKP Provinsi
dibantu oleh konsultan (KMW);
3. Tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari Satker PIP, PPK P2KKP dan Pokja PKP Kota
dibantu oleh Tim Korkot;
4. Tingkat Kecamatan terdiri dari Unsur Kecamatan dibantu oleh Tim Fasilitator; dan
5. Tingkat Kelurahan/Desa terdiri dari BKM/LKM/UPL, Perangkat kelurahan/desa,
Relawan dibantu oleh fasilitator.
4.2. Jadwal dan Pelaksanaan Kegiatan Monev
Kegiatan monitoring diselenggarakan secara periodik, sekurang-kurangnya satu kali
setiap tahapan pelaksanaan sedangkan evaluasi dilaksanakan setidaknya setiap kwartal.
Khusus untuk tingkat kelurahan/desa monitoring kegiatan dilakukan sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan dan evaluasi hasil
pelaksanaan akan dilaksanakan setelah kegiatan selesai.

Kegiatan monitoring yang dilaksanakan oleh konsultan dilakukan secara berjenjang oleh
Konsultan KMP, OC/OSP, Tim Korkot dan Tim Fasilitator melalui kegiatan uji petik.

4.3. Pelaporan Kegiatan Monev


Tim monev dari konsultan berkewajiban menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan
monev. Bila dalam kegiatan monev tersebut terindentifikasi adanya penyimpangan dan
penyalahgunaan pemanfaatan dana P2KKP dan atau dana lainnya yang dikelola oleh
BKM/LKM, maka Satker dapat menghentikan sementara pelaksanaan kegiatan dan
pemanfaatan dana sesuai surat perjanjian yang tertuang dalam Surat Perjanjian
Kerjasama serta dapat menyelesaikannya persoalan tersebut melalui jalur hukum.

Tim monev yang di bentuk di pemerintahan, melakukan pelaporan hasil monev sesuai
dengan topoksi yang ditetapkan oleh masing-masing instansi.

4.4. Indikator Keberhasilan


Indikator Keberhasilan percepatan penanganan kumuh masih mengacu pada Indikator
Keberhasilan yang ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan PNPMM Mandiri Perkotaan
yang dimodifikasi.

36 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



Indikator Keberhasilan percepatan penanganan kumuh menjadi rujukan bagi semua


pihak dalam menilai capaian dampak maupun hasil program, baik Kementerian
Pekerjaan Umum sebagai Executing Agency, konsultan, pemerintah pusat dan daerah,
masyarakat, lembaga donor serta para pihak lainnya.

Tabel 4.1. Indikator Keberhasilan Percepatan Penanganan Kumuh
Hasil Antara Indikator Hasil
Komponen 1: Komponen 1:
Masyarakat yang Min. 40% tingkat kehadiran perempuan dalam pertemuan2
terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
perencanaan Min. 90% dari kelurahan/desa telah menyelesaikan review RTPLP dan
telah di ratifikasi dalam musyawarah warga.


Komponen 2: Komponen 2:
Luas kawasan kumuh Jumlah dari setiap kegiatan prasarana yang diselesaikan di 80%
yang terfasilitasi kelurahan/desa terpilih
Min 70% dari prasarana yang dinilai memiliki kualitas baik
Min 30% anggota KSM adalah perempuan
Jumlah Ha kawan kumuh yang terfasilitasi

Komponen 3: Komponen 3:
Penerima Manfaat Jumlah penduduk (jiwa/KK/komunitas) yang terlayani kegiatan
kegiatan percepatan Min 30% perempuan mendapatkan manfaat dari kegiatan
penanganan kumuh infrastruktur

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 37

















LAMPIRAN -LAMPIRAN

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 39









LAMPIRAN 1
Materi Inti Perencanaan Kolaborasi Tingkat Kota

ISI DOKUMEN: PERENCANAAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN


PERMUKIMAN

Tahapan Pelaku
No Sub Kegiatan Substansi isi
Kegiatan Fasilitasi
1. Refleksi RPJM Nasional 2014 FGD tim teknis/Pokja Tim Korkot
1 Refleksi -2019 dengan melibatkan & Tim
Perkara 2. Refleksi Kota tanpa kawasan swasta, perguruan tinggi, Teknis/Pokja
Kritis Kumuh dan permukiman LSM dan pemerhati
layak huni permukiman/kelompok
3. Persoalan-persoalan peduli
permukiman perkotaan (SEL)
dan 7 Indikator permukiman Hasil RPK menjadi titik
4. Pentingnya Kolaborasi dalam awal untuk memperjelas
penanganan persoalan pelaksanaan tahapan
permukiman perkotaan kegiatan selanjutnya
5. Penanganan permukiman (visi, data, analisis,
perkotaan menjadi Gerakan strategi dan rencana
Bersama. aksi)
Intinya menguraikan Isu Visi adalah cita-cita masa Tim Korkot,
2 Membangu Strategis dan penajaman Visi & depan yang tidak Tim
n/mempert misi pengembangan dibatasi ruang dan Teknis/Pokja
ajam Visi permukiman perkotaan. waktu/ dan seluruh
Pengemban Langkah2 yang dilakukan: Perumusan visi stakeholder/
gan 1. Review Visi Kabupaten/Kota, dilakukan dengan FGD tim
Permukima apakah sudah terkait dengan secara berkala sampai kolaborasi
n Kota visi permukiman disepakati Visi yang
2. Review Isu-isu strategis sesuai dan paling tepat.
Kabupaten/Kota terkait Visi permukiman sebagai
permukiman kota (isu bagian subtsansi yang
regional dan lokal) harus dituju pada masa
3. Hasil RPK menjadi dasar mendatang. Data,
pertimbangan dalam analisis , strategi dan
membangun/mempertajam rencana aksi disusun
Visi permukiman untuk mewujudkan Visi
permukiman
Visi wajib tersosialisasi
ke seluruh stakeholder,
masyarakat dan
Pemerintah
Kabupaten/kota.
Persepsi yang sama
terhadap pencapaian visi
akan memudahkan
upaya penanganan
permukiman perkotaan.
Hasil kesepakatan visi
ditindaklanjuti oleh tim
faskel, TIPP dalam

40 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



Tahapan Pelaku
No Sub Kegiatan Substansi isi
Kegiatan Fasilitasi
merumuskan gagasan
pengembangan kawasan
permukiman terpilih
ditingkat masyarakat

3 Review SK 1. Kesesuaian SK & Profile Review SK dan Profil Tim Korkot,
dan Profil Kumuh dengan hasil Kumuh merupakan Tim
Permukima pendataan 100 0 100 bagian penting untuk Teknis/Pokja
n Kumuh, verifikasi kesesuain SK , masyarakat
Pemerintah Bagian ini menyandingkan hasil dan profil Kumuh dan dan
Kabupaten/ pendataan 100 0 100 yang Kondisi eksisting dan stakeholder
Kota serta sedang dilakukan P2KKP kesesuaian dengan lainnya
Penetapan dengan SK Kumuh yang telah kebijakan penanganan melalui
Lokasi ditetapkan. Bila ada persoalan permukiman. kegiatan
Desa/Kelura ketidaksesuaian maka perlu FGD dan
han Sasaran disepakati ditingkat Lokakarya
Kegiatan Kabupaten/Kota melalui forum tingkat Kota
Lokakarya, data permukiman serta
yang disepakati untuk menyepakati
didayagunakan. Dari hasil dan
kesepakatan ini, bila menyempur
dipandangperlu Pemerintah nakan SK
Kabupaten/Kota menerbitkan dan Profile
SK Kumuh baru yang disepakati Kumuh.
bersama.
Apabila proses pendataan 100
0 100 belum diselesaikan tim
P2KKP, maka proses review SK
dan Profil kumuh dapat
melanjutkan proses penilaian
kesesuaian dengan langkah-
langkah point 2 dan
seterusnya.

2. Letak Administrasi dan
kesesuain Kondisi kawasan
permukiman eksisting

Bagian ini, menuangkan isi SK
dan profile kumuh kedalam
peta administrasi Kelurahan.
Tahap,berikutnya melakukan
kunjungan lapangan untuk
mencermati kesesuai SK
KUMUH dengan kondisi
eksisting.

3. Kesesuain Kriteria & Indikator
permukiman kumuh

Bagian ini melakukan penilaian

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 41









Tahapan Pelaku
No Sub Kegiatan Substansi isi
Kegiatan Fasilitasi
proses penetapan SK dan
Profile Kumuh telah sesuai
kriteria 7 indikator kumuh
P2KKP

4. Kesesuaian Kebijakan Tata
Ruang: *RTRW
Kabupaten/Kota dan RDTR
Kawasan:

Bagian ini menguraikan
kesesuaian rencana tata ruang,
khususnya terkait:
Tidak adanya tumpang tindih
pola ruang kawasan
permukiman dengan fungsi
kegiatan lainnya (Industri,
pariwisata, perdagangan dll)
Tidak adanya tumpang tindih
kawasan permukiman dan
kawasan lindung
Adanya rencana sistem
jaringan jalan, drainase, air
minum dan pengelolaan
sampah di kawasan
permukiman kumuh

5. Kesesuaian Kebijakan RPJMD
Bagian ini menguraikan
kesesuaian program dengan
RPJM Daerah yang terkait
dengan Sanitasi, air minum dan
permukiman Kumuh, yang di
dalam RPJMD tersebut
diharapkan memuat target-
target Standar Pelayanan
Minimum bidang Cipta Karya


6. Kesesuaian Kebijakan
SPPIP/SSK/RISPAM/RTBL

Bagian ini melakukan penilaian
terhadap SK dan profile kumuh,
apakah sesuai dan ada
dukungan kebijakan dan
arahan rencana sektoral
(strategi penaganan
permukiman kumuh, pelayanan
air minum dan sanitasi dll)

42 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



Tahapan Pelaku
No Sub Kegiatan Substansi isi
Kegiatan Fasilitasi

7. Penyempurnaan SK dan Profile
Kumuh Pemerintah
Kabupaten/Kota

Dari hasil review di atas dapat
direkomendasikan perlunya
penyempurnaan SK dan Profil
Kumuh
a. Lokasi administrasi dan Luas Pembahasan rona Tim Korkot
4 Penyusunan Kawasan Permukiman kumuh kawasan permukiman dan tim
Rona perkotaan dan kawasan teknis/pokja
Kawasan Bagian ini menguraikan luas permukiman kumuh ini, dengan
Permukima dan batas-batas kawasan intinya mencermati melibatkan
n Kumuh permukiman kumuh dan potensi, persoalan , stakeholder
Perkotaan disajikan dalam peta kendala dan lainnya
kecenderungan (Kolaborasi)
b. Jumlah, kepadatan dan angka perkembangan
pertumbuhan penduduk permukiman (bangunan
Bagian ini menguraikan jumlah dan pelayanan
dan kepadatan serta angka infrastruktur perkotaan
pertumbuhan penduduk dan permukiman
perkotaan dan kemudian kumuh). Hasil identifikasi
dibandingkan dengan data persoalan dan potensi ini
kependudukan kawasan menjadi dasar proses
permukiman kumuh. Dalam analisis untuk
bahasan ini dapat memperkirakan
menyimpulkan distribusi angka kebutuhan dan
kepadatan dan pertumbuhan menyepakati solusi
penduduk di kawasan penangan peningkatan
permukiman kumuh kualitas permukiman
kumuh.
c. Kondisi Sosial Budaya Narasi rona kawasan ini
diuraikan lengkap dan
Bagian ini menguraikan norma ringkas yang berbasiskan
budaya/kebiasaan, prilaku dan hasil kesepakatan
kearifan lokal masyarakat FGD/rembug
penghuni kawasan
permukiman kumuh perkotaan Hasil penyajian rona
Simpulkan implikasi kondisi dilengkapi peta-peta
sosial budaya dan prilaku tematik
masyarakat terhadap kondisi
kawasan permukiman kumuh
perkotaan

d. Matapencaharian dan
kegiatan usaha masyarakat

Bagian ini menguraikan mata
pencaharian/sumber
penghidupan dan kehidupan

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 43









Tahapan Pelaku
No Sub Kegiatan Substansi isi
Kegiatan Fasilitasi
serta kegiatan usaha dan
pendapatan (income) penghuni
kawasan permukiman kumuh
perkotaan
Simpulkan implikasi kondisi
ekonomi masyarakat dengan
terbantuknya pola kehidupan
di kawasan permukiman
kumuh perkotaan


e. Pola perkembangan dan
Faktor yang mempengaruhi
perkembangan permukiman
kumuh perkotaan
Bagian ini mencermati pola dan
kecenderungan perkembangan
kawasan permukiman kumuh
perkotaan minimal ditinjau 5
tahun kebelakang.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan
permukiman:
Faktor eksternal:
Meningkatnya angka
urbanisasi desa-kota,
adanya indikasi tekanan
perkembangan
pembangunan kota
Utama yang berbatasan
dan pelanggaran rencana
pola ruang/rencana
alokasi pemanfaatan
ruang Kabupaten/Kota,
perkembangan
pembangunan kawasan
Skala besar dikawasan
perkotaan yang
berbatasan
Faktor Internal
Ketersediaan lahan
pengembangan tanpa
memperhatikan status
kepemilikan, percepatan
pembangunan kawasan
skala besar (industri,
perdagangan, perumahan,
wisata dll) yang tidak
diimbangi penyediaan
pembangunan hunian
yang layak dan murah

44 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



Tahapan Pelaku
No Sub Kegiatan Substansi isi
Kegiatan Fasilitasi
serta keterbatasan sistem
pelayanan infrastruktur
permukiman perkotaan.

f. Kondisi sistem pelayanan
infrastruktur permukiman
perkotaan

Menguraikan kondisi sistem
jaringan jalan, drainase
sekunder & primer, area
genangan/banjir perkotaan,
pelayanan air minum
perkotaan, pengelolaan
sampah perkotaan dan
pengelolaan limbah perkotaan

g. Tipologi kawasan permukiman
kumuh perkotaan

Menguraikan tipologi kawasan
permukiman kumuh pesisir dan
pulau-pulau kecil, pinggir
sungai, dataran tinggi
perbukitan, kawasan
permukiman perbatasan.
Uraian tipologi ini penting
disajikan untuk membentuk
identitas dan visi membangun
permukiman perkotaan.

h. Profil Kawasan Permukiman
kumuh perkotaan

Menguraikan hal-hal pokok,
sbb:
Menguraikan sebaran
kawasan permukiman
kumuh setiap
Desa/Kelurahan (sajikan
batas dan luas kawasan)
Menguraikan persoalan
kepadatan dan keteraturan
bangunan (KDB, KSB, KLB
dll) dan standar minimal
luas bangunan hunian (7,2
M2)
Menguraikan kondisi
jaringan jalan lingkungan
Menguraikan kondisi sistem
pelayanan air minum
Kondisi pngelolaan sampah

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 45









Tahapan Pelaku
No Sub Kegiatan Substansi isi
Kegiatan Fasilitasi
dan limbah
Kondisi ketersedian
RTH/ruang bermain/ruang
interaksi sosial penghuni
Kondisi pengamanan
bahaya kebakaran

Merupakan proses penilaian Proses analisis dilakukan Tim Korkot
5 Analisis kajian untuk memperkirakan dengan metode anasisi bersama Tim
Peningkatan kebutuhan penanganan dan deskripsi, tumpang teknis/pokja
Kualitas peningkatan kualitas tindih dan dengan dan
Permukima permukiman kumuh menggunakan stakeholder
n Perkotaan (pencegahan) yang akan dituju perhitungan statistik, lainnya (tim
sesuai Kebijakan, potensi dan perhitungan daya kolaborasi)
persoalan dan visi dukung dan daya
pengembangan kawasan tampung kawasan dan
permukiman perkotaan yang standar perencanaan
telah disepakati. serta upaya pemenuhan
Proses analisis yang dimaksud, Standar Pelayanan
mencakup: Minimal Permukiman
Analisis kebijakan perkotaan.
penanganan permukiman Analisis ini dilakukan
kumuh dan peningkatan untuk memperkirakan
kualitas permukiman kebutuhan penanganan
perkotaan (pencegahan) permukiman kumuhdan
Analisis kebutuhan peningkatan kualitas
penangan kawasan permukiman
permukiman kumuh (pencegahan) yang
perkotaan (kebutuhan dibahas dan disepakati
untuk mewujudkan melalui forum FGD
keteraturan bangunan,
pelayanan jaringan jalan
dan drainase, sistem
jariungan air minum
pengelolaan sampah dan
limbah
Analisis kebutuhan regulasi
aturan dan sistem perijinan
lokasi skala besar untuk
meningkatkan sistem
monitoring, implementasi
perencanaan
Kabupaten/Kota,
monitoring, pengawasan
dan pengendalian
pelaksanaan pembangunan
serta pengelolaan hasil-hasil
pembangunan perkotaan
skala besar dalam rangka
pencegahan tumbuhnya
kawasan permukiman

46 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



Tahapan Pelaku
No Sub Kegiatan Substansi isi
Kegiatan Fasilitasi
kumuh baru. Proses ini
menempatkan komunitas
sebagai ujung tombak
pengawasan pelaksanaan
pembangunan permukiman
yang masuk dalam sistem
pengawasan pembangunan
tingkat kota (kolaborasi)
Analisis Kelembagaan dan
pembiayaan penanganan
kawasan permukiman
kumuh perkotaan
(kolaborasi)
Analisis penyusunan
indikasi program dan
kegiatan penanganan
kawasan permukiman
kumuh dan peningkatan
kualitas permukiman
(pencegahan)

Berdasarkan kesepakatan visi, Strategi ini dirumuskan Tim Korkot,
6 Strategi kebijakan, potensi dan kendala berdasarkan hasil FGD Tim
penanganan dan hasil analisis peningkatan dan selanjutnya Teknis/Pokja
dan kualitas permukiman, selanjutnya ditindaklanjuti dalam dan tim
peningkatan disusun strategi peningkatan proses perencanaan di Kolaborasi
kualitas kualitas permukiman. Strategi ini tingkat basis
permukima disusun untuk mewujudkan
n kumuh tujuan dan visi peningkatan
perkotaan(p kualitas permukiman perkotaan
encegahan) Strategi pentahapan
penanganan kawasan
permukiman kumuh
berdasarkan skala prioritas.
Strategi peningkatan kualitas
permukiman(pencegahan),
melalui penguatan
pengawasan dan
pengendalian serta menjaga
konsistensi proses perijinan
lokasi pembangunan kota
skala besar
Strategi penguatan
Kelembagaan pembangunan
ditingkat Kota dan
Kelurahan/basis dalam
memelihara/pengelolaan
kualitas permukiman
Strategi pembiayaan
penanganan dan
pembangunan kawasan

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 47









Tahapan Pelaku
No Sub Kegiatan Substansi isi
Kegiatan Fasilitasi
permukiman kumuh
(kolaborasi)

Strategi dan rencana aksi Tim Korkot
7 Penyusunan Rencana aksi ini merupakan disusun dan disepakati bersama Tim
Rencana penjabaran strategi kedalam melalui FGD tim Teknis/Pokja
Aksi rencana kegiatan secara bertahap kolaborasi dan (kolaborasi)
sesusai kemampuan dan selanjutnya
kapasitas sumberdaya ditindaklanjuti dan
Pemerintah Kabupaten/kota dijabarkan dalam proses
Rencana aksi memuat uraian peta review RPLP/RTPLP,
jalan (road map) dalam RPJM Desa dan PJM
penanganan permukiman kumuh Nangkis/Renta yang
dan peningkatan kualitas diorientasikan
permukiman perkotaan penanganan kawasan
(pencegahan) permukiman kumuh
Contoh: dengan pencapaian
target 100 0 100
Tahun 1: melakukan kegiatan
penyelesaian persoalan air
minum atau sanitasi atau
kekumuhan permukiman
perkotaan

Tahun 2: Kegiatan lanjutan
dst.......

Catatan:
Tahapan proses perencanaan permukiman tingkat Kota disinkronisasi dengan tahapan perencanaan
tingkat basis dengan menerapkan model review dokumen RPJM, Renta, RPLP dan RTPLP yang
diorientasikan untuk memenuhi 7 indikator kumuh, (terlampir)














48 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



LAMPIRAN 2
Advokasi Kolaborasi Kegiatan Percepatan Penanganan Kumuh dalam Perencanaan
Pembangunan dan Penganggaran daerah

Bahwa pada prinsipnya proses Perencanaan Partisipatif dalam Percepatan Penanganan Kumuh
adalah bentuk advokasi yang dilakukan agar proses Perencanaan Pembangunan dan
Penganggaran daerah mendorong terjadinya kolaborasi Penanganan Kumuh. Akan tetapi ada
hal-hal lain yang bisa dilakukan oleh berbagai pihak khususnya Koordinator Kabupaten/Kota
dalam proses Perencanaan pembangunan dan Penganggaran Daerah, sekalipun sebenarnya
Detil teknis kegiatan dalam proses Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran daerah sudah
diatur dalam UU No 25 tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, PP
No.8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Selain itu perlu juga mendorong keterlibatan swasta dalam hal ini, agar penganggaran
penanganan kumuh tidak bertumpu pada sumber-sumber Pembangunan daerah semata-mata.
Oleh karena itu tidak ada salahnya bila proses tersebut di advokasi terutama untuk kebutuhan
Percepatan Penanganan Kumuh, berikut adalah Matrik Advokasi yang dapat dilakukan oleh
konsultan (Koordinator Kota):
NO TAHAPAN URAIAN ADVOKASI PELAKU
Tingkat
Kota/Kab
1 Penyusunan Sudah dijelaskan di awal bahwa Prioritas Korkot dan
RPJMD Pembangunan bagi daerah dasarnya adalah RPJMD. Pokja
Oleh karenanya bila ingin mendorong Pemda untuk
terlibat aktif dalam penanganan kumuh maka perlu
di dorong agar RPJMD juga membahas hal tersebut.
Bila waktunya berketepatan dengan siklus
Perencanaan Pembangunan Nasional 5 (lima)
tahunan dan juga Pemilihan Kepala Daerah
Hal itu dapat dilakukan antara lain dengan cara:
o Memberikan input dengan dasar RPJMN tahun
2015-2019 yang mentargetkan pencapaian 100 0
100
o Memberikan input dengan dasar Standar
Pelayanan Minimum bidang Cipta Karya tahun
terakhir khususnya terkait penanganan kumuh
o Mendorong Dokumen Perencanaan yang terkait
permukiman masuk dalam RPJMD
2 Usulan Bila RPJMD telah disusun, maka langkah yang dapat - Korkot dan
Perubahan dilakukan adalah denganvMemberikan advokasi Pokja
RPJMD kepada Pemerintah daerah untuk mengusulkan
Perubahan RPJMD
Mekanisme Perubahan RPJPD dan RPJMD
berdasarkan Permendagri No. 54 Tahnun 2010
adalah sebagai berikut:
o Pasal 282:
(1) Perubahan RPJPD dan RPJMD hanya

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 49









NO TAHAPAN URAIAN ADVOKASI PELAKU


dapat dilakukan apabila:
Hasil pengendalian dan evaluasi
menunjukkan bahwa proses perumusan,
tidak sesuai dengan tahapan dan tatacara
penyusunan rencana pembangunan
daerah yang diatur dalam Peraturan
Menteri ini;
Hasil pengendalian dan evaluasi
menunjukkan bahwa substansi yang
dirumuskan, tidak sesuai dengan
Peraturan Menteri ini;
Terjadi perubahan yang mendasar;
dan/atau
merugikan kepentingan nasional.
(2) Perubahan yang mendasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, mencakup
antara lain terjadinya bencana alam,
goncangan politik, krisis ekonomi, konflik
sosial budaya, gangguan keamanan,
pemekaran daerah, atau perubahan
kebijakan nasional.
(3) Merugikan kepentingan nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
apabila bertentangan dengan kebijakan
nasional.
o Pasal 283:
RPJPD dan RPJMD perubahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 282 ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
o Pasal 284:
Dalam hal pelaksanaan RPJPD dan RPJMD
terjadi perubahan capaian sasaran tahunan
tetapi tidak mengubah target pencapaian
sasaran akhir pembangunan jangka panjang
dan menengah, penetapan perubahan RPJPD
dan RPJMD ditetapkan dengan peraturan
kepala daerah.
o Pasal 285:
(1) RKPD dapat diubah dalam hal tidak sesuai
dengan perkembangan keadaan dalam tahun
berjalan.
(2) Perkembangan keadaan dalam tahun
berjalan sebagaiman dimaksud pada ayat (1),
seperti:
perkembangan yang tidak sesuai dengan
asumsi kerangka ekonomi daerah dan
kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran
pembangunan, rencana program dan
kegiatan prioritas daerah;
keadaan yang menyebabkan saldo
anggaran lebih tahun anggaran

50 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



NO TAHAPAN URAIAN ADVOKASI PELAKU


sebelumnya harus digunakan untuk tahun
berjalan; dan/atau
keadaan darurat dan keadaan luar biasa
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
o Pasal 286:
(1) Perubahan RKPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 285 ditetapkan dengan peraturan
kepala daerah.
(2) Gubernur menyampaikan Peraturan
Gubernur tentang Perubahan RKPD Provinsi
kepada Menteri Dalam Negeri bersamaan
dengan penyampaian rancangan Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD provinsi
tahun berkenaan untuk dievaluasi.
(3) Bupati/Walikota menyampaikan
Peraturan Bupati/Peraturan Walikota
tentang Perubahan RKPD Kabupaten/kota
kepada Gubernur bersamaan dengan
penyampaian rancangan Peraturan Daerah
tentang Perubahan APBD kabupaten/ kota
tahun berkenaan untuk dievaluasi dengan
tembusan kepada Menteri Dalam Negeri.

3 Forum SKPD Pada forum SKPD, masyarakat menginventarisasi Korkot dan
indikasi program/kegiatan SKPD untuk Pokja
mengkonfirmasi kepastian teralokasinya usulan
kegiatan penanganan kumuh masuk dalam renja
SKPD.
Selain itu, melakukan konsultasi kepada SKPD agar
usulan kegiatan penanganan kumuh masuk dalam
renstra SKPD. Pada forum ini beberapa hal yang
digali dan disepakati antara lain adalah komitmen
masyarakat untuk berkontribusi baik inkind maupun
incash (misalnya swadaya lahan atau lainnya)

4 Musrenbang Harus dipastikan bahwa usulan masyarakat yang Korkot dan


Kota/Kab terkait dengan penanganan kumuh telah masuk pada Pokja Kab/Kota
Musrenbang Desa/Kelurahan dan Kecamatan agar
dapat dijadikan dasar di Musrenbang tingkat
Kabupaten/Kota
Selain daripada itu juga telah masuk dalam salah satu
SKPD terkait
Jika keterlibatan Pihak swasta dan Kelompok Peduli
ada di dalam Musrenbang maka. Tentu program-
program yang on budget khususnya harus juga di
dorong oleh keduanya sesuai dengan Rencana dan
Pertimbangan teknis masing-masing.
Diharapkan Forum-forum seperti Forum BKM, KBP,
City Changer dll juga terlibat di dalamnya. Tentu saja
ini dapat terjadi bila didukung regulasi yang

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 51









NO TAHAPAN URAIAN ADVOKASI PELAKU


mendorong agar forum-forum tersebut dapat hadir
dalam Musrenbang Kabupaten/Kota.
5 Kolaborasi Kolaborasi juga bisa didorong dengan Korkot
Swasta dan menggabungkan perencanaan dari Pihak swasta dan
Pihak Peduli kelompok peduli dengan perencanaan masyarakat,
bila dilihat dari sifat pendanaan programnya dapat
dikategorikan sebagai berikut:
On-budget/on-treasury. Di sini, pihak swasta
memberikan dana kepada Pemerintah memakai
sistem dan peraturan dana pemerintah untuk
menyalurkan dananya (Masuk dalam sistem
penganggaran daerah). Bilamana mereka tidak
memiliki kemampuan untuk melaksanakan secara
langsung memilih modalitas ini, dan juga
beberapa donor bilateral yang besar.
On-budget/off-treasury. Dana swasta disalurkan
di luar Bendahara Negara (KPPN), tetapi
penyalurannya dilaporkan di dalam sistem
anggaran nasional. Dengan mekanisme ini, dana
pada mulanya tidak disahkan di dalam dokumen
anggaran. Penyaluran dilakukan langsung dari
pendonor ke rekening pemerintah, yaitu pada
bank yang ditunjuk, dan dari sana pembayaran
akan dikucurkan ke badan pelaksana. Sesudah
pengadaan barang atau jasa dilakukan, dana yang
dicairkan dibuatkan pengesahan anggaran melalui
daftar isian proyek anggaran (DIPA).
Off-budget/off-treasury: Apabila Swasta tidak
menggunakan sistem anggaran pemerintah
Indonesia ataupun menyalurkan dana dari KPPN.
Mekanisme ini dipakai oleh semua lembaga
nonpemerintah dan oleh beberapa pemerintah
asing. Biasanya donor atau swasta menggunakan
mekanisme ini untuk melengkapi bantuan yang
diberikan melalui mekanisme on-budget.
6. Proses Selanjutnya bila sudah masuk di dalam RPJMD (agar Korkot
Penganggaran menjadi prioritas daerah), Dalam setiap tahun
(APBD) anggaran, pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman harus di dorong agar masuk dalam
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) APBD Kab./Kota
Selain daripada itu Program dan kegiatan aspek
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
(kawasan permukiman kumuh) masuk dalam DPA
SKPD Kabupaten/Kota terkait;
Advokasi juga dapat dilakukan melalui anggota DPRD
terkait misalnya dengan memasukan program
penanganan kumuh dalam Jaring Asmara dan juga
atau mendorongnya melalui SKPD terkait
II Tingkat
Desa/Kel dan
Kecamatan

52 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH



NO TAHAPAN URAIAN ADVOKASI PELAKU


1 Penyusunan Sesuai dengan UU 6 tahun 2014 tentang Desa dan Fasilitator
RPJM Desa/kel UU No 23 tahun 2015 tentang Pemda, Di tingkat Kelurahan,
masyarakat sudah barang tentu RKP/RPLP dan juga BKM, TIPP
RKP-KP yang sudah melalui proses pendataan
berbasis masyarakat, didorong untuk masuk dalam
RPJM Desa atau kelurahan (bila ada). Harus
dipastikan nomenklatur Program sama dengan yang
biasa dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan
berkesesuaian dengan SKPD terkait.
Penting untuk mendorong Pemerintah
Desa/Kelurahan terkait untuk juga memahami proses
perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat dan
juga memahami pentingnya pencapaian Akses
Sanitasi, air minum dan penurunan Kumuh untuk
masyarakat dan wilayahnya

2 RKP Desa Selain daripada RPJM Des, proses juga dapat Fasilitator
dilakukan melalui RKP Desa (tahunan) yang lebih Kelurahan,
aktual dan setiap tahun dilakukan. BKM, TIPP

3 Musrenbang Di dalam Musrenbang tingkat Desa/Kelurahan perlu Fasilitator
Desa didorong kehadiran BKM dan TIPP sebagai institusi Kelurahan,
untuk memperjuangkan program yang di usung BKM, TIPP
untuk penanganan kumuh.
Kehadiran BKM/TIPP diharapkan bukan hanya
sekedar hadir akan tetapi membawa pemahaman
yang cukup tentang usulan program masyarakat
terkait 100 0 100 dan membawa dokumen
Perencanaan terkait
Oleh karena itu penting pula untuk melakukan
pendekatan kepada Pemerintah Desa/Kelurahan dan
Lembaga Kemasyarakatan yang ada agar dapat hadir
di dalam Musrenbang tersebut.

4 Musrenbang Di dalam Musrenbang tingkat Kecamatan, maka perlu Fasilitator
Kecamatan di dorong Forum BKM Kecamatan hadir dengan Kelurahan,
membawa program yang sudah diperjuangkan di Forum BKM,
dalam Musrenbang Desa/Kelurahan TIPP
Oleh karena itu maka perlu melakukan pendekatan
kepada Aparat Kecamatan agar kehadiran Forum
BKM dapat terjadi

5 Renstra Sesuai dengan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemda, Fasilitator
Kecamatan maka untuk Kelurahan tidak disebutkan secara Kelurahan,
khusus, kecuali bahwa Kelurahan dapat menyusun Forum BKM,
Perencanaan Pembangunan Tingkat Kelurahan yang TIPP
merupakan bagian dari Renstra Kecamatan
Oleh karena itu Dokumen-dokumen Perencanaan
yang ada di masyarakat diharapkan masuk dalam
Renstra Kecamatan

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) | PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH 53









Untuk memastikan keterlibatan para pelaku tingkat Kabupaten/Kota dalam mewujudkan upaya
kolaborasi penanganan kawasan kumuh maka perlu kesepahaman dan kesepakatan bersama
antar pelaku. Proses tersebut dilakukan dalam beberapa forum konsultasi ditingkat
Kabupaten/Kota. Antara lain melalui Forum stakeholder (pemangku kepentingan) tingkat
Kabupaten/Kota, merupakan pertemuan antara pemerintah-masyarakat-swasta/dunia usaha
dalam rangka untuk memberikan kesempatan sector swasta untuk berpartisipasi dalam
pembangunan kawasan permukiman, utamanya penanganan kawasan permukiman kumuh.
Misalnya dalam bentuk investasi produktif maupun CSR.




54 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)| PERCEPATAN PENANGANAN KUMUH




KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT - DIRJEN CIPTAKARYA
Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan - 12110

Anda mungkin juga menyukai