Kurikulum 2013
Sedangkan kurikulum terbaru saat ini yang digunakan di Indonesia
yaitu Kurikulum Tahun 2013, di mana kurikulum
inilebih mirip dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Model
kurikulum berbasis kompetensi ini ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran. Walaupun hampir mirip dengan model Kurikulum Berbasis
Kompetensi, akan tetapi masih ada juga perbedaan-
perbedaannya. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan yang mereka miliki. Di dalam kurikulum ini memandang
bahwa setiap peserta didik itu memiliki potensinya masing-masing yang
perlu digali dan dikembangkan, sehingga kelak potensinya tersebut
dapat bermanfaat di dalam kehidupan si peserta didik nantinya dalam
bermasyarakat. Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
setiap peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar,
sehingga dapat dikatakan bahwa guru hanya sebagai fasilitator saja.
Peran peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran itu lebih
diutamakan, sehingga potensi-potensi yang ada di dalam diri peserta
didik menjadi lebih tersalurkan dan dapat berkembang. Penyelenggaraan
pendidikan seperti yang disampaikan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa di masa depan.
KTSP 2006:
10. Prinsip 1. Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan 1. Berpusat pada potensi, perkembangan,
Pengembangan Nilai-nilai Budaya kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
Kurikulum 2. Penguatan Integritas Nasional dan lingkungannya
3. Keseimbangan Etika, Logika, 2. Beragam dan terpadu
Estetika, dan Kinestetika 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu
4. Kesamaan Memperoleh Kesempatan pengetahuan, teknologi, dan seni
5. Perkembangan Pengetahuan dan 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Teknologi Informasi 5. Menyeluruh dan berkesinam-bungan
6. Pengembangan Kecakapan Hidup 6. Belajar sepanjang hayat
7. Belajar Sepanjang Hayat 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan
8. Berpusat pada Anak kepentingan daerah
9. Pendekatan Menyeluruh dan
Kemitraan
11. Prinsip Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum 1. Didasarkan pada potensi, perkembangan
Pelaksanaan dan kondisi peserta didik untuk menguasai
Kurikulum kompetensi yang berguna bagi dirinya.
Implementasi Kurikulum
MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM
IMPLEMENTASI KURIKULUM
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen pembimbing: Dra. Wiji Hidayati, M. Ag
Disusun Oleh :
KEPENDIDIKAN ISLAM
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kata pengantar Buku Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan ini memberikan dasar hukum untuk
membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi,
desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjungjung tinggi hak azasi manusia.
Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidkan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntunan perubahan lokal, nasional dan
global sehingga perlu adanya pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah,
dan berkesinambungan.
Upaya dan pengembangan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia secara
terencana dimulai sejak tahun 1969 dalam program pembanguna lima tahun
pertama (pelita I), melalui pembanguna dan peningkatan mutu dasar menengah
serta pendidikan tinggi, baik menggunkan dana APBN maupun dana pinjaman luar
negeri.[1]
Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai pengikat kurikulum tingakat
satuan pendidikan yang dikembangkan oleh setiap sekolah dan satuan pendidikan
di berbagai wilayah dan daerah. Implementasi kurikulum marupakan proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingga memberikan perunahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan
sikap, sedangakan implementasi kurikulum adalah suatu proses penerapan
kurikulum dalam komponen satuan mata pelajaran sebagai aktualisasi kurukulum
tertulis kedalam bentuk pembelajaran.[2] Kurikulum sangat penting dalam suatu
lembaga pendidikan khususnya disekolah maupun dalam perguruan tinggi untuk
pedoman pengajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang diatas, maka penulis rumuskan masalah sebagai beriku:
1. Apa pengertian impementasi kurikulum?
2. Apa faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum?
3. Bagaimana implementasi kurikulum?
4. Bagaimana Pengembangan Aktivitas dan Kreativitas Peserta Didik?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan masalah diatas penulis menulis makalah bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan implementasi kurikulum
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kurikulum
4. Untuk mengetahui pengembangan aktivitas dan kreativitas peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Implementasi Kurikulum
Pengertian secara bahasa sebagaimana dalam Oxford Advance Leraners
Dictionary yang dikutip dalam Mulyasa Implementasi adalah penerapan suatu
yang memberikan efek atau dampak. Lebih lanjut disebutkan implementasi adalah
proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingg memberiksn dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan,
ataupun nilai dan sikap.
Kemudian implementasi kurikulum dapat juga diartikan sebagai aktualisasi
kurikulum tertulis (written curriculum) kedalam bentuk pembelajaraan.
Implementasi dapat juga diartika sebagai pelaksanaan dan penerapan. Ada
beberapa pendapat yang dikutip dari Binti Maunah diantaranya pendapat Majone
dan Wildavky (1979) yang menegemukakan bahwa implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan (dalam pressma. dan Wildavzky, 1984).
Implementasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ide dan konsep.
Adapun kurikulum dapat diartikan dokumen kurikulum (kurikulum
potensial).[3] Dikemukakan juga bahwa implementasi kurikulum merupakan
proses interaksi antara fasilitator sebagai penegembangan kurikulum , dan peserta
didika sebagai subjek belajar.[4]
Maka implementasi kurikulum adalah penerapan, ide, konsep kurikulum
potensial (dalam bentuk dokumen kurikulum) kedalam kurikulum aktual dalam
bentuk proses pembelajaraan.[5]
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum
Implementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor berikut.
a. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum
dan kejelasaanya bagi pengguna di lapangan.
b. Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi, seperti
diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku kurikulum, dan
kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
c. Karakteristik pengguna kurikulumyang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai,
dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemempuanya untuk merealisasikan
kurikulum dalam pembelajaran.
Sejalan dengan uraian di atas, Mars (1998) mengemukakan tiga faktor yang
mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan
rekan sejawat guru, dan dukungan internal yang datang dalam diri guru sendiri.
Dari beberapa faktor tersebut guru merupakan faktor penentu di samping faktor-
faktor yang lain. [6]
C. Implementasi Kurikulum
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang di
susun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dokumen KTSP
yang dihasilkan oleh satuan pendidikan baik sekolah maupun madrasah akan
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pembelajraan. Maka seluruh komponen-
komponen sekolah baik madrasah harus mempersiapkan dengan baik terutama
pihak guru. Sedangakan implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijaksanaan
kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktifitas pembelajaran, sehingga
peserta didik menguasai seperangakat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan. Dalam garis besarnya implementasi kurikulum berbasis
kompetensi mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.[7]
Adapun implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran berdasar
Standar Nasional Pendidikan terutama Standar Proses, sebagaimana dalam
peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007
tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, mencakup
perencanaan proses pembelajaraan, pelaksanaan proses pembelajraan, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.[8]
1) Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaraan meliputi silabus dan rebcana
pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar isi (SK),
kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran,
kegiatan pembelajran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
1) Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau
tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajraan, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilain, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus
dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar isi dan Standar
Kopetensi Kelulusan.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan peserta didik dan upaya
mencapai KD. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan
yang disesuaikan dengan penjadwalan disatuan pendidikan.
Komponen-komponen RPP:
a) Identitas mata pelajran
b) Standar Kompetensi
c) Kompetensi Dasar
d) Indikator pencapaian kompetensi
e) Tujuan pembelajraan
f) Materi ajar
g) Alokasi waktu
h) Metode pembelajraan
i) Kegiatan Pembelajraan [9]
Dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga proses:
Pembukaan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajraan
yang ditunjukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Pembentukan kompetensi
Pembentukan kompetensi peserta didika merupakan kegiatan inti
pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian materi pokok maupun materi
standar, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi pesrta didik.
Pembentukan kompetensi ini ditandai dengan keikutsertaan peseta didik dalam
pengelolaan pembelajaran, berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka
dalam penyelengaraan program pembelajaran. Pembentukan kompetensi mencakup
berbagai langkah yang perlu ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai
fasilitator untuk mewujudkan standar kompetensi dasar. Prosedur yang harus
ditempuh adalah:
a. Berdasarkan kompetensi dasat dan materi standar yang telah dituangkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru menjelaskan standar secara
kompetensi minimal.
b. Guru meteri standar secara logis dan sistematis.
c. Membagikan materi standar dan sumber belajar.
d. Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik.
e. Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam mengerjakan
lembaran tugas.
f. Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar pekerjaan.
g. Kekeliruan dan kesalahan jawaban diperbaiki oleh peserta didik.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan akhir dalam aktivitas pembelajaran yang dapat
dilakukan untuk mengakhiri yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.[10]
j) Penilaian hasil belajar
k) Sumber Belajar.
3) Prinsip-prinsip penyusunan RPP
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun dengan
memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual,
minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakng budaya, norma, nilai dan
lingkungan peserta didik.
b. Mendorong partisipasi peserta didikprosese pembelajran dirancanag dengan
berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif,
inspirasi. Kemndirian, dan semangat belajar.
c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan pemberiaan
umpan balik positif, penguatan,pengayaan, dan remedi.
e. Keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan
dan keterpaduan antara SK, KD, dan materi pembelajaran, kegiatan pembelajran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar.
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan
mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi.
2) Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Persayaratan pelaksanaan proses pembelajaran
a) Rombongan belajar
b) Beban kerja minimal guru
c) Buku teks pembelajaran
d) Pengelolaan kelas
3) Penilaian Hasil Pembelajraan
Penilaian dilakukan oleh guru terjadap hasil pembelajaran untuk mengukur
tingakat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai lahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses
pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisiten, sistematik, dan terprogram
dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan,
pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilain hasil karya berupa tugas, proyek
atau produk, portofolio, dan penilain diri. Penilain hasil pembelajaran
menggunakan standar penilain pendidikan dan panduan penilain kelompok mata
pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Suderadjat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:
CV Cipta Cekas Grafika
Hidayati, Wiji. 2012. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta:Pedagogia
C. FUNGSI KURIKULUM
Kurikulum hendaknya bersifat luwes dan dinamis. Luwes dimaksudkan
bahwa kurikulaum tidak baleh kaku, tapi dapat menyesuaikan diri dengan
masyarakat. Dinamis bahwa kurikulum hendaklah mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan. Makin kompleks tuntutan kehidupan, makin tinggi ilmu
pengeutahuan. Kurikulum memiliki fungsi yaitu untuk mengembangkan individu.
Pengembangan individu ini bertujan dan beruaha merealisasikan potensi-potensi
yang ada pada anak secara optimal. Artinya setiap anak mempunyai
potensi/kemampuan, kemampuan itu dapat dikembangkan bila cara dan sarana
pengembanganya tepat dan sesuai dengan keinginan anak. Fungsi kurikulum
selanjutnya adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai alat ia
harus berfungsi degan baik (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.9-1.10).
a. Fungsi kurikulum bagi guru
Bagi guru kurikulum itu merupakan pedoman kerja dalam menyusun dan
mengorganisasikan pelajaran (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa, 1.10).
Bagi guru kurikulum juga berfungsi sebagai pedoman untuk mengadakan
evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah
pengalaman yang diberikan. ( Hendyat Soetopu dan Wasty Soemanto, 1993:18)
D. TUJUAN KURIKULUM
Dalam kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan-tujuan pendidikan
yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan. Ada dua jenis tujuan yang
yang terkandung didalam suatu sekolah menurut Hendyat Soetopo dan Wasty
soemanto (1993:21-33) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan
Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan
yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kita harapkan dimiliki murid setelah
mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.
2. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi
Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah tertentu
ada yang kita sebut tujuan instruksional, dimana tujuan instruksional merupakan
penjabaran lebih lanjut tentang tujuan kurikuler. Atas dasar tujuan instruksional
dan tujuan kurikuler inilah kemudian ditetapkan bahan pengajaran yang akan
diajarkan dalam bidang studi pada suatu sekolah tertentu.
Urutan tujuan pendidikan tersebut diawali dari tujuan pendidikan nasional,
tujuan instusional, tujuan kurikuler dan kemudian sampai pada tujuan
instruksional.
a. Tujuan pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional adalah merupakan tujuan pendidikan yang
tertinggi dalam kegiatan dinegara kita. Tujuan ini sangat umum dan sangaat ideal,
yang penggambaranya disesuaikan dengan falsafah negra yaitu pancasila. Tujuan
pendidikan nasional dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Membentuk manusia yang pancasilais
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Berpengetahuan dan berketerampilan
d. Bertanggungjawab
e. Demokrasi
f. Tenggang rasa
g. Cerdas
h. Berbudi pekerti luhur
i. Mencintai bangsa dan sesamanya
b. Tujuan institusional
Tujuan institusional mencerminkan dan menggambarkan tujuan pendidikan
nasional yang akan dicapai melalui lembaga pendidikan. Agar tidak terjadi
penyimpangan maka tiap tujuan institusional harus didahului dengan pengertian
pendidikan, dasar pendidikan dan tujuan pendidikan nasional. Hal ini disamping
untuk menghindari penyimpangan juga untuk menghindari salah penaafsiran yang
memungkinkan tidak tercapainya tujuan pembangunan dan pendidikan nasional.
c. Tujuan kurikuler
Tujuan kurikuler mencerminkan tujuan nasional dan tujuan instutisional atau
dengan kata lain penjabaran daru tujuan pendidikan nasiona harus nampak pada
tujuan kurikuler.
d. Tujuan instruksional
Tujuan instruksional ini adalah merupakan penjabaran yang terakhir dari
tujuan-tujuan yang telah dibahas. Tujuan ini dihrapkan dapat tercapai pada saat
terjadinya proses belajar mengajar secara langsung yang terjadi setiap hari. Dalam
pelaksanaanya tujuan ini harus dirumuskan pada saat penyusunan suatu pelajaran.
E. PELAKSANAAN KURIKULUM
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan
kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang
berperan adalah guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas
guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam
pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun antara
kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut
senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab melaksananakan
proses administrasi kurikulum (0emar Hamalik, 2010:173).
3. Administrasi supervise
Pelaksanaan kurikulum menuntut adanya upaya bersama yang terencana,
berpola dan terprogram agar tujuan pendidikan dapat di capai secara optimal.
Upaya tersebut berkenaan dengan administrasi, yakni usaha mendayagunakan
semua sumber baik material maupun personal secara efektif dan efisien. Wujud
operasional kegiatan administrasi di sekolah mencakup bidang pengajaran, bidang
kesiswaan,bidang ketenagaan, bidang keuangan, bidang peraltan pengajaran,
bidang perlengkapan sekolah dan bidang hubungan sekolah dan masyarakat.
Sisi lain yang erat kaitannya dengan administrasi pendidikan adalah
supervisi. Supervise adalah bantuan yang di berikan kepada semua staf sekolah,
khususnya guru untuk mengembangkan proses belajar mengajar agar lebih efektif
dan efisien. Kesan dari kata supervise atau pengawas umumnya mencari kesalahan
kesalahan dari staf, padahal pengawasan di lakukan untuk perbaikan dan
penyempurnaan. Unsure-unsur dari strategi pelaksanaan kurikulum seperti proses
belajar mengajar, bimbingan penyuluhan, administrasi, evaluasi merupakan
sasaran utama kegiatan supervise. Teknik yang dapat di gunakan dalam supervise
antara lain wawancara, diskusi, observasi, rapat kerja, latihan/training,
korespondensi, kunjungan kelas dan lain-lain.
4. Sarana kulikuler
Sarana kurikuler yang termasuk penting dalam menunjang pelaksanaan
kurikulum adalah sbb:
1. Sarana instruksional; mencakup alat-alat laboratorium, alat peraga pengajaran,
buku-buku pelajaran/perpustakaan
2. Sarana personil; aratinya tercukupinya jumlah staf sekolah terutama tenaga guru,
tenaga administrasi dan tenaga non guru
3. Sarana material; menyangkut kebutuhan alat-alat fasilitas seperti ruangan kelas,
ruang laboratorium, ruang rapat, ruang bimbingan, dan lain-lain beserta
perlengkapannya.
5. Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar di lakukan oleh guru dalam dua tahap. Tahap pertama
penilaian yang di lakukan pada akhir program belajar mengajar yang sering di
sebut penilaian formatif. Tujuan penilaian lebih di utamakan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar bukan untuk menentukan angka kemajuan belajar siswa.
Hasil belajar yang di capai siswa setelah program belajar mengajar selesai di
gunakan guru untuk memperbaiki tindakan mengajarnya. Apabila hasilnya masih
kurang, guru berkewajiban mengulang kembali bahan pelajaran tersebut sebelum
dilanjutkan mengajarkan bahan yang lainya.
Penilaian tahap kedua adalah penilain yang di lakukan pada akhir program
unit program, misalnya akhir catur wulan atau akhir semester. Penilaian ini di
namakan penilsian sumatif dengan tujuan menentukan angka kemajuan belajar
para siswa.
Standar yang di gunakan dalam menentukan keberhasilan siswa mencapai
tujuan pengajaran, atau hasil belajar yang di capainya, bisa menggunakan dua cara,
yakni standar mutlak dan standar relatif. Standar mutlak adalah menetapkan
keberhasilan belajar siswa melalui upaya membandingkan hasil yang di capainya
dengan criteria yang telah di tentukan. Sedangkan standar relatif artinya
keberhasilan siswa di bandingkan dengan norma kelompoknya.
Selain dari sikap-sikap tersebut, maka kepala sekolah sebaiknya memiliki ciri-
cirri kepribadian, antara lain :
1. Bersikap suka menolong
2. Sabar dan memiliki kestabilan emosi
3. Percaya pada diri sendiri
4. Berpikir kritis,dsb
2. Perilaku seorang Administrator
Perilaku seorang administrator penting sekali dalam hubungan dengan
perencanaan program, pengorganisasian staf, pergerakan semua pihak yang
perlu dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan supervise, penilaian terhadap
personal sekolah.
3. Penyusunan Rencana Tahunan
Perencanaan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan kepemimpinannya. Berdasarkan jangka waktunya, perencanaan terdiri
dari rencana jangka panjang(misalnya rencana untuk 5 sampai 10 tahun) dan
rencanajangka pendek (rencana tahunan, bulanan) berdasarkan garapan seorang
administrator, kepala sekolah perlu membuat rencana-rencana:
1. Perencanaan bidang kemuridan
2. Perencanaan bidang personal/tenaga kependidikan
3. Perencanaan bidang sarana kependidikan
4. Perencanaan bidang ketatausahaan sekolah
5. Perencanaan bidang pembiayaan/anggaran pendidikan
6. Perencanaan pembinaan organisasi sekolah
7. Perencanaan hubungan kemasyarakatan/komunikasi pendidikan
Rencana-rencana tersebut perlu disusun secara menyeluruh, yang mencakup
semua bidang garapan dalam berbagai jenjang perencanaan.
Dalam menyusun perencanaan tersebut, kepala sekolah harus memperhatikan
persyaratan-persyaratan sebagai berikut: perencanaan disusun berdasarkan
kerjasama musyawarah antara kepala sekolah dan para guru. Keterlibatan para
guru dalam hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab kepada mereka untuk
menyukseskan pelaksanaannya.
Perencanaan disusun berdasarkan realitas sebenarnya, rumusan rencana
sederhana, jangan muluk-muluk dan mudah dilaksanakan.
Perencanaan tersebut secara terinci: Tujuan yang spesifik dan operasional,
kegiatan-kegiatan yang jelas dan berurutan, perincian alat/ perlengkapan dan
prosedur penilaian yang akan ditempuh. Sehingga menjadi pedoman yang lebih
mudah untuk dilaksanakan.
Perencanaan harus luwes, jadi mudah diadakan penyesuaian dengan kebutuhan,
masalah dan tuntutan lingkungan sekolah dan sekitarnya bila mana diperlukan.
Perencanaan memuat bidang garapan yang berkesinambungan satu sama lain
berdasarkan prinsip bertahap dan bergilir dilihat dari segi prioritas.
Perencanaan hendaknya memperhatikan factor efisiensi dimana adany
penghematan tenaga, biaya dan waktu, serta penggunaan sumber-sumber yang
telah tersedia dengan baik sehingga tercapainya tujuan-tujuan rencana secara
maksimal.
Harus dicegah timbulnya duplikasi dalam pelaksanaanya karena perencanaan
disusun secara kritis, dan diadakan cek recek sebelum dilaksanakan disekolah
bersangkutan.
4. Pembinaan Organisasi Sekolah
Pelaksanaan kurikulum membutuhkan dukungan organisasi sekolah yang
kuat. Sekolah-sekolah yang tergolong mapan, umumnya pelaksanaan kurikulum
ditunjang oleh :
Guru bidang studi yang memadai baik jumlah maupun kualitasnya.
Staf karyawan tata usaha yang cakap dan terampil.
Bagian pengadaan alat bantu mengajar.
Bagian perpustakaan dimana sumber bacaan disediakan dan dioperasikan sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
Pengelolaan laboratorium tempat diadakannya percobaan dan praktek.
Usaha kesehatan sekolah (UKS), yang dibian oleh dokter, perawat, tenaga
psikiater.
Bagian bimbingan dan penyuluhan (BP) yang dibina oleh tenaga konselor ahli.
Bagiaan yang bertugas membina kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler,
kepramukaan, latihan keterampilan.
Organisasi Siswa (OSIS)
Organisasi orang tua murid
Bagian kerohanian dan pembinaan masjid disekolah.
Organisasi yang lengkap seperti diatas menuntut kemampuan organisasi yang
memadai dari seorang kepala sekolah agar mampu melaksanakan tanggung
jawabnya. Semua organisasi harus bekerja secara terpadu dibawah koordinasi yang
baik, senantiasa terarah ke pencapaian tujuan instruksionakl dan kurikuler
disekolah bersangkutan.
5. Koordinasi dalam Pelaksanaan kurikulum
Koordinasi bertujuan agar terdapat kesatuan sikap, pikiran dan tindakan para
personal dan staf pada suborganisasi dalam organisasi sekolah untuk melaksanakan
kurikulumnya
Pelaksanaan koordinasi sejalan dengan pelaksanaan fungsi administrasi, yakni
:
a. Koordinasi dalam perencanaan
b. Koordinasi dalam pengorganisasian
c. Koordinasi pergerakan motivasi personal
d. Koordinasi dalam pengawasan dan supervise
e. Koordinasi dalam anggaran biaya pendidikan
f. Koordinasi dalam program evaluasi
Tindakan-tindakan koordinasi tersebut secara bersama-sama atau secara
parsial diarahkan dalam pelaksanaan kurikulum untuk mencapai tujuan
institusional sekolah. Koordinasi dalam pengorganisasian diperlukan agar setiap
sub organisasi sekolah bersangkutan begerak bersama-sama sesuai dengan tujuan,
funsi dan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing sub
organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Koordinasi dalam pergerakan
motivasi ketenagaan diperlukan agar kepala sekolah dan kepala sub organisasi
menyadari bahwa tanggung jawab menggerakkan bawahan supaya melakukan
tindakan yang diharapkan adalah dipundak mereka. Koordinasi pengawasan dan
supervise pelaksanaan kurikulum dimaksudkan agar terjadi dan terbinanya
perbaikan proses belajar mengajar. Koordinasi dalam penggunaan anggaran
pendidikan dimaksudkan agar penggunaan biaya yang telah disediakan untuk
kegiatan kurikuler berjalan secara seimbang dan lancer, dilaksanakan sesuai
dengan anggaran masing-masing jenis/bidang kegiatan. Koordinasi bidang evaluasi
dimaksudkan agar pelaksanaan evaluasi, baik evaluais hasil belajar maupun
evaluasi program terlaksana secara objektif, komperehensif dan dilaksanakan serta
dipertanggungjawabkan oleh semua guru.
6. Kegiatan Memimpin Rapat Kurikuler
Rapat guru adalah media yang paling tepat untuk memusyawarahkan
penyelenggaraan, hasil hasil dan berbagai masalah kurikuler disekolah. Rapat
dapat diselenggarakan pada awal tahun akademik, pertengahan tahun/semester,
akhir tahun akademik, atau dilaksanakan secara incidental menurut kebutuhan
yang ada disekolah bersangkutan. Penyelenggaraan rapat mungkin oleh Kepala
sekolah atau kepala sub organisasi, atau ketua bidang studi tergantung pada
permasalahan yang dihadapi.
7. Sistem Komunikasi dan Pembinaan Kurikulum
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan
baik dengan semua pihak yang terlibat dalam proses administrasi,baik dalam
organisasi maupun luar organisasi. Melalui komunikasi akan terjadi hubungan
yang interaktif dari semua pihak yang pada akhirnya mengembangkan proses
kerjasama yang baik daam upaya mencapai tujuan-tujuan administrasi kurikulum.
Dengan demikian pengertian komunikasi dapat dirumuskan sebagai serangkaian
kegiatan dalam proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang/ pihak lain
dalam rangka proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Komunkasi adalah sebuah sistem. Komunikasi berlangsung dalam proses
menyeluruh, dimna terdapat input, proses dan output. Yang menjadi input adalah
pean/warta yang disampaikan sebagai proses adalah cara dan kegiatan
penyampaian itu sendiri, yang selanjutnya terjadi perubahan tingkat pemahaman,
sikap dan tindakan tertentu yang terjadi pada diri, kepada siapa pesan itu
disampaikan yang selanjutnya dianggap sebagai output(keluaran). Perubahan
prilaku tersebut menyebabkan terjadi suatu tindakan yang dilakukan oleh
bersangkutan sesuai dengan yang diharapkan. Komponen-komponen seperti :
Kepala sekolah,guru, siswa aat dan metode, secara keseluruhan terpadu dalam
sistem komunikasi.
Sistem komunikasi penting untuk melaksanakan kurikulum. Dalam
pelaksanaan kurikulum, kepala sekolah perlu mengembangkan sistem komunikasi
secara efektif agar semua pihak/ personal yang terlibat dalam pelaksanaan
kurikulum bertindak satu arah, satu pemikiran, satu sikap dan satu keinginan,
mencapai tujuan-tujuan sekolah secara tepat guna dan berdaya guna.
Bentuk bentuk proses komunikasi dalam pelaksanaan kurikulum.
Pelaksanaan komunikasi disekolah dapat berlangsung dalam berbagai bentuk
yakni:
1. Proses primer versus proses skunder
2. Komunikasi bebas versus komunikasi terbatas
3. Komunikasi satu arah versus komunikasi dua rah.
Pada prinsipnya bentuk-bentuk komunikasi tersebut dapat dilaksanakan
tergantung pada tujuannya, informasi, suasana sekolah dan prosedur komunikasi
yang dikuasai oleh kepala sekolah.
e. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas
Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk menjamin
kelancaran pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas
tersebut meliputi tiga jenis kegiatan administrasi yaitu:
a. Pembagian tugas mengajar
b. Pembagian tugas Pembinaan ekstra kurikuler
c. Pembagian tugas bimbingan belajar
Pembagian tuga sini dilakukan melalui musyawarah guru yang dipimpin
kepala sekolah. Keputusan tugas tersebut selanjutnya dituangkan dalam jadwal
pelajaran untuk satu semester atau satu tahun akademik.
Pembagian tugas tugas bagi guru pada prinsipnya harus
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Tugas tugas yang ditetapkan kepada guru-guru hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan individual, spesialisasi, pengalaman serta minat yang bersangkutan.
2. Pada sekolah- sekolah yang melaksanakan guru kelas, mengadakan pembagian
tugas kepada guru untuk memegang kelas tertentu, yang berarti bhwa jika ada 6
kelas maka berarti pada sekolah tersebut paling tidak terdapat 6 guru dan satu
kepala sekolah. Tiap guru bertanggung jawab mengajar sejumlah bidang
pengajaran bagi kelas yang bersangkutan.
3. Sekolah yang telah melaksanakan sistem bidang studi, pembagian tugas guru
berdasarkan keahlian/spesialisasi dalam salah satu bidang studi dengan
ketentuan jumlah jam pelajaran yang telah ditetapkan. Guru bersangkutan bertugas
mengajar satu bidang studi saja bagi semua kelas.
4. Guru-guru memiliki keahlian khusus ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan
kurikuler lainnya dan atau program ekstrakurikuler, seperti: guru seni, music,
olahraga, keterampilan dsb.
5. Ada sejumlah sekolah didaerah atau dipedesaan yang masih kekurangan guru atau
yang ada tidak sesuai dengan jumlah bidang studi. Masalah ini ditanggulangi
dengan memberikan tugas-tugas tambahan kepada beberapa orang guru, misalnya
mengajar beberapa bidang studi atau mengajar beberapa kelas.
a. Kegiatan Dalam Bidang Proses Belajar-Mengajar
Kegiatan ini erat sekali kaitannya dengan tugas-tugas seorang guru sebagaimana
yang telah diuraikan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, Zulfahnur Z. dan Rosa, Rosmid. (1987) Telaah Kurikulum bahasa Indonesia
SMA. Jakarta: Karuna Jakarta
Hamalik, Oemar (2011). Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hamalik, Oemar (2010). Manajemen Pengembangan Kurkulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
http://lib.unnes.ac.id/15484/
Misdan, undang. (1989)Telaah Buku Teks dan Kurikulum. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty.( 1993) Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum. Jakarta:PT Bumi Aksara