Anda di halaman 1dari 46

Apa Kesimpulan anda tentang pengembangan dan pelaksanaan kurikulum ?

PERBEDAAN KBK, KTSP, DAN KURIKULUM


2013
PERBEDAAN ANTARA KBK, KTSP, DAN KURIKULUM 2013
Pengertian Kurikulum secara umum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan
tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. (BSNP,2006: 1).
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar,
dan pemberdayaan sumber daya pendidikan( Depdiknas 2002). KBK merupakan sebuah konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam
dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau
sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulumini sejak sebelum diterapkannya. Secara
materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada
cara para murid belajar di kelas.
Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengansistem caturwulan.
Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu
pun, para murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru
saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk
menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar
siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski
begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa
bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar
Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah
sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing
Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan. Secara
khusus diterapkannya KTSP adalah untuk :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam menge,bangkan kurikulum, mengelola, dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia;
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputuasan bersama;
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI,
namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan
kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor
24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang memuat:
kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar,

kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di


tingkat satuan pendidikan, dan
kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk
seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional
yang telah disepakati.Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang
ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun
2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah
setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata
lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam
arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen
Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan
karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari
perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam
penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan
aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan
masyarakat.

Kurikulum 2013
Sedangkan kurikulum terbaru saat ini yang digunakan di Indonesia
yaitu Kurikulum Tahun 2013, di mana kurikulum
inilebih mirip dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Model
kurikulum berbasis kompetensi ini ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran. Walaupun hampir mirip dengan model Kurikulum Berbasis
Kompetensi, akan tetapi masih ada juga perbedaan-
perbedaannya. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan yang mereka miliki. Di dalam kurikulum ini memandang
bahwa setiap peserta didik itu memiliki potensinya masing-masing yang
perlu digali dan dikembangkan, sehingga kelak potensinya tersebut
dapat bermanfaat di dalam kehidupan si peserta didik nantinya dalam
bermasyarakat. Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
setiap peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar,
sehingga dapat dikatakan bahwa guru hanya sebagai fasilitator saja.
Peran peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran itu lebih
diutamakan, sehingga potensi-potensi yang ada di dalam diri peserta
didik menjadi lebih tersalurkan dan dapat berkembang. Penyelenggaraan
pendidikan seperti yang disampaikan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa di masa depan.

Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013


KBK 2004:
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi
Lulusan Mata Pelajaran
Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk
keterampilan, dan pembentuk Pengetahuan
Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata
pelajaran terpisah
Pengembangan kurikulum sampai pada silabus
Tematik Kelas I dan II (mengacu mapel)

KTSP 2006:

Pada KTSP, sekolah diberikan keleluasaan untuk mendelegasikan


seluruh isi kurikulum melihat karakter, dan potensi lokal, KTSP tetap
menekankan kompetensi akan tetapi lebih dikerucutkan lagi dalam
operasional dan implementasinya di sekolah.
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk
keterampilan, dan pembentuk Pengetahuan
Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata
pelajaran terpisah
Pengembangan kurikulum sampai pada komptensi dasar
Tematik Kelas I-III (mengacu mapel)
Kurikulum 2013:
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan masyarakat
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)
Pengembangan kurikulum sampai pada buku teks dan buku pedoman
guru
Tematik integratif Kelas I-VI (mengacu kompetensi)

Tabel : Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006


ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
1. Landasan Hukum Tap MPR/GBHN Tahun 1999- UU No. 20/2003 Sisdiknas
2004 PP No. 19/2005 SPN
UU No. 20/1999 Pemerintah-an Permendiknas No. 22/2006 Standar Isi
Daerah Permendiknas No. 23/2006 Standar
UU Sisdiknas No 2/1989 Kompetensi Lulusan
kemudian diganti dengan UU No.
20/2003
PP No. 25 Tahun 2000 tentang
pembagian kewenangan
2. Implementasi / Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006
Pelaksanaan Peraturan Mendiknas RI tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri
Kurikulum Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang
No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 SKL
Tahun 2004.
Keputusan Direktur Dikme-num
No. 766a/C4/MN/2003 Tahun
2003, dan No. 1247a/
C4/MN/2003 Tahun 2003.
3. Ideologi Pendidik- Liberalisme Pendidikan : terciptanya Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM
an yang Dianut SDM yang cerdas, kompeten, yang cerdas, kompeten, profesional dan
profesional dan kompetitif kompetitif
4. Sifat (1) Cenderung Sentralisme Pendidikan : Cenderung Desentralisme Pendidikan :
Kurikulum disusun oleh Tim Pusat Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh
secara rinci; Daerah/Sekolah hanya Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat
melaksanakan mengembangkan lebih lanjut.
5. Sifat (2) Kurikulum disusun rinci oleh Tim Kurikulum merupakan kerangka dasar
Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur oleh Tim BSNP
dan Puskur)
6. Pendekatan Berbasis Kompetensi Berbasis Kompetensi
ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
Terdiri atas : SK, KD, MP dan Hanya terdiri atas : SK dan KD.
Indikator Pencapaian Komponen lain dikembangkan oleh guru
7. Struktur Berubahan relatif banyak Penambahan mata pelajaran untuk Mulok
dibandingkan kurikulum sebelumnya dan Pengem-bangan diri untuk semua
(1994 suplemen 1999) jenjang sekolah
Ada perubahan nama mata pelajaran Ada pengurangan mata pelajaran (Misal
Ada penambahan mata pelajaran TIK di SD)
(TIK) atau penggabungan mata Ada perubahan nama mata pelajaran
pelajaran (KN dan PS di SD) KN dan IPS di SD dipisah lagi
Ada perubahan jumlah jam pelajaran
setiap mata pelajaran
8. Beban Belajar Jumlah Jam/minggu : Jumlah Jam/minggu :
SD/MI = 26-32/minggu SD/MI 1-3 = 27/minggu
SMP/MTs = 32/minggu SD/MI 4-6 = 32/minggu
SMA/SMK = 38-39/minggu SMP/MTs = 32/minggu
Lama belajar per 1 JP: SMA/MA= 38-39/minggu
SD = 35 menit Lama belajar per 1 JP:
SMP = 40 menit SD/MI = 35 menit
SMA/MA = 45 menit SMP/MTs = 40 menit
SMA/MA = 45 menit
9. Pengembangan Hanya sekolah yang mampu dan Semua sekolah /satuan pendidikan wajib
Kurikulum lebih memenuhi syarat dapat membuat KTSP.
Lanjut mengembangkan KTSP. Silabus merupakan bagian tidak
Guru membuat silabus atas dasar terpisahkan dari KTSP
Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Guru harus membuat Rencana
Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

10. Prinsip 1. Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan 1. Berpusat pada potensi, perkembangan,
Pengembangan Nilai-nilai Budaya kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
Kurikulum 2. Penguatan Integritas Nasional dan lingkungannya
3. Keseimbangan Etika, Logika, 2. Beragam dan terpadu
Estetika, dan Kinestetika 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu
4. Kesamaan Memperoleh Kesempatan pengetahuan, teknologi, dan seni
5. Perkembangan Pengetahuan dan 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Teknologi Informasi 5. Menyeluruh dan berkesinam-bungan
6. Pengembangan Kecakapan Hidup 6. Belajar sepanjang hayat
7. Belajar Sepanjang Hayat 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan
8. Berpusat pada Anak kepentingan daerah
9. Pendekatan Menyeluruh dan
Kemitraan

11. Prinsip Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum 1. Didasarkan pada potensi, perkembangan
Pelaksanaan dan kondisi peserta didik untuk menguasai
Kurikulum kompetensi yang berguna bagi dirinya.

1. Menegakkan lima pilar belajar:

1. belajar untuk beriman dan bertakwa


ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
kepada Tuhan YME,
2. belajar untuk memahami dan menghayati,
3. belajar untuk mampu melaksanakan dan
berbuat secara efektif,
4. belajar untuk hidup bersama dan berguna
bagi orang lain,
5. belajar untuk membangun dan menemukan
jati diri, melalui proses pembela-jaran
yang efektif, aktif, kreatif &
menyenangkan.

3. Memungkinkan peserta didik mendapat


pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau
percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisinya dengan
memperhatikan keterpaduan pengembangan
pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan,
keindividuan, kesosialan, dan moral.

1. Dilaksanakan dalam suasana hubungan


peserta didik dan pendidik yang saling
meneri-ma dan menghargai, akrab,
terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut
wuri handayani, ing madia mangun karsa,
ing ngarsa sung tulada

5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan


multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar.
6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan
budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian
secara optimal.
7. Diselenggarakan dalam kese-imbangan,
keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan
memadai antarkelas dan jenis serta jenjang
pendidikan.
12. Pedoman 1. Bahasa Pengantar Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum
Pelaksanaan 2. Intrakurikuler seperti pada Kurikulum 2
Kurikulum 3. Ekstrakurikuler
4. Remedial, pengayaan, akselerasi
5. Bimbingan & Konseling
6. Nilai-nilai Pancasila
7. Budi Pekerti
8. Tenaga Kependidikan
9. Sumber dan Sarana Belajar
10. Tahap Pelaksanaan
11. Pengembangan Silabus
ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
12. Pengelolaan Kurikulum

Implementasi Kurikulum
MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM
IMPLEMENTASI KURIKULUM
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen pembimbing: Dra. Wiji Hidayati, M. Ag

Disusun Oleh :

Muhimmatul Farihah (11470016)

KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kata pengantar Buku Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan ini memberikan dasar hukum untuk
membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi,
desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjungjung tinggi hak azasi manusia.
Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidkan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntunan perubahan lokal, nasional dan
global sehingga perlu adanya pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah,
dan berkesinambungan.
Upaya dan pengembangan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia secara
terencana dimulai sejak tahun 1969 dalam program pembanguna lima tahun
pertama (pelita I), melalui pembanguna dan peningkatan mutu dasar menengah
serta pendidikan tinggi, baik menggunkan dana APBN maupun dana pinjaman luar
negeri.[1]
Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai pengikat kurikulum tingakat
satuan pendidikan yang dikembangkan oleh setiap sekolah dan satuan pendidikan
di berbagai wilayah dan daerah. Implementasi kurikulum marupakan proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingga memberikan perunahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan
sikap, sedangakan implementasi kurikulum adalah suatu proses penerapan
kurikulum dalam komponen satuan mata pelajaran sebagai aktualisasi kurukulum
tertulis kedalam bentuk pembelajaran.[2] Kurikulum sangat penting dalam suatu
lembaga pendidikan khususnya disekolah maupun dalam perguruan tinggi untuk
pedoman pengajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang diatas, maka penulis rumuskan masalah sebagai beriku:
1. Apa pengertian impementasi kurikulum?
2. Apa faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum?
3. Bagaimana implementasi kurikulum?
4. Bagaimana Pengembangan Aktivitas dan Kreativitas Peserta Didik?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan masalah diatas penulis menulis makalah bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan implementasi kurikulum
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kurikulum
4. Untuk mengetahui pengembangan aktivitas dan kreativitas peserta didik

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Implementasi Kurikulum
Pengertian secara bahasa sebagaimana dalam Oxford Advance Leraners
Dictionary yang dikutip dalam Mulyasa Implementasi adalah penerapan suatu
yang memberikan efek atau dampak. Lebih lanjut disebutkan implementasi adalah
proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingg memberiksn dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan,
ataupun nilai dan sikap.
Kemudian implementasi kurikulum dapat juga diartikan sebagai aktualisasi
kurikulum tertulis (written curriculum) kedalam bentuk pembelajaraan.
Implementasi dapat juga diartika sebagai pelaksanaan dan penerapan. Ada
beberapa pendapat yang dikutip dari Binti Maunah diantaranya pendapat Majone
dan Wildavky (1979) yang menegemukakan bahwa implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan (dalam pressma. dan Wildavzky, 1984).
Implementasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ide dan konsep.
Adapun kurikulum dapat diartikan dokumen kurikulum (kurikulum
potensial).[3] Dikemukakan juga bahwa implementasi kurikulum merupakan
proses interaksi antara fasilitator sebagai penegembangan kurikulum , dan peserta
didika sebagai subjek belajar.[4]
Maka implementasi kurikulum adalah penerapan, ide, konsep kurikulum
potensial (dalam bentuk dokumen kurikulum) kedalam kurikulum aktual dalam
bentuk proses pembelajaraan.[5]
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum
Implementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor berikut.
a. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum
dan kejelasaanya bagi pengguna di lapangan.
b. Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi, seperti
diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku kurikulum, dan
kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
c. Karakteristik pengguna kurikulumyang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai,
dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemempuanya untuk merealisasikan
kurikulum dalam pembelajaran.
Sejalan dengan uraian di atas, Mars (1998) mengemukakan tiga faktor yang
mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan
rekan sejawat guru, dan dukungan internal yang datang dalam diri guru sendiri.
Dari beberapa faktor tersebut guru merupakan faktor penentu di samping faktor-
faktor yang lain. [6]
C. Implementasi Kurikulum
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang di
susun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dokumen KTSP
yang dihasilkan oleh satuan pendidikan baik sekolah maupun madrasah akan
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pembelajraan. Maka seluruh komponen-
komponen sekolah baik madrasah harus mempersiapkan dengan baik terutama
pihak guru. Sedangakan implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijaksanaan
kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktifitas pembelajaran, sehingga
peserta didik menguasai seperangakat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan. Dalam garis besarnya implementasi kurikulum berbasis
kompetensi mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.[7]
Adapun implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran berdasar
Standar Nasional Pendidikan terutama Standar Proses, sebagaimana dalam
peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007
tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, mencakup
perencanaan proses pembelajaraan, pelaksanaan proses pembelajraan, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.[8]
1) Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaraan meliputi silabus dan rebcana
pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar isi (SK),
kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran,
kegiatan pembelajran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

1) Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau
tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajraan, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilain, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus
dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar isi dan Standar
Kopetensi Kelulusan.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan peserta didik dan upaya
mencapai KD. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan
yang disesuaikan dengan penjadwalan disatuan pendidikan.
Komponen-komponen RPP:
a) Identitas mata pelajran
b) Standar Kompetensi
c) Kompetensi Dasar
d) Indikator pencapaian kompetensi
e) Tujuan pembelajraan
f) Materi ajar
g) Alokasi waktu
h) Metode pembelajraan
i) Kegiatan Pembelajraan [9]
Dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga proses:
Pembukaan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajraan
yang ditunjukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Pembentukan kompetensi
Pembentukan kompetensi peserta didika merupakan kegiatan inti
pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian materi pokok maupun materi
standar, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi pesrta didik.
Pembentukan kompetensi ini ditandai dengan keikutsertaan peseta didik dalam
pengelolaan pembelajaran, berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka
dalam penyelengaraan program pembelajaran. Pembentukan kompetensi mencakup
berbagai langkah yang perlu ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai
fasilitator untuk mewujudkan standar kompetensi dasar. Prosedur yang harus
ditempuh adalah:
a. Berdasarkan kompetensi dasat dan materi standar yang telah dituangkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru menjelaskan standar secara
kompetensi minimal.
b. Guru meteri standar secara logis dan sistematis.
c. Membagikan materi standar dan sumber belajar.
d. Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik.
e. Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam mengerjakan
lembaran tugas.
f. Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar pekerjaan.
g. Kekeliruan dan kesalahan jawaban diperbaiki oleh peserta didik.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan akhir dalam aktivitas pembelajaran yang dapat
dilakukan untuk mengakhiri yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.[10]
j) Penilaian hasil belajar
k) Sumber Belajar.
3) Prinsip-prinsip penyusunan RPP
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun dengan
memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual,
minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakng budaya, norma, nilai dan
lingkungan peserta didik.
b. Mendorong partisipasi peserta didikprosese pembelajran dirancanag dengan
berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif,
inspirasi. Kemndirian, dan semangat belajar.
c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan pemberiaan
umpan balik positif, penguatan,pengayaan, dan remedi.
e. Keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan
dan keterpaduan antara SK, KD, dan materi pembelajaran, kegiatan pembelajran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar.
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan
mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi.
2) Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Persayaratan pelaksanaan proses pembelajaran
a) Rombongan belajar
b) Beban kerja minimal guru
c) Buku teks pembelajaran
d) Pengelolaan kelas
3) Penilaian Hasil Pembelajraan
Penilaian dilakukan oleh guru terjadap hasil pembelajaran untuk mengukur
tingakat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai lahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses
pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisiten, sistematik, dan terprogram
dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan,
pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilain hasil karya berupa tugas, proyek
atau produk, portofolio, dan penilain diri. Penilain hasil pembelajaran
menggunakan standar penilain pendidikan dan panduan penilain kelompok mata
pelajaran.

4) Pengawasan Proses Pembelajaran


1) Pementauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan
dan penilain hasil belajar. Pemantauan juga dilakukan dengan cara diskusi
kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman wawancara dan
dokumentasi. Sedangakan kegiatan pemantauan dilaksankan oleh kepala sekolah
dan pengawas satuan pendidikan.
1) Supervisi
Sepervisi merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan tahapan-
tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
Supervisi pembalajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi,
pelatihan, dan konsultasi dan juga supervisi dalakukan oleh kepala sekolah dan
pengawas satuan pendidikan.
2) Evaluasi
Evaluasi proses pembelajaran untuk menentukan kualitas pembelajaran secara
keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaraan dan penilaian hasil pemebalajaran. Evaluasi proses
pembelajaran diselenggarakan dengan cara: (a). Membendingkan proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru satandar proses, (b). Mengidentifikasi
kinerja guru dalam proses pembelajaraan sesuai dengan kompetensi guru.[11]
D. Pengembangan Aktivitas dan Kreativitas Peserta Didik
Proses pembelajaraan pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan
kreativitas peserta didik melaui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.
Peningkatan kualifitas pembelajaran dalam implementasi KTSP menutut
kemandirian guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, agar para
peserta didik dapat mengembangakan kreativitas dan aktivitas belajarnya secra
optimal, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Penerapanya dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan cara:
1) Mengembangkan keberanian dan percaya diri peserta didik.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkomunikasi secara aktif
dan terarah.
3) Melibatkan pserta didik dalam menetukan tujuan belajar dan penilain hasilnya.
4) Memberikan pangawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter.
5) Melibatkan mereka secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam proses
pembelajaran secara keseluruhan.
Apa yang dikemukakan di atas tidak terlalu sulit untuk dilakukan dalam
pembelajaran, guru dapat melakukanya antara lain dengan mengembangkan modul
pembelajaran yang heuristik dan hipotetik. Melalui modul, peran guru dalam
pembelajaran bisa dikurangi karena mereka memposisikan dirinya sebagai
fasilitator dan mengembangkan modul-modul pembelajaran yang efektif dan
menyenagkan. Perlu ditekankan bahwa implementasi KTSP menuntut kemandirian
guru dan kepala sekolah, antara lain dalam mengembangkan program-program
pembelajaran.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implementasi Kurikulum merupakan suatu proses penerapan konsep, ide,
program, atau tatanan kurikulum kedalam praktek pembelajaran atau aktivitas-
aktivitas baru sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang diharapkan untuk
berubah. Implementasi kurikulum juga bisa diartikan sebagai aktualisasi kurikulum
tertulis dalam bentuk pembelajaran. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah
kurikulum operasional yang di susun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Dalam garis besarnya KTSP mencakup lima kegiatan pokok, yaitu
pelaksnaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran.
Sedangakan implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat
didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijaksanaan
kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktifitas pembelajaran, sehingga
peserta didik menguasai seperangakat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan. Dalam garis besarnya implementasi kurikulum berbasis
kompetensi mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi kurikulum adalah dilihat dari karakteristik kurikulum, strategi
kurikulum dan karakteristik pengguna kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Suderadjat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:
CV Cipta Cekas Grafika
Hidayati, Wiji. 2012. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta:Pedagogia

[1]Hari Suderadjat, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,


(Bandung: CV Cipta Cekas Grafika, 2004), hlm. 1-2

[2] Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:


PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 2

[3] Wiji Hidayati, Pengembangan Kurikulum, ( Yogyakarta:Pedagogia,


2012), hlm. 98

[4] Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,(Jakarta:


PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 179

[5] Wiji Hidayati, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Pedagogia,


2012), hlm. 98

[6] Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,(Jakarta:


PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 179-180
[7] Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003), hlm. 93

[8] Wiji Hidayati, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Pedagogia,


2012), hlm. 99-100

[9] Wiji Hidayati, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Pedagogia,


2012), hlm. 100-103

[10] Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,(jakarta:


PT Bumi Aksara, 2009), hlm.181-185

[11] Wiji Hidayati, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta:Pedagogia),


hlm. 105-112

[12] Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:


Bumi Aksara, 2009), hlm. 187-189

Makalah Tentang Peaksanaan kurikulum


PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN PELAKSANAAN KURIKULUM
Dalam usaha menjamin keberlangsungan pendidikan, kurikulum merupakan
suatu alat untuk tercapainya tujuan pengajaran dan pendidikan. Oleh sebab itulah
hubungan antra pengajaran/pendidikan dengan kurikulum tidak dapat dipisahkan.
S. Nasution dalam bukunya asas-asas kurikulum mengemukakan bahwa pengertian
kurikulum pada zaman dahulu terutama dalam bidang olahraga yaitu suatu jarak
untuk perlombaan yang harus ditempuh oleh pelari. Juga diartikan sebagai kereta
pacu pada zaman itu. Disamping penggunaan dalam olahraga juga dipakai dalam
bidang pendidikan yang berarti sejumlah mata pelajaran yang dicapai untuk
mencapai suatu tingkat atau ijazah (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.2).
Menurut Retnaningsih Burham (1989:4.8) kurikulum merupakan kegiatan
program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
tertentu di sekolah maupun di luar sekolah.
Menurut Y. Gallen saylor dan William N. Alexander dalamcurriculum
planing for better teaching and learning, krikulum (modern) segala usaha sekolah
untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, dihalaman
sekolah, atau diluar sekolah. Disini kurikuum bukan hanya sejumlah mate
pelajaran saja, tapi meliputi segala pengalaman anak di bawah bimbingan
sekolah/guru agar mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Disamping berupa
kumpulan matapelajarn dengan silabusnya, juga termasuk dalam kegiatan
ekstrakurikuler seperti osis, olahraga, kesenian, kepramukaan, dan sebagainya
(Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.2)
Kurikulum merupakan dasar pelaksanaan pendidikan. Kurikulum merupakan
kunci penentu keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu,
guru harus mengkaji, mengetahui, memahami, dan melaksanakan kurikulum yang
sedang berlaku. Dengan demikian, guru akan melakkukan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan arah pembelajaranya
akan jelas (H. Undang Misdan, 1986:1.11).
Soediarjo (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.3) mengemukakan
pengertian kurikulum (modern) adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar
yang direncanakan dan diorganisasikan untuk ditaati oleh para siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan.
Demikian pula pendapat pendapat S. Nasution dalam bukunya asas-asas
kurikulum(modern): kurikulum adalah usaha- usaha dalam bidang pendidikan dan
administrasi pendidikan. Sekalipun kurikulum selalu menyangkut persoalan
mengenai yang hendak diajarkan, namun kurikulum tidak hanya sekedar mata
pelajaran yang dipersoalkan, tetapi menyangkut pula bagaimana mata pelajaran itu
diorganisasikan menjadi pengalaman yang bermakna bagi murid. Sebenarnya
dalam kurikulum telah tergambar segala kegiatan yang akan dikerjakan siswa dan
guru, metode yang digunakan, serta sarana penunjang. Semuanya bertujuan agar
tujuan pendidikan tercapai. Dalam pengertian seperti ini, maka kurikulum adalah
segala kegiatan dan pengalaman belajar yang dirancangkan/direncanakan,
diprogramkan dan diselenggarakan oleh lembaga bagi anak didiknya dengan
maksud untuk mencapai tujuan pendidikan. Tidak ada kurikulum yang baku atau
dapat digunakan sepanjang masa. Kurikulum akan berubah sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan, kebutuhan anak, dan tuntutan masyarakat. Seperti
dalam sistem pendidika, kurikulum disesuaikn dengan kebutuhan pengembangan
disegala bidang, baik dalam berbagai jenis keahlian, merupakan keterampilan-
keterampilan yang dibutuhkan, supaya dapat meningkatkan mutu pendidikan dan
efesiensi kerja. Dengan demikian diharapkan pula akan meningkatkan mutu
kecerdasan bangsa (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.3-1.4)
B. PERANAN KURIKULUM
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis,
kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa.
Apabila dianalisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai
institusi sosial dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan paling
tidak tiga peranan kurikulum yang sangat penting (Oemar Hamalik, 2011:11-12)
yakni:
1. peranan konservatif
Salah satu tanggung jawwab kurikulum adalah mentrasmisikan dan
menafsirkan warisan social pada generasi muda. Dengan demikian, sekolah
sebagai suatu lembaga sosial dapat memengaruhi dan membina tingkah laku sesuai
dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan
pendidikan sebagai suatu proses social.
2. peranan kritis atau evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubahdan bertambah. Skolah tidak hanya
mewariskan kebudayaan yang ada, melaikan juga menilai dan memilih berbagai
unsure kebudayaan yang akan di wariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif
berpartisipasi dalam control sosial dan member penekanan pada unsur berfikir
kritis.
3. peranan kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai
dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa mendatang.

C. FUNGSI KURIKULUM
Kurikulum hendaknya bersifat luwes dan dinamis. Luwes dimaksudkan
bahwa kurikulaum tidak baleh kaku, tapi dapat menyesuaikan diri dengan
masyarakat. Dinamis bahwa kurikulum hendaklah mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan. Makin kompleks tuntutan kehidupan, makin tinggi ilmu
pengeutahuan. Kurikulum memiliki fungsi yaitu untuk mengembangkan individu.
Pengembangan individu ini bertujan dan beruaha merealisasikan potensi-potensi
yang ada pada anak secara optimal. Artinya setiap anak mempunyai
potensi/kemampuan, kemampuan itu dapat dikembangkan bila cara dan sarana
pengembanganya tepat dan sesuai dengan keinginan anak. Fungsi kurikulum
selanjutnya adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai alat ia
harus berfungsi degan baik (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.9-1.10).
a. Fungsi kurikulum bagi guru
Bagi guru kurikulum itu merupakan pedoman kerja dalam menyusun dan
mengorganisasikan pelajaran (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa, 1.10).
Bagi guru kurikulum juga berfungsi sebagai pedoman untuk mengadakan
evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah
pengalaman yang diberikan. ( Hendyat Soetopu dan Wasty Soemanto, 1993:18)

b. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah


Kurikulum juga sangat berfungsi bagi kepala sekolah. Adapun fungsi
kurikulim bagi kepala sekolah yang di ungkapkan oleh Hendyat Soetopo dan
Wasty Soemanto (Zulfanur Z. Firdaus danRosmid rosa,1997:1.10) adalah sebagai
berikut:
1. Pedoman dalam mengatakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar
2. Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk
menujang situasi belajar anak kearah yang lebih baik.
3. Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan
kepada guru untuk memperbaiki situasi belajar.
4. Sebagai seorang administrator. Kurikulum dapat dijadikan pedoman untuk
memperkembangkan kurikulum lebih lanjut.
5. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar.

c. Fungsi kurikulum bagi orang tua siswa


Bagi orang tua siswa kurikulum berfungsi untuk membantu usaha sekolah
dalam memajukan anak-anak mereka. Dengan demikian tenaga pengajar akan
lebih mudah membimbing anak-anak mereka. Disamping ikut membimbing, orang
tua juga dapat memberikan masukan yang berguna bagi guru (Zulfanur Z. Firdaus
danRosmid rosa,1997:1.10).
d. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pengguna lulusan sekolah
Selain berfungsi bagi sekolah yang bersangkutan kurikulum suatu sekolah
berfungsi pula bagi masyarakat dan pihak pemakai lulusan sekolah tersebut.
Dengan mengetahui suatu kurikulum sekolah, masyarakat/pemakai lulusan dapat
melakukan sekurang-kurangya dua hal (Hendyat Soetopo dan Wasty soemanto,
1993:21):
a. Ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan
yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua/masyarakat.
b. Ikut memberikan kritik/saran yang membangun dalam rangka penyempurnaan
program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi dengan kebutuhan
masyarakat/pihak pemakai lulusan sekolah tersebut, bagi anak, bagi guru dan bagi
orang tua murid.

D. TUJUAN KURIKULUM
Dalam kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan-tujuan pendidikan
yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan. Ada dua jenis tujuan yang
yang terkandung didalam suatu sekolah menurut Hendyat Soetopo dan Wasty
soemanto (1993:21-33) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan
Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan
yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kita harapkan dimiliki murid setelah
mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.
2. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi
Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah tertentu
ada yang kita sebut tujuan instruksional, dimana tujuan instruksional merupakan
penjabaran lebih lanjut tentang tujuan kurikuler. Atas dasar tujuan instruksional
dan tujuan kurikuler inilah kemudian ditetapkan bahan pengajaran yang akan
diajarkan dalam bidang studi pada suatu sekolah tertentu.
Urutan tujuan pendidikan tersebut diawali dari tujuan pendidikan nasional,
tujuan instusional, tujuan kurikuler dan kemudian sampai pada tujuan
instruksional.
a. Tujuan pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional adalah merupakan tujuan pendidikan yang
tertinggi dalam kegiatan dinegara kita. Tujuan ini sangat umum dan sangaat ideal,
yang penggambaranya disesuaikan dengan falsafah negra yaitu pancasila. Tujuan
pendidikan nasional dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Membentuk manusia yang pancasilais
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Berpengetahuan dan berketerampilan
d. Bertanggungjawab
e. Demokrasi
f. Tenggang rasa
g. Cerdas
h. Berbudi pekerti luhur
i. Mencintai bangsa dan sesamanya
b. Tujuan institusional
Tujuan institusional mencerminkan dan menggambarkan tujuan pendidikan
nasional yang akan dicapai melalui lembaga pendidikan. Agar tidak terjadi
penyimpangan maka tiap tujuan institusional harus didahului dengan pengertian
pendidikan, dasar pendidikan dan tujuan pendidikan nasional. Hal ini disamping
untuk menghindari penyimpangan juga untuk menghindari salah penaafsiran yang
memungkinkan tidak tercapainya tujuan pembangunan dan pendidikan nasional.
c. Tujuan kurikuler
Tujuan kurikuler mencerminkan tujuan nasional dan tujuan instutisional atau
dengan kata lain penjabaran daru tujuan pendidikan nasiona harus nampak pada
tujuan kurikuler.
d. Tujuan instruksional
Tujuan instruksional ini adalah merupakan penjabaran yang terakhir dari
tujuan-tujuan yang telah dibahas. Tujuan ini dihrapkan dapat tercapai pada saat
terjadinya proses belajar mengajar secara langsung yang terjadi setiap hari. Dalam
pelaksanaanya tujuan ini harus dirumuskan pada saat penyusunan suatu pelajaran.
E. PELAKSANAAN KURIKULUM
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan
kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang
berperan adalah guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas
guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam
pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun antara
kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut
senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab melaksananakan
proses administrasi kurikulum (0emar Hamalik, 2010:173).

a. Strategi Pelaksanaan Kurikulum


Komponen strategi pelaksanaan kurikulum menurut H.Nana Sudjana
(1988:39-49) memberi petunjuk bagaimana kurikulum itu dilaksanakan di sekolah.
Kurikulum dalam pengertian program pendidkan masih dal;am taraf niat, harapan,
rencana yang harus di wujudkan secara nyata di sekolah sehingga dan
mengantarkan anak didik kepada tujuan pendidikan.
Ada beberapa unsur dalam strategi pelaksanaan kurikulum,yakni:
1. Proses belajar mengajar
Pelaksanaan kurikulum pada hakikatnya mewujudkan program pendidikan
agar berfungsi mempengaruhi anak didik/siswa menuju tercapainya tujuan
pendidikan. Salah satu wujud nyata dalam pelaksanaan kurikulum adalah proses
belajr-mengajar. Dengan perkataan lain proses belajar-mengajar adalah
opersionalisasi dari kurikulum. Adapula pendapat bahwa proses belajar mengajar
adalah kurikulum actual atau kurikulum nyata atau kurikulum mikro. Proses
belajar mengajar adalah kegiatan nyata mempengruhi anak didik dalam suatu
situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa, siswa dan
siswa atau siswa dan lingkungan belajarnya.
Komponen-komponen yang harus terdapat dalam proses belajar mengajar
untuk di gerakkan supaya anak didik/siswamencapai tujuan pengajaran adalah:
Bahan pengajaran atau isi pengajaran
Metode mengajar dan alat bantu mengajar
Penilaian atau evaluasi.
Komponen bahan pengajaran berfungsi memberikan isi terhadap tujuan
pengajaran, metode dan alat bantupengajaran berfungsi sebagai alat untuk
mengantarkan bahan pengajaran menuju tujuan pengajaran, dan penilaian
berfungsi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran.
Proses belajar mengajar merupakantugas dan tanggung jawab guru, karena
itu guru adalah pelaksana kurikulum. Guru yang mempengaruhi dan merubah
pribadi anak melalui nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum. Kelangsungan
proses belajar mengajar secara terencana terpola dan terprogram berdasarkan
rambu-rambu yang ada dalam garis-garis besar program pengajaran(GBPP)
merupakan cirri dan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Disinilah
posisi dan proses belajar mengajar sebagai salah satu strategi dalam melaksanakan
kurikulum. Guru sebagai pelaksana, Pembina dan sekaligus pengembang
kurikulum di tuntut memiliki kemampuan untuk:
Menguasai GBPP
Menguasai bahan pengajaran/pengetahuan ilmiah
Merencanakan pengajaran
Mengelola proses belajar mengajar
Menilai hasil belajar.
Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan prasyarat untuk dapat
melaksanakan kurikulum sebagaimana harusnya.
2. Bimbingan menyeluruh
Bimbingan pada hakikatnya adaah proses bantuan siswa kepada para siswa
dengan memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang
di hadapi dalam rangka pengembangan pribadinya yang optimal sehingga mereka
dapat memahami dirinya, mengarahkan sikap dan tindakannya sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan
demikian hakikat bimbingan adalah membantu siswa dan mengarahkannya kepada
pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan utama dari program bimbingan di sekolah
adalah mengembangkan kemampuan siswa dan kesanggupan dalam menghadapi
masalah yang di hadapinya. Oleh sebab itu fungsi bimbingan meliputi fungsi
menyalurkan, seperti membantu siswa untu memilih jurusan sekolah,lapangan
kerja, minat, bakat, dan cirri-ciri kepribadian lainnya, dan fungsi mengadaptasikan,
yakni membatu petugas di sekolah khususnya guru untuk menyesuaikan program
dan kegiatan pengajaran sesuai dengan minat dan kemampuan serta kebutuhan
para siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan
dalam perkembangannya secara optimal.

Berdasarkan hakikat,tujuan, dan fungsi bimbingan di atas maka kegiatan


operasional bimbingan dan penyuluhan disekolah mencakup antara lain:
a. Kegiatan pendahuliuan atau persiapan seperti penyuluhan dan penerangan
bimbinbgan penyuluhan, konsultasi dengan seluruh staff, pengumpulan informasi,
penyediaan fasilitas yang di perlakukan.
b. Pengumpulan tentang data dan informasi siswa seperti data identitas pribadi,
keluarga, lingkungan social, data psikis siswa (apek intelektual, aspek emosional,
aspek kemauan, kepribadian, prstasi belajar yang dicapainya dan lain-lain).
c. Pembedaan informasi dan orientasi seperti orientasi kehidupan di sekolahnya,
orientasi kehidupan perguruan tinggi atau sekolah diatasnya, informasi mengenai
jenis pekerjaan, informasi cara belajar, informasi lingkungan sekitar yang
diperlukan siswa.
d. Penempatan dan penyaluran seperti memilihan jurusan, penempatan dalam kelas,
pembentukan kelompok belajar, pengambilan program belajar, pemilihan
kegiatanm ekstrakurikuler, penyaluran minat dan lain-lain.
e. Bantuan penyuluhan terutama ditujukan untuk membantu siswa dalam
mengatasi/memcahkan masalah pribadinya denmgan menggunakan potensi yang
ad pada dirinnya.
f. Bantuan dalam kesulitan belajar dengan tujuan agar siswa memperoleh hasil
belajar yang optimal sesuai dengan p[otensi yang dimilikinya.
g. Pertemuan dengan staff sekolah dan memberikan latihan, khususnya mengenai
para guru mengenai bimbingan penyuluhan.
h. Mertintis kerja sama dengan masyarakat khususnya orang tua siswa dengan tujuan
agar orang tua siswa dan masyarakat pada umumya membantu usaha-usaha
sekolah sehububngan dengan pendidikan putra putrinya.

3. Administrasi supervise
Pelaksanaan kurikulum menuntut adanya upaya bersama yang terencana,
berpola dan terprogram agar tujuan pendidikan dapat di capai secara optimal.
Upaya tersebut berkenaan dengan administrasi, yakni usaha mendayagunakan
semua sumber baik material maupun personal secara efektif dan efisien. Wujud
operasional kegiatan administrasi di sekolah mencakup bidang pengajaran, bidang
kesiswaan,bidang ketenagaan, bidang keuangan, bidang peraltan pengajaran,
bidang perlengkapan sekolah dan bidang hubungan sekolah dan masyarakat.
Sisi lain yang erat kaitannya dengan administrasi pendidikan adalah
supervisi. Supervise adalah bantuan yang di berikan kepada semua staf sekolah,
khususnya guru untuk mengembangkan proses belajar mengajar agar lebih efektif
dan efisien. Kesan dari kata supervise atau pengawas umumnya mencari kesalahan
kesalahan dari staf, padahal pengawasan di lakukan untuk perbaikan dan
penyempurnaan. Unsure-unsur dari strategi pelaksanaan kurikulum seperti proses
belajar mengajar, bimbingan penyuluhan, administrasi, evaluasi merupakan
sasaran utama kegiatan supervise. Teknik yang dapat di gunakan dalam supervise
antara lain wawancara, diskusi, observasi, rapat kerja, latihan/training,
korespondensi, kunjungan kelas dan lain-lain.
4. Sarana kulikuler
Sarana kurikuler yang termasuk penting dalam menunjang pelaksanaan
kurikulum adalah sbb:
1. Sarana instruksional; mencakup alat-alat laboratorium, alat peraga pengajaran,
buku-buku pelajaran/perpustakaan
2. Sarana personil; aratinya tercukupinya jumlah staf sekolah terutama tenaga guru,
tenaga administrasi dan tenaga non guru
3. Sarana material; menyangkut kebutuhan alat-alat fasilitas seperti ruangan kelas,
ruang laboratorium, ruang rapat, ruang bimbingan, dan lain-lain beserta
perlengkapannya.
5. Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar di lakukan oleh guru dalam dua tahap. Tahap pertama
penilaian yang di lakukan pada akhir program belajar mengajar yang sering di
sebut penilaian formatif. Tujuan penilaian lebih di utamakan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar bukan untuk menentukan angka kemajuan belajar siswa.
Hasil belajar yang di capai siswa setelah program belajar mengajar selesai di
gunakan guru untuk memperbaiki tindakan mengajarnya. Apabila hasilnya masih
kurang, guru berkewajiban mengulang kembali bahan pelajaran tersebut sebelum
dilanjutkan mengajarkan bahan yang lainya.
Penilaian tahap kedua adalah penilain yang di lakukan pada akhir program
unit program, misalnya akhir catur wulan atau akhir semester. Penilaian ini di
namakan penilsian sumatif dengan tujuan menentukan angka kemajuan belajar
para siswa.
Standar yang di gunakan dalam menentukan keberhasilan siswa mencapai
tujuan pengajaran, atau hasil belajar yang di capainya, bisa menggunakan dua cara,
yakni standar mutlak dan standar relatif. Standar mutlak adalah menetapkan
keberhasilan belajar siswa melalui upaya membandingkan hasil yang di capainya
dengan criteria yang telah di tentukan. Sedangkan standar relatif artinya
keberhasilan siswa di bandingkan dengan norma kelompoknya.

b. Administrasi Pelaksanaan Kurikulum


Sondang S. Siagian (Oemar Hamalik,2010:171) mengemukakan definisi
administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan
sebelumnya. Dalam rumusan ini terkandung lima konsep pokok yaitu :
1. Administrasi sebagai proses keseluruhan dimana terdapat sejumlah komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
2. Manusia terlibat sebagai proses administrasi
3. Proses administrasi senantiasa bertujuan.
4. Pada prinsipnya administrasi dilaksanakan dalam bentuk kerjasama.
5. Proses administrasi memerlukan dukungan peralatan dan perlengkapan.
Administrasi pelaksanaan kurikulum berkenaan dengan semua prilaku
yang bertalian dengan semua tugas memungkinkan terlaksananya kurikulum.
Dalam administrasi pelaksanaan kurikulum ini , tujuan administrasi tersebut adalah
agar kurikulum dapat dilaksanakan dengan baik . Administrasi bertugas
menyediakan /mempersiapkan fasilitas material, personal dan kondisi- kondisi agar
kurikulum dapat dilaksanakan.
c. Kegiatan Kegiatan Dalam Administrasi Kurikulum
Kegiatan-kegiatan dalam administrasi kurikulum antara lain sebagai
berikut.
a. Menyusun rencana kegiatan tahunan.
b. Menyusun rencana pelaksanaan program unit.
c. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan.
d. Melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar
e. Mengatur pelaksanaan pengisian buku laporan pribadi
f. Melaksanakan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler.
g. Melaksanakan evaluasi belajar tahap akhir.
h. Mengatur alat perlengkapan pendidikan.
i. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
j. Merencanakan usaha-usaha peningkatan mutu guru.
Pokok-pokok kegiatan tersebut dapat dikelompokan menjadi 9 pokok
kegiatan yakni :
a. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas kepala sekolah
b. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru.
c. Kegiatan yang berhubungan dengan murid
d. Kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.
e. Kegiatan ekstra kurikuler.
f. Kegiatan pelaksanaan evaluasi belajar
g. Kegiatan pelaksanaan pengaturan alat perlengkapan sekolah.
h. Kegiatan dalam bimbingan dan penyuluhan.
i. Kegiatan yang berkenaan dengan usaha peningkatan mutu professional guru.
Dalam pelaksanaan kurikulum, kegiatan kepala sekolah sesuai dengan
perannya sebagai pemimpin sekolah menitikberatkan pada : menyusun
perencanaan untuk melaksanakan kurikulum dalam sistem sekolah yang
dipimpinnya, melakukan koordinasi kegiatan guru-guru, menata dan membina
organisasi guru dan organisasi pembelajaran siswa, membina sistem komunikasi
yang efektif dilingkungan sekolah antara sekolah dan masyarakat serta
lembaga lembaga lainnya , melakukan supervise bagi guru-guru bidang studi dan
menilai kegiatan guru-guru serta melaksanakan penilaian secara keseluruhannya.
d. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk
melaksanakan kurikulum dilingkungan sekolah yang dipimpinnya. Dia
bekewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun rencana tahunan,
menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan membuat notula
rapat, membuat statistik dan menyusun laporan.
1. Kepala sekolah sebagai pimpinan
Tanggung jawab kepala sekolah adalah memimpin sekolah melaksanakan
dan membina serta mengembangakn kurikulum. Kepemimpinan adalah suatu proes
mempengaruhi orang-orang lain atau kelompok agar mereka berbuat untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berbagai cara dilakukan seorang pemimpin
dalam melaksanakan kepemimpinannya seperti: persuasive, mempengaruhi atau
dengan cara lain. Cara-cara ini sering digunakan oleh seorang pemimpin dalam
usahanya memotifasi bahwanya agar mereka bertindak ke arah tujuan yang
diharapkan itu. Cara-cara inipun sering digunakan kepala sekolah didalam
melaksanakan kepemimpinan nya dalam rangka melaksanakan kurikulum
disekolah.
Pengangkatan seseorang menjadi kepala sekolah dilakukan berdasarkan
beberapa kemungkinan :
a. Karena memiliki kepribadian yang baik atau yang menonjol sehingga
dihormati dan memiliki kewibawaan sebagai pemimpin.
b. Karena dia mempunyai prestasi kerja dan prestasi pendidikan yang tinggi . Dan
ada kelompok yang berpendapat , bahwa pengangkatan seseorang menjadi kepala
sekolah akan memajukan sekolah tersebut dan berhasil melaksanakan program
sebaik-baiknya.
c. Telah memiliki pengalaman kerja yang cukup, dan berkat pengalaman kerja yang
cukup, dan berkat pengalaman itu diharapkan mampu memecahkan berbagai
masalah, khususnya dalam pelaksanaan kurikulum.
Pada umumnya seorang pemimpin (termasuk kepala sekolah), harus
memiliki sifat/ sikap/tingkah laku tertentu yang justru merupakan kelebihan
dibandingkan orang lain/ bawahannya yang dipimpin . Sifat/sikap/tingkah laku
tersebut antara lain:
1. Mampu mengelola sekolah (managerial skills)
Kemampuan ini ditandai dengan pengetahuan dan keterampilannya dalam
mengelola pelaksanaan kurikulum, misalnya organisasi guru bidang studi,
pembentukan regu-regu guru dan koordinator bidang studi,pemberian tugas pada
guru, mendorong, mengawasi dan menilai kegiatan guru dalam melaksanakan
program sekolah sesuai dengan tuntutan kurikululum yang ada.
2. Kemampuan professional atau keahlian dalam jabatannya.
Keahlian ini memungkinkannya kepala sekolah tersebut untuk melaksanakan
fungsi-fungsi dan tugas-tugas administrasi yang dibebankan kepadanya . Sebagai
kepala sekolah dia juga sebagai guru ,yang harus memiliki kemampuan
professional kependidikan ,termasuk penguasaan dalam bidang program
pendidikan keguruan.
3. Bersikap rendah hati dan sederhana
Sikap rendah hati berarti tidak pernah menyombongkan diri tentang
kemampuan , pengetahuan dan kelebihan-kelebihannya dalam bidang pendidikan .
Sikap ini menuntut pemimpin/ kepala sekolah untuk lebih banyak mendengarkan ,
memikirkan dan bertanya/ mencari informasi , bukan memerintah atau
menyeluruh, kendatipun bertindak demikian dalam situasi tertentu tidak dilarang
sepenuhnya.

Selain dari sikap-sikap tersebut, maka kepala sekolah sebaiknya memiliki ciri-
cirri kepribadian, antara lain :
1. Bersikap suka menolong
2. Sabar dan memiliki kestabilan emosi
3. Percaya pada diri sendiri
4. Berpikir kritis,dsb
2. Perilaku seorang Administrator
Perilaku seorang administrator penting sekali dalam hubungan dengan
perencanaan program, pengorganisasian staf, pergerakan semua pihak yang
perlu dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan supervise, penilaian terhadap
personal sekolah.
3. Penyusunan Rencana Tahunan
Perencanaan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan kepemimpinannya. Berdasarkan jangka waktunya, perencanaan terdiri
dari rencana jangka panjang(misalnya rencana untuk 5 sampai 10 tahun) dan
rencanajangka pendek (rencana tahunan, bulanan) berdasarkan garapan seorang
administrator, kepala sekolah perlu membuat rencana-rencana:
1. Perencanaan bidang kemuridan
2. Perencanaan bidang personal/tenaga kependidikan
3. Perencanaan bidang sarana kependidikan
4. Perencanaan bidang ketatausahaan sekolah
5. Perencanaan bidang pembiayaan/anggaran pendidikan
6. Perencanaan pembinaan organisasi sekolah
7. Perencanaan hubungan kemasyarakatan/komunikasi pendidikan
Rencana-rencana tersebut perlu disusun secara menyeluruh, yang mencakup
semua bidang garapan dalam berbagai jenjang perencanaan.
Dalam menyusun perencanaan tersebut, kepala sekolah harus memperhatikan
persyaratan-persyaratan sebagai berikut: perencanaan disusun berdasarkan
kerjasama musyawarah antara kepala sekolah dan para guru. Keterlibatan para
guru dalam hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab kepada mereka untuk
menyukseskan pelaksanaannya.
Perencanaan disusun berdasarkan realitas sebenarnya, rumusan rencana
sederhana, jangan muluk-muluk dan mudah dilaksanakan.
Perencanaan tersebut secara terinci: Tujuan yang spesifik dan operasional,
kegiatan-kegiatan yang jelas dan berurutan, perincian alat/ perlengkapan dan
prosedur penilaian yang akan ditempuh. Sehingga menjadi pedoman yang lebih
mudah untuk dilaksanakan.
Perencanaan harus luwes, jadi mudah diadakan penyesuaian dengan kebutuhan,
masalah dan tuntutan lingkungan sekolah dan sekitarnya bila mana diperlukan.
Perencanaan memuat bidang garapan yang berkesinambungan satu sama lain
berdasarkan prinsip bertahap dan bergilir dilihat dari segi prioritas.
Perencanaan hendaknya memperhatikan factor efisiensi dimana adany
penghematan tenaga, biaya dan waktu, serta penggunaan sumber-sumber yang
telah tersedia dengan baik sehingga tercapainya tujuan-tujuan rencana secara
maksimal.
Harus dicegah timbulnya duplikasi dalam pelaksanaanya karena perencanaan
disusun secara kritis, dan diadakan cek recek sebelum dilaksanakan disekolah
bersangkutan.
4. Pembinaan Organisasi Sekolah
Pelaksanaan kurikulum membutuhkan dukungan organisasi sekolah yang
kuat. Sekolah-sekolah yang tergolong mapan, umumnya pelaksanaan kurikulum
ditunjang oleh :
Guru bidang studi yang memadai baik jumlah maupun kualitasnya.
Staf karyawan tata usaha yang cakap dan terampil.
Bagian pengadaan alat bantu mengajar.
Bagian perpustakaan dimana sumber bacaan disediakan dan dioperasikan sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
Pengelolaan laboratorium tempat diadakannya percobaan dan praktek.
Usaha kesehatan sekolah (UKS), yang dibian oleh dokter, perawat, tenaga
psikiater.
Bagian bimbingan dan penyuluhan (BP) yang dibina oleh tenaga konselor ahli.
Bagiaan yang bertugas membina kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler,
kepramukaan, latihan keterampilan.
Organisasi Siswa (OSIS)
Organisasi orang tua murid
Bagian kerohanian dan pembinaan masjid disekolah.
Organisasi yang lengkap seperti diatas menuntut kemampuan organisasi yang
memadai dari seorang kepala sekolah agar mampu melaksanakan tanggung
jawabnya. Semua organisasi harus bekerja secara terpadu dibawah koordinasi yang
baik, senantiasa terarah ke pencapaian tujuan instruksionakl dan kurikuler
disekolah bersangkutan.
5. Koordinasi dalam Pelaksanaan kurikulum
Koordinasi bertujuan agar terdapat kesatuan sikap, pikiran dan tindakan para
personal dan staf pada suborganisasi dalam organisasi sekolah untuk melaksanakan
kurikulumnya
Pelaksanaan koordinasi sejalan dengan pelaksanaan fungsi administrasi, yakni
:
a. Koordinasi dalam perencanaan
b. Koordinasi dalam pengorganisasian
c. Koordinasi pergerakan motivasi personal
d. Koordinasi dalam pengawasan dan supervise
e. Koordinasi dalam anggaran biaya pendidikan
f. Koordinasi dalam program evaluasi
Tindakan-tindakan koordinasi tersebut secara bersama-sama atau secara
parsial diarahkan dalam pelaksanaan kurikulum untuk mencapai tujuan
institusional sekolah. Koordinasi dalam pengorganisasian diperlukan agar setiap
sub organisasi sekolah bersangkutan begerak bersama-sama sesuai dengan tujuan,
funsi dan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing sub
organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Koordinasi dalam pergerakan
motivasi ketenagaan diperlukan agar kepala sekolah dan kepala sub organisasi
menyadari bahwa tanggung jawab menggerakkan bawahan supaya melakukan
tindakan yang diharapkan adalah dipundak mereka. Koordinasi pengawasan dan
supervise pelaksanaan kurikulum dimaksudkan agar terjadi dan terbinanya
perbaikan proses belajar mengajar. Koordinasi dalam penggunaan anggaran
pendidikan dimaksudkan agar penggunaan biaya yang telah disediakan untuk
kegiatan kurikuler berjalan secara seimbang dan lancer, dilaksanakan sesuai
dengan anggaran masing-masing jenis/bidang kegiatan. Koordinasi bidang evaluasi
dimaksudkan agar pelaksanaan evaluasi, baik evaluais hasil belajar maupun
evaluasi program terlaksana secara objektif, komperehensif dan dilaksanakan serta
dipertanggungjawabkan oleh semua guru.
6. Kegiatan Memimpin Rapat Kurikuler
Rapat guru adalah media yang paling tepat untuk memusyawarahkan
penyelenggaraan, hasil hasil dan berbagai masalah kurikuler disekolah. Rapat
dapat diselenggarakan pada awal tahun akademik, pertengahan tahun/semester,
akhir tahun akademik, atau dilaksanakan secara incidental menurut kebutuhan
yang ada disekolah bersangkutan. Penyelenggaraan rapat mungkin oleh Kepala
sekolah atau kepala sub organisasi, atau ketua bidang studi tergantung pada
permasalahan yang dihadapi.
7. Sistem Komunikasi dan Pembinaan Kurikulum
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan
baik dengan semua pihak yang terlibat dalam proses administrasi,baik dalam
organisasi maupun luar organisasi. Melalui komunikasi akan terjadi hubungan
yang interaktif dari semua pihak yang pada akhirnya mengembangkan proses
kerjasama yang baik daam upaya mencapai tujuan-tujuan administrasi kurikulum.
Dengan demikian pengertian komunikasi dapat dirumuskan sebagai serangkaian
kegiatan dalam proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang/ pihak lain
dalam rangka proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Komunkasi adalah sebuah sistem. Komunikasi berlangsung dalam proses
menyeluruh, dimna terdapat input, proses dan output. Yang menjadi input adalah
pean/warta yang disampaikan sebagai proses adalah cara dan kegiatan
penyampaian itu sendiri, yang selanjutnya terjadi perubahan tingkat pemahaman,
sikap dan tindakan tertentu yang terjadi pada diri, kepada siapa pesan itu
disampaikan yang selanjutnya dianggap sebagai output(keluaran). Perubahan
prilaku tersebut menyebabkan terjadi suatu tindakan yang dilakukan oleh
bersangkutan sesuai dengan yang diharapkan. Komponen-komponen seperti :
Kepala sekolah,guru, siswa aat dan metode, secara keseluruhan terpadu dalam
sistem komunikasi.
Sistem komunikasi penting untuk melaksanakan kurikulum. Dalam
pelaksanaan kurikulum, kepala sekolah perlu mengembangkan sistem komunikasi
secara efektif agar semua pihak/ personal yang terlibat dalam pelaksanaan
kurikulum bertindak satu arah, satu pemikiran, satu sikap dan satu keinginan,
mencapai tujuan-tujuan sekolah secara tepat guna dan berdaya guna.
Bentuk bentuk proses komunikasi dalam pelaksanaan kurikulum.
Pelaksanaan komunikasi disekolah dapat berlangsung dalam berbagai bentuk
yakni:
1. Proses primer versus proses skunder
2. Komunikasi bebas versus komunikasi terbatas
3. Komunikasi satu arah versus komunikasi dua rah.
Pada prinsipnya bentuk-bentuk komunikasi tersebut dapat dilaksanakan
tergantung pada tujuannya, informasi, suasana sekolah dan prosedur komunikasi
yang dikuasai oleh kepala sekolah.
e. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas
Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk menjamin
kelancaran pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas
tersebut meliputi tiga jenis kegiatan administrasi yaitu:
a. Pembagian tugas mengajar
b. Pembagian tugas Pembinaan ekstra kurikuler
c. Pembagian tugas bimbingan belajar
Pembagian tuga sini dilakukan melalui musyawarah guru yang dipimpin
kepala sekolah. Keputusan tugas tersebut selanjutnya dituangkan dalam jadwal
pelajaran untuk satu semester atau satu tahun akademik.
Pembagian tugas tugas bagi guru pada prinsipnya harus
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Tugas tugas yang ditetapkan kepada guru-guru hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan individual, spesialisasi, pengalaman serta minat yang bersangkutan.
2. Pada sekolah- sekolah yang melaksanakan guru kelas, mengadakan pembagian
tugas kepada guru untuk memegang kelas tertentu, yang berarti bhwa jika ada 6
kelas maka berarti pada sekolah tersebut paling tidak terdapat 6 guru dan satu
kepala sekolah. Tiap guru bertanggung jawab mengajar sejumlah bidang
pengajaran bagi kelas yang bersangkutan.
3. Sekolah yang telah melaksanakan sistem bidang studi, pembagian tugas guru
berdasarkan keahlian/spesialisasi dalam salah satu bidang studi dengan
ketentuan jumlah jam pelajaran yang telah ditetapkan. Guru bersangkutan bertugas
mengajar satu bidang studi saja bagi semua kelas.
4. Guru-guru memiliki keahlian khusus ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan
kurikuler lainnya dan atau program ekstrakurikuler, seperti: guru seni, music,
olahraga, keterampilan dsb.
5. Ada sejumlah sekolah didaerah atau dipedesaan yang masih kekurangan guru atau
yang ada tidak sesuai dengan jumlah bidang studi. Masalah ini ditanggulangi
dengan memberikan tugas-tugas tambahan kepada beberapa orang guru, misalnya
mengajar beberapa bidang studi atau mengajar beberapa kelas.
a. Kegiatan Dalam Bidang Proses Belajar-Mengajar
Kegiatan ini erat sekali kaitannya dengan tugas-tugas seorang guru sebagaimana
yang telah diuraikan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

1. Menyusun rencana pelaksanaan program/unit.


2. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran.
3. Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa
4. Pengisian buku laporan pribadi siswa.
b. Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar ketentuan kurikulum
yang berlaku, akan tetapi bersifat paedagogis dan menunjang pendidikan dalam
menunjang ketercapaian tujuan sekolah. Kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler ini
sesungguhnya merupakan bagian integral dari kurikulum yang bersangkutan,
dimana guru terlibat didalamnya. Karena itu kegiatan ini perlu deprogram secara
baik dan didukung oleh semua guru. Untuk itu perlu disediakan guru penanggung
jawab, jumlah biaya dan perlengkapan yang dibutuhkan.
Kendati kegiatan ekstrakurikuler bukan menjadi program instruksional
yang dilaksanakan secara regular, dan tidak diberi kredit tertentu, tetapi
mengundang varitas kegiatan secara luas, misalya: Kepramukaan, Usaha Kegiatan
sekolah, Palang merah remaja, olahraga Prestasi, koperasi dan tabungan sekolah.
Kegiatan ekstra ini mengandung nilai tertentu, antara lain :
1. Memenuhi kebutuhan kelompok
2. Menyalurkan minat dan bakat
3. Memberikan pengalaman eksplotorik
4. Mengembangkan dan mendorong motivasi terhadap mata pelajaran.
5. Mengikat para siswa disekolah
6. Mengembangkan loyalitas terhadap sekolah
7. Mengintegrasikan kelompok-kelompok social.
8. Mengembangkan sifat-sifat tertentu.
9. Menyediakan kesempatan pemberian bimbingan dan layanan secara formal.
10. Mengembangkan citra masyarakat terhadap sekolah.
c. Kegiatan Bimbingan Belajar
Pentingnya program bimbingan belajar di sekolah didasari oleh beberapa alas an
berikut.
1. Semua perbuatan/ tindakan, termasuk juga perbuatan belajar, memerlukan
keterampilan perbuatan belajar, sedangkan dia tidak mampu melakukannya secara
baik, maka kemungkinan besar dia tidak menyenangi perbuatan sendiri, bahkan
mungkin dianggapnya sebagai penghambat atau halangan bagi dirinya. Perbutan
belajar yang tidak dilakukan sebagaimana mestinya akan mengakibatkan
kegagalan, dan ini berarti kerugian, baik bagi siswa bersangkutan maupun bagi
guru, orang tua dan masyarakat.
2. Tiap orang sudah tentu mengalami masalah pribadi dengan bentuk dan
manifestasi yang mungkin berbeda-beda. Masalah-masalah yang dirasakan seorang
sangat berpengaruh terhadap dirinya, bahkan dapat menumbuhkan kecendrungan
mental yang kurang sehat, yang pada gilirannya menjadi penghambat dirinya untuk
melakukan kegiatan dan untuk mencapai keberhasilan. Masalah pribadi yang tidak
terpecahkan dapat menyebabkan siswa terganggu mentalnya, menumbuhkan
frustasi, agresifitas, kelemahan dan kemungkinan pribadi yang serius.
3. Para siswa umumnya berkeinginan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Sering terjadi mereka mengalami kesulitan memilih sekolah apa atau
perguruan tinggi mana yang sebaiknya dijadikan pilihannya. Dia dapat saja
memilih berdasarkan pengaruh rekan-rekannya, dan bukan pilihan berdasarkan
kemampuannya, bakat dan minatnya sendiri, maka tindakan demikian dapat
menimbulkan akibat yang fatal bagi masa depannya.
4. Kasus lain dimana siswa telah lulus ingin bekerja pada suatu perusahaan yang
ternyata tidak/kurang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya, pokoknya
asal bekerja. Akibatnya dia bekerja dengan tidak sungguh-sungguh, sering
telambat, dan tidak menyelesaikan tugas dengan baik, produktifitasnya rendah.
Sehingga merugikan perusahaan tempat dia bekerja. Dengan demikian bimbingan
untuk melakukan pilihan pekerjaan dan bimbingan jabatan sangat perlu untuk
mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Guru memegang peranan utama dan bertanggung jawab membimbing para
siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dan membatu memecahkan
masalah dan kesulitan para siswa yang dibimbingnya, dengan maksud agar siswa
tersebut mampu secara mandiri membimbing dirinya sendiri.
Tujuan utama bimbinga yang diberikan guru adalah untuk
mengembangkan semua kemampuan siswa agar mereka berhasil mengembangkan
huidupnya pada tingkat atau keadaan yang lebih layak dibandingkan dengan
sebelumnya. Bimbingan berupa bantuan untuk menyelesaikan masalahnya
sehingga dia mandiri dalam menyelesaikan masalahnya, bantuan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya seperti keluarga, sekolah dan
Masyrakat.
Secara umum prosedur bimbingan dilaksanakan sebagai berikut :
1) Analitis; guru menganalisis semua masalah dan kesulitan yang hendak dihadapi
oleh para siswanya.
2) Informasi; mencari informasi tentang semua sebab yang mungkin
menyebabkan masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa.
3) Orientasi; guru melakukan berbagai pendekatan kearah berbagai pendekatan
kearah pemecahan masalah atau kesulitan serta bantuan apa yang sekiranya
diperlukan bagi siswa yang bersangkutan.
4) Penyuluhan; guru memberikan bantuan dan nasihat kepadas siswa yang
bersangkutan (individual ataupun kelompok) sesuai dengan jenis, bentuk dan
penyebabnya.
5) Penempatan; Menempatkan kembali siswa yang telah mendapat penyuluhan
kedalam situasi semula pada kelompok atau kelasnya sendiri.
6) Tindak lanjut; guru mengamati terus menerus sambil melakukan pembinaan
terhadap siswa bersangkutan, serta mencatat laju perkembangan.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hubungan social
dikalangan siswa dalam suatu kelas dinamakan sosiometri dan gambarannya
dinamakan sosiogram. Dalam mengumpulkan data/informasi guru dapat
menggunakan teknik wawancara ataupun dengan:
o Tes hasil belajar
o Kunjungan kerumah
o Obsrvasi terhadap siswa sehari-hari dikelas dan diluar sekolah.
Dalam pemilihan metode bimbingan bergantung pada masalah yang
dihadapi, kondisi siswa, gejala penyebabnya dan alternative pengobatannya.
Untuk menjadi guru pembimbing yang kompeten, dia harus memiliki wewenang
dalam sistem kepembimbingan, dan karenanya harus memilii pengetahuan dan
keterampilan, yang dapat diperolehnya dengan mempelajari:
Psikologi umum
Psikologi pendidikan
Psikologi perkembangan
Mental Hygine
Teknik penilaian dan pengukurn pendidikan
Teori dan teknik bimbingan penyuluhan
Pengetahuan dalam bidang jabatan
Praktek bimbingan dan penyuluhan ( Hamalik, Oemar :2010:172-185)

F. HAMBATAN PELAKSANAAN KURIKULUM


1. Hambatan Dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dalam pelaksanaannya di sekolah, kurikulum berbasis kompetensi dalam hal
ini Sekolah Dasar, ternyata tidak semulus harapan semula. Ada beberapa kendala
dan kesenjangan yang perlu mendapat pemecahan. Kesenjangan-kesenjangan
tersebut adalah (http://lib.unnes.ac.id/15484/):
a. Tenaga Kependidikan
Guru memegang peranan penting bagi keberhasilan pelaksanaan KBK. Rasio
jumlah guru dan jumlah kelas harus seimbang. Kenyataannya banyak sekolah (SD)
yang kekurangan guru. Di Kecamatan Bakung bahkan ada sekolah yang hanya
memiliki 3 orang guru kelas, 1 orang guru agama Islam, dan Kepala Sekolah.
Kondisi tersebut menuntut semua guru harus merangkap mengajar dua kelas
sekaligus. Guru agama juga harus mengajar mata pelajaran umum. Keadaan ini
bukanlah kondisi yang ideal untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal
karena beban kerja guru melebihi kemampuannya.
Kualitas guru juga menjadi kendala. KBK menuntut guru mampu
mengembangkan kurikulum secara kreatif. Guru harus selalu mengembangkan
pengetahuan dan kemampuannya, menguasai berbagai metode mengajar,
menyusun persiapan mengajar, menyiapkan alat dan lingkungan belajar, serta
segala prasyarat lainnya. Selama ini guru terbiasa dengan kurikulum yang relatif
sudah siap pakai, tanpa harus menyusun silabus, mnyiapkan bahan dan mencari
bahan sendiri dsb. Kurikulum 2004 yang hanya mencantumkan kompetensi dasar,
hasil belajar yang dikehendaki, indikator, dan materi pokok, menuntut guru
mengembangkan sendiri kurikulum tersebut sesuai situasi dan kondisi sekolah
masing-masing. Hal ini menuntut keahlian dan membutuhkan waktu yang cukup
banyak. Guru yang kelebihan beban mengajar dan tugas-tugas lainnya, tentu sangat
sulit untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut. Akibatnya guru tetap kembali seperti
kebiasaan semula, yaitu mengajar sesuai urut-urutan pada buku pelajaran/buku
penunjang.
Perubahan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2003 merupakan hal baru bagi
guru. Untuk itu guru perlu mendapat sosialisasi terlebih dulu mengenai kurikulum
baru tersebut. Pemerintah harus mensosialisasikannya melalui penataran dan
pelatihan, setidaknya beberapa orang guru/pengawas di setiap kecamatan, dan
selanjutnya pengawas/guru yang telah mendapatkan penataran dan pelatihan
tersebut menyebarluaskan pada guru-guru lain di kecamatan ybs. melalui penataran
serupa. Hal ini belum diterapkan pada beberapa kecamatan, termasuk kecamatan
Bakung. Akibatnya guru-guru SD di Kecamatan Bakung sama sekali buta terhadap
kurikulum 2004 ini.
Tenaga administrasi/TU juga sangat diperlukan di sekolah. Kenyataannya
hampir semua sekolah (SD) tidak memiliki tenaga TU tersebut. Segala urusan
ketatausahaan menjadi tugas kepala sekolah dan guru. Bahkan juga banyak sekolah
yang tidak mempunyai penjaga sekolah. Hal ini jelas makin menambah beban
pekerjaan guru yang sudah padat.
b. Sarana Prasarana Yang Tersedia
Pembelajaran yang berhasil harus didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai. Banyak SD yang gedungnya tidak memenuhi syarat, seperti retak-retak,
genting yang bocor, penerangan yang kurang, terlalu sempit, dan setumpuk
permasalahan lainnya.
Alat peraga dan media pembelajaran harus tersedia agar siswa dapat
menangkap materi pelajaran dengan baik. Untuk itu guru harus pandai dan mau
menyediakan alat peraga serta media pembelajaran yang sesuai. Hal ini sulit
dipenuhi karena guru tidak sempat lagi menyiapkan media karena dibebani dengan
tugas-tugas membuat persiapan pembelajaran yang rumit dan membutuhkan
banyak waktu, menganalisis soal ulangan formatif yang sebenarnya tidak perlu
harus selalu dianalisis, menyelenggarakan program perbaikan dan pengayaan,
mengoreksi pekerjaan siswa, mengolah nilai, dan tugas-tugas lainnya. Akibatnya
perhatian guru pada pembelajaran sangat kurang.
Sarana lain yang sangat penting adalah tersedianya buku kurikulum 2004
sebagai kurikulum KBK. Buku kurikulum tersebut ternyata sampai sekarang belum
tersedia di sekolah-sekolah dasar. Terpaksa sekolah-sekolah yang akan
melaksanakannya harus meminjam dulu untuk difoto copy dari sekolah lain yang
sudah terlebih dulu memfoto copy. Demikian secara berantai, sehingga mutu buku
kurikulumpun makin lama makin kurang jelas. Seharusnya pemerintah harus
bertanggung jawab untuk memperbanyak kurikulum dan disampaikan ke sekolah-
sekolah kalau menginginkan sekolah dapat mengimplementasikannya. Tidak
tersedianya buku kurikulum tersebut sangat mengganggu kelancaran penerapan
kurikulum 2004.
c. Pembiayaan
Kegiatan pembelajaran yang efektif harus didukung dana yang cukup. Sulit
bagi guru mengembangkan atau membuat media pembelajaran tanpa dukungan
dana. Buku sumber juga harus tersedia, dan hal ini membutuhkan dana untuk
membelinya. Selama ini dukungan dana dari pemerintah sangat terbatas, karena itu
partisipasi masyarakat, khususnya orang tua murid, sangat diperlukan. Berita
tentang akan turunnya dana dari pemerintah pusat berupa BOS (Bantuan
Operasional Sekolah) yang cukup besar tentu merupakan kabar yang cukup
menggembirakan, namun sampai makalah ini ditulis dana tersebut masih belum
juga cair. Dana dari orang tua murid yang selama ini mendukung pembiayaan di
sekolah dirasakan masih sangat kurang dan sulit untuk dinaikkan mengingat
kesadaran dan kemampuan ekonomis masyarakat yang rendah.
d. Masyarakat dan Lingkungan Sekolah
Suksesnya pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi perlu mendapat
dukungan dari masyarakat, termasuk orang tua murid. Peranan masyarakat dapat
berupa dukungan dana, menjadi nara sumber, dan menciptakan suasana belajar di
luar sekolah dan jam sekolah. Masyarakat dan orang tua harus mendorong para
siswa aktif belajar di rumah maupin dalam belajar kelompok. Dalam hal ini
kebiasaan orang tua menyetel televisi pada jam-jam belajar harus dihentikan
supaya anak dapat berkonsentrasi dalam belajar maupun mengerjakan PR.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen pokok dalam pelaksanaan suatu kegiatan.
Dalam implementasi kurikulum di sekolah, sistem evaluasi sangat berperan
penting. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan otonomi
yang sangat luas pada sekolah dan guru untuk mengembangkannya. Pemerintah
pusat hanya mencantumkan standar kompetensi, hasil belajar, indikator, dan
materi pokok saja. Guru harus mengembangkan sendiri sesuai dengan situasi dan
kondisi sekolahnya. Konsekuensinya adalah sulit adanya keseragaman secara
nasional, bahkan di tingkat kecamatan sekalipun. Karena itu pemberlakuan ujian
nasional maupun ujian bersama seluruh kabupaten tidak dapat diterapkan lagi.
Pemaksaan pemerintah serta Dinas Pendidikan Kabupaten untuk
menyelenggarakan ulangan atau ujian bersama dengan alasan strandardisasi mutu
memaksa guru mengajar secara tradisional, yaitu mengejar materi yang tercantum
di dalam buku pelajaran yang diterbitkan oleh penerbit yang terkenal. Hal ini
berarti maksud pemberlakuan KBK tidak dapat tercapai. Guru terpaksa mengikuti
saja kebijakan Depdiknas maupun Dinas Pendidikan Kabupaten serta mengikuti
pola lama dalam mengajar, yaitu menghabiskan materi dan target kurikulum,
bukan kompetensi siswa.
f. Pemecahan masalah
Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi telah menjadi keputusan
pemerintah, karena itu sekolah-sekolah harus melaksanakannya. Berbagai kendala
harus diatasi edapat mungkin. Sekolah sebagai pemegang hak otonom harus berani
mengambil resiko dan lebih aktif untuk menutup segala kekurangan. Guru harus
berusaha mengubah kebiasaan lamanya sedapat mungkin dengan lebih kreatif
dalam mengajar, misalnya dengan penggunaan metode dan pendekatan yang
bervariasi, memanfaatkan semua sumber belajar, dan sebagainya. Guru harus rajin
mencari informasi dengan banyak membaca buku, menyaksikan berita, bahkan
memanfaatkan internet. Semua ini harus ditempuh guru karena bagaimanapun guru
tetap harus tunduk dan patuh pada kebijakan pemerintah maupun Dinas
Pendidikan.
2. Hambatan Dalam Pelaksanaan Kuriulum Tingkat Satuan Pendidikan
Hambatan pelaksanaan KTSP dirasakan oleh guru, dalam wawancara
pendahuluan didapatkan bahwa guru mengalami hambatan terutama dalam alokasi
waktu saat evaluasi pembelajaran dan penerapan metode yang dianggap tidak
efektif. Mengetahui hambatan pelaksanaan pembelajaran yang meliputi, media
pembelajaran, sumber belajar, metode pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Hambatan pelaksanaan pembelajaran yakni kurangnya kemampuan guru dalam
mengaplikasikan media yang bervariasi, dimana erat kaitannya dengan sarana
pembelajaran di sekolah. Guru masih terbatas pengetahuannya tentang sumber
belajar,metode dan pengelolaan kelas. Hambatan dalam evaluasi pembelajaran,
meliputi penilaian berbasis kelas dimana guru masih mengalami kesulitan dalam
menentukan teknik penilaian yang disesuaikan dengan aspek penilaian yang ada
dan alokasi waktu (http://lib.unnes.ac.id/15484/)

KESIMPULAN

Kurikulum merupakan suatu alat untuk tercapainya tujuan pengajaran dan


pendidikan. Kurikulum merupakan dasar pelaksanaan pendidikan. Kurikulum
merupakan kunci penentu keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh
karena itu, guru harus mengkaji, mengetahui, memahami, dan melaksanakan
kurikulum yang sedang berlaku. Dengan demikian, guru akan melakkukan
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan arah
pembelajaranya akan jelas.
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis,
kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Ada
tiga peranan kurikulum yang sangat penting yakni peranan konservatif, peranan
kritis atau evaluatif, peranan kreatif. Kurikulum hendaknya bersifat luwes dan
dinamis. Luwes dimaksudkan bahwa kurikulaum tidak baleh kaku, tapi dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan
kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang
berperan adalah guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas
guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam
pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun antara
kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut
senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab melaksananakan
proses administrasi kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, Zulfahnur Z. dan Rosa, Rosmid. (1987) Telaah Kurikulum bahasa Indonesia
SMA. Jakarta: Karuna Jakarta
Hamalik, Oemar (2011). Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hamalik, Oemar (2010). Manajemen Pengembangan Kurkulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
http://lib.unnes.ac.id/15484/
Misdan, undang. (1989)Telaah Buku Teks dan Kurikulum. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty.( 1993) Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum. Jakarta:PT Bumi Aksara

Sudjana, Nana (1996). Pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah. Bandung:


Sinar Baru Algensindo

Anda mungkin juga menyukai