PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Biaya modal (cost of capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba
ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya
modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Biaya modal saham preferen merupakan biaya riil yang harus dibayar apabila
perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham preferen. Biaya modal saham preferen
diperhitungkan sebesar keuntungan yang disyaratkan oleh investor pemegang saham
preferen.
2
Dimana:
kps = biaya saham preferen
Dps = deviden saham preferen
P = harga saham preferen
Misal perusahaan menjual saham preferen, kas masuk yang diterima adalah Rp. 1000
per lembar. Deviden saham preferen adalah Rp. 250 per lembar. Biaya modal saham preferen
dihitung :
Karena deviden ( termasuk untuk saham preferen ) tidak mengurangi pajak, maka net
pajak tidak dihitung untuk biaya modal saham preferen. Angka 25% yang lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya utang (20% dan 12,6% untuk net pajak) mencerminkan hal
tersebut, disamping risiko saham preferen yang lebih tinggi dibandingkan dengan resiko
utang ( dari sisi investor).
Laba ditahan sering disebut sebagai sesuatu yang gratis, karena laba ditahan adalah
uang yang tersisa setelah dividen dibayar. Tapi, modal ini tetap memiliki biaya. Alasannya
biaya saldo laba ditahan berhubungan dengan prinsip biaya kesempatan (opportunity cost
principle). Laba setelah pajak adalah milik para pemegang saham. Pemegang saham obligasi
menerima kompensasi berupa pembayaran bunga dan pemegang saham preferen berupa
dividen preferen. Seluruh laba yang tersisa setelah bunga dan dividen saham preferen adalah
milik pemegang saham biasa. Manajemen dapat membayarkan laba dalam bentuk dividen
atua menahan laba untuk diinvestasikan kembali ke dalam usaha. Jika manajemen
memutuskan untuk menahan laba, maka ada biaya kesempatan yang terlibat. Ada beberapa
pendekatan untuk menghitung biaya laba ditahan, yaitu sebagai berikut:
3
1. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Model CAPM (model penetapan harga aktiva modal) merupakan suatu model yang
digunakan untuk mengestimasi return suatu sekuritas dan memformulasikan return suatu
saham adalah sama dengan tingkat bunga bebas resiko ditambah premi resiko. Formulasinya:
Keterangan:
k_(s ) : biaya ekuitas (saham biasa baru)
k_RF : tingkaat hasi bebas risiko
k_M : tingkat hasil pasar
b_i : beta
Contoh: Sebuah saham memiliki nilai k_RF = 8%, k_M = 13% dan b_i = 0,7. Hitung k_(s )?
Jawab:
k_(s ) = k_RF +( k_M k_RF)b_i
k_(s ) = 8% + (13% 8%)(0,7)
= 8% + (5%)(0,7)
= 8%+ 3,5%
= 11,5%
2. Pendekatan imbal hasil divden ditambah tingkat pertumbuhan atau arus kas diskonto
(discounted cash flow/DCF)
Bagi perusahaan-perusahaan yang diharapkan akan terus beroperasi tanpa batas waktu, arus
kas adalah dividen. Sementara jika investor memperkirakan perusahaan akan diakuisisi oleh
perusahaan lain atau dilikuidasi, maka arus kas adalah dividen selama beberapa waktu
ditambah harga akhir ketika perusahaan diakuisisi atau dilikuidasi. Untuk penyederhaannya
berlaku persamaan:
Keterangan:
P_0 : harga saham saat ini
D_t : dividen yang diharapkan akan dibayarkan pada akhir
4
tahun ke-t
k_s : biaya laba ditahan/ saham biasa/ ekuitas internal
g : pertumbuhan dividen
Jika dividen yang diharapkan tumbuh dengan tingkat yang konstan, maka formulasinya:
Jika mencari nilai k_s untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang diminta atas ekuitas
biasa, bagi investor marginal akan sama dengan tingkat pengembalian yang diharapkan:
Contoh: Harga saham Allied dijual dengan harga sebesar $23, dividen berikutnya diharapkan
adalah $1,24 dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 8%. Berapa besar laba ditahan
?
Jawab:
k_s = ( D(1+g))/P+g=(D)/P+g
k_s = $1,24/$23 + 8%
= 5,4% + 8,0%
= 13,4%
Angka 13,4% adalah tingkat pengembalian minimum yang diharapkan akan diterima
oleh manajemen atas laba ditahan untuk memberikan penanaman kembali laba ke dalam
usaha dan bukan membayarkannya kepada pemegang saham sebagai dividen. Pendekatan
imbal hasil obligasi ditambah premi resiko. Biasanya perusahaan memperkirakan premi
resiko sebesar 3 hingga 5 persen pada tingkat suku bunga utang jangka panjang perusahaan
tersebut.
Contoh, jika perusahaan Allied memberikan imbal hasil oblogasi 10% dan biaya premi risiko
sebesar 4%, maka biaya ekuitasnya dapat diestimasikan dengan cara sebagai berikut:
Jawab:
k_s = 10% + 4% = 14%
5
2.4 Biaya Penerbitan Saham Baru (Cost Of Issued Common Stock)
Keterangan:
k_e : biaya saham biasa baru/ ekuitas eksternal
D_1 : dividen yang diharapkan akan dibayarkan pada akhir tahun
Dg : pertumbuhan dividen
P : harga saham biasa per lembar
f : biaya penerbitan/ emisi (%)
Contoh: Harga saham Allied dijual dengan harga sebesar $23, dividen berikutnya diharapkan
adalah $1,24, tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 8% dan biaya emisi 10%. Berapa
biaya saham biasa baru ?
Jawab:
k_ncs= ( D (1+g))/(P (1-f))+g=(D)/(P (1-f))+g
k_ncs = $1,24/($23(1-0,10)) + 8%
= $1,24/$20,70 + 8,0%
= 6,0% + 8,0%
= 14,0%
6
perusahaan secara keseluruhan perlu menghitung weighted average dari berbagai sumber
dana tersebut.
Rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital) adalah laba dari
investasi baru dengan risiko rata-rata yang perusahaan harus harapkan untuk
mempertahankan harga saham. Biaya modal pada dasarnya merupakan biaya modal rata-rata
tertimbang dari biaya modal individual. Untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
WACC : biaya modal rata-rata tertimbang
k_d : biaya utang
w_d : proporsi utang terhadap total dana jangka panjang
k_ps : biaya saham preferen
w_ps : proporsi saham preferen terhadap total dana jangka panjang
k_cs : biaya saham biasa
w_cs : proporsi saham biasa terhadap total dan jangka pendek
Tambahan biaya modal rata-rata tertimbang akibat bertambahnya satu rupiah dana
jangka panjang (baik yang berasal dari utang, saham preferen, dan saham biasa) disebut
sebagai biaya modal marginal (marginal cost of capital/MCC).
Contoh:
Perusahaan manufaktur mempunyai struktur modal sebagaimana berikut (dalam juta rupiah):
Sumber Dana Jumlah Proporsi Biaya
Obligasi Rp. 180,00 30% 7,20%
Saham Preferen Rp. 60,00 10% 10,00%
Saham Biasa Rp. 360,00 60% 14,19%
WACC Rp. 600,00 100% 11,67%
7
Informasi Tambahan: Dividen dibayarkan pada akhir tahun sebesar Rp. 700,00 per lembar.
Harga pasar per lembar Rp. 8.000,00. Tingkat pertumbuhan dividen 5% per tahun. Biaya
utang (obligasi) sebesar 7,2% sudah dipotong pajak. Untuk membiayai investasi barunya,
perusahaan membutuhkan laba ditahan (saham biasa) sebesar Rp. 120 juta. Andaikata
perusahaan ingin tetap mempertahankan proporsi struktur modalnya, maka total modal yang
dibutuhkan haruslah sebesar RP. 200 juta (Rp. 120 juta/0,6).
Apabila modalnya tidak Rp. 200 juta, jumlah laba ditahan (saham biasa) tidak akan
sebesar Rp. 120 juta (jumlah yang dibutuhkan perusahaan). Sekarang perusahaan
membutuhkan total modal lebih dari Rp. 200 juta (misalnya, Rp. 250 juta). Hal itu berarti
bahwa perusahaan harus mempunyai laba ditahan sebesar Rp. 150 juta (0,6 X Rp. 250 juta).
Jumlah laba ditahan yang dimiliki perusahaan hanya berjumlah Rp. 120 juta. Untuk menutup
kekurangannya sebesar Rp. 30 juta, perusahaan harus menerbitkan saham biasa baru. Untuk
menerbitkan saham biasa baru, perusahaan mengeluarkan biaya emisi sebesar 3%. Hal itu
akan berdampak pada meningkatnya biaya saham biasa dan WACC.
K_ncs=(700 (1+5%))/(8.000 (1-3%))+5%=14,47%
Jadi, jika kebutuhan modal melebihi Rp. 200 juta, WACC perusahaan akan naik dari 11,67%
menjadi 11,84%. Dengan kata lain, untuk setiap penambahan Rp. 1,00, WACC akan
meningkat menjadi 11,84%. Inilah yang disebut dengan biaya modal marginal. Adapun titik
patahan, ditunjukkan oleh angka Rp. 200 juta, batas tambahan modal yang menaikkan
WACC dari 11,67% menjadi 11,84%.
8
Perusahaan Ambalat mempunyai struktur modal sebagai berikut: (dalam milyar rupiah)
Sumber Dana Nilai Buku Proporsi Biaya
Obligasi Rp. 320 40% 9%
Saham Preferen Rp. 120 15% 12%
Saham Biasa Rp. 360 45% 16%
Rp. 800 100%
Biaya modal rata-rata tertimbang = 40% (9%) (1-30%) +15% (12%) + 45% (16%) = 11,52%
Titik patahan = 20/0,4 = Rp.50 milyar
Biaya modal marginal = 40% (10%) (1-30%) + 15% (12%) + 45% (16%) = 11,80%
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Biaya modal sering pula disebut sebagai tingkat imbal hasil. Disebut biaya apabila
dipandang dari sudut peminjam dana, disebut imbal hasil apabila dipandang dari sudut pemilik
dana. Per definisi, biaya modal adalah tingkat imbal hasil minimum yang disyaratkan oleh
investor sehingga investor bersedia menanamkan dananya dalam suatu proyek investasi tertentu.
Biaya modal didasari atas asumsi tidak berubahnya risiko bisnis, risiko keuangan dan
rasio dividen terhadap laba bersih. Adapun faktor biaya modal adalah kondisi makroekonomi,
kondisi pasar finansial, risiko bisnis serta risiko keuangan, dan besarnya dana yang dibutuhkan
untuk investasi. Perhitungan biaya modal perlu dilakukan dengan dua langkah. Pertama,
menghitung biaya komponen: biaya utang, biaya saham preferen, biaya laba ditahan (ekuitas
internal), dan biaya saham biasa baru (ekuitas eksternal). Kedua, biaya modal rata-rata
tertimbang, yakni mengalikan dan menjumlahkan setiap biaya komponen dengan proporsinya
masing-masing.
Biaya modal marginal adalah tembahan biaya modal rata-rata tertimbang akibat
bertambahnya satu rupiah dana jangka panjang (baik yang berasal dari utang saham preferen,
maupun saham biasa). Sementara itu, titik patah adalah titik mulai terjadinya perubahan pada
biaya modal rata-rata tertimbang.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://ananalalena.wordpress.com/2015/05/06/biaya-modal/
http://kumpulanliteratur.blogspot.co.id/2011/11/pengertian-dan-komponen-biaya-modal-
coc.html?m=1
http://blogelytekonomi.blogspot.co.id/2008/02/biaya-modal.html?m=1
11