1. Sunan Gresik
Syiekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik beliau juga dikenal dengan sebutan
syiekh Magribi, karena ia diduga berasal dari wilayah Magribi (afrika Utara). Namun, hingga
saat ini tidak diketahui secara pasti sejarah tentang tempat dan tahun kelahirannya. Ia
diperkirakan lahir sekitar pertengahan abad ke-14. Ia berasal dari keluarga muslim yang taat,
dan belajar agama sejak kecil. Meskipun demikian, tidak diketahui siapa gurunya hingga ia
kemudian mejadi seorang ulama.
2. Sunan Ampel
3. Sunan Giri
Nama aslinya adalah Raden Paku. Ia merupakan putra dari Maulan Ishak. Ia sempat
diadopsi oleh Nyai Ageng Pinatih ketika masih bayi dan sempat diberi nama joko Samudro;
karena Raden Paku ditemukan di tengah Selat Bali.
Sunan Giri sempat mondok di Pesantren Ampel Denta milik Sunan Ampel sebelum
memperdalam ilmu di Pasai, tempat Maulana Ishak menyiarkan Islam.
Sekembalinya ke tanah Jawa, Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah Giri. Ia juga banyak
mengirim juru dakwah ke Bawean, bahkan juga ke Lombok, Ternate dan Tidore di Maluku.
4. Sunan Bonang
Cara penyebarannya ialah menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa
yang menggemari Wayang dan Musik Gamelan. Untuk itu, menciptakan gendang-gending
yang memiliki corak keislaman.
Sunan Bonang yang bernama asli Syiekh Maulana Makdum Ibrahim ini pernah belajar agama
di Pesantren Ampel Denta dan di Pasai bersam Sunan Giri. Sekembalinya dari Pasai, ia
memutuskan untuk memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban dengan mendirikan Pesantren.
Ia wafat di Tuban pada tahun 1525.
5. Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Said putra Adipati Tuban yaitu Temenggung
Wilatikto. Ia menciptakan anaka cerita wayang yang bernafaskan islami. Ia juga
menciptakan wayang kulit dan wayang beber. Dan ia juga pencipta dari lagu daerah
Jawa yang berjudul Lir-Ilir.
Sebelum mempelajari agama islam lebih dalam, ia adalah seorang perampok. Namun
yang ia rampok bukanlah rakyat jelata, melainkan para penarik pajak yang meminta
pajak dengan kekerasan dan sangat mencekik kehidupan masyarakat setempat. Ia pun
sempat diusir dari Tuban, dan pergi ke hutan Jatiwangi. Di sana ia dikenal dengan
sebutan Brandal Lokajaya.
6. Sunan Kudus
Ia adalah putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung dari Jipang
Panolan. Untuk melancarkan penyebaran islam, Sunan Kudus membangun sebuah masjid di
daerah Loran pada tahun 1549 M. Masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar.
Wilayah di sekitarnya disebut Kudus, merupakan nama yang diambil dari dari nama Kota al-
Quds (Yarusalem) di Palestina, yang pernah ia kunjungi. Masjid itu kemudian dikenal dengan
nama Masjid Menara Kudus karena di sampingnya terdapat menara tempat duduk masjid.
Sunan Kudus atau Jafar sadiq digelari wali al-ilmi (orang berilmu luas) oleh para wali
songo karena memiliki keahlian khusus dalam bidang agama. Karena keahlian nya itu, ia
banyak didatangi para penuntut ilmu dari berbagai wilayah. Ia juga dipercaya untuk
mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus. Karenanya, ia menjadi pemimpin agama
sekaligus menjadi pemimpin daerah.
7. Sunan Drajad
Nama aslinya adalah Raden Qosim. Ia merupakan putra dari Sunan Ampel dan
Dewi Condrowati. Dalam catatan sejarah Wali Songo, Raden Qosim disebut dengan
seorang wali yang hidupnya paling bersahaja, walaupun dalam urusan dunia ia juga
sangat rajin mencari rezki. Adapun ajaran Sunan Drajad yang terkenal adalah :
Menehono teken marang wong kang wuto.
Menehono mangan marang wong kang luwe.
Menehono busono marang kang mudo.
Menehono ngiyup marang wong kang kudanan.
Terjemahannya sebagai berikut:
Berikanlah tongkat pada orang buta.
Berikanlah makanan pada orang yang lapar.
Berikanlah pakaian pada orang yang telanjang.
Berikanlah tempat berteduh pada orang yang kehujanan.
Ia berdakwah di daerah Drajad dan meninggal di daerah itu juga. Makamnya berada
di desa Drajad, kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.
8. Sunan Muria
Nama aslinya adalah Raden Umar Syaid. Ia adalah putera sunan Kalijaga dan Dewi
Saroh. Ia dikenal sebagai seorang anggota Wali Songo yang mempertahankan kesenian
Gamelan sebagai media dakwah yang ampuh untuk merangkul masyarakat Jawa.
Selain dengan kesenian, ia juga berdakwah dengan cara memadukan adat setempat
dengan warna islami..
9. Sunan Gunung Jati
Nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah. Pada usia 20 tahun dia berguru pada Syiekh di
daratan Timur Tengah. Aetelah selesai menuntut ilmu, pada tahun 1470 dia berangkat ke
tanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya. Istrinya yang pertama adalah Nyai Babadan, wanita
itu dinikahi pada tahun 1471. Dia adalah putri dari Ki Gedeng Babadan.
Perkawinannya dengan Nyai Babadan ini tidak dikaruniai seorang anak pun, lalu pada tahun
1475, ia kawin lagi dengan Nyai Kawungten, adik dari Bupati Banten.
Ia sempat menikah dengan Syarifah Baghdad, yang merupakan adik dari Syiekh
Abdurrahman. Namun dari sekian banyak istrinya, Sunan Gunung Jati pernah menikah
dengan putri cantik dari daratan Cina, Ong Tien.
Sekitar tahun 1479, ia pergi ke Cina. Di sana ia membuka pengobatan sambil berdakwah. Ia
mendapat gelar Maulana Insanul Kamil.