KATA PENGANTAR
Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena nikmat iman dan
ihsan yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas paper tentang Sejarah,
Perkembangan, dan Entitas Akuntansi Keuangan Syariah di Indonesia dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan karena kurangnya pengetahuan serta pengalaman tentang hal ini.
Terima kasih saya haturkan juga kepada rekan rekan yang sudah membantu saya juga kepada Ibu
Dewi selaku dosen Akuntansi Keuangan Syariah yang telah memberikan saya tugas ini.
Saya berharap paper yang kurang dari kata sempurna ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai Akuntansi Keuangan Syariah. Saya
sadar bahwa paper ini jauh dari kata sempurna maka saya berharap untuk pengkoreksian agar
kedepannya saya lebih baik lagi mengingat tidak ada suatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga paper sederhana ini dapat dipahami bagi yang membacanya. Setidaknya paper ini
dapat berguna bagi saya sendiri maupun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan atau kata kata yang kurang berkenan dan sekali lagi saya mohon untuk
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kedepannya.
Mahmidah Aulia
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
a. LATAR
BELAKANG........................................................ 3
b. TUJUAN....................................................................
.... 3
II. PEMBAHASAN
a. PRINSIP DASAR AKUNTANSI
ISLAM........................ 4-6
b. PRINSIP DASAR AKUNTANSI
KONVENSIONAL....... 6-7
c. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN AKUNTANSI
ISLAM DAN AKUNTANSI
KONVENSIONAL.....................................................
7-10
d. PERKEMBANGAN TEORI DAN PRAKTEK
AKUNTANSI ISLAM 10-13
III. KESIMPULAN.............................................................
..... 14
IV.REFERENSI..................................................................
..... 15
BAB I PENDAHULUAN
Mengkaji sistem ekonomi islam, tidak pernah lepas dari membandingkan dengan sistem ekonomi
konvensional yang saat ini hampir menguasai seluruh sistem ekonomi dunia sejak ratusan tahun yang lalu
sampai dengan sekarang sekarang. Pada prakteknya, sistem ekonomi islam dewasa ini masih tidak bisa
dilepaskan sepenuhnya dari pengaruh faktor sistem ekonomi konvensional.
Walaupun sistem ekonomi islam sudah ada sejak islam datang, yakni bersama dengan kedatangan Al
Quran pada tahun 610 M, jadi 800 tahun lebih dahulu dari akuntansi konvensional. Hal ini terlihat berdasarkan
sejarah akuntansi konvensional yang diketahui awam dan terdapat dalam berbagai buku Teori Akuntansi,
disebutkan akuntansi muncul di Italia pada abad ke-13 yang lahir dari tangan seorang Pendeta Italia bernama
Luca Pacioli pada tahun 1494. Beliau menulis buku Summa de Arithmatica Geometria et
Propotionalita dengan memuat satu bab mengenai Double Entry Accounting System.
Namun dalam perkembangan jaman, dunia lebih dikuasai oleh praktek-praktek ekonomi
konvensional. Sehingga sistem ekonomi islam yang mulai bangkit kembali di abad ini dalam prakteknya lebih
kepada menyempurnakan/mengkontruksi system yang telah ada menuju kepada nilai-nilai islam, yang
merujuk pada Al Quran & Al Hadis.
Dalam system ekonomi islam pun demikian, pada praktek dan teknisnya tidak terbebas dari pengaruh
konvensional. Dalam makalah ini akan dikaji prinsip dasar akuntansi konvensional, prinsip dasar akuntansi
islam, perbedaan diantara keduanya dan bagaimana teori dan praktek akuntansi islam terbentuk sampai
dengan perkembangannya sekarang ini.
BAB II PEMBAHASAN
Kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan dasar-dasar hukum yang
baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan
oleh seorang Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun
penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah Nabawiyyah, Ijma (kespakatan para
ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa tertentu), dan Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan
dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari
kaidah Akuntansi Konvensional.Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat
islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan
Akuntansi tersebut.
Dalam Akuntansi Islam ada meta rule yang berasal diluar konsep akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu hukum
Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan manusia, dan Akuntansi Islam sesuai dengan
kecenderungan manusia yaitu haniefyang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung
jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan mempertanggungjawab
kan tindakannya di hadapan Tuhan yang memiliki Akuntan sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua
tindakan manusia bukan saja pada bidang ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan pelaksanaan hukum Syariah
lainnya.
2. Prinsip Keadilan
Dalam konteks akuntansi, menegaskan, kata adil dalam ayat 282 surat Al-
Baqarah, secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang
dilakukan oleh perusahan harus dicatat dengan benar. Dengan kata lain
tidak ada window dressing dalam praktik akuntansi perusahaan.
3. Prinsip Kebenaran
Dalam akuntansi selalu dihadapkan pada masalah pengakuan &
pengukuran laporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik
apabila dilandaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini akan dapat
menciptakan nilai keadilan dalam mengakui, mengukur, dan melaporkan
tansaksi-transaksi dalam ekonomi.
Dari catatan sejarah islam, praktek-praktek akuntansi islam telah diterapkan pada jaman Rasulullah SAW,
tepatnya setelah terbentuknya Daulah Islamiah di Madinah dan diteruskan pula oleh para Khulafaur
Rasyidin. Pada masa itu dibentuk undang-undang akuntansi yang diterapkan untuk perorangan, perserikatan
(syarikah) atau perusahaan, akuntansi wakaf, hak-hak pelarangan penggunaan harta (hijr), dan anggaran
negara.
Rasulullah SAW sendiri pada masa hidupnya juga telah mendidik secara khusus beberapa sahabat untuk
menangani profesi akuntan dengan sebutan hafazhatul amwal (pengawas keuangan). Bahkan Al Quran
sebagai kitab suci umat Islam menganggap masalah ini sebagai suatu masalah serius dengan diturunkannya
ayat terpanjang , yakni surah Al-Baqarah ayat 282 yang menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan transaksi, dasar-
dasarnya, dan manfaat-manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh kaidah-kaidah hukum yang harus
dipedomani dalam hal tersebut.
Akuntansi adalah ilmu informasi yang mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara
melakukan pengukuran atas berbagai transaksi dan akibatnya yang dikelompokkan dalam account, perkiraan
atau pos keuangan seperti aktiva, utang, modal, hasil, biaya, dan laba.
Jika dibandingkan dengan penjelasan dalam Al Quran, kita harus mengukur secara adil, jangan dilebihkan dan
jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi
orang lain kita menguranginya. Dalam hal ini, Al Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam
surah Asy-Syuara ayat 181-184 yang berbunyi:
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah
dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah
kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah
menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.
Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Umer Chapra juga menyangkut
pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib
mengukur kekayaan secara benar dan adil. Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang
disusun dari bukti-bukti yang ada dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang
diangkat atau ditunjuk sebelumnya.
Manajemen bisa melakukan apa saja dalam menyajikan laporan sesuai dengan motivasi dan kepentingannya,
sehingga secara logis dikhawatirkan dia akan membonceng kepentingannya. Untuk itu diperlukan Akuntan
Independen yang melakukan pemeriksaaan atas laporan beserta bukti-buktinya. Metode, teknik, dan strategi
pemeriksaan ini dipelajari dan dijelaskan dalam Ilmu Auditing.
Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut tabayyun sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-Hujuraat ayat
6 yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita harus menyempurnakan pengukuran di atas
dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa ayat 35
yang berbunyi:
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah
yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Jadi, dapat kita simpulkan dari uraian di atas, bahwa konsep Akuntansi Islam jauh lebih dahulu dari konsep
Akuntansi Konvensional, dan bahkan Islam telah membuat serangkaian kaidah yang belum terpikirkan oleh
pakar-pakar Akuntansi Konvensional. Sebagaimana yang terjadi juga pada berbagai ilmu pengetahuan lainnya,
yang ternyata sudah diindikasikan melalui wahyu Allah dalam Al Quran.
Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS.An-Nahl/ 16:89)
Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris,
transendental, dan teologis. Dengan akuntansi syariah, realitas sosial yang dibangun mengandung nilai tauhid
dan ketundukan kepada ketentuan Allah SWT.
Akuntansi kapitalis dibangun berdasarkan landasan pikir sekuler terkonstruksi sebagai ilmu yang bebas nilai (
Value Free ), sehingga satu-satunya landasannya adalah rasional tanpa memiliki dimensi teologis ketauhidan
serta moral. Akuntansi yang dibangun pada ranah peradaban ekonomi kapitalis lahir sebagai perangkat
konstruktif peradaban tersebut. Seluruh dimensi penyajian laporan keuangan selalu mencerminkan kebutuhan
dan kepentingan stockholder sesuai dengan filosofi induk yang melahirkannya, hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan Karl Max bahwa akuntansi kapitalis hanya merupakan legalisasi kaum kapitalis untuk tetap eksis.
Trueblood Committee ( Harahap, 2001, h. 92 ), menyampaikan kritik terhadap akuntansi konvensional sebagai
berikut :
3. Dalam akuntansi sering digunakan metode dari beberapa metode yang sama-sama
diterima yang menghasilkan laporan dan informasi berbeda.
4. Akuntansi menekankan pada laporan keuangan yang bersifat umum yang dapat
digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak padahal
pemakaiannya yang sebenarnya memiliki perbedaan kepentingan.
6. Diakui bahwa laporan keuangan yang sekarang tidak menggambarkan likuiditas dan
arus kas.
7. Perubahan dalam daya beli uang jelas ada, namun hal ini tidak tergambarkan dalam
laporan keuangan.
8. Konsep materiality merupakan konsep pelaporan. Batasan terhadap istilah ini agak
abu-abu.
Terdapat kesalahan perspektif filosofis di kalangan akuntan terhadap pengertian bukti atau Evidential
Matters. Evidential Matters dimarjinalisasi pengertiannya menjadi hanya bukti formal, seharusnya selain
memeriksa bukti-bukti formal, legal dan wajar tetapi harus berdasarkan keyakinan substansi professional yang
dimiliki seorang akuntan di bentengi dengan etika profesi (Bambang Sudibyo, 2002).
Kwik Gian Gie sering sekali menyatakan dalam berbagai media bahwa profesi akuntan hanya memperhatikan
bukti formal bukan substansial, sehingga opini akuntan publik baginya tidak berguna sama sekali dalam menilai
keadaan keuangan perusahaan.
( Harahap, 2001, h. 102).
Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan
keuangan.
Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara
lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
a. Akuntansi konvensional
Konsep modal pokok (capital) belum ditentukan, sehingga cara menentukan nilai/harga
untuk melindungi modal pokok sering berbeda pendapat
Modal terbagi 2, yakni modal tetap (aktiva tetap) dan modal yg beredar (aktiva lancar)
Menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal pokok, transaksi,
juga uang dari sumber yg haram
Laba hanya ada ketika adanya jual beli
b. Akuntansi Islam
Konsep modal pokok dalam islam berdasarkan nilai tukar yang berlaku, dengan tujuan
melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di masa yg akan datang dlm
ruang lingkup perusahaan yg kontinuitas
Barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang
(stock), dst barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang
Mata uang (emas, perak, dll) bukan tujuan segalanya, melainkan hanya sebagai
perantara utk pengukuran & penentuan nilai/harga (sebagai sumber harga/nilai)
Membedakan laba dari aktivitas pokok dan laba yg berasal dari capital/modal pokok
dengan yang berasal dari transaksi dan wajib menjelaskan pendapatan dari sumber yang
haram jika ada, serta berusaha menghindari & menyalurkan pada tempat-tempat yg tlh
ditentukan oleh para ulama fiqh
Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra usaha/dicampurkan pada
pokok modal
Laba akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik
yg telah terjual/belum. Akan tetapi jual beli adalah suatu keharusan utk menyatakan
laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.
Dengan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan antara sistem Akuntansi Syariah Islam dengan Akuntansi
Konvensional adalah menyentuh soal-soal inti dan pokok, sedangkan segi persamaannya hanya bersifat
aksiomatis.
Dimulai pada persamaaan akuntansi bank syariah yaitu aktiva=kewajiban+investasi tidak
terikat+ekuitas sedangkan pada bank konvensional yaitu aktiva=utang+modal disini terlihat
ada penambahan investasi tidak terikat yang berupa dana investasi tidak terikat(mudharabah
muthiaqah) terdiri dari tabungan mudharobah dan deposito mudharobah
Pos pada bank syariah pada akun piutang jual beli terdiri dari piutang murabahah,piutang
salam, piutang isthisna,piutang qardh sedangkan pada bank konvensional nama akunnya
piutang dagang.
musyarakah 3. Equity
Pada bank konvensional tidak ada pinjaman qard yaitu pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau dimita kembali,meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan dan bukan
transaksi komersial.
Terdapat distribusi bagi hasil karena tujuan bank syariah berdasarkan bagi hasil,jual belidan
sewa.
Pada laporan laba rugi bank sayriah vs konvensional terdapat perbedaan yaitu
Bank konvensional Bank syariah
1.Pendapatan bunga bersih pendapatan operasional kegiatan syariah
4.Pendapatan non operasional bagi hasil untuk investor dana tidak terikat
Laba(rugi) opersaional
Laba bersih
Realitas akuntansi modern yang dibangun dengan nilai-nilai egoistik, materialistik dan utilitarian, menjadi
belenggu bagi manusia modern untuk menemukan jati dirinya dan Tuhan.
Bagi kalangan masyarakat muslim, Tuhan menjadi tujuan akhir dan menjadi tujuan puncak kehidupan manusia.
Akuntansi syariah,hadir untuk melakukan dekonstruksi terhadap akuntansi modern. Melalui epistemologi
berpasangan, akuntansi syariah berusaha memberikan kontribusi bagi akuntansi sebagai instrumen bisnis
sekaligus menunjang penemuan hakikat diri dan tujuan hidup manusia.
Versi Pertama:
Akuntansi syariah memformulasikan tujuan dasar laporan keuangannya untuk memberikan informasi dan
media untuk akuntabilitas. Informasi yang terdapat dalam akuntansi syariah merupakan informasi materi baik
mengenai keuangan maupun nonkeuangan, serta informasi nonmateri seperti aktiva mental dan aktiva
spiritual. Contoh aktiva spiritual adalah ketakwaan, sementara aktiva mental adalah akhlak yang baik dari
semua jajaran manajemen dan seluruh karyawan.
Sebagai media untuk akuntabilitas, akuntansi syariah memiliki dua macam akuntabilitas yaitu akuntabilitas
horisontal, dan akuntabilitas vertikal. Akuntabilitas horisontal berkaitan dengan akuntabilitas kepada manusia
dan alam, sementara akuntabilitas vertikal adalah akuntabilitas kepada Sang Pencipta Alam Semesta.
Versi Kedua:
Tujuan dasar laporan keuangan syariah adalah: memberikan informasi, memberikan rasa damai, kasih dan
sayang, serta menstimulasi bangkitnya kesadaran keTuhanan. Ketiga tujuan ini, merefleksikan secara berturut-
turut dunia materi, mental, dan spiritual. Tujuan pertama secara khusus hanya menginformasikan dunia materi
baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Tujuan kedua membutuhkan bentuk laporan yang secara
khusus menyajikan dunia mental yakni rasa damai, kasih dan sayang.
Selanjutnya tujuan ketiga, disajikan dalam wadah laporan yang khusus menyajikan informasi kebangkitan
kesadaran keTuhanan.
Pendekatan dalam perumusan sistem ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Accounting and Auditing
Standards for Islamic Financial Institution (AAOIFI) yaitu :
2. Memulai dari tujuan yang ditetapkan oleh teori akuntansi kapitalis kemudian
mengujinya menurut hukum syariah, menerima hal-hal yang konsisten dengan hukum
syariah dan menolak hal-hal yang bertentangan dengan syariah.
Diantara tujuan syariat Islam ialah menjaga dan mengembangkannya melalui jalur-jalur yang syari, untuk
merealisasikan fungsinya dalam kehidupan perekonomian serta membantu memakmurkan bumi dan
pengabdian kepada Allah SWT. Sumber-sumber hukum Islam telah mencukup kaidah-kaidah yang mengatur
pemeliharaan terhadap modal pokok (kapital). Prinsip-Prinsip Akuntansi pada Modal Pokok yang terpenting
diantaranya sebagai berikut.
2. Mutaqawwim (Bernilai)
Modal itu harus bernilai, artinya dapat dimanfaatkan secara syari. Jadi, harta-harta
yang tidak mengandung nilai tidak termasuk dalam wilayah akuntansi yang sedang
dibicarakan, seperti khamar, daging babi, dan alat-alat perjudian.
Di suatu negara yang berhukum kepada hukum Islam, tidak boleh masuk kedalam
keuangannya atau keuangan masyarakatnya yang muslim jenis-jenis harta yang tidak
boleh dimafaatkan secara syari. Jika didapati, harus disita dan menghukum orang-
orang Islam yang memilikinya.
Adapun yang dimaksud dengan selamatnya modal hakiki ialah selamat dari julah, unit-unit materinya, dan
daya tukar barang, bukan dari segi unit-unit uangnya dan juga bukan dari segi daya beli secara umum. Prinsip
ini adalah hasil bahasan seorang peneliti konsep akuntansi Islam dalam tesis magisternya yang berjudul
Perhitungan terhadap Modak antara konsep Akuntansi Islam Modern. Dia menjelaskan kelebihan konnsep
akuntansi Islam yang lebih dahulu menyelesaikan problem pemeliharaan terhadap modal hakiki. Hukum-
hukum Isla juga mengandung kaidah-kaidah pengukuran yang dapat merealisasikannya.
Hukum Islam juga meangadung apa yang kita bahas, yang diantaranya tentang penentuan harga berdasarkan
nilai yang berlaku di pasar bebas yang jauh dari tipu muslihat, monopoli, dan semua jenis jual beli yang
dilarang syari, yang menyebabkan memakan harta orang lain secara batil. Pendapat ahli tafsir dan ulama fiqih
tentang pemeliharaan modal (rasul-maal) hakiki.
1. Imam ar-Razi berkata, Yang diinginkan oleh seorang saudagar dari usahannya ialah
dua hal: keselamatan modal dan laba.
3. Ibnu Qudamah berkata, laba itu ialah hasil pemeliharaan terhadap modal.
4. At-habari berkata. orang yang beruntung dalam perdagangannya ialah orang yang
menukar barang yang dimilikinya dengan suatu tukaran yang lebih berharga dari
barangnya semula.
c. Prinsip Perhitungan Laba dalam Akuntansi Islam
Diantara tujuan dagang yang terpenting ialah meraih laba, yang merupakan cerminan pertumbuhan harta.
Laba ini muncul dari proses pemutaran modal dan pengopersiannya dalam aksi-aksi dagang dan moneter.
Islam sangat mendorong pendayagunaan harta/modal yang melarang menyimapnnya sehingga tidak habis
sdimakan zakat, sehingga harta itu dapat merealisasikan peranannya dalam aktivitas ekonomi. Di dalam Islam,
laba mempunyai pengertian khusus sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama-ulama salaf dan khalaf. Dalam
bahasa Arab, laba berarti pertumbuhan dalam dagang
Dari pengertian laba secara bahasa atau menurut Al-Quran, As-Sunnah, dan pendapat ulama-ulama fiqih
dapat kita simpulkan bahwa laba ialah pertambahan pada modal pokok perdagangan atau dapat juga
dikatakan sebagai tambahan nilai yang timbul karena barter atau ekpedisi dagang.
Perkembangan dan perubahan bentuk industri tidak diikuti secara pararel oleh ilmu akuntansi konvensional,
pencatatan hanya dilakukan pada aktiva berwujud saja, sedangkan industri pada masa kini besar dengan assets
berupa aktiva tak berwujud seperti paten, goodwill, lisensi, hak cipta, internet, website, software dan
sebagainya. Itulah salah satu keterbatasan akuntansi konvensional pada saat ini, tidak mampu menghitung
assets yang diluar kalkulasi material.
Tidak demikian dengan Akuntansi Islam yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika dan berpedoman pada Al
Quran dan Al Hadis. Dalam sistem tersebut, kegiatan identifikasi, klarifikasi, dan pelaporan dan mengambil
keputusan ekonomi harus berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum
(Kezaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang haram dan membahayakan.
Dengan system yang dianut tersebut, Akuntansi Islam justru pada perkembangannya saat ini menunjukkan
kinerja yang lebih baik dari sistem akuntansi lainnya.
REFERENSI
1. http://ekonomisyariah.universitasazzahra.ac.id/prinsip-prinsip-dasar-akuntansi-
konvensional-dan-prinsip-prinsip-dasar-akuntansi-islam-dalam-rumusan-teori-dan-
praktek-akuntansi-islam/
2. http://rinaldy-tuhumury.blogspot.co.id/2012/10/perbedaan-laporan-keuangan-bank-
syariah.html
3. https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/PSAK-1-Penyajian-Laporan-Keuangan-
Revisi-2013-01062015.pptx
4. http://keuangansyariah.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/Oenpad-Laporan-
Keuangan-Bank-Syariah-280311.ppt