N. GREGORY MANKIW
BAB 9
Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Tiga Model Penawaran Agregat
Ketika kelas-kelas dalam ilmu fisika mempelajari tentang bola yang digelindingkan di bidang
miring, mereka sering memulainya dengan mengasumsikan ketiadaan friksi. Asumsi tersebut
menyederhanakan masalah dan berguna dalam berbagai keadaan, tetapi tidak ada insinyur
hebat yang 1-nenggunakan asurnsi ini sebagai uraian tertulis tentang bagaimana dunia
sesungguhnya bekerja. Demikian pula, buku ini dimulai dengan teori makroekonomi klasik,
tetapi akan menjadi sebuah kesalahan jika kita mengasumsikan bahwa model ini benar untuk
semua kondisi. Tugas kita sekarang adalah mempelajari lebih dalam tentang "friksi" dari ilmu
makroekonorni.
Meskipun masing-masing dari ketiga model itu membawa kita pada jalur teoritis yang
berbeda, setiap jalur berakhir pada tempat yang lama. Persinggahan akhir itu adalah
persamaan penawaran agregat jangka pendek dalam bentuk
Y = Y + (P Pe), >0,
di mana Y adalah output, Y adalah tingkat output alami, P adalah tingkat harga, danPe adalah
tingkat harga yang diharapkan. Persamaan ini menyatakan bahwa output menyimpang dari
tingkat alamiah, bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diperkirakan.
Parameter menunjukkan berapa banyak output merespons terhadap perubahan yang tidak
arapkan dalam tingkat harga; 1/ adalah kemiringan dari kurva penawaran agregat.
Model Harga-Kaku
Penjelasan pertama kita tentang mengapa kurva penawaran agregat jangka pendek
miring ke atas, disebut sebagai model harga kaku (sticky price model). Model ini
memungkinkan bahwa perusahaan tidak secara instan menyesuaikan harga yang mereka
tetapkan sebagai respons terhadap perubahan permintaan. Kadang-kadang harga ditetapkan
oleh kontrak jangka panjang antara perusahaan dan pelanggan bahkan tanpa kesepakatan
formal, perusahaan bisa mempertahankan harga agar tidak merepotkan pelanggantetap
mereka dengan sering berubahnya harga. Beberapa harga sulit berubah karena struktur pasar:
begitu perusahaan mencetak dan mendistribusikan katalog atau daftar harganya, mengubah
harga akan membuutuhkan biaya besar
Untuk melihat bagaimana kekakuan harga bisa membantu: menjelaskan kurva
penawaran agregat yang miring ke atas, pertama-tama kita perhatikan keputusan penetapan
harga dari tiap-tiap perusahaan dan kemudian menyatukan keputusan dari banyak perusahaan
untuk menjelaskan perilaku perekonomian secara keseluruhan. Ingatlah bahwa model ini
mendorong kita untuk mengabaikan asumsi persaingan senipurna, yang kita gunakan sejak
Bab 3. Perusahaan-perusahaan persaingan secara sempurna adalah penerima harga (price
takers) bukan penentu harga (price setters). Jika kita ingin memperhatikan bagaimana
perusahaan menetapkan harga, adalah wajar untuk mengasumsikan bahwa perusahaan ini
setidaknya mempunyai kendali nionopoli atas harga-harga yang mereka tetapkan.
Perhatikanlah keputusan penetapan harga yang dihadapi perusahaan tipikal. Harga
yang diinginkan perusahaan P tergantung pada dua variabel makroekonomi:
Tingkat harga keseluruhan P. Tingkat harga yang lebih tinggi menunjukkan bahwa biaya
perusahaan lebih tinggi. Jadi, semakin tinggi tingkat harga keseluruhan, semakin besar harga
yang akan dibebankan perusahaan atas produknya.
Tingkat pendapatan agregat Y. Tingkat pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan pern-
tintaan terhadap produk perusahaan. Karena biaya niaginal naik pada tingkat produksi yang
lebih tinggi, semakin besar permintaan, semakin tinggi harga yang diinginkan perusahaan.
Kita menulis harga yang diinginkan perusahaan sebagai
p = P + (Y Y).
Persamaan ini menyatakan bahwa harga yang diinginkan p tergantung pada tingkat harga
keseluruhan P dan pada tingkat output agregat relatif terhadap tingkat alainiah Y Y.
Parameter (yang lebih besar dari nol) mengukur berapa besar harga yang diinginkan
perusahaan untuk menanggapi tingkat output agregat.
Sekarang asumsikanlah bahwa ada dua jenis perusahaan. Sebagian memiliki harga
yang fleksibel: perusahaan ini selalu menetapkan harga menurut persamaan ini. Sebagian lain
memiliki harga yang kaku: perusahaan ini mencamtumkan harga berdasarkan kondisi
perekonomian yang mereka harapkan. Perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga
yang mengacu pada
p = Pe + (Ye Ye),
dimana sebagaimana sebelumnya, huruf kecil "e" Menunjukannilai yang diharapkan dari
sebuah variabel. Untuk mempermudah, asumsikanlah bahwa perusahaan mengharapkan
output berada dalam tingkat alamiah, sehingga (Ye Ye) adalah nol.kemudian perusahaan
ini ,menetapkan harga
p = Pe
Artinya, perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga berdasarkan prediksi bahwa
perusahaan-perusahaan lain menetapkan harga yang sama.
Kita bisa menggunakan kaidah penetapan harga dari dua kelompok perusahaan untuk
menderivasi persamaan penawaran agregat. Untuk melakukan hal ini, kita mendapatkan
tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian, yang merupakan rata-rata tertimbang dari
harga yang ditetapkan oleh kedua kelompok perusahaan tersebut. jika sadalah fraksi
perusahaan dengan harga kaku dan (1 s) adalah fraksi dengan harga fleksibel, maka tingkat
harga keseluruhan adalah
P = sPe + (1 - s)[P + a(Y Y)].
Simbol pertarna adalah harga dari perusahaan dengan harga-kaku yang ditimbang menurut
fraksinya dalam perekonomian, dan simbol kedua adalah harga dari perusahaan dengan harga
fleksibel yang ditimbang menurut fraksinya. Sekarang kurangi (1 s)P dari kedua sisi
persamaan ini untuk mendapatkan
sP = sPe + (1 s) [(Y Y)].
Bagilah kedua sisi dengan s untuk mencari tingkat harga keseluruhan:
P = Pe + [(1 s) /s](Y Y).
Kedua simbol dalam persamaan ini dijelaskan sebagai berikut:
Bila mengharapkan tingkat harga yang tinggi, perusahaan mengharapkan biaya yang
tinggi. Perusahaan yang memberlakukan harga tetap pada akhimya menetapkan harga yang
tinggi. Harga yang tinggi ini menyebabkan perusahaan lain menetapkan harga yang juga
tinggi. jadi, tingkat harga tinggi yang diharapkan Pemenyebabkan tingkat harga aktual P yang
tinggi.
Ketika output tinggi, permintaan terhadap barang juga tinggi. Perusahaan-perusahaan
dengan harga fleksibel menetapkan harga yang tinggi, yang menyebabkan tingkat harga
menjadi tinggi. Darnpak output terhadap tingkat harga tergantung pada proporsi perusahaan
dengan harga fleksibel,
jadi, tingkat harga keseluruhan tergantung pada tingkat harga yang diharapkan dan pada
tingkat output.
Manipulasi aljabar ini membentuk persamaan penetapan harga agregat menjadi rumus
yang lebih kita kenal
Y = Y + (P Pe),
di mana = s/[l -s)]. Model harga kaku menyatakan bahwa penyimpangan output dari
tingkat alamiah secara positif berkaitan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat
harga yang diharapkan.
Persamaan ini menunjukan Upah rill menyimpang dari targetnya jika tingkat harga
tingkat harga aktual berbeda dari tingkat harga yang diharapkan. Ketika tingkat targa aktual
lebilih besar dari yang diharapkan, Upah rill lebih kecil dari targetnya; ketika tingkat harga
aktual kurang dari yang diharapkan, Upah riil lebih besar dari targetnya.
Asumsi akhir dari model Upah kaku (sticky wage model) adalah bahwa kesempatan
kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diminta perusahaan. Dengan kata lain, tawar-
menawar antara pekerja dan perusahaan tidak menentukan tingkat kesempatan kerja untuk
selanjutnya; kecuali bila, para pekerja sepakat untuk memberikan tenaga kerja sebanyak yang
ingin dipekedakan oleh perusahaan pada tingkat upah yang telah ditetapkan sebelumnya. Kita
menggambarkan keputusan penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan dengan fungsi
permintaan tenaga kerja
L = Ld (W/P),
yang menyatakan bahwa semakin rendah upah riil, semakin banyak tenaga kerja yang
digunakan perusahaan. Kurva permintaan tenaga kerja ditunjukkan pada bagian (a) Gambar
13-1. Output ditentukan oleh fungsi produksi
Y = F(L),
yang rnenyatakan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin banyak
output diproduksi. Hal ini ditunjukkan pada bagian (b) Gambar 13-1.
Bagian (c) dari Gambar 13-1 menunjukkan kurva penawaran agregat. Karena upah
nominal adalah kaku, perubahan yang tidak diharapkan dalam tingkat harga menjauhkan
upah riil dari upah riil target, dan perubahan Upah riil ini mempengaruhi jumlah tenaga kerja
yang digunakan serta output yang diproduksi. Kurva penawaran agregat bisa ditulis sebagai
Y = + (P Pe).
Output menyimpang dari tingkat alamiahnya bila tingkat harga menyimpang dari tingkat
harga yang diharapkan.
= +(1-)(Y Y) + v.
Ketiga, untuk beralih dari output ke pengangguran, ingatlah dari Bab 9 bahwa hukum Okun
memberikan hubungan antara dua variabel ini. Satu versi dari hukum Okun nienyatakan
bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah berbanding terbalik dengan penyimpangan
pengangguran dari tingkat alamiah; yaitu, bila output lebih tinggi dari tingkat output alamiah,
pengangguran lebih rendah daripada tingkat pengangguran alamiah. Kira bisa menulisnya
sebagai
(1/) (Y Y) = - (u ue).
Dengan menggunakan hubungan hukum Okun ini, kita bisa mensubstitusi - (u- u") untuk
(1/) (Y Y) dalam persamaan sebelumnya untuk mendapatkan:
e - (u ue) + v
jadi, kita bisa menderivasi persamaan kurva Phillips dari persamaan penawaran agregat.
Seluruh proses aljabar ini menunjukkan satu hal: persamaan kurva Phillips dan
persamaan penawaran agregat jangka pendek pada dasarnya menunjukkan gagasan
makroekonomi yang sama. Lebih jelasnya, kedua persamaan itu menunjukkan hubungan
antara variabel riil dan nominal yang menyebabkan dikotomi klasik tidak berlaku dalam
jangka pendek. Menurut persamaan penawaran agregat jangka pendek,output terkait dengan
pergerakan yang tidak diharapkan dalam tingkat harga. Menurut persamaan kurva
philips,pengangguran terkait dengan pergerakan yang tidak diharapkan dalam tingkat
inflasi.kurva penawaran agregat lebih tepat ketika mempelajari pengangguran dan
inflasi.namun kita tidak boleh melupakan fakta bahwa kurva philips dan kurva penawaran
agregat hanyalah dua sisi dari mata uang yang sama.
t=1
t=
t=0
AS jangka pendek
t=1
AD
t=0
Y
Y
(a) (b)
+1 = [1 + (( )] (1)
Dimana +1 adalah tingkat harga periode berikutnya, ialah harga sekarang, dan adalah
output potensial.
Perhatikan bahwa Gambar 6-1 a dan b merupakan deskripsi alternatif dari proses
yang sama (a) mengilustrasikan pergerakan harga dinamis dan (b) menunjukkan gambaran
setelah sekian waktu tertentu berlalu. Sebagai contoh,garis hitam putus putus
mencerminkan efek komulatif pergerakan harga setelah kira kira satu tahun.
KURVA PHILIPS
Pasar tenaga kerja tidak menyesuaikan diri dengan cepat terhadap gangguan. Malah, proses
penyesuaian membutuhkan waktu. Kurva phillips menunjukkan bahwa upah nominal berubah
perlahan sesuai dengan tingkat pengangguran. Upah cenderung meningkat ketika lapangan
pekerjaan tinggi dan turun ketika lapangan pekerjaan rendah.
Ekspektasi inflasi dibangun kedalam kurva phillips. Ketika inflasi aktual sama dengan
ekspektasi inflasi, perekonomian berada pada tingkat alamiah pengangguran.ekspektasi
inflasi berubah setiap saat yang mencerminkan tingkat inflasi yang sedang berjalan.
Stagflasi terjadi ketika terdapat resesi terjadi bersamaan dengan tingkat inflasi yang tinggi.
Yaitu, stagflasi terjadi ketika perekonomian bergerak ke kanan sepanjang kurva phillips yang
mengandung komponen ekspektasi inflasi yang substansial.
Kurva phillips jangka pendek berbentuk datar. Satu poin tambahan pengangguran
mengurangi inflasi hanya sebesar setengah poin.
Teori rational expectation berpendapat bahwa kurva penawaran agregat akan bergeser
dengan cepat sebagai respon untuk mengantisipasi perubahan permintaan egregat, sehingga
output akan berubah relatif kecil.
Friksi yang timbul ketika pekerja memasuki pasar kerja dan mencari pekerjaan atau pindah
antar pekerjaan menandakan selalu terjadinya pengangguran friksional. Jumlah pengangguran
friksional yang terjadi pada tingkat full employment dari pengangguran adalah tingkat
pengangguran alamiah.
Teori penawaran agregat belum kuat berpijak. Beberapa penjelasan telah dikemukakan untuk
kenyataan mendasar bahwa pasar tenaga kerja tidak menyesuaikan diri dengan cepat terhadap
pergeseran permintaan agregat: pendekatan imperfect-information-market-clearing; masalah-
masalah koordinasi; upah efisiensi dan biaya dari perubahan harga;dan kontrak dan hubungan
jangka panjang antara perusahaan dan pekerja.
Dalam menyajikan kurva penawaran pada bab ini, kami menekankan hubungan jangka
panjang antara perusahaan dan pekerja dan kenyataan bahwa upah umumnya cenderung tetap
selama beberapa periode, misalnya tahunan. Kami juga melihat kenyataan bahwa perubahan
harga tidak terkoordinasi antar perusahaan.
Kurva penawaran agregat jangka pendek diturunkan dari kurva phillips dengan empat
langkah: output diasumsikan proporsional terhadap lapangan pekerjaan; harga ditentukan
sebagai markup dari biaya; upah merupakan elemen utama dalam biaya dan menyesuaikan
diri berdasarkan kurva phillips; dan hubungan kurva phillips antara upah dan pengangguran
ditransformasikan ke dalam hubungan antara tingkat harga dan output.
Kurva penawaran agregat jangka pedek dapat berubah setiap saat. Jika output di atas (bawah)
tingkat full employment periode ini, kurva penawaran agregat bergerak naik (turun) pada
periode berikutnya.
Pergeseran kurva permintaan agregat menaikkan tingkat harga dan output kenaikan output
dan tena kerja menaikkan upah dalam periode berjalan. Dampak penuh dari perubahan
penawaran agregat pada harga hanya terjadi pada saat perubahan itu terjadi. Tingkat tenaga
kerja tinggi menciptakan kenaikan upah yang memicu kenaikan harga. Seiring upah
menyesuaikan diri, kurva penawaran agregat bergeser hingga perekonomian kembali ke
kondisi keseimbangan.
Kurva penawaran agregat diturunkan berdasarkan asumsi bahwa upah (harga) tidak
menyesuaikan diri terus menerus dan tidak menyesuaikan diri secara bersamaan. Slope positif
dari kurva penawaran agregat merupakan akibat dari beberapa upah yang menyesuaikan diri
sebagai respon dari kondisi pasar dan tingkat upah yang disepakati sebelumnya yang
kemudian menjadi berpengaruh seiring perubahan lapangan kerja. Pergerakan lambat dari
kurva penawaran merupakan akibat dari proses penyesuaian upah dan harga yang lambat dan
tidak terkoordinasi.
Harga bahan baku seiring dengan upah merupajkan penentu biaya dan harga. Perubahan
harga bayan baku terjadi seiring perubahan dalam harga karena seringnya perubahan dalam
upah riil. Perubahan harga bahan baku adalah sumber utama bagi guncangan penawaran
agregat.
GUNCANGAN PENAWARAN
Guncangan penawaran menimbulkan masalah yang sulit bagi kebijakan ekonomi. Guncangan
penawaran dapat diakomodasi melalui kebijakan permintaan agregat ekpansif, dengan
kenaikan harga namun output yang stabil. Alternatifnya, guncangan penawaran dapat
diimbangi dengan kebijakan penawaran agregat deflasioner, dengan harga yang stabil namun
output lebih rendah.
Guncangan penawaran yang diinginkan dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang cepat
pada akhir abad 21. Kebijakan permintaan agregat yang elegan dalam kehadiran guncangan
penawaran yang diinginkan dapat menghasilkan pertumbuhan yang tinggi dengan inflasi
yang rendah.