Anda di halaman 1dari 13

Resume

N. GREGORY MANKIW
BAB 9
Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Tiga Model Penawaran Agregat
Ketika kelas-kelas dalam ilmu fisika mempelajari tentang bola yang digelindingkan di bidang
miring, mereka sering memulainya dengan mengasumsikan ketiadaan friksi. Asumsi tersebut
menyederhanakan masalah dan berguna dalam berbagai keadaan, tetapi tidak ada insinyur
hebat yang 1-nenggunakan asurnsi ini sebagai uraian tertulis tentang bagaimana dunia
sesungguhnya bekerja. Demikian pula, buku ini dimulai dengan teori makroekonomi klasik,
tetapi akan menjadi sebuah kesalahan jika kita mengasumsikan bahwa model ini benar untuk
semua kondisi. Tugas kita sekarang adalah mempelajari lebih dalam tentang "friksi" dari ilmu
makroekonorni.
Meskipun masing-masing dari ketiga model itu membawa kita pada jalur teoritis yang
berbeda, setiap jalur berakhir pada tempat yang lama. Persinggahan akhir itu adalah
persamaan penawaran agregat jangka pendek dalam bentuk
Y = Y + (P Pe), >0,
di mana Y adalah output, Y adalah tingkat output alami, P adalah tingkat harga, danPe adalah
tingkat harga yang diharapkan. Persamaan ini menyatakan bahwa output menyimpang dari
tingkat alamiah, bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diperkirakan.
Parameter menunjukkan berapa banyak output merespons terhadap perubahan yang tidak
arapkan dalam tingkat harga; 1/ adalah kemiringan dari kurva penawaran agregat.

Model Harga-Kaku
Penjelasan pertama kita tentang mengapa kurva penawaran agregat jangka pendek
miring ke atas, disebut sebagai model harga kaku (sticky price model). Model ini
memungkinkan bahwa perusahaan tidak secara instan menyesuaikan harga yang mereka
tetapkan sebagai respons terhadap perubahan permintaan. Kadang-kadang harga ditetapkan
oleh kontrak jangka panjang antara perusahaan dan pelanggan bahkan tanpa kesepakatan
formal, perusahaan bisa mempertahankan harga agar tidak merepotkan pelanggantetap
mereka dengan sering berubahnya harga. Beberapa harga sulit berubah karena struktur pasar:
begitu perusahaan mencetak dan mendistribusikan katalog atau daftar harganya, mengubah
harga akan membuutuhkan biaya besar
Untuk melihat bagaimana kekakuan harga bisa membantu: menjelaskan kurva
penawaran agregat yang miring ke atas, pertama-tama kita perhatikan keputusan penetapan
harga dari tiap-tiap perusahaan dan kemudian menyatukan keputusan dari banyak perusahaan
untuk menjelaskan perilaku perekonomian secara keseluruhan. Ingatlah bahwa model ini
mendorong kita untuk mengabaikan asumsi persaingan senipurna, yang kita gunakan sejak
Bab 3. Perusahaan-perusahaan persaingan secara sempurna adalah penerima harga (price
takers) bukan penentu harga (price setters). Jika kita ingin memperhatikan bagaimana
perusahaan menetapkan harga, adalah wajar untuk mengasumsikan bahwa perusahaan ini
setidaknya mempunyai kendali nionopoli atas harga-harga yang mereka tetapkan.
Perhatikanlah keputusan penetapan harga yang dihadapi perusahaan tipikal. Harga
yang diinginkan perusahaan P tergantung pada dua variabel makroekonomi:
Tingkat harga keseluruhan P. Tingkat harga yang lebih tinggi menunjukkan bahwa biaya
perusahaan lebih tinggi. Jadi, semakin tinggi tingkat harga keseluruhan, semakin besar harga
yang akan dibebankan perusahaan atas produknya.
Tingkat pendapatan agregat Y. Tingkat pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan pern-
tintaan terhadap produk perusahaan. Karena biaya niaginal naik pada tingkat produksi yang
lebih tinggi, semakin besar permintaan, semakin tinggi harga yang diinginkan perusahaan.
Kita menulis harga yang diinginkan perusahaan sebagai
p = P + (Y Y).
Persamaan ini menyatakan bahwa harga yang diinginkan p tergantung pada tingkat harga
keseluruhan P dan pada tingkat output agregat relatif terhadap tingkat alainiah Y Y.
Parameter (yang lebih besar dari nol) mengukur berapa besar harga yang diinginkan
perusahaan untuk menanggapi tingkat output agregat.
Sekarang asumsikanlah bahwa ada dua jenis perusahaan. Sebagian memiliki harga
yang fleksibel: perusahaan ini selalu menetapkan harga menurut persamaan ini. Sebagian lain
memiliki harga yang kaku: perusahaan ini mencamtumkan harga berdasarkan kondisi
perekonomian yang mereka harapkan. Perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga
yang mengacu pada
p = Pe + (Ye Ye),
dimana sebagaimana sebelumnya, huruf kecil "e" Menunjukannilai yang diharapkan dari
sebuah variabel. Untuk mempermudah, asumsikanlah bahwa perusahaan mengharapkan
output berada dalam tingkat alamiah, sehingga (Ye Ye) adalah nol.kemudian perusahaan
ini ,menetapkan harga
p = Pe
Artinya, perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga berdasarkan prediksi bahwa
perusahaan-perusahaan lain menetapkan harga yang sama.
Kita bisa menggunakan kaidah penetapan harga dari dua kelompok perusahaan untuk
menderivasi persamaan penawaran agregat. Untuk melakukan hal ini, kita mendapatkan
tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian, yang merupakan rata-rata tertimbang dari
harga yang ditetapkan oleh kedua kelompok perusahaan tersebut. jika sadalah fraksi
perusahaan dengan harga kaku dan (1 s) adalah fraksi dengan harga fleksibel, maka tingkat
harga keseluruhan adalah
P = sPe + (1 - s)[P + a(Y Y)].
Simbol pertarna adalah harga dari perusahaan dengan harga-kaku yang ditimbang menurut
fraksinya dalam perekonomian, dan simbol kedua adalah harga dari perusahaan dengan harga
fleksibel yang ditimbang menurut fraksinya. Sekarang kurangi (1 s)P dari kedua sisi
persamaan ini untuk mendapatkan
sP = sPe + (1 s) [(Y Y)].
Bagilah kedua sisi dengan s untuk mencari tingkat harga keseluruhan:
P = Pe + [(1 s) /s](Y Y).
Kedua simbol dalam persamaan ini dijelaskan sebagai berikut:
Bila mengharapkan tingkat harga yang tinggi, perusahaan mengharapkan biaya yang
tinggi. Perusahaan yang memberlakukan harga tetap pada akhimya menetapkan harga yang
tinggi. Harga yang tinggi ini menyebabkan perusahaan lain menetapkan harga yang juga
tinggi. jadi, tingkat harga tinggi yang diharapkan Pemenyebabkan tingkat harga aktual P yang
tinggi.
Ketika output tinggi, permintaan terhadap barang juga tinggi. Perusahaan-perusahaan
dengan harga fleksibel menetapkan harga yang tinggi, yang menyebabkan tingkat harga
menjadi tinggi. Darnpak output terhadap tingkat harga tergantung pada proporsi perusahaan
dengan harga fleksibel,
jadi, tingkat harga keseluruhan tergantung pada tingkat harga yang diharapkan dan pada
tingkat output.
Manipulasi aljabar ini membentuk persamaan penetapan harga agregat menjadi rumus
yang lebih kita kenal
Y = Y + (P Pe),
di mana = s/[l -s)]. Model harga kaku menyatakan bahwa penyimpangan output dari
tingkat alamiah secara positif berkaitan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat
harga yang diharapkan.

Model Upah Kaku


Untuk menjelaskan mengapa kurva,penawaran agregat jangka pendek miring ke atas, banyak
ekonom meiiekaukau pada lambaunya penyesuaian upah nominal. Dalam banyak industri,
upah nominal ditetapkan oleh kontrak jangka panjang, sehingga upah tidak dapat disesuaikan
dengan cepat ketika koudisi ekononli berubah. Bahkan dalam industri yang tidak dilindungi
oleh kontrak formal, kesepakatan-kesepakatan implicit antara Para pekerja dan perusahaan
dapat membatasi perubahan upah. Upah juga bergantung pada norma-norma social
darigagasan tentang keadilan yang terus berevolusi. Akibatnya, banyak ekonom percaya
bahwa upah nominal adalah kaku dalam jangka pendek.
Model upah kaku (sticky wage model) menunjukkan implikasi dari upah nominal
kaku pada penawaran agregat. Untuk mengkaji ulang model tersebut, perhatikanlah apa yang
terjadi pada jumlah output yang diproduksi ketika tingkat harga naik.
Para pekerja dan perusahaan menetapkan upah nominal W berdasarkan upah riil target
dan tingkat harga yang mereka harapkan Pe. Upah nominal yang mereka tetapkan adalah
W= x Pe
Upah Nominal = Upah Riil Target x Tingkat Harga yang Diharapkan.
Setelah upah nominal ditetapkan dan sebelum tenaga kerja ditarik, perusahaan mempelajari
tingkat harga aktual P. Upah riil kemudian menjadi
W/P = x (Pe + P)

Upah Riil = Upah Riil Target x

Persamaan ini menunjukan Upah rill menyimpang dari targetnya jika tingkat harga
tingkat harga aktual berbeda dari tingkat harga yang diharapkan. Ketika tingkat targa aktual
lebilih besar dari yang diharapkan, Upah rill lebih kecil dari targetnya; ketika tingkat harga
aktual kurang dari yang diharapkan, Upah riil lebih besar dari targetnya.
Asumsi akhir dari model Upah kaku (sticky wage model) adalah bahwa kesempatan
kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diminta perusahaan. Dengan kata lain, tawar-
menawar antara pekerja dan perusahaan tidak menentukan tingkat kesempatan kerja untuk
selanjutnya; kecuali bila, para pekerja sepakat untuk memberikan tenaga kerja sebanyak yang
ingin dipekedakan oleh perusahaan pada tingkat upah yang telah ditetapkan sebelumnya. Kita
menggambarkan keputusan penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan dengan fungsi
permintaan tenaga kerja
L = Ld (W/P),
yang menyatakan bahwa semakin rendah upah riil, semakin banyak tenaga kerja yang
digunakan perusahaan. Kurva permintaan tenaga kerja ditunjukkan pada bagian (a) Gambar
13-1. Output ditentukan oleh fungsi produksi
Y = F(L),
yang rnenyatakan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin banyak
output diproduksi. Hal ini ditunjukkan pada bagian (b) Gambar 13-1.
Bagian (c) dari Gambar 13-1 menunjukkan kurva penawaran agregat. Karena upah
nominal adalah kaku, perubahan yang tidak diharapkan dalam tingkat harga menjauhkan
upah riil dari upah riil target, dan perubahan Upah riil ini mempengaruhi jumlah tenaga kerja
yang digunakan serta output yang diproduksi. Kurva penawaran agregat bisa ditulis sebagai
Y = + (P Pe).
Output menyimpang dari tingkat alamiahnya bila tingkat harga menyimpang dari tingkat
harga yang diharapkan.

Model Informasi Tak Sempurna


Penjelasan ketiga mengenai mengapa kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke atas,
adalah yang disebut sebagai model informasi tak sempurna (imperfect-information rnodel).
Tidak seperti kedua model sebelumnya, model ini mengasumsikan bahwa dalarn pasar semua
upah dan harga akan betas menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan. Dalam model, ini, kurva penawaran agregat jangka pendek dan jangka panjang
berbeda karma kesalahan persepsi temporer mengenai harga.
Model infomasi tak sempurna mengasumsikan bahwa setiap pemasok dalam
perekonorman memproduksi barang tunggal dan mengkonsumsi banyak barang. Karena
jumlah barang begitu besar, para pemasok tidak dapat mengamati seluruh harga, baik dalam
jangka panjang maupunjangka pendek. Merekamemantau dengan ketat harga barang yang
mereka produksi tetapi kurang memantau harga seluruhbarang yang mereka konsumsi.
Karena informasi yang tidak sempurna itu, mereka kadang-kadang bingung antara perubahan
seluruh tingkat harga dengan perubahan harga relatif. Kebingungan ini menimbulkan
hubungan positif antara tingkat harga dan output dalam jangka pendek.
Ringkasnya, model informasi tak sempurna menyatakan bahwa bila harga aktual
melebihi harga yang diharapkan, para pemasok akan meningkatkan output mereka. Model
tersebut menunjuk-kan kurva penawaran agregat yang sekarang kita kenal:
Y = y + (P Pe).
Output menyimpang dari tingkat alamiah bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga
yang diharapkan.

lkhtisar dan Implikasi


Kita sudah melihat tiga model penawaran agregat dan ketidaksempurnaan pasar yang
masilig-masing digunakan untuk menjdaskan mengapa kurvapenawaran agregat jangka
pendek miring ke alas. Model pertama mengasumsikan bahwa harga bersifat kaku; model
kedua penawaran, mengasumsikan bahwa upah nominal bersifat kaku; model ketiga
mengasumsikan bahwa informasitentang harga adalah tidak sempurna; Ingatlah bahwa model
penawaran agregat ini tidak saling bertentangan. Kita tidak perlu menerima satu model dan
menolak yang lain. Ketiga ketidaksempurnaan pasar itu ada di dunia ini, dan seluruhnya
memberi kontribusi pada perilaku penawaran agregat jangka pendek.
Meskipun tiga model penawaran agregat berbeda dalam asumsi dan penekanannya,
implikasinya terhadap output agregat adalah serupa. Semua bisa diringkas dengan persamaan
Y = Y + a(Pe).
Persamaan ini menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah dikaitkan
dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan. Jika tingkat harga
lebih tinggi dari tingkat harga yang diharapkan, output akan naik melebihi tingkat alamiah.
Jika tingkat harga lebih rendah dari tingkat harga yang diharapkan, output turim lebih
rendah dari tingkat alamiah. Gambar 13-3 memperlihatkan persamaan ini. Ingatlah bahwa
kurva penawaran agregat jangka pendek dibentuk untuk ekspektasi Pe tertentu dan bahwa
perubahan dalamPe akan menggeser kurva itu.
Setelah memiliki pemahaman yang lebih baiktentang penawaran agregat, kita kembali
pada penawaran agregat dan permintaan agregat. Gambar 13-4 menggunakan persamaan
penawaran agregat untuk menunjukkan bagaimana perekonomian menanggapi kenaikan yang
tidak diharapkan dalam permintaan agregat, katakanlah, terhadap ekspansi moneter yang
tidak diharapkan. Dalam jangka pendek, ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B.
Kenaikan dalam permintaan agregat meningkatkan tingkat harga aktual dari P1, ke P2. Karena
orang-orang tidak mengharapkan kenaikan tingkat harga ini, tingkat harga yang diharapkan
tetap pada P2, dan output meningkat dari Y1 ke Y2, yaitu di atas tingkat alamiah Y. jadi,
ekspansi yang tidak diharapkan dalam permintaan agregat menyebabkan perekonomian
mengalami booming,
Namun demikian ledakan itu tidak abadi. Dalam jangka panjang, tingkat harga yang
diharapkan naik untuk menyesuaikan dengan realitas, yang menyebabkan kurva penawaran
agregat jangka pendek bergeser ke kiri. Karena tingkat harga yang diharapkan naik dari
P2e ke P3e, ekuilibrium Perekonomian bergerak dari titik B ke titik C. Tingkat harga aktual
naik dari P2 ke P3, dan output turun dari Y2 ke Y3. Dengan kata lain, perekonomian kembali
ke tingkat output alamiah dalam jangka panjang, tapi pada tingkat harga yang jauh lebih
tinggi.
Analisis ini menunjukkan sebuah prinsip penting, yang dimiliki ketiga model
penawaran agregat tersebut: netralitas moneter jangka panjang dan ketidaknetralan moneter
jangka pendek Saling kompatibel secara sempurna. Ketidaknetralan jangka pendek
ditunjukkan di sini dengan pergerakan dari titik A ke titik B, dan netralitas moneter jangka
panjang ditunjukkan dengan pergerakan dari titik A ke titik C. Kita akan merekonsiliasi
dampak jangka pendek dan jangka panjang dari uang dengan menekankan penyesuaian
ekspektasi tentang tingkat harga.

Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Philips


Dua tujuan yang ingin dicapai Para pembuat kebijakan ekonomi adalah inflasi yang rendah
dan pengangguran yang rendah, tetapi sering kali kedua tujuan ini bertentangan. Anggaplah,
misalnya, bahwa pembuat kebijakan menggunakan kebijakan fiskal atau moneter untuk
memperbesar permintaan agregat. Kebijakan ini akan menggerakkan perekonomian
sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek ke titik output yang lebih tinggi dan
tingkat harga yang lebih tinggi. (Gambar 13-4 menunjukkan hal ini sebagai perubahan dari
titik A ke titik B). Output yang lebih tinggi berarti pengangguran yang lebih rendah, karena
perusahaan membutuhkan lebih banyak pekerja ketika memproduksi lebih banyak. Tingkat
harga yang tinggi, berdasarkantingkat harga tahun sebelmunya, berarti inflasi yang lebih
tinggi. jadi, ketika para pembuat kebijakan menggerakkan perekonomian ke alas sepanjang
kurva penawaran agregat: jangka pendek, mereka menurunkan tingkat pengangguran dan
menaikkan tingkat inflasi. Sebaliknya, ketika mereka mengontraksi permintaan agregat dan
menggerakkan perekonomian ke bawah pada kurva penawaran agregat jangka pendek,
pengangguran dan inflasi turun.
Tradeoff antara inflasi dan pengangguran ini, yang disebut kurva Phillips, adalah
topik kita pada bagian ini.sebagaimana kita lihat (dan akan diderivasikan sccara
lebih formal), kurva Phillips merupakan refleksi dari kurva penawaran agregat jangka
pendek: ketika para pembuat kebijakan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva
penawaran agregat jangka pendek, pengangguran dan inflasi bergerak dalam arah
berlawanan. Kurva Phillips adalah cara yang berguna untuk menunjukan penawaran agregat
karena inflasi dan pengangguran merupakan ukuran kinerja perekonomian yang penting.

Menderivisi Kurva Phillips dari Kurva Penawaran Agregat


Kurva Phillips (Phillips curve) dalam bentuk modernnya menyatakan bahwa tingkat inflasi
tergantung pada tiga kekuatan:
1. Inflasi yang diharapkan;
2. Deviasi pengangguran dari tingkat alamiah, yang disebut pengangguran siklis
3. Guncangan penawaran.
Tiga kekuatan ini ditunjukkan dalam persamaan berikut:
= e - (u - un) + v
inflasi = inflasi - ( x Pengangguran Siklis) + Guncangan
yang diharapkan Penawaran
di mana adalah parameter yang mengukur respon inflasi terhadap pengangguran siklis.
Ingatlah bahwa ada tanda minus sebelum simbol pengangguran siklis: dengan
mengasumsikan variabel lainnya tidak berubah, pengangguran yang tinggi cenderung
mengurangi inflasi.
Dari manakah persamaan untuk kurva Phillips ini berasal? Meskipun kelihatannya
tidak biasa, kita bisa menderivasinya dari persamaan untuk penawaran agregat. Untuk
melihat bagaimana caranya, tulislah persamaan penawaran agregat sebagai
P = Pe + (1/a)(Y Y),
Dengan satu penambahan, satu pengurangan, dan satu substitusi, kita bisa memanipulasi
persamaan ini untuk mendapatkan hubungan antara inflasi dan pengangguran.
Inilah tiga tahap tersebut. Pertama, tambahkan sisi kanan persamaan itu dengan
guncangan penawaran v untuk menunjukkan per-istiwa eksogen (seperti perub.ahan harga
minyak dunia) yang mengubah tingkat harga dan menggeser kurva penawaran agregat jangka
pendek:
P = Pe + (1/)(Y- Y) + v.
Selanjutnya, untuk mengubah dari tingkat harga menjadi tingkat inflasi, kurangi tingkat harga
tahun lalu P-1 dari kedua sisi persamaan untuk mendapatkan
(P P-1) = (Pe - P-1 + (1/a)(Y - Y) + v.
Symbol pada sisi kiri, P- P-1, adalah perbedaan antara tingkat harga sekarang dan tingkat
harga tahun lalu, yang merupakan inflasi 8simbolpada sisi kanan, Pe - P-1 adalah
perbedaanantara tingkat harga yang diharapkan dan tingkat harga tahun lalu, yang merupakan
inflasi yang (diharapkan. 8Karna itu, kita bisa mengantiP P-1 dengan dan Pe'- P-
1 dengan
e

= +(1-)(Y Y) + v.
Ketiga, untuk beralih dari output ke pengangguran, ingatlah dari Bab 9 bahwa hukum Okun
memberikan hubungan antara dua variabel ini. Satu versi dari hukum Okun nienyatakan
bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah berbanding terbalik dengan penyimpangan
pengangguran dari tingkat alamiah; yaitu, bila output lebih tinggi dari tingkat output alamiah,
pengangguran lebih rendah daripada tingkat pengangguran alamiah. Kira bisa menulisnya
sebagai
(1/) (Y Y) = - (u ue).
Dengan menggunakan hubungan hukum Okun ini, kita bisa mensubstitusi - (u- u") untuk
(1/) (Y Y) dalam persamaan sebelumnya untuk mendapatkan:
e - (u ue) + v
jadi, kita bisa menderivasi persamaan kurva Phillips dari persamaan penawaran agregat.
Seluruh proses aljabar ini menunjukkan satu hal: persamaan kurva Phillips dan
persamaan penawaran agregat jangka pendek pada dasarnya menunjukkan gagasan
makroekonomi yang sama. Lebih jelasnya, kedua persamaan itu menunjukkan hubungan
antara variabel riil dan nominal yang menyebabkan dikotomi klasik tidak berlaku dalam
jangka pendek. Menurut persamaan penawaran agregat jangka pendek,output terkait dengan
pergerakan yang tidak diharapkan dalam tingkat harga. Menurut persamaan kurva
philips,pengangguran terkait dengan pergerakan yang tidak diharapkan dalam tingkat
inflasi.kurva penawaran agregat lebih tepat ketika mempelajari pengangguran dan
inflasi.namun kita tidak boleh melupakan fakta bahwa kurva philips dan kurva penawaran
agregat hanyalah dua sisi dari mata uang yang sama.

Ekspektasi Adaptif dan Inersia Inflasi


Agar kurva Phillips bermanfaat dalam menganalisis pilihan-pilihan yang dihadapi
para pembuat kebijakan, penyebab inflasi yang diharapkan harus ditentukan. Asumsi
sederhana dan sering kali masuk akal adalah bahwa orang-orang membentuk ekspektasi
mereka terhadap inflasi berdasarkan inflasi yang sedang diamati. Asumsi ini disebut
ekspektasi adaptif (adaptive expectations). Sebagai contoh, anggaplah orang-orang
mengharapkan harga meningkat tahun ini pada tingkat yang sama sebagaimana tahun lalu.
Kemudian inflasi yang diharapkan e sama dengan inflasi tahun lalu -1
e = -1
Dalam kasus ini, kita bisa menulis kurva Phillips sebagai
= -1 (u ue) + v
Yang menyatakan bahwa inflasi tergantung pada inflasi yang lalu, pengangguran siklis, dan
guncangan penawaran. Ketika kurva Phillips ditulis dalam bentuk ini, tingkat pengangguran
alamiah kadang kala disebut NAIRU atau Non-AcceleratingInflation Rate of Unemployment.

Dua Penyebab Naik dan Turunnya Inflasi


Simbol kedua dan ketiga dalam persamaan kurva Phillips menunjukkan dua kekuatan
yang dapat mengubah tingkat inflasi.
Simbol kedua, (u ue)menunjukkan bahwa pengangguran siklis penyimpangan
pengangguran dari tingkat alamiahmemberi tekanan ke atas dan ke bawah pada inflasi.
Pengangguran yang rendah akan menarik inflasi ke atas. Indah yang disebut inflasi
tarikanpermintaan (demand-pull inflation) karena permintaan agregat yang tinggi
bertanggung jawab atas jenis inflasi ini. Pengangguran yang tinggi menarik tingkat inflasi ke
bawah. Parametermengukur sejauh mana responsivitas inflasi terhadap pengangguran siklis.
Simbol ketiga, v, menunjukkan bahwa inflasi juga naik dan turun karena guncangan
penawaran. Guncangan penawaran yang memperburuk, seperti kenaikan harga minyak dunia
pada tahun 1970-an, menunjukkan nilai positif v dan menyebabkan inflasi naik. Ini disebut
inflasi dorongan-biaya (cost-push inflation) karena goncangan penawaran yang memperburuk
adalah peristiwa-peristiwa tipikal yang mendorong ke atas biaya produksi. Guncangan
penawaran yang bermanfaat, seperti persediaan minyak berlimpah yang menyebabkan
turunnya harga minyak pada tahun 1980-an, membuat v negatif dan menyebabkan turunnya
inflasi.

Tradeoff Jangka-Pendek antara Inflasi dan pengangguran


Perhatikanlah pilihan yang diberikan kurva Phillips kepada pembuat kebijakan yang dapat
mempengaruhi permintaan agregat dengan kebijakan moneter atau fiskal. pada setiap waktu,
inflasi yang diharapkan dan guncangan penawaran bisa saja berada di luar kendali pembuat
kebijakan tersebut. Namun, dengan mengubah permintaan agregat, pembuat kebijakan bisa
mengubah output, pengangguran, dan inflasi. pembuat kebijakan bisa memperbesar
permintaan agregat untuk menurunkan pengangguran dan meningkatkan inflasi. Atau
pembuat kebijakan bisa menekan permintaan agregat untuk meningkatkan pengangguran dan
menurunkan inflasi.
Gambar 13-6 menggambarkan persamaan kurva Phillips dan
menunjukkan tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran. Ketika pengangguran
berada pada tingkat alamiahnya (u ue)inflasi bergantung pada inflasi yang diperkirakan dan
guncangan penawaran ( = e + v). Parameter menentukan kemiringan dari tradeoffantara
inflasi dan pengangguran. Dalam jangka pendek, untuk suatu tingkat inflasi yang
diprediksikan, pembuat kebijakan dapat memanipulasi permintaan agregat untuk memilih
kombinasi inflasi dan pengangguran pada kurva ini, yang disebut kurva Phillips jangka
pendek.
Ingat, bahwa posisi kurva Phillips jangka pendek tergantung pada tingkat inflasi yang
diharapkan. Jika inflasi yang diharapkan naik, kurva tersebut bergeser ke atas,
dan tradeoff yang dihadapi pernbuat kebijakan menjadi kurang bernilai: inflasi akan lebih
tinggi pada seluruh tingkat pengangguran. Gambar 13-7 menunjukkan
bagaimanatradeoff tergantung pada inflasi yang diharapkan.
Karena orang-orang menyesuaikan ekspektasinya atas inflasi sepanjang waktu,
maka tradeoff antara inflasi dan pengangguran hanya sertahan dalam jangka pendek. Pembuat
kebijakan tidak bisa mempertahankan inflasi di atas inflasi yang diharapkan (dan dengan
demikian pengangguran berada di bawah tingkat alamiah) selamanya. Secara berangsur-
angsur, ekspektasi akan beradaptasi pada setiap tingkat inflasi yang dipilih pembuat
kebijakan tersebut. Dalam jangka panjang, dikotomi klasik akan berlaku, pengangguran
kembali ke tingkat alamiah, Serta tidak ada tradeoff antara inflasi dan pengangguran.
Resume
Rudiger Dornsbusch,Stanley Fischer dan Richard Startz
BAB 6
Penawaran Agregat: Upah, Harga, dan Pengangguran
6-1 Kurva Penawaran Agregat dan Mekanisme Penyesuaian Harga
P AS jangka panjang P

t=1
t=
t=0
AS jangka pendek
t=1
AD
t=0

Y
Y

(a) (b)

Gambar 6-1 a memberikan gambaran yang berguna,namun statis,tentang apa sesungguhnya


proses dinamis.kami berfokus pada kurva penawaran agregat sebagai deskripsi dari
mekanisme dimana harga naik atau turun sepanjang waktu. Persamaan (1) menjelaskan kurva
penawaran agregat:

+1 = [1 + (( )] (1)

Dimana +1 adalah tingkat harga periode berikutnya, ialah harga sekarang, dan adalah
output potensial.

Pergeseran garis horisontal keatas dalam gambar 6-1 b berhubungan dengan


persamaan (1) yang dilihat secara berturut turut. Kita mulai dengan garis horizontal hitam
saat t = 0. Jika output diatas potensialnya, maka harga akan lebih tinggi seingga kurva
penawaran agregat akan bergerak keatas sejauh t = 1, seperti ditunjukkan oleh garis putus
putus hitam. Berdasarkan persamaan (1), dan sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 6-
1b, harga akan terus bergerak naik hingga output tidak lagi berada diatas output potensial.

Perhatikan bahwa Gambar 6-1 a dan b merupakan deskripsi alternatif dari proses
yang sama (a) mengilustrasikan pergerakan harga dinamis dan (b) menunjukkan gambaran
setelah sekian waktu tertentu berlalu. Sebagai contoh,garis hitam putus putus
mencerminkan efek komulatif pergerakan harga setelah kira kira satu tahun.

KURVA PHILIPS

Pasar tenaga kerja tidak menyesuaikan diri dengan cepat terhadap gangguan. Malah, proses
penyesuaian membutuhkan waktu. Kurva phillips menunjukkan bahwa upah nominal berubah
perlahan sesuai dengan tingkat pengangguran. Upah cenderung meningkat ketika lapangan
pekerjaan tinggi dan turun ketika lapangan pekerjaan rendah.

Ekspektasi inflasi dibangun kedalam kurva phillips. Ketika inflasi aktual sama dengan
ekspektasi inflasi, perekonomian berada pada tingkat alamiah pengangguran.ekspektasi
inflasi berubah setiap saat yang mencerminkan tingkat inflasi yang sedang berjalan.

Stagflasi terjadi ketika terdapat resesi terjadi bersamaan dengan tingkat inflasi yang tinggi.
Yaitu, stagflasi terjadi ketika perekonomian bergerak ke kanan sepanjang kurva phillips yang
mengandung komponen ekspektasi inflasi yang substansial.

Kurva phillips jangka pendek berbentuk datar. Satu poin tambahan pengangguran
mengurangi inflasi hanya sebesar setengah poin.

REVOLUSI RATIONAL EXPECTATIONS

Teori rational expectation berpendapat bahwa kurva penawaran agregat akan bergeser
dengan cepat sebagai respon untuk mengantisipasi perubahan permintaan egregat, sehingga
output akan berubah relatif kecil.

Friksi yang timbul ketika pekerja memasuki pasar kerja dan mencari pekerjaan atau pindah
antar pekerjaan menandakan selalu terjadinya pengangguran friksional. Jumlah pengangguran
friksional yang terjadi pada tingkat full employment dari pengangguran adalah tingkat
pengangguran alamiah.

DARI KURVA PHILIPS KE KURVA PENAWARAN AGREGAT

Teori penawaran agregat belum kuat berpijak. Beberapa penjelasan telah dikemukakan untuk
kenyataan mendasar bahwa pasar tenaga kerja tidak menyesuaikan diri dengan cepat terhadap
pergeseran permintaan agregat: pendekatan imperfect-information-market-clearing; masalah-
masalah koordinasi; upah efisiensi dan biaya dari perubahan harga;dan kontrak dan hubungan
jangka panjang antara perusahaan dan pekerja.

Dalam menyajikan kurva penawaran pada bab ini, kami menekankan hubungan jangka
panjang antara perusahaan dan pekerja dan kenyataan bahwa upah umumnya cenderung tetap
selama beberapa periode, misalnya tahunan. Kami juga melihat kenyataan bahwa perubahan
harga tidak terkoordinasi antar perusahaan.

Kurva penawaran agregat jangka pendek diturunkan dari kurva phillips dengan empat
langkah: output diasumsikan proporsional terhadap lapangan pekerjaan; harga ditentukan
sebagai markup dari biaya; upah merupakan elemen utama dalam biaya dan menyesuaikan
diri berdasarkan kurva phillips; dan hubungan kurva phillips antara upah dan pengangguran
ditransformasikan ke dalam hubungan antara tingkat harga dan output.

Kurva penawaran agregat jangka pedek dapat berubah setiap saat. Jika output di atas (bawah)
tingkat full employment periode ini, kurva penawaran agregat bergerak naik (turun) pada
periode berikutnya.

Pergeseran kurva permintaan agregat menaikkan tingkat harga dan output kenaikan output
dan tena kerja menaikkan upah dalam periode berjalan. Dampak penuh dari perubahan
penawaran agregat pada harga hanya terjadi pada saat perubahan itu terjadi. Tingkat tenaga
kerja tinggi menciptakan kenaikan upah yang memicu kenaikan harga. Seiring upah
menyesuaikan diri, kurva penawaran agregat bergeser hingga perekonomian kembali ke
kondisi keseimbangan.

Kurva penawaran agregat diturunkan berdasarkan asumsi bahwa upah (harga) tidak
menyesuaikan diri terus menerus dan tidak menyesuaikan diri secara bersamaan. Slope positif
dari kurva penawaran agregat merupakan akibat dari beberapa upah yang menyesuaikan diri
sebagai respon dari kondisi pasar dan tingkat upah yang disepakati sebelumnya yang
kemudian menjadi berpengaruh seiring perubahan lapangan kerja. Pergerakan lambat dari
kurva penawaran merupakan akibat dari proses penyesuaian upah dan harga yang lambat dan
tidak terkoordinasi.

Harga bahan baku seiring dengan upah merupajkan penentu biaya dan harga. Perubahan
harga bayan baku terjadi seiring perubahan dalam harga karena seringnya perubahan dalam
upah riil. Perubahan harga bahan baku adalah sumber utama bagi guncangan penawaran
agregat.

GUNCANGAN PENAWARAN

Guncangan penawaran menimbulkan masalah yang sulit bagi kebijakan ekonomi. Guncangan
penawaran dapat diakomodasi melalui kebijakan permintaan agregat ekpansif, dengan
kenaikan harga namun output yang stabil. Alternatifnya, guncangan penawaran dapat
diimbangi dengan kebijakan penawaran agregat deflasioner, dengan harga yang stabil namun
output lebih rendah.

Guncangan penawaran yang diinginkan dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang cepat
pada akhir abad 21. Kebijakan permintaan agregat yang elegan dalam kehadiran guncangan
penawaran yang diinginkan dapat menghasilkan pertumbuhan yang tinggi dengan inflasi
yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai