Anda di halaman 1dari 8

JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN: 2339-2444

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI TURUNAN FUNGSI


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA
SISWA KELAS XI IS 2 SMA N 15 SEMARANG SEMESTER 2 TAHUN
PELAJARAN 2015/2016

Sri Purwaningsih
SMA N 15 Semarang
email : sripurwaningsih.pajak15@gmail.com

ABSTRAK

Sampai saat ini masih banyak guru yang menerapkan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran konvensional tersebut mengakibatkan siswa tidak termotivasi, sehingga berimbas
keaktifan dalam pembelajaran rendah. Motivasi dan keaktifan yang rendah menjadikan hasil
belajar yang tidak maksimal. Salah satu solusi untuk meningkatkan motivasi, keaktifan dan
hasil belajar adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tujuan
penelitian adalah meningkatkan keaktifan, motivasi dan hasil belajar siswa bagi siswa kelas XI
IS2 SMA Negeri 15 Semarang pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IS2 SMA Negeri 15 Semarang. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari
4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Metode pengumpulan data
dengan pengamatan, angket dan tes hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan keaktifan, motivasi dan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 keaktifan siswa sebesar
81 dan Siklus 2 meningkat menjadi 85. Pada siklus 1 motivasi siswa sebesar 79, dan Siklus 2
motivasi meningkat menjadi 83. Hasil belajar siswa juga meningkat dari siklus 1 sebesar 79
dan siklus 2 sebesar 83 dengan KKM yang ditetapkan yaitu 78. Ketuntasan siswa pada siklus 1
sebesar 84% tuntas dan pada siklus 2 terdapat 89% tuntas. Berdasarkan hasil penelitian
diharapkan guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan motivasi, keaktifan dan hasil belajar

Kata kunci: Hasil belajar, Keaktifan, Model pembelajaran, Motivasi, STAD

PENDAHULUAN dan dibawah peringkat negara Asia lainnya


Proses pendidikan harus yaitu : Jepang (12), Singapura (26), Brunai
mengembangkan individu yang kreatif dan Darussalam (33), Malaysia (61), Cina
inovatif. Namun kualitas pendidikan di (101), Thailand(103), dan Filipana (112)
Indonesia masih kurang jika dibandingkan UNDP, 2012). Salah satu upaya
dengan negara lain di dunia internasional. peningkatan HDI ditingkat sekolah
Hal ini terlihat dari peringkat pencapaian menengah adalah dengan peningkatan daya
Human Development Index (HDI) saing siswa, dan salah satunya adalah pada
Indonesia hanya menempati peringkat 124 pelajaran matematika.
37
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN: 2339-2444

Matematika memiliki peranan yang dalam belajar atau dengan kata lain
sangat strategis dalam pengembangan keaktifan siswa rendah. Selain itu motivasi
sumber daya manusia (Universitas belajar siswa juga kurang. Berdasarkan
Brawijaya, 2009). Melalui peran pengamatan ada beberapa masalah yang
matematika yang strategis tersebut, dihadapi siswa dalam proses pembelajaran
matematika diajarkan disetiap jenjang diantaranya: 1). kurangnya motivasi belajar
pendidikan. Setiap siswa perlunya belajar siswa, 2) siswa kurang aktif dalam kegiatan
matematika karena matematika merupakan pembelajaran, 3) siswa sulit menguasi
sarana untuk : (1) Berpikir logis; (2) materi, dan 4) rendahnya kemampuan dasar
Memecahkan masalah sehari-hari; (3) siswa tertutama tentang matematika.
Mengenal pola-pola hubungan dan Sebelum penelitian dilakukan,
generalisasi pengalaman; (4) diperoleh data-data hasil belajar siswa SMA
Mengembangkan kreatifitas; (5) N 15 semarang kelas XI IPS yang masih
Meningkatkan kesadaran terhadap budaya dibawah KKM. Data tentang hasil belajar
(Cornelius dalam Abdurrahman, 2003). matematika yang rendah dapat dilihat dari
Matematika juga sangat penting bagi berbagai hasil ulangan harian, ulangan mid
perkembangan ilmu pengetahuan dan semester dan ulangan akhir semester. Hasil
teknologi, baik dari ilmu dibidang lain belajar matematika pada ulangan harian
maupun sebagai alat untuk berfikir logis, dari tahun pelajaran 2014/2015 rata-ratanya
kreatif. Berbagai permasalahan dalam 60. Hasil ulangan mid semester diperoleh
kehidupan dapat dipecahkan dengan rata-rata 53. Hasil ini berada dibawah KKM
menggunakan konsep-konsep matematika. mata pelajaran matematika di SMA Negeri
Kenyataan di sekolah banyak siswa 15 kelas XI IS yaitu 78. Hasil ulangan mid
yang mengeluh dan kesulitan dalam semester dari 37 siswa Kelas XI IS 2 yang
pelajaran matematika. Sampai saat ini memperoleh nilai diatas KKM hanya 17
pembelajaran matematika masih banyak siswa dan 20 siswa yang lain mendapat
kelemahannya, diantaranya adalah nilai dibawah KKM. Sedangkan rata-rata
matematika merupakan pelajaran yang sulit hasil ulangan akhir semester siswa kelas XI
dan membosankan. Kesulitan belajar yang IS2 adalah 55, dari 37 siswa hanya ada 14
dialami oleh siswa ini disebabkan oleh siswa yang memperoleh nilai diatas KKM.
siswa tidak sepenuhnya memahami konsep. Sisanya 23 anak mendapat nilai dibawah
Hasil yang pernah dianalisa PISA pada KKM. Rendahnya motivasi dan keaktifan
tahun 2009 ke tahun 2012 ditunjukkan menyebabkan rendahnya hasil belajar
bahwa terdapat peningkatan dari nilai yang matematika. Rendahnya hasil belajar
diperoleh peserta didik di Indonesia pada matematika selalu ada, karenanya usaha
matematika namun peringkat yang mereka mengatasinya harus dan perlu dilakukan
alami menurun (Pristyanto, 2013). secara terus menerus dengan kesabaran
SMA N 15 Semarang merupakan tinggi (Ratini dkk, 2001)
salah satu SMA negeri di kota Semarang. Salah satu langkah awal dalam
Pembelajaran yang dilaksanakan masih perbaikan hasil belajar adalah
menggunakan metode ceramah dan latihan meningkatkan motivasi dan keaktifan,
yang menyebabkan siswa menjadi pasif karena dengan meningkatnnya motivasi dan

38
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN: 2339-2444

keaktifan siswa maka dapat meningkatkan sederhana dan tugas utama siswa adalah
hasil belajar siswa. Guru bukanlah menyelesaikan lembar kerja secara
penguasa dikelas tetapi guru adalah berkelompok. Model pembelajaran STAD,
fasilitator siswa dalam pembelajaran. siswa di dalam kelas dibagi ke dalam
Pembelajaran dikatakan berhasil dan beberapa kelompok atau tim yang masing-
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak- masing terdiri atas 4 sampai 5 orang
tidaknya sebagian besar peserta didik anggota kelompok yang memilik latar
terlibat secara aktif, baik fisik, mental belakang kelompok heterogen, baik jenis
maupun sosial (Mulyasa, 2004). kelamin, ras, etnik, maupun tingkat prestasi
Karakteristik matematika adalah (Slavin, 2009). Pembelajaran ini sangat
abstrak, maka diharapkan guru dapat tepat diterapkan dalam mengatasi
merancang suatu strategi atau kiat permasalahan di atas karena dapat
pembelajaran yang dapat memudahkan meningkatkan kerjasama antar siswa,
siswa menangkap informasi yang membentuk hubungan positif,
disampaikan berjalan dengan baik (Jalil, mengembangkan rasa percaya diri, serta
2002). Hamalik (2005), belajar tidak cukup meningkatkan hasil belajar melalui aktivitas
hanya dengan mendengar dan melihat tetapi kelompok.
harus dengan melakukan aktivitas yang
lain. Lebih dari itu harapannya siswa dapat METODOLOGI PENELITIAN
lebih bisa memahami dan memaknai Penelitian ini dilaksanakan di kelas
konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Kelas XI IS 2 SMA N 15 Semarang
Siswa dapat memahami dan memaknai Semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.
konsep jika jika peserta didik terlibat aktif Peubah yang diamati dalam penelitian ini
dalam pembelajaran yang berlangsung adalah motivasi, keaktifan dan hasil belajar.
Higgins (dalam OConnell, 2007). Penelitian ini merupakan penelitian
Salah satu model pembelajaran yang tindakan kelas. Perencanaan penelitian
dapat mengaktifkan siswa adalah terdiri dari 2 siklus, dan setiap siklus terdiri
pembelajaran kooperatif (Lie, 2002). Tipe dari 4 tahap yaitu perencanaan,
pembelajaran yang dapat meningkatkan pelaksanaan, pengamatan, refleksi.
motivasi dan keaktifan adalah pembelajaran Rancangan penelitian
kooperatif tipe Student Team Achievement Rancangan penelitian tindakan kelas
Division (STAD). Model Pembelajaran ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus
kooperatif tipe STAD ini merupakan salah terdapat 4 tahap yaitu
pembelajaran kooperatif yang menekankan 1. Perencanaan (planning)
adanya aktivitas dan interaksi diantara 2. Pelaksanaan (action)
siswa. Pembelajaran STAD ini, siswa akan 3. Pengamatan (observation)
saling memotivasi dan saling membantu 4. Refleksi (reflektion)
dalam menguasai materi pelajaran guna Penelitian ini ada II siklus yaitu :
mencapai hasil belajar yang maksimal. Siklus I
Slavin (1997) dalam pembelajaran 1. Perencanaan :
kooperatif tipe STAD bercirikan materi
pelajaran yang disampaikan adalah

39
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN: 2339-2444

a. Peneliti mempersiapkan Silabus dan siswa yang kesulitan dalam proses


RPP materi yang akan disampaikan pembelajaran.
yaitu turunan fungsi. Melalui kerjasama siswa dalam
b. Merancang pembentukan kelompok- kelompok dan evaluasi pada pertemuan
kelompok kecil dengan sebelumnya maka pada siklus 1 pertemuan
memperhatikan penyebaran 2 siswa sudah memahami tentang proses
kemampuan siswa. pembelajaran. Pada pertemuan 3 siswa
c. Mempersiapkan lembar angket dan sudah mulai bisa mengikuti proses
observasi untuk mengetahui motivasi pembelajaran dengan baik. Tugas dari guru
dan keaktifan. dapat diselesaikan dengan baik.
d. Mempersiapkan alat evaluasi untuk Berdasarkan pengamatan siswa sudah aktif
mengetahui hasil belajar siswa. dalam pembelajaran dan siswa merasa
2. Tindakan termotivasi dengan pembelajaran STAD.
a. Guru membuka pembelajaran dengan Berdasarkan evaluasi pada siklus 1
mengucapkan salam, serta diperoleh rata-rata evaluasi belajar siklus 1
menyampaikan tujuan pembelajaran, adalah 79. Rata-rata keaktifan siswa 81 dan
dan menyampaikan model motivasi sebesar 79.
pembelajaran yang akan dipakai yaitu Berdasarkan refleksi pada sikus 1,
pembelajaran kooperatif tipe STAD. maka dibuat rencana pelaksanaan
b. Guru memulai pembelajaran yang pembelajaran pada siklus 2. Pelaksanaan
telah direncanakan pada siklus 2, siswa sudah memahami
3. Pengamatan proses pembelajaran serta tugas dan
Terdapat 2 instrumen dalam pengamatan, tanggung jawab masing-masing dalam
yaitu angket untuk motivasi dan kegiatan pembelajaran. Diskusi antar siswa
pengamatan keaktifan. sudah berjalan dengan baik. Berdasarkan
4. Refleksi pembelajaran siklus 2 didapatkan rata-rata
Mendiskusikan hasil pengamatan hasil belajar sebesar 82, nilai keaktifan
atas tindakan pada pelaksanaan sebesar 85 dan motivasi siswa sebesar 83.
pembelajaran siklus I, untuk dilakukan Perbandingan antara siklus 1 dan siklus 2
perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1.
tindakan pembelajaran pada siklus 2. Siklus 84
2 tahapannya hampir sama dengan siklus 1.
82

HASIL PENELITIAN 80
Penerapan pembelajaran kooperatif 78
tipe STAD pada tahap awal siswa masih
76
kesulitan. Hal ini karena banyak siswa
siklus 1 siklus 2
belum terbiasa dengan pembelajaran
STAD. Melalui penjelasan dan motivasi Gambar 1. Perbandingan motivasi siswa
yang dilakukan guru, siswa mulai terbiasa siklus 1 dan siklus 2
dengan pembelajaran tersebut. Pada
pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1 banyak

40
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN: 2339-2444

Pada siklus 1 motivasi siswa dalam


mengikuti pembelajaran dengan kooperatif Berdasarkan gambar 3 terlihat
tipe STAD sebesar 79. Siklus 2 motivasi bahwa hasil belajar meningkat secara
siswa meningkat menjadi 83. Berdasarkan signifikan dari siklus 1 hasil belajar 79.
hal di atas berarti terdapat peningkatan Pada siklus 2 mengalami peningkatan
motivasi dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 4 kembali sebanyak 4 poin menjadi 83.
poin. Berdasarkan data tersebut dapat Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa penerapan model disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan motivasi. Hasil peningkatan meningkatkan hasil belajar siswa. Segi
keaktifan dapat dilihat pada gambar 2. ketuntasan siswa dapat dilihat pada gambar
86 4 di bawah ini.

84 90
88
82
86
80 84
78 82
siklus 1 siklus 2 80
siklus 1 siklus 2
Gambar 2. Perbandingan keaktifan siswa
siklus 1 dan siklus 2 Gambar 4. Perbandingan ketuntasan siswa
Pada siklus 1 keaktifan siswa siklus 1 dan siklus 2
mengikuti pembelajaran dengan kooperatif Siswa yang tuntas pada siklus 1
tipe STAD sebesar 81. Siklus 2, keaktifan sebanyak 31 siswa dari 37 siswa, atau 84%
siswa meningkat menjadi 85. Hal tersebut siswa yang tuntas belajar. Pada siklus 2
dapat disimpulkan bahwa keaktifan dari sebanyak 33 siswa dari 37 yang tuntas, atau
siklus 1 dan 2 meningkat sebesar 4 poin. 89%. Peningkatan ketuntasan siswa pada
Berdasarkan data tersebut dapat penerapan model pembelajaran STAD
disimpulkan bahwa penerapan model sebesar 5%.
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan siswa. Pada hasil PEMBAHASAN
belajar juga mengalami peningkatan seperti Pembelajaran kooperatif tipe STAD,
pada gambar 3 di bawah ini. menekankan pada kerja kelompok. Adanya
84 kerja kelompok siswa bersemangat untuk
belajar secara aktif dan saling menampilkan
82
diri, sehingga dapat memacu motivasi siswa
80 untuk saling membantu memecahkan
78 masalah yang mereka hadapi. Hal ini yang
membuat siswa merasa adanya penghargaan
76
terhadap dirinya sehingga termotivasi
siklus 1 siklus 2
dalam melaksanakan tugas dan
permasalahan yang diberikan guru. Hal ini
Gambar 3. Perbandingan hasil belajar siswa
siklus 1 dan siklus 2
41
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN: 2339-2444

didukung oleh pendapat Slavin (2009) penggunaan metode pembelajaran


bahwa dengan menerima pengahargaan kooperatif tipe STAD sangat berpengaruh
pada akhirnya akan meningkatkan motivasi daripada metode mengajar konvensional.
para siswa untuk melakukan yang terbaik. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Melalui penerapan pembelajaran disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dan
kooperatif tipe STAD menuntut siswa indikator kinerja dapat dicapai sehingga
untuk aktif dalam pembelajaran. Melalui penelitian dinyatakan selesai dan berhasil.
aktifitas ini dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini sesuai dengan KESIMPULAN
penelitian Setya (2011) yang menyatakan Berdasarkan hasil penelitian dan
bahwa keaktifan belajar siswa dapat pembahasan yang diuraikan, diperoleh
mempengaruhi proses pembelajaran yang simpulan sebagai berikut.
nantinya akan berdampak pada pemahaman 1. Melalui penerapan model pembelajaran
materi. Cahyono (2013) juga kooperatif tipe STAD dapat
mengemukakan pelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar
menumbuh kembangkan kemampuan matematika pada materi Turunan
kreativitas peserta didik, karena dalam fungsi siswa kelas XI IS2 SMA Negeri
setiap langkah menuntut adanya keaktifan 15 Semarang pada semester II tahun
para peserta didik. pelajaran 2015/2016.
Adanya kerja kelompok siswa, 2. Melalui penerapan model pembelajaran
sehingga dapat memacu semangat siswa kooperatif tipe STAD dapat
untuk saling membantu memecahkan meningkatkan keaktifan belajar
masalah sehingga dapat meningkatkan hasil matematika pada materi Turunan
belajar siswa. Hal tersebut selaras dengan fungsi siswa kelas XI IS2 SMA Negeri
Lie (Anwar, 2006) yang mengatakan 15 Semarang pada semester II tahun
pembelajaran dengan rekan sebaya/ diskusi pelajaran 2015/2016.
sebaya lebih efektif daripada pengajaran 3. Melalui penerapan model pembelajaran
oleh guru. kooperatif tipe STAD dapat
Penerapan pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil belajar matematika
tipe STAD pada materi turunan sudah baik. pada materi Turunan fungsi siswa kelas
Hal ini dapat terlihat dari peningkatan hasil XI IS2 SMA Negeri 15 Semarang
belajar siswa dari siklus 1 sebesar 79 dan pada semester II tahun pelajaran
siklus 2 sebesar 83 dibandingkan dengan 2015/2016.
KKM yang ditetapkan yaitu 78. Hasil Saran
penelitian ini telah terpenuhi dari indikator 1. Guru hendaknya menerapkan model
keberhasilan individu yang ditetapkan 70%. pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pada siklus 1 terdapat 84% tuntas hasil untuk meningkatkan motivasi,
belajar dengan rata-rata 79, pada siklus 2 keaktifan dan hasil belajar
terdapat 89% tuntas belajar dengan rata-rata 2. Guru hendaknya meningkatkan
kelas 83. Hasil tersebut sesuai dengan keaktifan dan motivasi siswa dalam
penelitian Majoka, Dad, & Mahmood pembelajaran sehingga hasil belajar
(2010) yang menunjukkan bahwa siswa dapat meningkat.

42
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN: 2339-2444

3. Perlunya penelitian lebih lanjut untuk learning strategy : Empirical


menerapkan kooperatif tipe STAD Evidence from Mathematics
untuk materi atau pelajaran yang lain Classroom. Journal of Education
and Sociology (2010) Hal:1620.

DAFTAR PUSTAKA Mulyasa. E. (2004). Kurikulum Berbasis


Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Kompetensi:Konsep, Karakteristik
Anak Berkesulitan Belajar. dan Implementasi. Bandung:
Jakarta: Rineka Cipta. Remaja Rosda karya.

Anwar K. 2006. Mengembangkan Model Pristiyanto,D. 2013. Hasil PISA 2012 :


Pembelajaran Kooperatif Tipe Posisi Indonesia Nyaris Jadi Juru
Turnamen Belajar Untuk Kunci.
Meningkatkan Ketuntasan Belajar http://groups.google.com/forum/#!t
Matematika pada Siswa SMA. opic/bencana/UGna4p61JgQ.html.
Tesis. Semarang: Program Studi 1 April 2016
Matematika Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang Ratini, dkk. 2001. Pembelajaran
Matematika Secara Realistik di
Cahyono, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi MIN Yogyakarta II. Makalah
Tiori Belajar Mengajar Teraktual Seminar Nasional PMR
dan Terpopuler. DIVA Press. Univ.Sanata Dharma.
Jogyakarta
Setya, D. 2011. Upaya Peningkatan
Jalil, A. 2002. Efektivitas Pembelajaran Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa
Matematika dengan reinforcement dalam Pembelajaran Sistem
(penelitian pada pokok bahasana Pendingin dengan Menggunakan
persamaan kuadrat di kelas 1 Media Audio Visual pada Kelas X
SMU YP UNILA Bandar Program Keahlian Teknik
Lampung). Tesis, PPs UNESA Kendaraan Ringan SMK Negeri 1
Surabaya. Mondokan Sragen. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Lie, A. 2002. Cooperative Learning.
Jakarta: Grasindo. Slavin, S.E. 1997. Educational Psychology:
Theory Into Practices. Fifth
Hamalik, Oemar .(2002). Psikologi Belajar Edition. Boston: Allyn Bacon
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Publishers
Algesindo.
Slavin, R. (2009). Cooperative Learning
Majoka, M., Dad, M.H. & Mahmood, T. Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
(2010). Student Team Achievment Nusa Media.
Division (STAD) as an active

43
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN: 2339-2444

UNDP. (2012). Human Development Index dalam Pengembangan SDM. Dari


2011. Diambil 3 April 2016 dari situs World Wide Web
situs World Wide Web http://prasetya.ub.ac.id/berita/Prof
http://hdr.undp.org/en/media/HDR -Marjono-Kontribusi-Matematika-
_2011_EN_Table1.pdf. dalam-Pengembangan-SDM-2980-
en.html.
Universitas Brawijaya. (2009). Prof .
Marjono: Kontribusi Matematika

44
http://jurnal.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai