Anda di halaman 1dari 15

Laporan Magang Praktikum

Rekayasa Material
Modul B Pengujian Impak
oleh :

Nama : Wira Perdana Damanik


NIM : 13714047

Tanggal Praktikum : Kamis, 02 November 2017


Tanggal Penyerahan Laporan : Rabu, 08 November 2017
Nama Asisten (NIM) : Afdhilulhaq Sholihul H. (13713056)

Program Studi Teknik Material


Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2017
Wira Perdana Damanik
13714047

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk memahami sifat dari material dibutuhkan pengujian yang sesuai.
Salah satu sifat material yang dikenal saat ini adalah sifat mekanik material.
Sifat mekanik adalah respon suatu material terhadap pembebanan mekanik
yang diberikan kepada material tersebut. Pembebanan mekanik tertentu akan
mendapatkan sifat mekanik tertentu pula.

Pembebanan mekanik yang terjadi pada suatu material tidaklah selalu


beban konstan, adakalanya material akan mendapat beban kejut dengan
kondisi lingkungan yang beraneka ragam, salah satunya adalah temperatur
ekstrem.Untuk mengetahui sifat material saat diberi beban kejut dan dengan
kondisi lingkungan (temperatur) ekstrem, dibuatlah suatu uji yang diberi
nama uji impact. Uji impact digunakan untuk mengetahui berapa harga energi
impact yang dibutuhkan pada kondisi tempertatur tertentu agar suatu material
mengalami kegagalan. Uji impact yang dikenal saat ini ada dua jenis, yakni
charpy dan izod. Pada praktikum kali ini jenis uji impact yang akan dilakukan
adalah uji charpy.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan pada praktikum pengujian impak kali ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan harga impak spesimen


2. Menentukan jenis patahan yang terjadi pada spesimen
3. Menentukan temperatur transisi spesimen

Page 2 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Diagram Alir Percobaan

Siapkan spesimen 5 baja dan 5 aluminum dengan V notch standar


ASTM e 23

3 dari spesimen baja 3 dari spesimen aluminum


didinginkan dengan nitrogen didinginkan dengan nitrogen

2 dari spesimen baja 3 dari spesimen aluminium


dipanaskan dipanaskan cair

Periksa temperatur di Nitrogen


dan pemanas

Pengujian dimulai ketika T=-80


di rendaman nitrogen dan
T=80 di pemanas

Naikkan pendulum

Page 3 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

Letakkan spesimen pada mesin


uji impak

Pendulum dilepaskan hingga


menumbuk spesimen

Pendulum dilepaskan hingga


menumbuk spesimen

Catat energi pada saat beban


menumbuk spesimen

Ulangi percobaan untuk T=-40,


-20 di rendaman Nitrogen,
serta t=40 di Pemanas

Selesai

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat yang digunakan
Mesin Uji Impak
Kompor Elektrik
Pemegang Jepit
Termokopel

2.2.2 Bahan yang digunakan


Spesimen 5 baja karbon dan 5 aluminium
Nitrogen cair

Page 4 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

BAB III
DATA PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data dan gambar dari spesimen

Gambar 3.1 Sketsa dari spesimen yang digunakan

Gambar 3.2 Spesimen aluminium yang digunakan (5 buah)

Gambar 3.3 Spesimen baja yang digunakan (5 buah)

Page 5 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

Tabel 3.1 Data spesimen aluminium

Al No. T (oC) t (mm) p (mm) l (mm) h (mm) A


(mm2)
A 1 26,8 9,50 61,40 9,50 7,50 71,25
B 2 40,0 9,60 61,10 9,50 7,60 72,20
C 3 80,0 9,80 62,50 9,90 7,80 77,22
D 4 -20,0 9,50 61,70 9,50 7,50 71,25
E 5 -40,0 9,50 60,70 9,50 7,50 71,25

Tabel 3.2 Data spesimen baja

Baja No. T (oC) t (mm) p (mm) l (mm) h (mm) A


(mm2)
I 1 26,8 9,80 62,40 9,70 7,80 75,66
II 2 40,0 9,90 63,00 9,90 7,90 78,21
III 3 80,0 10,00 63,10 9,90 8,00 79,20
IV 4 -20,0 9,80 62,60 9,80 7,80 76,44
V 5 -40,0 10,00 62,50 9,90 8,00 79,20

Page 6 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

3.2 Data setelah pengujian

Gambar 3.4 : Spesimen Gambar 3.5 : Spesimen


Aluminium E Aluminum D

Gambar 3.6 : Spesimen Gambar 3.7 : Spesimen


Aluminium C Aluminium B

Page 7 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

Gambar 3.8 : Spesimen Gambar 3.9 : Spesimen


Aluminium A Baja I

Gambar 3.10 : Gambar 3.11 :


Spesimen Baja II Spesimen Baja III

Page 8 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

Gambar 3.12 : Gambar 3.13 :


Spesimen Baja IV Spesimen Baja V

Tabel 3.3 Data energi yang diserap oleh spesimen aluminium

Al No. T (oC) E(J) H(J/mm2)


A 1 26,8 12,50 0,18
B 2 40,0 11,00 0,15
C 3 80,0 66,00 0,85
D 4 -20,0 16,00 0,22
E 5 -40,0 22,00 0,31

Tabel 3.4 Data energi yang diserap oleh spesimen baja

Baja No. T (oC) E(J) H(J/mm2)


I 1 26,8 176,00 2,33
II 2 40,0 210,00 2,69
III 3 80,0 185,00 2,34
IV 4 -20,0 4,00 0,05
V 5 -40,0 4,00 0,05

Page 9 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

Impact energy vs Temperature


3

2.69
2.5
2.33 2.34
Impact Enerfy (J/mm2

1.5

1
0.85

0.5
0.31
0.22 0.18 0.15
0 0.05 0.05
-40 -20 26.8 40 80
Temperature 0C

Grafik 3.1 Harga Impak vs Temperatur

Page 10 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

BAB IV
ANALISIS DATA

Pada praktikum kali ini metode uji impak yang digunakan adalah metode
charpy. Dengan menggunakan 5 buah aluminium dan 5 baja karbon. Berdasarkan
literatur, baja memiliki struktur kristal BCC sedangkan aluminium memiliki
struktur Kristal FCC. Material dengan struktur kristal BCC akan lebih getas
dibanding material dengan struktur kristal FCC dikarenakan bidang slip pada BCC
lebih sedikit yaitu, 8. Sedangkan FCC memiliki bidang slip yang lebih banyak yaitu
12. Oleh karena itu material yang memiliki bidang slip yang lebih besar,(dalam
praktikum ini aluminium) akan lebih ulet dibandingkan dengan baja.

Berdasarakan data yang sudah diperoleh dapat ditentukan harga impak dari
masing-masing spesimen Harga Impak adalah jumlah energi yang dapat diserap
oleh suatu material per satuan luas. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi Harga Impak suatu material, maka semakin baik dan aman untuk
digunakan terutama untuk benda yang akan mengalami beban impak. Selain itu,
semakin tinggi Harga Impak suatu material, maka akan semakin ulet pula sifat
material tersebut.

Jika harga impak antara baja dan aluminium dibandingkan, dapat dilihat
bahwa pada Temperatur di atas 00C material baja memiliki harga impak yang lebih
tinggi disbanding aluminium. Namun pada Temperatur di bawah 00C harga impak
baja justru lebih kecil dibanding aluminium. Dari data tersebut dapat dikatakan
bahwa pada temperatur tinggi, baja akan cenderung bersifat ulet dan pada
temperatur rendah, baja akan cenderung bersifat getas. Selain itu dapat disimpulkan
juga bahwa baja lebih baik dalam menyerap energi pada temperatur tinggi
dibandingkan dengan alumunium. Namun, alumunium lebih baik dalam menyerap
energi pada temperatur yang rendah dibandingkan dengan baja. Untuk penggunaan

Page 11 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

material secara keseluruhan, alumunium lebih baik daripada baja karena


menunjukkan sifat yang lebih stabil.

Dari hasil percobaan dapat dilihat juga bentuk-bentuk patahan yang dialami
oleh masing-masing spesimen setelah mengalami pengujian. Jika dilihat pada
gambar di data bab sebelumnya, baja 1 mengalami patah ulet karena spesimen tidak
patah menjadi dua bagian sehingga sudah jelas bahwa spesimen mengalami
deformasi plastis. Hal ini dikarenakan pada Temperatur kamar baja memiliki
kekuatan yang tinggi. Sehingga walaupun memiliki struktur Kristal BCC perlu
energi yang tinggi untuk membuatnya patah ulet. Pada baja 2 dan 3 yang diberi
Tempertaur lebih tinggi juga terlihat ulet. Hal ini terjadi karena apabila baja
dipanaskan maka akan menjadikan atom pada baja 4 dan 5 didapatkan bentuk
patahan getas karena permukaan patahannya cenderung rata meskipun terdapat
sedikit relief.

Berbeda dengan spesimen Baja, pada spesimen Alumunium didapatkan


bentuk patah ulet pada semua spesimen. Semua spesimen Alumunium memiliki
bentuk patahan patah ulet karena permukaan patahan tidak rata dan menunjukkan
adanya deformasi plastis.

Dari data yang telah diperoleh, kurva energi terhadap temperatur dan kurva
harga impak terhadap temperatur dapat dibuat. Dari kurva energi terhadap
temperatur dapat diperoleh nilai temperatur transisi spesimen Baja. Temperatur
transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan
suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbedabeda. Berdasarkan grafik yang
telah dibuat, Baja memiliki temperatur transisi pada interval -20 oC sampai 40 oC.
Sedangkan Alumunium tidak memiliki temperatur transisi. Hasil yang diperoleh
sesuai dengan literatur bahwa baja memiliki temperatur transisi sedangkan
aluminium tidak memiliki temperatur transisi

Page 12 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pengujian Impak adalah :
1. Berdasarkan harga impak yang diperoleh material aluminium memiliki
harga impak yang lebih stabil dibanding material Baja
2. Bentuk patahan pada material aluminium pada semua spesimen adalah
patah ulet. Sedangkan pada material Baja, material 1,2 dan 3 mengalami
patah ulet sedangkan baja 4 dan 5 mengalami patah getas
3. Pada material aluminium tidak terdapat Temperatur transisi. Sedangkan
pada Baja temperatur transisinya adalah antara -200C sampai 400C.

6.2 Saran
Saran dari praktikum uji impak adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam sebaiknya melakukan
metode izod juga
2. Karena pelaksanaan praktikum cukup banyak sehingga memakan waktu
yang cukup lama, sebaiknya diawal praktikum dilakukan pembagian tugas
untuk tahapan pengerjaan.

Page 13 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

DAFTAR PUSTAKA

1. Dieter, George E. 1986. Mechanical Metallurgy. New York: McGraw-Hill.


2. Callister Jr., William D. Materials and Science Engineering, an Introduction,
7th edition, John Wiley & Sons, Inc. 2007

Page 14 of 15
Wira Perdana Damanik
13714047

Page 15 of 15

Anda mungkin juga menyukai