Blok 13
Blok 13
Kelompok: D2
Email: melisa.andriana@civitas.ukrida.ac.id
Pendahuluan
Hampir sepertiga umur kita dihabiskan untuk tidur. Tidur yang lelap tanpa gangguan
dan nyenyak menjadi kebutuhan manusia yang esensial, sama pentingnya dengan kebutuhan
makan, minum, tempat tinggal dan lain-lain. Gangguan terhadap tidur malam hari (insomnia)
akan menyebabkan rasa mengantuk sepanjang hari esoknya. Mengantuk merupakan factor
resiko terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi
produktivitas seseorang. Pada usia lanjut gangguan tidur di malam hari akan mengakibatkan
ketidakbahagiaan, dicekam kesepian dan yang terpenting mengakibatkan penyakit-penyakit
degenerative yang sudah diderita mengakami eksaserbasi akut, perburukan dan menjadi tidak
terkontrol. Selain itu akan menimbulkan problem sosial lain terhadap lingkungan, terutama
terhadap keluarganya.
Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat dibagi tiga menjadi, kesulitan
masuk tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep
maintenance problems), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA). Gejala
dan tanda muncul sering kombinasi ketiganya, munculnya ada yag sementara atau kronik.1
Anamnesis
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan
antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan
medisnya.1
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsam dan agama. Keluhan utama adalah keluhan
yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter. Riwayat penyakit sekarang
merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak
sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Riwayat penyakit dahulu bertujuan
untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah
diderita dengan penyakitnya sekarang. Riwayat penyakit keluarga penting untuk mencari
kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi. Riwayat pribadi meliputi
data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan.1
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-
temuan dalam anamnesis. Salah satu pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah dengan
memeriksa tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital adalah nadi, pernapasan, suhu, dan tekanan
darah. Semua harus diukur dalam setiap pemerikaan yang lengkap dan dalam banyak
pertemuan vital. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut vital karena mengandung ukuran-ukuran
klinis kuantitatif.
Nadi merupakan refleksi perifer dari kerja jantung dan penjalaran gelombang dari
proksimal (pangkal aorta) ke distal. Gelombang nadi tidak bersamaan dengan aliran darah
tetapi menjalar lebih cepat. Intensitas nadi berhubungan dengan karakteristik pemnbuluh
darah dan tekanan nadi. Kecepatan denyut nadi normal pada dewasa yang sehat berkisar dari
50-100 denyut/menit.
Sistem-sistem enzim mamalia bekerja dengan baik pada satu rentang suhu yang
sempit. Oleh karena itu suhu tubuh mamalia berada pada keadaan yang agak konstan. Suhu
tubuh fisiologis manusia rata-rata adalah 37oC.
Tekanan darah diukur dalam torr, singkatan dar torricelli, satuan tekanan yang
sebelumnya dikenali sebagai milimeter air-raksa. Tekanan darah normal pada kebanyakan
orang dewasa sehat berkisar antara 90/50 dengan 140/90.3
Working diagnosis
Gangguan susah tidur atau insomnia menurut DSM ( Diagnostic and Statistical
Manual of Mental disordes) IV dibagi menjadi 4 tipe yaitu 1) Gangguan tidur yang
berkolerasi dengan gangguan mental lain, 2) gangguan tidur yang disebabkan gangguan
medis umum, 3) gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan bahan atau keadaan tertentu, 4)
Gangguan tidur primer (gangguan yang tidak berhubungan dengan kondisi mental, penyakit
ataupun obat-obatan). Pada gangguan tidur primer, gangguan tidur atau insomnia sudah
berada pada taraf kronik dan sudah diderita lebih dari 1 bulan. Gangguan tidur primer dibagi
menjadi menjadi 3 yaitu :
Differential diagnosis
Depresi
Depresi merupakan penyakit mental yang palig sering pada pasien berusia diatas 60
tahun dan merupakan contoh penyakit yang paling umum dengan tampilan gejala yang tidak
spesifik/ tidak khas pada populasi geriatri. Terdapat beberapa factor biologis, fisik,
psikologis, dan sosial yang membuat seorang berusia lanjut rentan terhadap depresi.
Perubahan sistem saraf pusat seperti meningkatnya aktifitas monoamine oksidase dan
berkurangya konsentrasi neurotransmitter (terutama transmitter katekolaminergik) dapat
berperan dalam terjadinya depresi pada usia lanjut. Kondisi multipatologi dengan berbagai
peyakit kronik dan polifarmasi kian meningkatkan kejadian depresi pada usia lanjut. Factor
psikososial juga berperan sebagai factor predisposisi depresi. Orang tua sering mengalami
periode kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Factor kehilangan fisik juga
meningkatkan kerentanan terhadap depresi dengan berkurangnya kemauan merawat diri dan
hilangnya kemandirian. Berkurangnya kapasitas sensoris (terutama penglihatan dan
pendengaran) akan mengakibatkan penderta terisolasi dan berujung pada depresi.
Berkurangnya daya ingat dan fungsi intelektual sering dikaitkan dengan depresi. Kehilangan
pekerjaan, penghasilan, dan dukungan sosial sejalan dengan bertambahnya usia turut menjadi
factor predisposisi seorang usia lanjut untuk menderita depresi.
Ada beberapa cara penegakan diagnosisi terapi, menurut diagnostic and statistical
manual of mental disorders (DSM) IV atau menurut international code of diagnostic (ICD)
10. Penggunaan DSM-IV mungkin tidak spesifik, dan dianjurkan dengan skala depresi khusu
usia lanjut. Menurut DSM-IV criteria depresi berat mencakup 5 atau lebih gejala berikut, dan
telah berlangsung 2 minggu atau lebih, yaitu
1. Perasaan depresi
2. Hilangnya minat atau rasa senang, hampir setiap hari
3. Berat badan menurun atau bertambah yang bermakna
4. Insomnia atau hipersomnia, hampir tiap hari
5. Agitasi atau retardasi psikomotor, hampir tiap hari
6. Kelelahan (rasa lelah atau hilangnya energy), hampir tiap hari
7. Rasa bersalah atau tidak berharga, hampir tiap hari
8. Sulit konsentrasi
9. Pikiran berulang tentang kematian atau gagasan bunuh diri
Etiologi
Gejala klinis
Pada usia lanjut terjadi perubahan irama sirkadian tidur normal yaitu menajdi kurang sensitive
dengan perubahan gelap dan terang. Dalam irama sirkadian yang normal terdapat peranan
pengeluaran hormon dan perubahan temperature badan selama siklus 24 jam. Ekskresi kortisol dan
GH meningkat pada siang hari dan temperature badan menurun pada malam hari. Pada usia lanjut,
ekskresi kortisol dan GH serta perubahan temperature tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol.
Melatonin, hormon yang disekskresikan malam hari dan berhubungan dengan tidur, menurun dengan
meningkatnya umur. Kelainan yang terjadi akibat gangguan irama sirkadian pada usia lanjut, yaitu
Penatalaksanaan1
Untuk gangguan irama sirkadian perlu dijelaskan pada pasien bahwa gangguan tidur
ini bukan penyakit, tidak membutuhkan obat khusus, hanya perlu pengaturan waktu masuk
tidurya, jangan terlalu dini dengan melakukan kegiatan/kesibukan pada petang hari dan baru
masuk tidur pada jam yang sama dengan keluarga lain. Kalau tetap tak dapat mengatasi,
diberikan lampu terang pada saat seharusnya pasien masih bangun di pagi hari dan petang
hari, lampu dipadamkan pada saat harus tidur.
Penatalaksanaan gangguan tidur untuk usia lanjut harus dilakukan secara individual,
dengan meneliti dan menilai gejala dan tanda yang ada pada tiap pasien. Beberapa hal dapat
diterapkan secara umum pada semua jenis gangguan tidur pada usia lanjut, yaitu edukasi
tidur, mengubah gaya hidup, psikoterapi, dan medikamentosa.
Edukasi tidur diberikan baik kepada pasien maupun keluarga. Edukasi tersebut
meliputi,
Psikoterapi perlu diberikan pada pasien gangguan tidur yang disebabkan oleh ansietas
dan depresi. Di samping psikoterapi dari seorang psikolog, psikoterapi berupa dorongan dan
penghiburan sebaiknya dilakukan oleh anak atau cucu pasien.
Prognosis
Kesimpulan
Daftar pustaka
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (editor). Buku ajar: ilmu penyakit dalam. Ed 5. Jilid
1. Jakarta: InternaPublishing; 2009.
2. Welsby, Philip D. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009.
3. Willms JL, Schneiderman H, Algranati PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis dan
fungsi di bangsal. Jakarta: EGC; 2005.h. 30-1.
4.