Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Fisiologi Pascapanen

INDEKS LIMBAH

OLEH :

NAMA : ADHEYFA DYTHEANA


NIM : G111 15 059
KELAS : E
ASISTEN : MUHARSYAM SYARIF

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup luas, dengan variasi
agroklimat yang tinggi, merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan
hortikultura baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi
agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur
dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun.
Sayuran dan buah merupakan salah satu menu makanan yang menunjang
kesehatan karena memiliki nutrisi dan nilai gizi yang diperlukan tubuh. Sayuran
dan buah sangat bermanfaat bagi tubuhj dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan agar kita dapat selalu sehat dan bugar. Tanaman hortikultura seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan dibutuhkan setiap hari untuk melengkapi
makanan pokok. Hasil tanaman hortikultura adalah penambah terhadap
keanekaragaman gizi dan penyempurna menu rakyat. Sayu-sayuran maupun buah-
buahan mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Peningkatan kebutuhan manusia akan komoditi hortikutura menyebabkan
peningkatan produksi hortikultura pula, sehingga produksi limbah juga akan ikut
mengalami peningkatan.
Produk pertanian berupa produk hortikultura dipasarkan biasanya dengan
pengolahan sortasi terlebih dahulu serta proses pembersihan terlebih dahulu, akan
tetapi proses ini tidak menjamin bahwa di setiap tempat pemasaran tersebut
diperoleh bahan yang benar-benar bersih erupa bahan yang dikonsumsi. Sebagai
konsumen yang selektif, menginginkan produk yang dibelinya berupa bahan yang
berat yang dikonsumsi lebih besar dibandingkan bahan yang tidak dikonsumsi dan
nantinya menjadi limbah dan dibuang. Indeks limbah adalah parameter yang
menunjukkan perbandingan antara berat bagian yang dikonsumsi dengan yang
tidak dikonsumsi dari suatu bahan. Indeks limbah ini dianggap penting dalam
bidang pasca panen pertanian sebelum sampai ke konsumen. Dalam bidang pasca
panen, diharapkan produk yang dipasarkan ke konsumen sesuia dengan criteria
bahan yang mereka inginkan. Perhitungan rasio indeks limbah itu sendiri biasanya
diketahui dari hasil perhitungan berat total, berat bahan yang dikonsumsi, dan
bahan yang tidak dikonsumsi.
Pada umumnya limbah pertanian tidak membahayakan kesehatan
masyarakat, karena tidak terlibat langsung dalam perpindahan penyakit. Limbah
pada umumnya merupakan penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Namun
demikian, apabila dimanfaatkan secara tepat, maka terjadinya pencemaran
lingkungan tersebut dapat dihindarkan. Dalam rangka penanganan limbah pangan,
akan dilakukan praktikum perhitungan waste indeks (indeks limbah) pada
komoditi. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dilakukan percobaan untuk
menganlisis indeks limbah pada proses pengolahan pascapanen dari komoditi
sayur-sayuran dan buah-buahan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan dari praktikum fisiologi pascapanen sebagai
berikut. Praktikum Indeks Limbah bertujuan untuk mengetahui indeks limbah
pada komoditi buah dan sayuran. Serta mengetahui perbandingan bagian dari
komoditi yg termanfaatkan dan bagian yang tidak termanfaatkan.
Kegunaan dari praktikum Indeks Limbah yaitu sebagai bahan informasi
mengenai Indeks Limbah pada komoditi buah dan sayuran serta sebagai bahan
pembelajaran untuk kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Indeks Limbah
Indeks limbah merupakan ration antara bagian tanaman yang dikonsumsi
dan bagian tanaman sebagai limbah pertanian. Pada tanaman alpukat memiliki
limbah yang lebih berat daripada konsumsi dan wortel memiliki limbah yang
sedikit dari konsumsi ini disebabkan karna buah alpukat terdapat biji yang
memiliki berat lebih besar daripada konsumsi dan wortel memiliki kulit yang
tipis sehingga limbahnya sedikit (Putu,2000).
Limbah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses
alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika
dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat
dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan
manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga
dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.
Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan
jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi (Putu,2000).
Limbah organik dibagi menjadi dua, yaitu limbah organik basah dan limbah
organik kering. Pada limbah organik basah memiliki kandungan air yang cukup
tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayur. Sedangkan pada limbah organik
kering memiliki kandungan air yang relative sedikit. Contohnya kayu, ranting
pohon, dedaunan kering, dan lain lain (Ambarita, 2015).

2.2 Deskripsi Tanaman


2.2.1 Bayam (Amaranthus sp.)
Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong
sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO2 secara efisien sehingga
memiliki daya adaptasi yang tinggi pada beragam ekosistem. Bayam memiliki
siklus hidup yang relatif singkat, umur panen tanaman ini 3-4 minggu. Sistem
perakarannya adalah akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang bentuknya
bulat panjang menyebar ke semua arah. Umumnya perbanyakan tanaman bayam
dilakukan secara generatif yaitu melalui biji (Hadisoeganda, 2000).
Selanjutnya, tanaman bayam secara sistematika di klasifikasikan sebagai
berikut :
Divisio : Spermatophyta
Class : Angiospermae
Sub Class : Dicotyledoneae
Ordo : Amaranthales
Family : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus sp.
Pada umumnya organ-organ yang penting pada tanaman bayam adalah
sebagai berikut :
a. Akar
Bentuk tanaman bayam adalah terma (perdu), tinggi tanaman dapat
mencapai 1,5 sampai 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran
menyebar dangkal pada kedalaman antara 20-40 cm dan berakar tunggang.
b. Batang
Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air, tumbuh
tinggi diatas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang keras
berkayu dan bercabang banyak. Bayam kadang-kadang berkayu dan bercabang
banyak.

c. Daun
Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat daun
yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau keputih-
putihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap (kasar) dan
kadang berduri.
d. Bunga
Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun bunga 4-5
buah, benang sari 1-5, dan bakal buah 2-3 buah. Bunga keluar dari ujung-ujung
tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak.
Tanaman dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat uniseksual,
yaitu dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan
berlangsung dengan bantuan angin dan serangga.
d. Biji
Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna coklat
tua sampai mengkilap sampai hitam kelam. Namun ada beberapa jenis bayam
yang mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya bayam maksi yang
bijinya merah.
Secara umum bayam dapat tumbuh sepanjang tahun, baik di dataran rendah
maupun dataran tinggi (pegunungan). Tanaman bayam tidak menuntut
persyaratan tumbuh yang sulit, asalkan kondisi tanah subur, penyiraman teratur,
dan saluran drainase lancar. Bayam juga sangat toleran terhadap keadaan yang
tidak menguntungkan sekalipun serta tidak memiliki jenis tanah tertentu. Akan
tetapi, untuk pertumbuhan yang baik memerlukan tanah yang subur dan bertekstur
gembur serta banyak mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah (pH)
yang baik untuk tumbuhnya adalah antara 6-7. Apabila tanaman berada di bawah
pH 6, bayam akan merana. Sedangkan di atas pH 7, tanaman akan menjadi
klorosis (warnanya putih kekuning-kuningan, terutama pada daun-daun yang
masih muda).

2.2.2 Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica)


Pisang merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat digemari
masyarakat, dan menjadi salah satu komoditas tanaman buah yang mulai
dikebunkan selain mangga, durian, rambutan, manggis, jeruk, nenas dan pepaya.
Tanaman pisang (Musa spp) telah diproklamirkan sejak sebelum masehi (SM).
Nama Musa diambil dari nama seorang dokter bernama Antonius Musa pada
zaman Kaisar Romawi Octavianus Augustus (63 SM 14 M), beliau selalu
menganjurkan pada kaisarnya untuk makan pisang setiap harinya agar tetap kuat,
sehat, dan segar (Mudjajanto, ES & Lilik K.2008).
Buah pisang mengandung gizi cukup tinggi, kolesterol rendah serta vitamin
B6 dan vitamin C tinggi. Zat gizi terbesar pada buah pisang masak adalah kalium
sebesar 373 miligram per 100 gram pisang, vitamin A 250-335 gram per 100 gram
pisang dan klor sebesar 125 miligram per 100 gram pisang. Pisang juga
merupakan sumber karbohidrat, vitaminn A dan C, serta mineral. Komponen
karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah pati pada daging buahnya, dan akan
diubah menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat pisang matang (15-20 %)
(Ismanto, 2015).
Menurut Ibrahim Bustami, 2005. Dalam taksonomi tumbuhan, kedudukan
tanaman pisang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca formatypica
Pisang adalah tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara
(termasuk Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke kawasan
Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Penyebaran
tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh dunia, yaitu meliputi daerah
tropis dan sub tropis, dimulai dari Asia Tenggara ke timur melalui Lautan Teduh
sampai ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat melalui
Samudera Atlantik, Kepulauan Kanari sampai Benua Amerika (Satuhu dan
Supriyadi,1992).
Prabawati dkk (2008) menyebutkan bahwa kandungan karbohidrat buah
pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang yang tersedia secara
bertahap sehingga dapat menyediakan energi dengan waktu yang tidak terlalu
cepat. Dibandingkan dengan karbohidrat yang ada pada gula pasir dan sirup,
karbohidrat dalam buah pisang menyediakan energi yang sedikit lambat, namun
lebih cepat dari pada nasi, biskuit dan sebagainya.
Pisang kepok kuning (Musa paradisiaca formatypical). Pisang kepok
termasuk dalam pisang plantain atau pisang olahan. Meskipun pisang kepok
merupakan jenis pisang olahan, pisang kepok juga dapat dikonsumsi secara
langsung ketika pisang sudah matang. Pati resisten pisang kepok merupakan yang
paling tinggi dibandingkan pati resisten pisang lain.16 Pati resisten juga dapat
menurunkan kadar glukosa darah. 17 Pisang merupakan buah dengan kandungan
inulin yang paling tinggi yaitu sekitar 1 g/100 g.18 Pisang kepok kuning memiliki
rasa yang lebih manis dibandingkan dengan pisang kepok putih. Pisang kepok
kuning memiliki kandungan karotenoid, khususnya karoten. Kandungan
karoten pada pisang kepok sekitar 2,4 mg/100g pisang kepok.19 karoten
merupakan antioksidan yang mempunyai peran sebagai hipoglikemik dan dapat
menekan lipid peroksida di dalam jaringan sehingga dapat mengurangi komplikasi
penyakit diabetes mellitus (Wahyuni, 2015).
Semua jenis buah pisang memiliki kandungan gizi yang berbeda-beda.
Rata-rata dalam setiap 100 g daging buah pisang mengandung air sebanyak 70 g,
protein 1,2 g, lemak 0,3 g, pati 2,7 g, dan serat 0,5 g. Buah pisang juga kaya akan
potassium, sebanyak 400 mg/100 g. Potassium merupakan bahan makanan untuk
diet karena mengandung nilai kolestrol, lemak dan garam yang rendah. Pisang
kaya akan vitamin C, B6, vitamin A, thiamin, ribaflavin, dan niacin. Energi yang
terkandung dalam setiap 100 g daging buah pisang sebesar 275 kJ 465 (Ashari,
2006).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Indeks Limbah dilaksanakan pada hari Senin, 23 Oktober 2017
pukul 09.50 sampai selesai di Laboratorium III Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum Indeks Limbah yaitu buah pisang
kepok dan bayam yang telah masak masing-masing 2 ikat.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Indeks Limbah yaitu
timbangan, kakter, alat tulis menulis.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur percobaan dari praktikum indeks limbah antara lain :
1) Menyiapkan bahan yang akan dijadikan objek praktikum indeks limbah
2) Kemudian menimbang masing-masing bahan yang pertama ditimbang utuh
antara yang dapat dikomsumsi dan tidak dapat dikomsumsi
3) Penimbangan ke 2 dilakukan penimbangan antara bagian yang tidak dapat
dikomsumsi dan yang tidak dapat dikomsumsi.
4) Memasukan nilai yang didapatkan ke dalam persamaan untuk perhitungan
indeks limbah.
5) Menghitung indeks limbah komoditi dengan menggunakan rumus ;
Indeks Limbah(%) = Bobot bagian yang digunakan x 100%
Berat keseluruhan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum Indeks Limbah adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan indeks limbah

Berat (gram) Rasio


No. Komoditi Indeks
Awal Komsumsi Limbah Limbah
1. Bayam 312 gram 237,0 gram 63,8 gram 20,45 %

2. Pisang 162,7 gram 85,9 gram 76 gram 46,71 %


Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pada komoditi bayam dan
pisang memiliki perbedaan pada indeks limbah. Untuk komoditi bayam berat/gr
diawal pengukuran 312/gr, dan berat komsumsi setelah dilakukan pengukuran
237,0/gr, dan berat limbah setelah dilakukan pengukuran 63,8/gr. Sedangkan
untuk buah pisang berat/gr diawal pengukuran 162,7/gr, dan berat komsumsi
setelah dilakukan pengukuran 85,9/gr, dan berat limbah setelah dilakukan
pengukuran 76/gr.
Dapat dijelaskan bahwa, pada tabel di atas rasio indeks limbah diperoleh
dengan rumus selisih antara berat bagian yang dikonsumsi dengan yang tidak
dikonsumsi dibagi dengan berat total kemudian dikalikan 100%. Berdasarkan
rumus tersebut diperoleh hasil pada rasio indeks limbah bayam sebesar 20,45 %,
dan pisang sebesar 46,71 %.
Pada praktikum ini bagian yang dikategorikan sebagai bagian yang tidak
dikonsumsi yaitu akar, kulit, dan bagian lainnya meskipun bagian tersebut
sebenarnya bisa bermanfaat apabila dikelola sesuai dengan metode tujuan yang
diinginkan. Hali ini sesuai dengan pendapat Wahyuni (2015) yang menyatakan
bahwa limbah buah dapat berupa kulit buah, bagian daging yang terbawa kulit
atau biji buah tertentu, maupun biji. Pada umumnya limbah itu terbuang begitu
saja tanpa ada pemikiran untuk diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Padahal
bila dilihat limbah buah-buahan tersebut masih mengandung karbohidrat yang
dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan nata.
`
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum Indeks Limbah maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Indeks limbah merupakan parameter yang menunjukkan perbandingan
antara bagian yang dikonsumsi dengan yang tidak dikonsumsi pada suatu
bahan.
2. Rasio indeks limbah diperoleh dengan rumus selisih antara berat bagian
yang dikonsumsi dengan yang tidak dikonsumsi dibagi dengan berat total
kemudian dikalikan 100%.
3. Rasio indeks limbah bayam sebesar 20,45 %, dan pisang sebesar 46,71 %.

4. Indeks limbah pada setiap komoditi dipengaruhi oleh jenis komoditi dan
umur komoditi yang diuji.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum Indeks Limbah alat yang disediakan untuk
praktikan setidaknya lebih banyak lagi agar proses praktikum dapat berjalan
dengan lancar dan selesai dengan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, Monica Dame Yanti., Eva Sartini Bayu, Hot Setiado. 2015. Identifikasi
Karakter Morfologis Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang.
Fakultas Pertanian, USU: Medan. Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No.
2337- 6597 Vol.4. No.1, Desember 2015. (586) :1911- 1924.
Ashari, S., 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta
Hadisoeganda, A. W. W. 1996. Bayam sayuran penyangga petani di Indonesia.
Monograft No. 4, Bandung.
Ibrahim, Bustami. 2005. Budidaya Buah-Buahan. Buletin Teknologi Hasil
Pertanian, vol VIII no 1 : 31-41.
Ismanto, H. 2015. Pengolahan Tanpa Limbah Tanaman Pisang. Laboratorium
Pengolahan Hasil Pertanian. Balai Besar Pelatihan Pertanian.
Batangkaluku.
Ismanto.2015.Teknik Budidaya Tanaman Hortikultura.Jakarta.Departemen
Pendidikan Nasional.
Mudjajanto, Eddy Setyo & Lilik Kustiyah.2008.Membuat Aneka Olahan Pisang
(Peluang Bisnis yang Menjanjikan).Agromedia Pustaka:Jakarta
Mudjajanto, Eddy setyo dan Yulianti, Lilik Noor., 2004. Pisang . Penebar
Swadaya, Jakarta.
Prabawati dkk. 2008. Ensiklopedia Tanaman : Suatu Kajian Kuantitatif
Pertumbuhan Tanaman : PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wahyuni, 2015. Deskripsi Pisang Indonesia. Agro Inovasi. Balai Penelitian
Tanaman Buah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura Badan
penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
LAMPIRAN

1. Komoditi Bayam
Dik.
Bobot bagian yang tidak digunakan = 63,8 gr
Bobot keseluruhan = 312 gr
Ditanyakan : Indeks limbah = ..?
Penyelesaian:
Indeks limbah (%) = Bobot bagian yang tidak dikomsumsi x 100 %
Bobot keseluruhan
= 63,8 gr x 100 %
312
= 20,45 %
2. Komoditi Buah Pisang
Bobot bagian yang tidak digunakan = 76 gr
Bobot keseluruhan = 162,7 gr
Ditanyakan : Indeks limbah = ..?
Penyelesaian:
Indeks limbah (%) = Bobot bagian yang tidak dikomsumsi x 100 %
Bobot keseluruhan
= 76 gr x 100 %
162,7
= 46,71 %

Anda mungkin juga menyukai