Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini
adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolic tubuh, kedua penekanan
arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium
ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal
jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulai dapat menunda atau bahkan mencegah
perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan
ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai.
Defenisi ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak
memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal jantung
kongetif adlah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme
kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu.
Gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan bebabn sirkulasi akibat bertambahnya volume darah
pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif
maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-
keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium.
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum
ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi
sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan kardiomiopati.
Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanana sirkulasi yang
mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru.
Pennganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak
saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-
faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
C. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit
jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas
ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan rteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena
paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan
kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya
akan terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh
regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional
dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada
orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya
aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat aktivasi istem rennin-angiotensin-
aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan
curh jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung
pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi
kelainan pad kerj ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan
berktivitas. Dengn berlanjutny gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring efektif.
D. Penanganan
Gagal jantung ditngani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan
manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secar sendiri-sendiri
maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan biasanya dimulai
ketika gejala-gejala timbul pad saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secar progresif
ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung
atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah
sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun sangat tepat
dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jngn sampai memaksakan lrngan yng tak
perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah dikethui bahwa kelemahan otot
rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas
juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pad
pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.
E. Pemeriksaan Diagnostik
EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola mungkin
terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau
lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.
Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub
atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri
kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi
fraksi/perubahan kontrktilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung,
September 1996
Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universita Indonesia, 1982
Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi 4, Tahun 1995
MAKALAH KEPERAWATAN
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di indonesia. Penyebab dari penyakit
jantung pun bermacam macam.. Penyakit ini dapat disebabkan karena perilaku kesehatan yang
kurang baik, hal tersebut bisa disebabkan karena adanya tekanan batin, misalnya kaget, syok dan
lain lain.
Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus dapat mengetahui dan memahami macam macam
penyakit jantung. Salah satu penyakit jantung yang sering terjadi adalah penyakit CHF atau gagal
jantung. Dalam artikel yang akan saya posting dibawah ini saya akan menjelaskan mengenai
"Makalah Keperawatan : Congestive Heart Failure (CHF) atau biasa disebut gagal ginjal kongestif.
Semua akan saya bahas dari pengertian, penyebab, hingga penatalaksanaan apakah yang harus
dilakukan pada pasien dengan Penyakit CHF.
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak
mampu lagi memompakan darah yang cukup dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk
keperluan jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung
masih cukup tinggi.
Gagal jantung kongestif merupakan kondisi terminal pada banyak jenis penyakit jantung, keadaan ini
merupakan kondisi patologik ketika fungsi jantung yang terganggu itu membuat jantung tidak
mampu mempertahankan curah jantung yang cukup untuk memenui kebutuhan metabolik tubuh.
Gagal jantung kongestif ditandai oleh berkurangnya curah jantung (forward failure), penumpukan
darah dalam sistem vena (backward failure) atau keduanya (Mitchell, 2009. Buku Kedokteran :
Jakarta)
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Brunner dan Suddart, 805. KMB).
Gagal jantung kongestif adalah gagal serambi kiri dan kanan dari jantung yang menakibatkan
ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan
menyeabkan terjadinya kongestif pulmonal dan sistemik (Marilynn E Doenges, Hal 52)
Menurut Purnawan (1982) Congestive Heart Failure adalah suatu kegagalan jantung dalam
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan dalam pemompaan dimana cardiac output tidak
mencukupi kebutuhan tresse tubuh, hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan
jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan
jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin, 1993).
Gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab - penyebab gagal jantung tersebut
dapat dikelompokkan sebagai dibawah ini :
Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
Selain penyebab di atas gagal jantung kongestif juga dapat disebabkan oleh hal - hal di bawah ini :
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung. Menyebabkan menurunnya
kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosi (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot jantung tidak
berfungsi secara normal, akhirnya terjadi gagal jantung
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung.
Menyebabkan kontraktilitas menurun.
Gagal jantung dapat terjadi akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak secara langsung
mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui
jantung (misalnya : stenosis katup senilluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (misal :
tamponade perikardium, perikardium konstriktif).
Kelainan tresse pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung yang di akibatkan
penyakit jantung iskemik dapat menyebabkan tergganggunya kemampuan pengosongan ventrikel
yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan
meningkatkan volume residu ventrikel. Tekanan paru-paru dapat meningkat sebagai respon
terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan
terhadap ejeksi ventrikel kanan. Setelah itu akan menimbulkan seperti yang terjadi pada jantung kiri,
juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongestif sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh
regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian.
Sedangkan menurut Brunner dan Suddart mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi
gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari
curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO=HR x SV
dimana curah jantung (CO : Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate) x
volume secukupnya (SV : Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis
akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme
kompensasi gagal mempertahankan perfusi jaringan yang memadahi maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuiaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot,
sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup ialah
jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada 3 faktor : preload, kontraktilitas,
afterload.
Preload adalah sinonim dengan hukum starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah
yang mengisi jantung bergandeng langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya
tegangan serabut jantung.
Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung serta kadar kalsium.
Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah
melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
Gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, hasil jantung berkurang
kemudahan dalam menentukan hemodinamika melalui prosedur pemantauan infasif telah
mempermudah diagnosa jantung kongestif dan mempermudah penerapan terapi farmakologis yang
efektif (Brunner dan Suddarth, Hal 805. KMB)
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi atas:
Gejala dan tanda yang timbul berbeda sesuai dengan pembagian kegagalan pemompaan. Tanda
yang paling dominan dalam gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler.
Kongesti jaringan terjadi diakibatkan karena tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
turunnya curah jantung pada kegagalan jantung. Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya
volume intravaskuler.
Turunnya curah jantung pada gagal jantung di manivestasikan secara luas karena darah tidak dapat
mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah) untuk menyampaikan oksigen yang di butuhkan.
Beberapa efek yang timbul yang diakibatkan perfusi rendah adalah pusing, konfusi, kelelahan, tidak
toleran terhadap latihan dan panas, ekstremitas dingin, dan keluaran urin yang berkurang atau
oliguri. Tekanan perfusi ginjal yang menurun mengakibatkan pelepasan stress dari ginjal, yang pada
gilirannya akan menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan serta peningkatan
volume intravaskuler.
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas:
Kelas 2: bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
Kelas 3: bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
Kelas 4: bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah baring
F. Data Penunjang
Radiologi:
Bayangan hili paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke pinggir berkurang
Hidrothorak
EKG
Dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI).
Ekokardiografi :
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi penyebab gagal jantung.
Foto torax
Dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi pleura yang menegaskan CHF.
Kateterisasi Jantung:
Pada gagal jantung kiri didapatkan ( VEDP ) 10 mmHg atau Pulmonary arterial wedge Pressure > 12
mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari 2,7 lt/mnt/m2 luas permukaan tubuh.
Pemeriksaan Lab. Meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah
sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah.
Penatalaksanaan Medis
Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan beban dan farmakologis.
Menghilangkan timbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik, diet, dan istirahat.
Terapi farmakologis
Glukosida jantung, diuretik, dan fasidilator merupakan dasar terapi farmakologis gagal jantung.
Terapi diuretik
Digunakan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal, obat ini tidak diperlukan apabila
pasien bersedia merespon.
Terapi vasodilator
Obat - obat vaso aktif merupakan merupakan pengobatan utama pada penatalaksana gagal jantung.
Pemberian diuretik yaitu untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Pemberian oksigen.
Penatalaksanaan Keperawatan
Syok Kardiogenik
Episode Tromboemboli
I. Daftar Pustaka
Brunner, suddarth. 1994. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Doenges, Marylyn E. (1993). Nursing Care Plans, Edisi III. EGC : jakarta.
Nih Luh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan Medikal Bedah. EGC Jakarta.
Soeparman . (1987). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
A. Definisi
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient
dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare,
2001).
B. Etiologi
Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
degeneratif atau inflamasi
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan beban
kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif
konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan
anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau
metabolic dan abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4 kelainan
fungsional :
I. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
II. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
III. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
IV. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat
C. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme
dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan
kardiak output, yaitu meliputi :
a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap
peningkatan volume
c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah
sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh
pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel
dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat
ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan
oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau
kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.
D. Pathways
Disfungsi miocard beban sistol kebutuhan metabolisme
Kontraktilitas preload beban kerja jantung
Hambatan pengosongan ventrikel
Beban jantung
Gagal jantung kongestif
Gagal pompa ventrikel
Forward failuer back ward failure
Curah jantung ( COP) Tekanan vena pulmo
Suplai drh kejaringan renal flow tekanan kapiler paru
Nutrisi & O2 sel pelepasan RAA edema paru
Metabolisme sel retensi Na & air Gg. Pertukaran gas
Lemah & letih edema
Intoleransi aktifitas kelebihan volume cairan
E. Tanda dan Gejala
Tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah
jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang
terjadi.
Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnoe
pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND)
Batuk
Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan
dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
Juga terjadi
karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang
terjadi karena distress pernafasan dan batuk
Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi jaringan,
stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi
dengan baik
Gagal jantung Kanan :
Kongestif jaringan perifer dan visceral
Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting,
penambahan BB.
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena hepar
Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga
abdomen
Nokturia
Kelemahan
F. Pemeriksaan Diagnostik
Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi
pleura yang menegaskan diagnosa CHF
EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi
(jika disebabkan AMI), Ekokardiogram
Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium
yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na,
Cl, Ureum, gula darah
G. Penatalaksanaan
Terapi Non Farmakologis
Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
Oksigenasi
Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau
menghilangkan oedema.
Terapi Farmakologis :
-. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi
jantung.
Efek yang dihasillkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume
darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia
Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi
tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian
ventrikel kiri dapat diturunkan.
H. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Primer
Airway :
batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan, oksigen, dll
Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok dll.
Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3,
gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit,
kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas
krakles atau ronchi, oedema
Pengkajian Sekunder
Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau
aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari, diare /
konstipasi
Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan. Pembengkakan
ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema
umum, dll
Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
2. Diagnosa Keperawatan
Penurunan perfusi jaringan b.d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan,
asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli, kemungkinan dibuktikan oleh:
Daerah perifer dingin, Nyeri dada
EKG elevasi segmen ST dan Q patologis pada lead tertentu.
RR lebih dari 24 kali per menit, Nadi 100 X/menit
Kapiler refill lebih dari 3 detik
Gambaran foto toraks terdapat pembesaran jantung dan kongestif paru
HR lebih dari 100X/menit, TD 120/80 mmHg, AGD dengan : pa O2 80 mmHg, pa
CO2 45 mmHg dan saturasi 80 mmHg.
Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan berkurang atau tidak meluas selama dilakukan tindakan
perawatan
Kriteria :
Daerah perifer hangat, tidak sianosis,gambaran EKG tak menunjukkan perluasan infark,
RR 16-24 X/mnt, clubbing finger (-), kapiler refill 3-5 detik, nadi 60-100X/mnt, TD
120/80 mmHg.
Rencana Tindakan :
Monitor frekuensi dan irama jantung
Observasi perubahan status mental
Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa
Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi
Pantau pemeriksaan diagnostik dan lab. Missal EKG, elektrolit, GDA (pa O2, pa CO2
dan saturasi O2), dan pemeriksaan oksigen
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret
Tujuan :
Jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.
Kriteria hasil :
Tidak sesak nafas, RR normal (16-24 X/menit) , tidak ada secret, suara nafas normal
Intervensi :
Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan.
Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan/tidak adanya bunyi nafas dan adanya
bunyi tambahan missal krakles, ronchi, dll
Lakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan jalan nafas misal batuk,
penghisapan lendir, dll
Tinggikan kepala / mpat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
Kaji toleransi aktifitas misal keluhan kelemahan/kelelahan selama kerja
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemungkinan diagnosa
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai oksigen/ kebutuhan,
kelemahan umum, tirah baring lama
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kongesti vena sekunder akibat gagal
jantung sebelah kanan
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, anoreksia sekunder
akibat kongesti vena disaluran cerna dan keletihan
Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
alveolus
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungn dengan tirah baring lama, edema,
penurunan perfusi jaringan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan dispnea nocturnal dan ketidak mampuan untuk
mengambil posisi tidur biasanya
DO:
3. intervensi keperawatan
criteria evaluasi: a. menunjukan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disaritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis. Parameter hemodinamik dalam batas
normal, haluaran urin adekuat)
Mandiri:
Auskultasi nadi apical: kaji frekuensi, Biasanya terjadi takikardi, untuk mengkompensasi
irama jantung penurunan kontraktilitas ventrikler
Kaji perubahan pada sensori, contoh Stress emosi menghaslakn vaokonstriksi, yang
letargi, bingung, disorientasi, cemas, meningkatkan TD dan meningkatkan frekuensi
dan depresi. jantung
Tinggikan kaki, hindari tekanan pada Insiden toksisitas tinggi (20%) karena sempitnya
bawah lutut. Dorng latihan aktif/pasif rentang terapeutik dan toksik
tingkatkan ambulasi sesuai toleransi
morfin sulfat
Depresi segmen ST dan datarnya gelombang T
dapat terjadi karena peningktan kebutuhn O2
miokard, meskipun tak ada penyakit arteri
koroner. Foto dada dapat memunjukan
pembesaran jantung dan perubahn kongesti
pulmonal.
tranquilizer/sedative
antikoagulan
AST/LDH dapat meningkat sehubungan dengan
kongesti hati.
pemerikasaan kkoaulasi
criteria hasil:
berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, mmenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri
mencapai peningkatan toleransi aktiviras yang daapt diukur, dibuktikan dengan menrunnya
kelemahan kelelahan dan tanda vital DBN selama aktivitas
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
Cek tanada vital sebelum dan segera setelah Hipotensi ortostatik dapat tejadi dengan
aktivitas, khususnya pada pasien yang aktivitas karena efek obat, perpindahan
menggunakan vasodilator, diuretic, atau cairan atau prngaruh fungsi jantung
beta bloker
Kriteria evaluasi:
a. Mendemostrasikan vlume cairan stabil dengan keseimbangan maskan dan pengekuaran, bunyi
nafas bersih/ jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil, dan tak ada
edema
Mandiri:
Monitor keluaran urin, cacat jumlah, warna, Keluaran urin mungkin sedikit pekat karena
saat hari dimana diuresis terjadi penurunan perfusi ginjal, posisi terlentang
membantu diuresisi
Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi Ekspresi persaan dapat menurunkan stress
kecil dan sering yang mengeluarkan energi yang banyak
ssehingga timbul kelemahan
Catat peningkatan letargi, hipotensi, kram Mengganti kehilangan kalium sebagai efek
otot. samping terapi diuretic, yang dapat
mempengaruhi fungsi jantung
DS : Bj 1 & 2 terdengar
kurang jelas.
2. DS : Pasien mengatakan
tidak dapat beraktivitas.
Ketidakseimbangan
suplai oksigen,
Intoleransi aktivitas.
DO : Pasien tirah baring. cardiac out put tak
adekuat.
Terpasang kateter.
Terpasang infus.
Oedema kaki.
3. DS : Pasien mengatakan
kulit terasa lembab terutama daerah Tirah baring yang
pantat dan punggung. lama.
Oedema.
Berkeringat.
INTERVENSI KEPERAWATAN
4. Edema 2.Memberikan
4. Batasi
interstitial & perawatan
aktivitas
gangguan kulit terutama
pada
sirkulasi
daerah memperlamba pada daerah
nyeri. t absorsi obat. punggung,
pantat, dan
lipatan kulit
dengan
bedak,
terutam
setelah pasien
1. Observas
diseka.
i adanya
benjolan,,
edema,
atau 3.Mengubah
kegemuk posisi tirah
an. baring setiap
1 jam sekali.
2. Ubah
posisi
tidur
pasien 4.Menghindari
sesering pemberian
mungkin, obat secara
bantu intramuskuler
latihan .
gerak
pasif.
3. Berikan
perawata
n kulit
sesering
mungkin
4. Hindari
pemberia
n obat
intramusk
uler
2. DS : Pasien mengatakan tidak Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas.
dapat beraktivitas. suplai oksigen,
cardiac out put tak
adekuat.
Terpasang kateter.
Terpasang infus.
Oedema kaki.
Oedema.
Berkeringat.
HARI & DIAGNOSA PERENCANAAN IMPLEMENT
N
TANGGA KEPERAWATAN TINDAKA RASIONALIS ASI
O TUJUAN
L N ASI
1 Rabu Nyeri Jangka panjang 1. Selidiki 1. Nyeri iskemia
1. Mengkaji
17-10 berhubungan Nyeri hilang / keluhan memburuk adanya
2001 dengan terkontrol. nyeri pada inspirasi keluhan nyeri
hipoksia dada, dalam. dada yang
miokard, Jangka pendek perhatika disebabkan
ditandai : Mendokumentasi n faktor oleh batuk
kan relaksasi. pemberat, dan
Nafas cepat perhatika sesak serta
dan dangkal. n keluhan
Berkeringat dan petunjuk pasien.
batuk. 2. Mengurangi
non
ketidaknyama
verbal
nan fisik.
dari
ketidakny 2. Menciptakan
aman mis lingkungan
; yang tenang,
berbaring membatasi
dengan 3. Mengurangi jumlah
diam nyeri.
keluarga yang
mengeluh menunggu
. 4. Mengurangi dan tamu
rasa nyeri yang
2. Berikan yang membezuk.
lingkunga disebabkan
n yang oleh respon
3. Memberikan
tenang. penyakit.
contoh
tindakan
kenyamanan
untuk pasien
misalnya
3. Berikan menarik nafas
tindakan dalam dan
kenyama gosokan
nan. tangan pada
Misalnya punggung
menguba pasien.
h posisi
pasien, 4. Kolaborasi
gosokan dalam
punggung pemberian
. obat ;
memberikan
inj Amoxan 1
4. Kolabora x 1 gr.
si dengan
medis
dalam
program
therapy.
2 Rabu. Intoleransi Jangka panjang 1. Periksa 1. Hipotensi 1.Memeriksa
17 10 aktivitas Menurunnya tanda ortistatik tanda vital
2001 berhubungan kelemahan dan vital dapat terjadi setelah pasien
dengan kelelahan. setelah dengan beraktivitas di
ketidakseimban aktivitas aktivitas tempat tidur,
gan suplai Jangka pendek dan karena
O2 ditandai : Berpartisipasi setelah pengaruh 2.Mencatat respon
Pasien tirah dengan aktivitas istirahat. fungsi terhadap
baring. yang diinginkan. jantung. aktivitas
Pasien adanya
mengatakan 2. Penurunan takhikardi dan
badan terasa miokardium berkeringat.
lemah. 2. Catat u/
Hb 6 gr % respon meningkatkan 3.Mencatat
Edema pitting cardiopol volume frekuensi
(kaki) dan tidak munal sekuncup jantung.
dapat berjalan. terhadap selama
aktivitas, aktivitas 4.Membatasi
catat dapat aktivitas pada
takhikard meningkatkan saat nyeri
i, frekuensi dada.
diespnoe, jantung
berkering
at, pucat.3. Dapat
mengindikasi
kan
3. Catat penurunan
frekuensi O2 miokardia
jantung yang
dihubung memerlukan
kan penurunan
dengan tingkat
laporan aktivitas /
nyeri tirah baring.
dada
4. Menurunkan
4. Batasi kerja
aktivitas miokardia.
pada
daerah
nyeri.
3 Rabu Resiko terhadap Jangka panjang 1. Observas 1. kulit beresiko
17 10 kerusakan Mempertahan kan i adanya karena 1. Mengobservas
2001 integritas kulit integritas kulit. benjolan,, gangguan i dan
berhubungan edema, imobilitas mencatat
dengan tirah Jangka pendek atau fisik. adanya
baring ditandai Mendemonstrasik kegemuk benjolan di
dengan : an tehnik an. 2.Memperbaiki sekitar kulit
Berkeringat. mencegah sirkulasi / atau adanya
BAB di tempat kerusakan kulit. menurunkan edema
tidur. 2. Ubah waktu satu
Edema pitting. posisi area yang 2.Memberikan
tidur menggangu perawatan
pasien aliran darah. kulit terutama
sesering pada daerah
mungkin,3. Terlalu punggung,
bantu kering atau pantat, dan
latihan lembab dapat lipatan kulit
gerak mempercepat dengan
pasif. kerusakan bedak,
kulit. terutam
setelah pasien
4. Edema diseka.
interstitial &
3. Berikan gangguan
perawata sirkulasi 3.Mengubah
n kulit memperlamba posisi tirah
sesering t absorsi obat. baring setiap
mungkin 1 jam sekali.
4. Hindari 4.Menghindari
pemberia pemberian
n obat obat secara
intramusk intramuskuler
uler .
CATATAN PERKEMBANGAN.
HARI /
NO
TANGGAL
NO DXN H. PERKEMBANGAN PARAF
2. Jumat
19-10-2001. No 2S : Pasien mengatakan badan
masih terasa lemah.
O : Pasien masih tirah baring.
Oedema (+).
A : Masalah masih relevan.
P : Kolaborasi dengan Medis dalam
pemberiaan antidiuretik.
I : Therapy Inj Lasix 2 x 1 amp.
E : Oedema kaki mulai
berkurang.
R : Teruskan therapy yang ada.
3. Sabtu.
20-10-2001
No 3S : Pasien mengatakan kulitnya sudah
tidak terasa lembab lagi.
O : Pasien mampu
mendemonstrasikan tehnik
relasasi kulit, dengan sering
miring kiri-kanan.
A : Masalah dapat teratasi.
P : Teruskan perawatan PX