Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIOLOGI TERNAK
Status Faali Manusia dan Katak

Oleh :
Kelas D
Kelompok 10

Clara E.B Sagala 200110160272


Vina Ristiani Nurmalia 200110160273
Hikmat Maulana Agnan 200110160274
M. Ghaisan 200110160275
Umar Fadli Ibrahim 200110160276
M Najmi M 200110160278

Tanggal Praktikum : 16 November 2017

LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DAN BIOKIMIA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fungsi faal atau ilmu fisiologi merupakan salah satu percabangan dari fungsi
kardiovaskuler, yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang aliran darah di dalam
tubuh hewan dan manusia. Jadi ilmu faal ialah ilmu yang mempelajari berbagai
fenomena kehidupan pada mahluk hidup baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan.
Pengertian metabolisme meliputi setiap proses kimiawi yang terjadi di dalam
badan. Proses ini tentu saja menyangkut proses pembentukan dan penggunaan
energi. Karena itu tingka aktifitas metabolisme seseorang dapat dinilai dengan
melihat besarnya energi yang digunakan yang dapat dilihat dari besarnya panas
yang dilepaskan oleh badan atau besarnya pemakaian oksigen.
Derajat metabolisme seseorang sangat dipengaruhi oleh aktifitas atau kerja dari
orang yang bersangkutan. Karena aktifitas kerja sangat bervariasi maka diperlukan
suatu keadaan standart dimana dengan demikian tingkat metabolisme seeorang
dapat dinilai dan dibandingkan. Keadaan itu adalah apa yang disebut keadaan basal.
Yang disebut keadaan basal ialah suatu keadaan jaga (tidak tidur) tetapi orang
bersangkutan dalam keadaan istirahat fisik maupun mental yang berada dalam
lingkungan yang bersuhu nyaman. Jadi pada saat itu tidak ada pekerjaan luar
(external work) yang dilakukan, selain itu diperlukan keadaan post
absortive (puasa) yaitu agar bebas dari pengaruh SDA (Specific Dynamic Action).
Pada dasarnya suhu tubuh manusia dapat menyesuaikan pada lingkungan
tempat ia tinggal, ketika suhu lingkungannya tinggi maka suhu tubuhnya pun akan
berubah mengikuti lingkungannya dan sebaliknya apabila suhu lingkungan rendah,
maka suhu tubuh manusia akan menurun.
1.2 Tujuan

Tujuan dari peraktikum ini adalah sebagai berikut:


1.2.1 Untuk mengetahui perbedaan sistem homeostatis pada hewan homoioterm
(manusia/ternak) dan hewan poikiloterm (katak) melalui pengukuran perubahan
suhu tubuh yang berakibat terhadap perubahan frekuensi pernafasan, denyut
jantung dan denyut nadi.

1.3 Waktu dan Tempat

Waktu : 09.30 11.30 WIB

Tanggal : 16 November 2017

Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas


Peternakan Universitas Padjadjaran
II

ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

2.1 Alat

1. Stetoscope

2. Termometer
3. Alat pencatat waktu (stopwatch)

2.2 Bahan

1. Objek percobaan : manusia dan katak

2.3 Cara Kerja


1. Langkah I
a. Menyuruh objek untuk tidur terlentang dengan tenang selama 5 menit.
b. Mengukur suhu tubuh dalam keadaan tenang dengan memasukkan
termometer ke dalam mulut dan diapit di ketiak selama 5 menit.
c. Mengukur frekuensi pernapasan dengan mengamati gerakan perut pada
waktu inspirasi dan ekspirasi. Menghitung frekuensi pernapasan selama 1
menit sebanyak 3 kali.
d. Menghitung frekuensi denyut jantung dengan menempelkan alat stetoscope
di daerah inter costal 4-5 dada sebelah kiri selama 1 menit sebanyak 3 kali.
e. Menghitung frekuensi nadi pada arteri yang terletak di pergelangan tangan
objek dengan menggunakan jari tangan anda selama 1 menit sebanya 3 kali.
Mencatat hasil di herm yang tersedia !
2. Langkah II
a. Menyuruh objek kerja fisik : lari-lari di tempat selama 10 menit, kemudian
tidur terlentang, mengukur suhu tubuh dengan termometer di mulut dan di
ketiak selama 5 menit.
b. Bersamaan dengan pengukuran suhu tubuh, melakukan pengukuran
frekuensi pernafasan, denyut jantung, dan nadinya selama 1 menit sebanyak
3 kali kemudian dirata-ratakan. Setelah istirahat 5 menit, kemudian
mengulangi pengukuran di atas.
c. Mencatat hasilnya pada tabel pengamatan.
A. Pengukuran suhu tubuh
1. Pada Manusia
a. Membaringkan objek percobaan dengan tenang. Memasukkan sebuah
thermometer klinik ke dalam ketiaknya. Sebelum dimasukkan, ketiak
harus dikeringkan dahulu. Thermometer dibiarkan selama 5 menit
barulah dibaca.
b. Menurunkan thermometer, membersihkan dengan alkohol, kemudian
memasukkan ke mulut, dibawah lidah. Setelah 5 menit barulah dibaca.
c. Obyek percobaan bernafas melalui mulut selama 2 menit.
Memasukkan segera thermometer lagi ke dalam mulut. Membaca 5
menit pertama, kemudian memasukkan lagi membaca 5 menit kedua.
d. Kemudian obyek percobaan berkumur dengan air es selama 1 menit.
Memasukkan thermometer, membaca 5 menit pertama dan 5 menit
kedua.
e. Mencatat dalam laporan saudara suhu yang diperoleh, dan juga
mencatat nama, umur, jenis kelamin, tinggi dan berat badan.
2. Pada katak
a. Menyiapkan seekor katak yang segar, memasukkan ke dalam gelas
beaker agar terbebas dari pengaruh suhu tubuh praktikan, mengukur
suhu tubuh hewan tersebut dengan memasukan thermometer ke dalam
oesophagusnya selama 5 menit, kemudian mencatat suhunya !.
b. Kemudian merendam katak tersebut dalam air es selama 5 menit,
sedangkan termometernya tetap dalam oeshopagus, mencatat suhunya!
c. Selanjutnya menistirahatkan katak tersebut selama 5 menit, setelah itu
merendamnya dalam air hangat (40) selama 5 menit, thermometer
tetap dalam oeshopagus. Mencatat suhunya !
III

HASIL PENGAMATAN

1. Status Faali Manusia

Pengamatan Keteran
Frek Frek Denyut Frek Denyut Suhu gan
No Kondisi
Pernapasan Nadi Jantung Tubuh
(x/menit) (x/menit) (x/menit) (C)
1. 16 1. 75 1. 75 1. 36.1
Tenang
2. 12 2. 76 2. 77
1 (Awal)
3. 13 3. 62 3. 73
Rata-rata 13.7 71 75
2 Kerja Fisik
Setalah 34 84 118
Kerja Fisik
3 5 Pertama 24 79 128 34.3
5 Kedua 20 84 120
5 Ketiga 16 89 112

SUHU
Pengukuran
5 Pertama 5 Kedua
Dalam Mulut 36.1C 34.3C
Setelah berkumur dengan air es 36.2C 36.4C
Setelah berkumur dengan air hangat 37.2C 36.8C
Pengukuran Katak SUHU
Keadaan Normal 29C
Setelah direndam dengan air es 19C
Setelah direndam dengan air hangat 36C
IV
PEMBAHASAN

1.1 Vina Ristiani Nurmalia (200110160273)


1. Pada Manusia
Status faali merupakan ilmu yang mempelajari berbagai fenomena kehidupan
pada mahluk hidup baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan. Pada manusia setelah
dilakukan pengukuran dengan objek (manusia) yakni teman saya sendiri yang
bernama M.Ghaisan F.B yang berumur 19 tahun berjenis kelamin laki-laki.
a. Frekuensi Denyut Nadi
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana
arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti
misalnya: arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis
di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang
teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta
melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih
cepat daripada darah itu sendiri (Evelyn, 2006).
Dari tabel hasil pengukuran frekuensi denyut nadi di atas ternyata
memiliki kecepatan, irama, dan kekuatan yang berbeda. Cara pengukuran
denyut nadi dengan merasakan denyutan yang terjadi pada arteri radialis di
pergelangan tangan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah selama
satu menit. Pengukuran dengan cara ini tidak menggunakan jari kelingking dan
ibu jari karena pada ibu jari dan kelingking terdapat perpanjangan arteri
sehingga jika kita melakukan pengukuran dengan ibu jari atau kelingking tidak
akurat, bisa saja denyutan yang terasa pada ibu jari atau kelingking berasal dari
ibu jari dan kelingking tersebut bukan dari arteri radialis.
Pada pengukuran denyut nadi dalam kondisi istirahat, Objek Penelitian
diminta untuk berbaring dengan tenang, tujuannya adalah agar OP pada saat
diukur denyut nadinya benar-benar dalam keadan tenang/istirahat total. Hasil
pengukuran kecepatan denyut nadi kedaan tenang satu menit pertama 75
kali/menit, satu menit ke dua 76 kali/menit dan satu menit ke tiga 62 kali/menit.
Dari hasil tersebut di dapat rata-rata denyut nadi 71 kali/menit, ini termasuk
kecepatan sedang.
Pada pengukuran kecepatan denyut nadi setelah kerja fisik beraktivitas
lari selama 10 menit di dapatkan hasil 79 kali/menit. Sedangkan 5 menit
pertama setelah kerja fisik diperoleh frekuensi denyut nadi adalah 84
kali/menit, 5 menit kedua 82 kali/menit dan 5 menit ketiga hanya 89 kali/menit.
Pada 5 menit ke tiga kondisi denyut nadi OP kembali normal seperti kedaan
tenang.
Pada saat beraktivitas terjadi peningkatan metabolisme sel-sel otot,
sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat-zat makanan dari
darah yang dibutuhkan jaringan otot sehingga curah jantung akan meningkat
untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan aliran darah.
Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekuensi denyut jantung yang
akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya.
Perbedaan kecepatan denyut nadi baik saat istirahat maupun setelah
beraktivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: usia, jenis kelamin,
aktivitas atau pekerjaan, makanan, obat-obatan, dan kondisi emosional. Faktor
lain yang meyebabkan perbedaan frekuensi denyut nadi dalam praktikum
dapat diakibatkan kesalahan dan ketidaktelitian pengukuran pada saat
praktikum.
b. Frekuensi Pernapasan
Pernapasan termasuk ventilasi (pergerakan udara masuk dan keluar
paru), difusi (pergerakan O2 dan CO2 antara alveoli dan SDM), dan perfusi
(distribusi SDM ke dan dari kapiler paru). Kerja pernafasan adalah kerja yang
dilakukan otot-otot respirstorik yang menghasilkan kekuatan elastik, aliran
resisif paru dan dinding dada. Pada permulaan latihan fisik, terdapat kenaikan
ventilasi yang tiba-tiba, selanjutnya diikuti oleh kenaikan yang perlahan. Pada
latihan fisik yang sedang, peningkatan ventilasi terutama disebabkan dalamnya
pernapasan, kemudian diikuti oleh peningkatan kecepatan pernapasan pada
latihan fisik berat (Armi, 2010).
Normal frekuensi pernapasan dalam satu menit manusia bernapas 12-
16 kali. Batas frekuensi nafas maksimal sebanyak 50 kali per menit setelah
melakukan aktivitas. Frekuensi pernapasan rata-rata normal menurut usia :Bayi
baru lahir : 35 40, Bayi (6 bulan) : 30 50, Toddler : 25 32, Anak-anak : 20
30, Remaja : 16 -19, dan Dewasa : 12 20. (Armi, 2010).
Dari data yang diperoleh dari percobaan, dapat dilihat bahwa OP dalam
kedaan tenang ferkuensi pernapasan pada saat satu menit pertama adalah 16
kali/menit, satu menit ke dua 12 kali/menit, dan satu menit ke tiga 13 kali/menit,
maka diperoleh rata-rata frekuensi pernapasannya dalah 13,7 kali/menit. Ini
dapat dikatakan bahwa OP memiliki frekuensi pernapasan yang normal.
Sedangkan frekuensi pernapasannya setelah kerja fisik adalah 34 kali/menit,
ini menunjukkan peningkatan yang tinggi. Hal ini dapat terjadi karena OP
tersebut kemungkinan tidak terbiasa untuk melakukan banyak kerja dengan
beban fisik yang besar, sehingga ketika OP tersebut melakukan aktivitas lari
selama 10 menit, tubuh merasa kerja berat, dan kecepatan ferkuensi
pernapasannya semakin tinggi. Setelah 5 menit pertama setalah melalakukan
kerja fisik frekuensi pernapasannya menjadi 24 kali/menit, 5 menit ke dua 20
kali/menit, dan 5 menit ke tiga 16 kali/menit. Semakin lama waktu pengukuran
frekeunsi pernapasan setelah kerja fisik maka keadaan frekuensi pernapasan OP
menjadi normal kembali ini ditunjukkan pada saat 5 menit ke tiga setelah
melakukan kerja fisik yaitu 16 kali/menit.
Besarnya kenaikan frekuensi pernapasan tergantung pada jenis
kegiatan. Seseorang yang melakukan kegiatan ringan akan mengalami kenaikan
frekuensi yang lebih kecil dibandingkan melakukan kegiatan yang berat dan
yang memerlukan banyak tenaga. Sesuai literatur, pada saat istirahat, kira-kira
200ml Oksigen jumlah yang ada pada 1 Liter darah yang dikonsumsi setiap
menit. Selama aktivitas berat, penggunaan oksigen dapat meningkat hingga 30
kali lipat. Oleh karena itu harus ada mekanisme untuk menyesuaikan usaha
pernapasan terhadap tuntutan metabolik. Irama dasar pernapasan dikendalikan
oleh sistem saraf dalam medula dan pons. Dari studi pustaka, diketahui pula
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kenaikan frekuensi pernapasan
adalah kenaikan suhu tubuh karena kerja otot yang giat, sehingga kecepatan
pernapasan bertambah.
c. Fekuensi Denyut Jantung
Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut
jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika
didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada
umumnya menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik
kebugaran kardiovaskularnya (Hakim, 2010).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut jantung
seseorang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, suhu udara
disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh
serta obat yang sedang dikonsumsi. Faktor yang mempengaruhi frekuensi
denyut jantung: jenis kelamin, jenis aktifitas, usia, berat badan, dan keadaan
emosi atau psikis. Denyut jantung seseorang juga ,dipengaruhi oleh usia dan
aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah denyut
jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar batas sehat dapat
menimbulkan bahaya.
Dari data yang diperoleh dari hasil percobaan, denyut jantung kondisi
tenang (awal) ialah satu menit pertama 75 kali/menit, satu menit ke dua 77
kali/menit, dan satu menit ke tiga 73 kali/menit, sehingga diperoleh rata-rata 75
kali/menit. Menurut Hakim (2010), jantung normal pada orang dewasa sehat
pada saat istirahat ialah 60-100 kali/menit. PO dapat dinyatakan normal karena
denyut nadi probandus berada pada batas normal, namun PO kurang terlatih
sehingga denyut jantung saat istirahat cukup cepat.
Denyut jantung PO setelah melakukan kerja fisik berlari selama 10
menit menjadi 118 kali/menit, hal ini dapat terjadi karena OP tersebut
kemungkinan tidak terbiasa untuk melakukan banyak kerja dengan beban fisik
yang besar, sehingga ketika OP tersebut melakukan aktivitas lari selama 10
menit, tubuh merasa kerja berat, dan kecepatan ferkuensi denyut jantungnya
semakin tinggi. Sedangkan setelah 5 menit pertama setelah OP melakukan kerja
fisik frekuensi denyut jantungnya menjadi 128 kali/menit, 5 menit ke dua 120
kali/menit, dan 5 menit ke tiga menjadi normal kembali yaitu 112 kali/menit.
Perbedaan kecepatan denyut jantung baik saat istirahat maupun setelah
beraktivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: usia, jenis kelamin,
aktivitas atau pekerjaan, makanan, obat-obatan, dan kondisi emosional.
Dalam teori, seharusnya besarnya frekeunsi denyut jantung sama
dengan frekuensi denyut nadi. Tetapi pada praktikum yang telah dilakukan
menunjukkan hasil bahwa frekuensi denyut jantung tidak sama dengan
frekuensi denyut nadi. Ada yang mendekati, namun ada juga yang menjauhi
persamaan. Ini disebabkan karena adanya kesalahan dan ketidaktelitian
pengukuran pada saat praktikum.
d. Suhu Tubuh Mulut dan Ketiak
Suhu merupakan hal terpenting di dalam tubuh kita, karena jika
kestabilan suhu terganggu sedikit saja maka semua organ tubuh kita akan
mengalami atau kena dampaknya dengan begitu suhu tubuh kita merupakan hal
penting bagi kita. Suhu manusia berkisar antara 37 oC dan walaupun sakit
manusia itu tidak akan mungkin kisaran suhunya terlampau jauh maka dari itu
manusia digolongkan sebagai homoioterm yaitu dimana kisaran suhunya tidak
bertenggangan jauh.
Semua itu terbukti ketika kami mengikuti atau menjalankan praktikum
ini. Suhu manusia memang konstan. Hal tersebut dapat terjadi karena tubuh kita
memiliki sifat homeostasis dimana merupakan fungsi organ tubuh untuk
mepertahankan millieu interior atau keadaan di dalam tubuh untuk tetap stabil
walupun mendapatkan gangguan dari luar atau lingkungan.
Pada praktikum kali ini, diperoleh hasil bahwa suhu awal OP (objek
penelitian) adalah 36,1 o C kemudian memiliki suhu tubuh 5 menit pertama
setelah meminum es lalu berkumur adalah sebesar 36,2o C. Sedangkan 5 menit
ke dua suhu tubuhnya naik yaitu menjadi 36,4oC. Hal ini disebabkan terjadi
pertukaran panas tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan panas tubuh
dengan benda (dalam hal ini air es) yang berbeda suhunya karena terjadi kontak
secara langsung. Sewaktu berkumur dengan air es, tubuh kehilangan panasnya
karena panas dipindahkan secara langsung ke air es yang suhunya lebih rendah.
Setelah PO meminum air hangat lalu berkumur suhu tubuh 5 menit pertamanya
adalah sebesar 37,2oC, sedangkan setelah 5 menit ke dua suhunya turun yaitu
menjadi 36,8oC.
2. Pada Katak
Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk
mempertahankan panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),
pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis.
Termoregulasi merupakan proses homeostatis untuk menjaga agar suhu tubuh
suatu hewan dalam keadaan stabil atau steady state, dengan cara mengontrol
dan mengatur keseimbangan antara banyaknya (energi panas) yang diproduksi
(thermogenesis) dan energy panas yang dilepaskan (termolisis). Terdapat
kelompok hewan yang mampu menjaga kestabilan suhu tubhnya (regulator)
sehingga suhu tubuhnya tidak berpengaruh oleh perubahan lingkungannya,
yang dikelompokkan sebagai hewan homeoterm, (Smith, 1988)
Katak merupakan hewan poikiloterm, suhu tubuhnya yang bergantung
pada suhu lingkungan. Kata poikiloterm (bahasa inggris : poikilotherm) berasal
dari bahasa yunani kuno poikilos yang berarti bervariasi dan thermos
yang berarti (suhu). Poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira
sama dengan suhu lingkungan di sekitarnya. Suhu tubuh hewan ini berubah
sesuai dengan suhu lingkungannya. Hewan ini akan aktif bila suhu lingkungan
panas dan akan pasif berdiam di suatu tempat bila suhu lingkungan rendah. Hal
yang menyebabkan hewan tersebut tidak dapat menghasilkan panas yang cukup
untuk tubuhnya adalah karena darah dari hewan poikiloterm ini biasanya
bercampur antara darah bersih dan darah kotor. Ini disebabkan karena belum
sempurnanya katup pada jantung hewan tersebut. Katak diberikan perlakuan
suhu hangat 40o C menunjukan perilaku yang cenderung diam. Sedangkan
katak diberikan perlakuan suhu dingin 15o C menunjukan kondisi atau perilaku
yang cenderung lemas.
Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu yang sangat tinggi
yaitu dengan meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulit,
hewan yang berkulit lembab atau dengan cara berkeringat untuk hewan yang
mempunyai kelenjar keringat dan melalui saluran napas, bagi hewan yang
kulitnya tebal dan kedap air; dan mengubah mesin metaboliknya agar bisa
bekerja pada suhu tinggi. Sebaliknya cara adaptasi hewan eksoterm pada suhu
sangat dingin yaitu dengan menambah zat terlarut ke dalam cairan tubuhnya
untuk meningkatkan konsentrsasi osmotik dan menambah protein anti beku ke
dalam cairan tubuh.
Katak memiliki peredaran darah yang tertutup. Pembuluh vena dan
pembuluh nadiya kadang-kadang sulit untuk kita bedakan, karena pembuluh
vena dapat dikatakan cepat dan dapat pul adikatakan lambat alirannya. Dapat
dikatakan cepat karena diameter dari pembuluh vena itu relatif kecil sehingga
tekanan dinding kapiler pembuluh darah lebih besar sedangakan dapat
dikatakan lambat karena pembuluh vena itu membawa CO2 yang mampu
memperlambat laju darah di dalam pembuluh. Sedangkan pembuluh nadi juga
dapat dikatakan lambat dam bisa pula dikatakan cepat dengan alasan : dapat
dikatakan lambat karena pembuluh nadi memiliki diameter yang amat besar
sehingga tekanan yang diberikan oleh dinding kapiler pembuluh nadi kecil,
sedangkan dapat dikatakan cepat karena dalam darah yang berada pada
pembuluh nadi tersebut mengangkut oksigen (O2) yang mampu mempercepat
laju darah. (Ganong, 1981)
Hewan poikiloterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di
lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang
dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Suhu tubuh
hewan ini berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Hewan ini akan aktif
bila suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam di suatu tempat) bila suhu
lingkungan rendah, (Smith, 1988)
Hal yang menyebabkan hewan tersebut tidak dapat menghasilkan panas
yang cukup untuk tubuhnya adalah karena darah dari hewan poikiloterm ini
biasanya bercampur antara darah bersih dan darah kotor. Ini disebabkan karena
belum sempurnanya katup pada jantung hewan tersebut.
Berdasarkan hasil praktikum pada tubuh katak saat di beri perlakuan air
es dengan suhu 15o C maka suhu tubuhnya akan menurun, sama seperti katak
pada keadaan udara dan sekitarnya dingin, maka suhu tubuhnya akan
menyesuaikan dan begitu juga sebaliknya saat di beri air panas dengan suhu 40o
C maka suhu tubuhnya sama dengan keadaan sekitar. Hal ini membuktikan
bahwa katak termasuk hewan poikiloterm.
V

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa;

Fungsi faal atau ilmu fisiologi merupakan salah satu percabangan dari fungsi
kardiovaskuler, yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang aliran darah di
dalam tubuh hewan dan manusia.
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh, frekuensi pernafasan, frekuensi denyut
jantung dan nadi, seperti halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis
kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik.
Frekuensi pernafasan yang pertama atau awal pernafasannya cukup tenang dan
relatif konstan sedangkan frekuensi denyut nadi dan jantung pada menit
pertama berbeda 1 ritmik, ini terjadi disebabkan kurang ketelitian yang
memeriksa.
Frekuensi pernafasan setelah melakukan kerja fisik jadi meningkat begitupun
jantung dan nadinya.
Ketika minum es suhunya menjadi rendah tetapi sesudah 5 menit suhunya
meningkat lagi sebaliknya ketika minum air hangat suhunya meningkat dan
sesudah 5 menit berikutnya suhunya turun kembali hal ini disebabkan karena
manusia memiliki sifat homoiterm
Katak merupakan hewan poikiloterm, suhu tubuhnya yang bergantung pada
suhu lingkungan. Kata poikiloterm (bahasa inggris : poikilotherm) berasal dari
bahasa yunani kuno poikilos yang berarti bervariasi dan thermos yang
berarti (suhu).
Berdasarkan hasil praktikum pada tubuh katak saat di beri perlakuan air es
dengan suhu 15o C maka suhu tubuhnya akan menurun, sama seperti katak
pada keadaan udara dan sekitarnya dingin, maka suhu tubuhnya akan
menyesuaikan dan begitu juga sebaliknya saat di beri air panas dengan suhu 40o
C maka suhu tubuhnya sama dengan keadaan sekitar. Hal ini membuktikan
bahwa katak termasuk hewan poikiloterm.
DAFTAR PUSTAKA

Armi Z. 2010. Pernafasan. http://zianarmie.wordpress.com. Diakses pada tanggal 15


Desember 2013 Pukul 20.00 WIB.

Hakim L.2010. Cara mengukur denyut jantung. http://coachhakim.blogspot.com.


Diakses pada tanggal 15 Desember 2013 Pukul 20.30 WIB.

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Dukes. 1985. Physiology of Domestic Animal Comstock Publishing : New York


University Collage, Camel.

Ganong.1981.Receive of Legical Physiology.Large Medical Publishing.California.

Smith, J. J dan J. P Kamping. 1988. Sirkulatory physiology. 2nd edition. Baltimore,


wiliam and wilkins

Anda mungkin juga menyukai