Anda di halaman 1dari 14

BAB III

TINJAUAN KHUSUS
PT. GALENIUM PHARMASIA LABORATORIES

3.1 Profil Perusahaan(9)


3.1.1 Sejarah PT. Galenium Pharmasia Laboratories
PT. Galenium Pharmasia Laboratories merupakan industri farmasi swasta
yang didirikan oleh B.S Joesoef beserta keluarga pada tahun 1960 yang
dahulu bernama PT. Nitra merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
penjualan obat-obatan. B.S Joesoef dan putranya, Dr. Eddy Joesoef,
memiliki keinginan untuk tidak hanya menjual tetapi juga untuk
memproduksi obat-obatan. Pada tahun 1980. Dr. Eddy Joesoef bersama
keluarganya mendirikan sebuah perusahaan farmasi yang diberi nama PT.
Yupharin Pharmaceutical yang beralamat di Jalan Kebayoran Lama 21,
Jakarta dan bersifat home industry. PT. Nitra kemudian menjadi distributor
PT. Yupharin Pharmaceutical.

Selama 10 tahun PT. Yupharin Pharmaceutical mengalami perkembangan


pesat menjadi perusahaan farmasi yang modern dan kompetitif. Pada tahun
1990, PT. Yupharin Pharmaceutical melakukan restrukturisasi dalam hal
operasional dan manajemen. Setahun kemudian, Dr. Eddy Joesoef pensiun
dan kedudukannya digantikan oleh putranya, Juzardi Joesoef. Strategi-
strategi pengembangan terus dilakukan untuk kemajuan perusahaan.

Pada tahun 1994, PT. Yupharin Pharmaceutical menempati bangunan


pabrik seluas + 2 hektar di Jalan Raya Bogor Km 51,5 Kedung Halang,
Bogor, Jawa Barat. Bangunan tersebut semula ditempati oleh perusahaan
farmasi PT. Bristol Myers dan kemudian direnovasi sesuai dengan
ketentuan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).

14
15

PT. Yupharin Pharmaceutical menjadi perusahaan Farmasi di Indonesia


yang pertama memperoleh 3 (tiga) sertifikat sistem manajemen mutu,
yaitu :
1. Pada tahun 1995, mendapatkan Sertifikat CPOB (Cara Pembuatan
Obat yang Baik).
2. Pada tahun 2000, mendapatkan Sertifikat ISO 9001 : 2000.
3. Pada tahun 2001, mendapatkan Sertifikat CPKB (Cara Pembuatan
Kosmetik yang Baik).
4. Pada tahun 2009, mendapatkan Sertifikat ISO 9001 : 2008.

PT. Yupharin Pharmaceutical memiliki lebih dari 44 jenis produk yang


terbagi atas produk pharma dan personal skin care (PSC), yang mana
produk-produk tersebut kebanyakan berfokus pada pengobatan kulit.
Selain karena Dr. Eddy Joesoef sangat ahli dalam masalah dermatology di
Indonesia yang beriklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi,
banyak terdapat masalah penyakit-penyakit kulit pada penduduknya,
sehingga diharapkan produk-produk Yupharin dapat membantu mengatasi
masalah-masalah penyakit kulit tersebut. Pada tanggal 01 Januari 2005,
PT. Yupharin Pharmaceutical berganti nama menjadi PT. Galenium
Pharmasia Laboratories.

3.1.2 Kebijakan Mutu


Seluruh karyawan dan manajemen PT. Galenium Pharmasia Laboratories
bertekad untuk menghasilkan produk yang bermutu sesuai dengan CPOB,
CPKB dan ISO 9001 serta melakukan perbaikan yang berkesinambungan
untuk memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan. Selain itu,
perusahaan berupaya terus meningkatkan manajemen produksi dengan
penerapan Lean Manufacturing untuk mencapai biaya produk dan biaya
persediaan yang lebih rendah dan membangun kerjasama dengan
perusahaan multi nasional agar memperoleh pengalihan teknologi dan
pengetahuan guna pengembangan usaha(10).
16

3.1.3 Visi
Visi PT. Galenium Pharmasia Laboratories adalah Menjadi perusahaan
perawatan kesehatan berkelas dunia yang memiliki daya saing tinggi
dalam melayani dan menghasilkan produk bermutu bagi pasar regional
Asia.

3.1.4 Misi
Visi PT. Galenium Pharmasia Laboratories menetapkan misi perusahaan
yaitu Menunjang pertumbuhan yang berkesinambungan untuk
memberikan hasil usaha yang terbaik kepada para stakeholder dengan
menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang sehat.

3.1.5 Struktur Organisasi


Dalam menjalankan tugas harian PT. Galenium Pharmasia Laboratories
dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang membawahi Corporate
Legal Manager, Corporate Compliance Manager, Quality Management
Representative, Group Acc. Manager, Head of Sales Marketing Personal
Skin Care, Head of Sales Marketing Pharma, Assistant to Director for
Finance and Accounting, General Manager Operation and Human
Resources.

3.1.6 Hasil Produksi(11)


PT. Galenium Pharmasia Laboratories memproduksi obat dan kosmetik
untuk kebutuhan masyarakat. Produk PT. Galenium Pharmasia
Laboratories dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori besar, yaitu:
1. Produk Pharma
Produk Pharma terdiri atas dua divisi besar, yaitu :
a. Ethical Product (obat-obatan resep) yang terdiri atas produk
dermatologi untuk masalah kulit dan Pharmix produk yaitu obat
obatan resep selain untuk kulit
b. OTC Product (obat non resep)
17

2. Produk Kosmetik
Produk kosmetik untuk perawatan kulit terdiri atas dua divisi besar
yaitu :
a. Produk untuk bayi dan anak
b. Produk untuk dewasa

Produk kosmetik untuk dewasa dapat dibagi menjadi tiga kategori


berdasarkan jenis kulit, yaitu :
a. Produk untuk kulit normal
b. Produk untuk kulit kering
c. Produk untuk kulit berminyak

3.2 Hasil Pengamatan Lapangan


3.2.1 Gudang
Bagian pergudangan memiliki peran sangat penting dalam pengelolaan
penyimpanan baik bahan baku, bahan pengemas hingga produk jadi sesuai
dengan persyaratan dari pengaruh luar dan binatang pengerat, serangga,
dan melindungi obat dari kerusakan. Pergudangan di PT. Galenium
Pharmasia Laboratories terbagi atas beberapa bagian yaitu gudang bahan
awal, bahan pengemas dan produk jadi. Terdapat IK (Instruksi kerja)
tersendiri untuk pelaksanaan kegiatan pergudangan. Secara umum petugas
yang masuk ke gudang harus memakai helm pelindung (hard helmet) dan
sepatu khusus (safety shoes).

1. Gudang Bahan Awal (GBA) yaitu gudang yang menyimpan semua


bahan baik bahan yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang akan
digunakan dalam produksi obat dan kosmetik
2. Gudang Bahan Pengemas (GBP) yaitu gudang yang menyimpan
semua bahan yang akan digunakan dalam proses pengemasan produk
ruahan untuk menjadi produk jadi.
3. Gudang Produk Jadi (GPJ) yaitu gudang yang menyimpan semua
produk jadi yang telah melalui seluruh tahapan proses produksi dan
siap untuk dipasarkan.
18

Gudang penyimpanan PT. Galenium Pharmasia Laboratories memiliki


ventilasi dan penerangan yang cukup baik serta penyimpanannya ditata
menggunakan rak yang tersusun rapi. Area penyimpanan telah diatur
terhadap berbagai kelompok bahan sedemikian rupa untuk memudahkan
dan mengefektifkan alur lalu lintas barang.

Penyimpanan barang diklasifikasikan berdasarkan :


1. Bentuk sediaan dan jenisnya
2. Suhu, kelembaban dan kestabilannya
3. FIFO (First In First Out)
4. FEFO (First Expired First Out)
5. Sifat barang yang mudah meledak atau terbakar
6. Ketahanan barang terhadap cahaya

i). Alur Penerimaan dan Regulasi untuk Bahan Awal dan Pengemas
1. Supply Chain atau disebut juga PPIC (Production planning and
Inventory Control) membuat PP (Permintaan pembelian) berdasarkan
kebutuhan stok untuk produksi ke bagian purchasing yang selanjutnya
ditindaklanjuti dalam bentuk PO (Permintaan order) ke supplier.
2. Saat barang datang bagian gudang mengecek kesesuaian PO dengan
barang (misalnya kesesuaian ASL Authorized Supplier List-) lalu
barang disimpan di ruangan karantina dan diberi tanda label kuning
sesuai dengan persyaratan kondisi penyimpanan barang yang tertera di
CoA (Certificate of Analysis).
3. Bagian gudang akan membuat BBM (Bukti barang masuk) yang
kemudian diserahkan ke bagian QC (Quality Control) meminta untuk
dilakukan sampling.
4. Setelah mendapat informasi hasil sampling dari QC apabila barang
diluluskan (release) akan dipindahkan ke ruangan yang sesuai dengan
label hijau dan apabila barang ditolak (reject) maka akan dipindahkan
ke ruangan khusus reject dengan label merah.
19

5. Barang yang sudah di-release siap untuk digunakan produksi


sedangkan barang yang di-reject akan diinformasikan ke bagian
purchasing oleh bagian QC agar menghubungi supplier. Bagian
gudang kemudian akan menunggu informasi dari bagian purchasing
kapan barang akan diambil atau diganti oleh supplier.
6. Sebelum dilakukan proses produksi bagian produksi akan membuat
dokumen permintaan bahan awal dan bahan pengemas kepada bagian
gudang untuk dilakukan penimbangan. Selanjutnya bagian gudang
akan merekap jumlah stok barang baik secara manual (kartu stok)
maupun secara digital (Komputerisasi) untuk diketahui oleh bagian
PPIC.
7. Persyaratan kondisi penyimpanan bahan pengemas ada 2 yaitu : Suhu
ruangan Temp 25-30 C dan suhu dingin (AC) Temp 17-25 C, RH 65-
75% (untuk bahan seal, alufoil, sticker dan shrink).
8. Sedangkan persyaratan penyimpanan bahan awal ada 3 yaitu : Suhu
ruangan Temp 25-30 C, Suhu dingin (AC) Temp 17-25 C, RH 65-
75% dan Freezer suhu dibawah 0 C (Untuk bahan seperti vitamin,
beta karoten, tretinoin).

ii). Alur Penerimaan dan Regulasi untuk Produk jadi


1. Serah terima produk jadi dilakukan antara bagian pengemasan
produksi dengan bagian gudang kemudian bagian gudang membuat
BBM (Bukti barang masuk).
2. Produk jadi dari bagian produksi disimpan di ruangan karantina selagi
menunggu hasil pengujian dan keputusan release dari bagian Quality
Assurance (QA).
3. Produk jadi yang telah diluluskan (release) akan dipindahkan ke
ruangan yang sesuai dengan label hijau dan apabila ditolak (reject)
maka akan dipindahkan ke ruangan khusus reject dengan label merah.
4. Rework (Proses ulang) dilakukan apabila kualitas hasil produksi tidak
memenuhi persyaratan.Bahan tambahan yang diminta untuk proses
ulang (rework) oleh bagian produksi kepada bagian gudang harus
20

menggunakan dokumen permintaan tambahan bahan yang berbeda


dengan dokumen permintaan bahan pada saat awal produksi.
5. Produk yang disimpan di gudang produk jadi menganut sistem FIFO
(First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) disimpan rapi
di rak sesuai nomor batch-nya dengan dialasi pallet kayu.
6. Dokumen BAPP (Berita Acara Pengiriman Barang) dibuat dan
diberikan kepada distributor PBF sesuai pesanan. Dibuat juga
dokumen surat pengantar barang untuk driver yang mengangkut
barang yang mencakup jenis dan jumlah barang yang dibawa sesuai
pesanan.

iii). Stock Opname


Stock Opname bertujuan untuk memastikan kesesuaian antara data stok
dengan bukti fisik (barang) yang ada agar menjamin ketersediaan bahan
untuk proses produksi. Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan,
dan obat jadi disimpan dan data mengenai masing-masing barang tercatat
baik pada kartu stock maupun pada data digital (komputerisasi). Stock
Opname dilakukan setiap 1 bulan untuk gudang produk jadi dan setiap 3
bulan untuk gudang bahan baku atau bahan pengemas. Retest atau
sampling ulang dilakukan selama selang waktu tertentu untuk memastikan
kualitas bahan yang tersimpan di gudang tetap memenuhi persyaratan
untuk kegiatan produksi. Untuk bahan pengemas dilakukan retest setiap 6
bulan (bahan shrink, seal), 1 tahun (dus, karton) dan 2 tahun (botol).
Sedangkan untuk bahan awal dilakukan retest setiap 1 tahun untuk
mengetahui apakah bahan tersebut masih bisa digunakan sebagaimana
disebut dalam spesifikasi awal.

3.2.2 Produksi
Bagian produksi PT. Galenium Pharmasia Laboratories terbagi menjadi
empat, yaitu produksi obat/ pharma, produksi kosmetik, produksi bedak
dan produksi sabun. Ruangan yang digunakan untuk proses produksi obat
21

dan kosmetik adalah grey area (kelas E), sedangkan untuk produksi sabun
dan bedak memakai black area (kelas F).

a. Produksi sediaan padat


Sediaan padat yang diproduksi berupa tablet. Ruangan yang digunakan
pada proses pembuatan tablet adalah grey area pada ruang produksi obat,
meliputi:
1. Ruang weighing untuk penimbangan.
2. Ruang mixing untuk pencampuran bahan baku.
3. Ruang granulating untuk proses granulasi basah.
4. Ruang drying untuk pengeringan granul menggunakan oven.
5. Ruang tableting untuk pencetakan tablet.
6. Ruang stripping untuk proses pengemasan tablet kedalam kemasan
primer.

b. Produksi Sediaan Semipadat


Sediaan semipadat yang diproduksi meliputi krim, salep dan gel. Ruangan
yang digunakan pada proses produksi sediaan semipadat meliputi:
1. Ruang weighing untuk penimbangan bahan baku.
2. Ruang boilling untuk mendidihkan aquadest.
3. Ruang mixing untuk pencampuran bahan baku.
4. Ruang rolling untuk penyeragaman ukuran partikel.
5. Ruang filling untuk proses pengisian massa sediaan ke dalam tube.

c. Produksi Sediaan Cair


Sediaan cair yang diproduksi meliputi sirup, emulsi dan lotion. Ruangan
yang digunakan pada proses produksi sediaan cair meliputi:
1. Ruang weighing untuk penimbangan bahan baku.
2. Ruang mixing untuk pencampuran bahan baku.
3. Ruang filling & capping untuk proses pengisian cairan ke dalam botol,
penutupan dan penyegelan botol.
22

Secara garis besar, pengolahan dalam suatu industri farmasi mencakup


pengolahan bahan baku, pencampuran dan granulasi, pencetakan tablet,
penyalutan, pengisian kapsul keras, serta pembuatan cairan, krim atau
salep.

Semua bahan, peralatan, prosedur, dan tempat pengolahan yang akan


digunakan dalam pengolahan harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
digunakan. Semua kegiatan pengolahan dilaksanakan mengikuti prosedur
tertulis yang telah ditentukan. Bila terdapat perbedaan antara hasil yang
diperoleh dengan hasil yang divalidasi, maka hendaknya diberi penjelasan
mengapa perbedaan tersebut terjadi, dan perbedaan tersebut harus dicatat
pada catatan pengolahan batch serta ditandatangani oleh supervisor
produksi.

d. Produksi Sabun
Sabun diproduksi di black area. Proses pembuatan sabun melalui tahapan
sebagai berikut:
1. Penimbangan bahan baku.
2. Penghancuran chips sabun dengan roller hingga diperoleh bentuk pita
dengan ketebalan yang diinginkan.
3. Mixing dengan mencampur chips dengan bahan aktif, fase lemak dan
fase cair hingga didapatkan massa yang homogen.
4. Roller untuk mendapatkan massa sabun yang lebih homogen.
5. Massa sabun dimasukkan ke dalam plodder untuk proses pemanasan
sehingga sabun dapat dibentuk menjadi batangan kecil berukuran
homogen untuk selanjutnya dibentuk menjadi batangan panjang dan
lebih besar yang siap untuk melalui proses pemotongan.
6. Pemotongan batangan sabun dengan cutter pemotong sabun dengan
panjang yang dikehendaki.
7. Pencetakan sabun sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan.
Mesin pencetak sabun memiliki suhu chiller -110C sampai 200C. Suhu
23

dingin ini diperlukan untuk membuat sabun menjadi massa yang padat
dan tidak hancur atau lengket pada proses pencetakan.
8. Dilakukan in process control dengan pengecekan berat sabun hasil
produksi.
9. Pengemasan.

e. Produksi Bedak
Produksi bedak dilakukan di black area. Para karyawan sangat dianjurkan
untuk memakai masker.
1. Pencetakan no batch dan expired date pada seal.
2. Penimbangan bahan baku bedak untuk 1 batch.
3. Pembuatan bibit bedak, yaitu dengan cara pencampuran bahan baku di
dalam mixer kemudian diayak. Lalu dibagi menjadi beberapa bagian.
4. Pengenceran bedak, lalu diaduk dengan mixer.
5. Hasil pengenceran bedak tersebut, diayak dan ditampung dalam
wadah penampung.
6. Dilakukan proses IPC (In Process Control) oleh QC terhadap produk
ruahan, yaitu pemeriksaan terhadap warna, bau dan tekstur bedak.
7. Pengisian bedak ke dalam botol dilakukan apabila sudah ada
persetujuan kelulusan dari QC.
8. Pengaturan mesin pengisian sesuai dengan berat yang diinginkan.
9. Lakukan pengisian bedak kedalam botol.
10. Pemeriksaan berat hasil pengisian bedak dilakukan setiap 10-15 menit
sekali, dengan cara menimbang botol yang tlah diisi sebanyak 10
botol.
11. Selanjutnya dilakukan proses pembakaran shrink pada suhu 250-
300C agar seal melekat pada permukaan botol.
12. Cek kebersihan dan keutuhan botol ( tidak ada yang rusak).
13. Botol bedak dimasukkan ke dalam dus sebagai kemasan sekunder, lalu
dus dimasukkan lagi ke dalam outer box sebagai kemasan tersier.
24

f. Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap produk
dari pengaruh lingkungan yang dapat mempengaruhi stabilitas produk jadi.
Tahapan proses pengemasan adalah sebagai berikut:
1. Pencetakan nomor batch dan tanggal kadaluarsa pada strip, blister,
tube, label, dan box.
2. Pelipatan brosur.
3. Pensortiran terhadap produk yang dikemas dengan strip.
4. Penempelan label untuk produk dengan kemasan botol.
5. Pemasukan kemasan primer, brosur dan sendok (bila perlu) ke dalam
kemasan sekunder.
6. Penyusunan ke dalam outer box
7. Penimbangan outer box sebagai bagian dari kontrol untuk mencegah
terjadinya kekurangan jumlah obat yang dikemas.
8. Setelah proses pengemasan, dilakukan pemeriksaan oleh bagian
Pengawasan Mutu. Barang dapat dimasukkan ke gudang barang jadi
apabila telah diluluskan oleh bagian Pengawasan Mutu.

3.2.3 Penanganan dan Pengolahan Limbah


Limbah yang dihasilkan oleh suatu industri farmasi sebagai hasil samping
proses produksi umumnya terdiri dari dua jenis yaitu limbah padat dan
limbah cair. Baik limbah padat maupun limbah cair yang dihasilkan tidak
boleh dibuang begitu saja agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Khusus untuk limbah cair harus diolah terlebih dahulu oleh suatu Instalasi
Pengolahan Limbah (IPAL) sedemikian rupa agar sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan sebelum akhirnya dibuang ke
lingkungan.
i). Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PT. Galenium Pharmasia
Laboratories terdiri dari dokumen-dokumen, sisa reagen laboratorium,
produk retain dan produk retur yang telah expired date. Khusus untuk
dokumen-dokumen internal PT. Galenium Pharmasia Laboratories
25

pemusnahannya dilakukan sendiri dengan cara dibakar di insenerator.


Sedangkan untuk limbah padat selain dokumen-dokumen, PT.
Galenium Pharmasia Laboratories bekerja sama dengan Perusahaan
Pengolahan Limbah Industri (PPLI) untuk pemusnahannya.

ii). Limbah Cair


Limbah cair yang dihasilkan PT Galenium Pharmasia Laboratories
berasal dari hasil pencucian alat produksi yaitu produksi farma dan
sabun yang selanjutnya diolah menggunakan IPAL. Proses
pengolahan limbah cair terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a) Proses Fisika
1. Bak Penampungan Awal
Limbah dari ruang produksi dialirkan langsung ke bak
penampungan awal yang berfungsi untuk memisahkan limbah
yang kasar.
2. Oil Trap Tank
Limbah dari bak penampungan awal dialirkan ke bagian oil trap
tank yang terdiri dari 3 tahapan. Fase air dan fase minyak
dipisahkan dengan cara mendiamkan air limbah dengan tujuan
memisahkan air dan minyak secara fisika menurut berat jenisnya.
Lapisan minyak akan berada di permukaan air sehingga
memudahkan proses pembersihan. Fase air dialirkan ke tahapan
berikutnya untuk dilakukan perlakuan yang sama.
3. Ekualisasi
Setelah tahap ketiga, limbah yang siap diolah dialirkan ke bak
ekualisasi untuk kemudian dilakukan pengolahan lebih lanjut di
tangki mixing untuk dilakukan pengolahan secara kimia.
b) Proses Kimia
Limbah yang berasal dari equalisator kemudian ditampung di
tangki mixing dengan kapasitas 3000 L untuk dilakukan proses
koagulasi. Pada tahap ini dilakukan penambahan Ca(OH)2 untuk
menetralisasi air limbah hingga pH 10-11. Kemudian
26

ditambahkan koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) hingga


pH menjadi 7. Setelah proses koagulasi ditambahkan flokulan
Curiflock untuk memperbesar ukuran endapan yang terbentuk
sehingga pengendapan berlangsung cepat.
Pada akhir pengolahan didapat 2 fase yaitu :
1. Koloid
Endapan hasil koloidisasi dialirkan ke dalam Drying Bed
untuk dipisahkan dari fase air yang tersisa. Setelah kering
endapan diambil dan ditampung untuk kemudian
dimusnahakan di dalam incenerator. Fase air yang tersisa
kemudian dialirkan kembali ke dalam equalisator untuk
dilakukan pengolahan kembali.
2. Fase air
Fase air dipisahkan dan dialirkan ke bak yang berisi karbon
aktif untuk menyaring sisa endapan dan mengurangi bau.
c) Proses Biologi
Cairan limbah dimasukkan ke dalam bak aerasi yang berisi bakteri
aerob untuk proses pengolahan secara biologi. Setelah melalui
proses aerasi, cairan dialirkan ke clarifier untuk memisahkan sisa
sisa endapan minyak dan dilakukan filtrasi dengan zeolit.
Selanjutnya air pengolahan dialirkan ke bak stabilisasi dan masuk
ke bak outlet. Dalam penampungan akhir ini terdapat indikator
biologis yaitu ikan mas yang dapat menandakan keamanan air
limbah yang kemudian bisa dibuang ke lingkungan.
d) Pengujian
Air hasil pengolahan limbah diuji setiap bulan oleh pihak
eksternal yaitu Institut Pertanian Bogor. Tujuannya ialah untuk
melihat apakah air hasil pengolahan limbah memenuhi
persyaratan Baku Mutu Industri Farmasi Parameter yang
digunakan dalam pemeriksaan air limbah meliputi : BOD, COD,
TSS, pH, Total N, Fenol dan kesadahan air. Pelaporan kepada
27

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dilakukan setiap 3


bulan. Berikut adalah tabel parameter pemeriksaan air limbah :

Tabel 3.1. Parameter Pemeriksaan Air Limbah


Baku Mutu Industri
No. Parameter Limbah
Farmasi (mg/L)
1. BOD 100
2. COD 300
3. TSS 100
4. Total N 30
5. Fenol 1,0
6. pH 6,0 9,0
7. Kesadahan -

Anda mungkin juga menyukai