Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Audit memiliki banyak manfaat bagi perusahaan, seperti kemudahan dalam memnuhi
kebutuhan modal, Akses ke pasar modal, biaya modal menjadi lebih rendah, pencegah terjadinya
ketidakefisienan dan kecurangan serta perbaikan dalam pengendalian dan operasional entitas.
Adanya audit atas laporan keuangan juga diharapkan dapat menjembatani pertentangan
kepentingan antara pihak manajemen perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan yaitu,
investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.
Agar audit dapat bermanfaat bagi para pemakainya, auditor independen memiliki
tanggung jawab untuk menghasilkan pendapat yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan
dan memiliki objektifitas tinggi. Oleh karena itu sebelum menjalankan proses audit, tentu saja
proses audit harus direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan audit adalah suatu tahapan yang
terperinci, yang menyangkut prosedur dan rencana auditor yang akan digunakan dalam
pelaksanaan suatu audit. Tujuan audit, jadwal kerja audit, dan staff yang akan diikut sertakan
dalam proses audit, harus diterangkan secara jelas dalam perencanaan audit.
Perencanaan audit merupakan tahap yang sangat penting dalam proses audit. Perencanaan
audit yang matang akan sangat menentukan kesuksesan audit. Perencanaan audit yang baik
merupakan faktor penting untuk dapat diperolehnya bukti audit (evidence) yang cukup dan
kompeten guna mendukung isi laporan audit. Oleh sebab itu tahap perencanaan audit merupakan
tahap yang mau tidak mau harus mendapat perhatian yang serius dari auditor. Jumlah klien yang
cukup banyak membuat KAP harus membuat perencanaan audit yang baik agar pada saat
pelaksanaan audit dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu perencanaan
audit atas laporan keuangan harus dibuat agar staff KAP dapat menjadikannya sebagai panduan
pada saat akan melaksanakan kegiatan audit.
Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan dengan tepat :
untuk memungkinkan auditor mendapatakan bukti yang tepat yang mencukupi pada situasi yang
dihadapi, untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar, dan untuk menghindarkan kesalahan
pahaman dengan klien. Jika kantor akuntan publik ingin meminimalkan kewajiban hukum dan
mempertahanakan reputasi yang baik dalam masyarakat bisnis, bukti yang tepat mencukupi
harus diperolah. Agar tetap kompetitif KAP harus menjaga kewajaran biaya. Mengindari
kesalahpahaman dengan klien dan memfasilitasi pekerjaan berkualitas tinggi dengan biaya yang
wajar.
Makalah ini membahas kasus nyata yang menjelaskan permasalahan professional yang
dihadapi auditor dilapangan. Tujuan dari penyajian makalah ini adalah memberikan pemahaman
dan pelajaran kepada calon auditor agar selalu berhati-hati, menjaga sikap indepedensi,
profesionalisme dan integritas dalam melaksanakan proses audit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan program audit
menyeluruh. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas
perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi
pelaksanan secara menyeluruh dan lingkup audit yang diharapkan

1. KOMUNIKASI DENGAN AUDITOR TERDAHULU (SEBELUM PENUNJUKAN)

A. Perubahan Auditor

Auditor harus tidak menerima suatu perikatan sampai komunikasi dievaluasi. Namun, auditor
dapat membuat proposal untuk perikatan audit sebelum melakukan komunikasi dengan
auditor pendahulu. Auditor dapat memberitahu calon kliennya bahwa penerimaan perikatan
belum bersifat final sampai komunikasi dengan auditor pendahulu dievaluasi.

Komunikasi lain antara auditor pengganti dengan auditor pendahulu sangat dianjurkan untuk
membantu auditor pengganti dalam merencanakan perikatan. Namun, waktu komunikasi lain
ini lebih fleksibel. Auditor pengganti dapat berinisiatif melakukan komunikasi lain, sebelum
menerima perikatan atau sesudahnya.

Bila terdapat lebih dari satu auditor yang mempertimbangkan untuk menerima suatu
perikatan, auditor pendahulu tidak diharapkan menanggapi permintaan keterangan sampai
dengan auditor pengganti telah dipilih oleh calon klien dan telah menerima perikatan yang
memerlukan evaluasi komunikasi dengan auditor pendahulu.

Inisiatif untuk mengadakan komunikasi terletak di tangan auditor pengganti. Komunikasi


dapat tertulis atau lisan. Baik auditor pendahulu maupun auditor pengganti harus menjaga
kerahasiaan informasi yang diperoleh satu sama lain. Kewajiban ini tetap berlaku tanpa
memperhatikan apakah auditor pengganti akan menerima perikatan atau tidak.

B. Komunikasi Sebelum Auditor Pengganti Menerima Perikatan

Permintaan keterangan kepada auditor pendahulu merupakan suatu prosedur yang perlu
dilaksanakan, karena mungkin auditor pendahulu dapat memberikan informasi yang
bermanfaat kepada auditor pengganti dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan
perikatan. Auditor pengganti harus selalu memperhatikan antara lain, bahwa auditor
pendahulu dan klien mungkin berbeda pendapat tentang penerapan prinsip akuntansi,
prosedur audit, atau hal-hal signifikan yang serupa.

Auditor pengganti harus meminta izin dari calon klien untuk meminta keterangan dari auditor
pendahulu sebelum penerimaan final perikatan tersebut. Kecuali sebagaimana yang
diperkenankan oleh Kode Etik Akuntan Indonesia, seorang auditor dilarang untuk
mengungkapkan informasi rahasia yang diperolehnya dalam menjalankan audit tanpa secara
khusus memperoleh persetujuan dari klien. Oleh karena itu, auditor pengganti harus meminta
persetujuan calon klien agar mengizinkan auditor pendahulu untuk memberikan jawaban
penuh atas permintaan keterangan dari auditor pengganti. Apabila calon klien menolak
memberikan izin kepada auditor pendahulu untuk memberikan jawaban atau membatasi
jawaban yang boleh diberikan, maka auditor pengganti harus menyelidiki alasan-alasan dan
mempertimbangkan pengaruh penolakan atau pembatasan tersebut dalam memutuskan
penerimaan atau penolakan perikatan dari calon klien tersebut.
Auditor pengganti harus meminta keterangan yang spesifik dan masuk akal kepada auditor
pendahulu mengenai masalah-masalah yang menurut keyakinan auditor pengganti akan
membantu dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan. Hal-hal yang
dimintakan keterangan harus mencakup:
a) Informasi yang kemungkinan berkaitan dengan integritas manajemen.
b) Ketidaksepakatan dengan manajemen mengenai penerapan prinsip akuntansi, prosedur
audit, atau soal-soal signifikan yang serupa.
c) Komunikasi dengan komite audit atau pihak lain dengan kewenangan dan tanggung
jawab setara tentang kecurangan, unsur pelanggaran hukum oleh klien, dan masalah-
masalah yang berkaitan dengan pengendalian intern
d) Pemahaman auditor pendahulu tentang alasan penggantian auditor.

Auditor pengganti dapat mempertimbangkan permintaan keterangan layak yang lain.


Auditor pendahulu harus memberikan jawaban dengan segera dan lengkap atas pertanyaan
yang masuk akal dari auditor pengganti, atas dasar fakta-fakta yang diketahuinya. Namun,
jika ia harus memutuskan untuk tidak memberikan jawaban yang lengkap, karena keadaan
yang luar biasa, misalnya perkara pengadilan di masa yang akan datang, ia harus
menunjukkan bahwa jawabannya adalah terbatas. Apabila auditor pengganti menerima suatu
jawaban yang terbatas, maka ia harus mempertimbangkan pengaruhnya dalam memutuskan
apakah ia menerima perikatan atau menolaknya

C. Komunikasi Lain

Auditor pengganti harus meminta klien agar memberikan izin kepada auditor pendahulu
untuk memperbolehkan auditor pengganti melakukan review atas kertas kerja auditor
pendahulu. Auditor pendahulu dapat meminta izin dan surat pengakuan dari klien untuk
mendokumentasikan izin yang diberikan oleh klien tersebut dalam usaha untuk mengurangi
salah pengertian tentang lingkup komunikasi yang diizinkan.

Auditor pendahulu harus menentukan kertas kerja yang mana yang disediakan untuk di-
review dan mana yang dapat di-copy oleh auditor pengganti. Biasanya auditor pendahulu
harus mengizinkan auditor pengganti untuk melakukan review atas kertas kerja, termasuk
dokumentasi perencanaan, pengendalian intern, hasil audit, dan hal-hal signifikan di bidang
akuntansi dan auditing seperti kertas kerja analisis akun neraca, dan yang berkaitan dengan
kontinjensi. Auditor pendahulu juga harus mencapai kesepakatan dengan auditor pengganti
tentang penggunaan kertas kerja. Luasnya izin akses ke kertas kerja yang diberikan oleh
auditor pendahulu, jika ada, merupakan masalah pertimbangan auditor pendahulu.

D. Penggunaan Komunikasi Auditor Pengganti

Auditor pengganti harus memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk memberikan basis
memadai guna menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang menjadi objek perikatan
auditnya, termasuk penilaian konsistensi penerapan prinsip akuntansi. Bukti audit yang
digunakan untuk menganalisis dampak saldo awal atas laporan keuangan tahun berjalan dan
konsistensi prinsip akuntansi merupakan masalah pertimbangan profesional. Bukti audit
tersebut dapat mencakup laporan keuangan auditan yang dilaporkan oleh auditor pendahulu
dalam laporannya. Auditor pengganti dapat juga menerapkan prosedur audit yang semestinya
atas saldo akun pada awal periode yang diaudit dan terhadap transaksi periode sebelumnya.

Review yang dilakukan oleh auditor pengganti terhadap kertas kerja auditor pendahulu dapat
berpengaruh terhadap sifat, saat, dan luasnya prosedur auditor pengganti yang berkaitan
dengan saldo awal dan konsistensi prinsip akuntansi. Namun, sifat, saat, dan luasnya
pekerjaan audit yang dilaksanakan dan kesimpulan yang dicapai semata-mata merupakan
tanggung jawab auditor pengganti. Dalam melaporkan audit tersebut, auditor pengganti harus
tidak mengacu ke laporan atau pekerjaan auditor pendahulu sebagai basis, sebagian atau
seluruhnya, bagi pendapat yang dibuat oleh auditor pengganti.

2. PEMBUATAN SURAT PERIKATAN (ENGAGEMENT LETTER)

A. Surat Perikatan Audit

Baik klien maupun auditor berkepentingan untuk mengirim surat perikatan, lebih baik
sebelum dimulainya suatu perikatan, untuk menghindari salah paham berkenaan dengan
perikatan tersebut. Surat perikatan dapat pula mendokumentasikan dan menegaskan
penerimaan auditor atas penunjukan perikatan, tujuan dan lingkup audit, dan luasnya
tanggung jawab auditor kepada klien dan bentuk laporan.

B. Isi Pokok

Bentuk dan isi surat perikatan audit dapat bervariasi di antara klien, namun surat tersebut
umumnya berisi:
a) Tujuan audit atas laporan keuangan.
b) Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.
c) Lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan dari badan
profesional yang harus dianut oleh auditor.
d) Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk
menyampaikan hasil perikatan.
e) Fakta bahwa karena sifat pengujian dan keterbatasan bawaan lain suatu audit, dan dengan
keterbatasan bawaan pengendalian intern, terdapat risiko yang tidak dapat dihindari
tentang kemungkinan beberapa salah saji material tidak dapat terdeteksi.
f) Akses yang tidak dibatasi terhadap catatan, dokumentasi, dan informasi lain apa pun yang
diminta oleh auditor dalam hubungannya dengan audit.
g) Pembatasan atas tanggung jawab auditor.
h) Komunikasi melalui e-mail.

Auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat perikatan auditnya:
a) Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya.
b) Harapan untuk menerima konfirmasi tertulis dari manajemen tentang representasi yang
dibuat dalam hubungannya dengan audit.
c) Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-syarat perikatan telah sesuai
dengan membuat tanda penerimaan surat perikatan audit.
d) Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh auditor untuk diterbitkan bagi
kliennya.
e) Basis perhitungan fee dan pengaturan penagihannya.

Jika relevan, butir-butir berikut ini dapat pula dimasukkan dalam surat perikatan audit:
a) Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor lain dan/atau tenaga ahli dalam beberapa
aspek audit.
b) Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor intern dan staf klien yang lain.
c) Pengaturan, jika ada, yang harus dibuat dengan auditor pendahulu, dalam hal audit tahun
pertama.
d) Pembatasan atas kewajiban auditor jika kemungkinan ini ada.
e) Suatu pengacuan ke perjanjian lebih lanjut antara auditor dengan kliennya.

3. PERSIAPAN PELAKSANAAN AUDIT


1. Persiapan Awal
Ruang lingkup dan tujuan audit harus dipahami dengan baik oleh auditor dan auditee.
Informasi mengenai target area dikumpulkan melalui dokumentasi dan diskusi dengan
auditee management
2. Perencanaan Rinci
Langkah 1 Pastikan persyaratan yang relevan untuk area sasaran telah lengkap
Langkah 2 Tentukan bagaimana hubungan persyaratan tersebut dengan aktivitas yang
dijalankan oleh unit kerja yang diaudit
Langkah 3 Pastikan apa yang harus ditetapkan auditor dan dipenuhi oleh auditee.
Langkah 4 Pastikan checklist telah lengkap dan akurat
Langkah 5 Putuskan rencana tindakan.
3. Melakukan Visitasi
Audit harus dilakukan secara profesional (memiliki kompetensi sebagai auditor, memiliki
karakteristik positif sebagai auditor, mampu bekerja sama dalam tim) dan daftar periksa
harus diisi sesuai yang dibutuhkan. Audit yang profesional yaitu tidak membuat
kesimpulan sebelum bukti-bukti diuji, menjaga kerahasiaan, tidak menginformasikan
temuan Program Studi lain dan tidak mengadili.
4. Wawancara
Faktor keberhasilan kritis dapat didapat dengan wawancara orang yang tepat, persiapan
dengan baik, usahakan yang diwawancarai dalam keadaan santai, sesuaikan gaya
wawancara.
5. Mencatat Hasil Audit
Yang harus dicatat adalah contoh-contoh ketidaksesuaian terhadap standar, contoh-
contoh ketidaksesuaian terhadap dokumen, aspek dari operasi yang cenderung mengarah
kepada ketidaksesuaian, apa yang ditemukan, dimana ditemukan, mengapa dianggap
sebagai ketidaksesuaian, dan siapa yang hadir atau ada pada saat ditemukan.

4. PENETAPAN STRATEGI MENYELURUH

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup


audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan
kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:
1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat entitas
tersebut.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
3. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang
signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi
akuntansi pokok perusahaan.
4. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti
risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa.
8. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan auditor
tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam,
laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).
Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasannya dengan baik:
1. Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang mencukupi dalam situasi saat itu.
2. Untuk membantu menekan biaya audit agar dapat bersaing dengan yang lain.
3. Untuk menghindari salah pengertian dengan klien.

5. PEMBUATAN RENCANA AUDIT

Hal yang harus di pertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan audit adalah :
1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri dimana satuan
usaha tersebut beroperasi di dalamnya.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut.
3. Metode yang di gunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi akuntansi.
4. Penetapan tingkat resiko pengendalian yang di rencanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas umtuk tujuan audit.
6. Pos laporan keuangan yang mungin memerlukan penyesuaian.
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit.
8. Sifat laporan audit yang di harapkan akan di serahkan kepada pemberi tugas.

6. PEMBUATAN PROGRAM AUDIT

Tahap penilaian yang dilakukan oleh auditor dalam program audit ialah:
1. Penelaahan awal.
2. Penelaahan/pengujian ketaatan/pengendalian (test of controls) terhadap general controls,
serta penelaahan/pengujian ketaatan pengendalian aplikasi (application controls) pada
unit pengembang sistem (developer)
3. Penelaahan/pengujian ketaatan pengendalian aplikasi pada pemakai (user).
4. Tahap evaluasi hasil penelaahan dan pengujian ketaatan pengendalian.
5. Tahap perancangan pengujian subtantif (subtantive test).
6. Tahap pelaporan hasil audit.

7. PENENTUAN WAKTU PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT

Auditor menetapkan alokasi waktu audit yang sangat ketat, tetapi akibatnya memiliki efek
samping yang merugikan publik, yaitu memunculkan perilaku yang mengancam kualitas
audit, antara lain penurunan tingkat pendeteksian dan penyelidikan aspek kualitatif salah saji,
gagal meneliti prinsip akuntansi, melakukan review dokumen secara dangkal, menerima
penjelasan klien secara lemah dan mengurangi pekerjaan pada salah satu langkah audit di
bawah tingkat yang diterima.
Di bawah tekanan-tekanan waktu, perhatian akan lebih terfokus pada tugas yang dominan
seperti tugas pengumpulan bukti berkaitan dengan frekuensi dan jumlah salah saji dan
mengorbankan perhatian yang diberikan pada tugas tambahan seperti tugas yang memberikan
aspek kualitatif atas terjadinya salah saji yang menunjukkan potensial kecurangan pelaporan
keuangan.

Ventura (2001:73), disebutkan bahwa penetapan batasan waktu tidak realistis pada tugas
audit khusus akan berdampak kurang efektifnya pelaksanaan audit atau auditor pelaksana
cenderung mempercepat pelaksanaan tes. Sebaliknya bila penetapan batasan waktu terlalu
lama hal ini akan berdampak negatif pada biaya dan efektivitas pelaksanaan audit.

Jadi penetapan waktu untuk auditor dalam melaksanakan tugasnya harus tepat waktu,
sehingga hal-hal seperti disebutkan pada uraian diatas dapat dihindari. Hal ini juga akan
dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas auditor.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hendriksen dalam (Balance 2004:43) bahwa informasi
mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu sampai ke
pemakai laporan keuangan. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan
seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam
perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan
keputusan.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

1. PROFIL PERUSAHAAN LIGAND PHARMACEUTICALS, Inc.


Ligand Pharmaceuticals, awalnya bernama Progenx didirikan pada bulan September 1987
oleh Brook Byers. Ligand Pharmaceuticals berkantor pusat di San Diego, California. Pada bulan
Januari 2007, John Higgins menjadi CEO baru bagi Ligand. Pada saat John Higgins menjadi
CEO, Daniel Loeb dari THIRD Point Mangement membeli perusahaan bioteknologi untuk
mengurangi kerugian dan meningkatkan pendapatan.
(https://en.wikipedia.org/wiki/Ligand_Pharmaceuticals)
Ligand Pharmaceuticals Incorporated adalah perusahaan biofarmasi yang berfokus pada
pengembangan teknologi yang membantu perusahaan farmasi menemukan dan mengembangkan
obat-obatan. Adapun produk utamanya adalah obat penwar rasa sakit dan beberapa obat kanker.
Tujuan perusahaan adalah penemuan obat, pengembangan obat tahap awal, perumusan produk
dan kemitraan. Ligand juga merupakan perusahaan partnership yang memiliki jaringan kurang
lebih 120 perusahaan farmasi di seluruh dunia, salah satunya yang berkolaborasi dengannya
adalah Merck & Co.
Ligand yang berkantor pusat di San Diego California, memiliki kode saham LGND yang
diperdagangkan di Bursa Efek Nasdaq. Meskipun masih dalam tahap pengembangan, ekspektasi
masa depan perusahaan dan kepercayaan inverstor terhadap Ligand telah menyebabkan harga
saham Ligand meroket dari mulai $4 per lembar diawal tahun 2003 melonjak menjadi $24 per
lembar pada awal tahun 2004.
Untuk meningkatkan kepercayaan public terhadap perusahaan, pada tanggal 31 Oktober
2000 sampai tanggal efektif 5 Agustus 2004, Ligand menggunakan jasa audit Deloitte sebagai
auditor independen. Deloitte melakukan audit laporan keuangan Ligand sampai kuartal tersebut
dan berakhir pada tanggal 31 Maret 2004. Dalam laporan audit tertanggal 10 Maret 2004,
Deloitte menngeluarkan opini wajar tanpa pengecualian atas neraca konsolidasi Ligand pada
tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, serta laporan laba rugi konsolidasi, laporan perubahan
ekuitas konsolidasi untuk tahun yang sama.

2. LATAR BELAKANG KASUS

Pada akhir tahun 2003, James Fazio mendapat tugas melalui partner perikatan audit
dengan Deloitte dan diberi kepercayaan untuk memimpin dan mengawasi audit perusahaan
Ligand untuk tahun buku 2003.
Pada awal tahun 2004, pada saat Deloitte telah mengaudit laporan keuangan Ligand
tahun buku 2003, perusahaan Ligand telah memasarkan produk utamanya hanya dalam perioda
yang cukup singkat, yang artinya bahwa akuntan Ligand memiliki keterbatasan pengalaman
historis terhadap dasar estimasi retur penjualan di masa depan. Permasalahan ini menyebabkan
kesulitan Ligand dalam menghitung rincian data penjualan dan persediaan dari 3 grosirnya.
Pada awal bulan Maret 2004, sebelum Deloitte menyelesaikan audit Ligand tahun buku
2003, Ligand menerima tambahan informasi dari grosirnya mengenai tingkat pengembalian yang
dialami oleh produk utamanya. Dalam audit ini ditemukan indikasi bahwa pada 31 Desember
2003 cadangan retur penjualan masa depan adalah mencukupi. Dalam beberapa kasus, retur yang
diterima di awal 2004 untuk produk yang terjual di 2003 melewati total provisi produk tersebut
pada akhir tahun 2003 untuk retur penjualan. Meskipun ini diketahuinya, Fazio tetap
mengeluarkan opinin WTP terhadap laporan keuangan Ligand tahun 2003 di tanggal 01 Maret
2004.
Masih pada bulan Maret 2004, Fazio disupervisi oleh Dewan Reviu Interim Deloitte
tentang laporan keuangan Ligand triwulan pertama 2004. Selama perikatan, Fazio dan
bawahannya, memperoleh data retur penjualan untuk 2 bulan pertama tahun fiskal 2004. Data
tersebut didemontrasikan sendiri oleh Tim Reviu Deloitte dan ditemukan bahwa cadangan akhir
tahun untuk retur penjualan secara signifikan terlalu rendah. Fazio dianggap gagal
merekomendasikan kepada perusahaan untuk menarik dan menyajikan kembali laporan
keuangannya tahun 2003.
Pada awal bulan April 2004, Fazio meminta untuk bertemu dengannya dan segera
menghadap atasannya, Partner in Charge untuk Praktik Audit Wilayah San Diego. Selama
pertemuan itu, Fazio menceritakan tentang kinerja pekerjaannya. Hasil pertemuam itu
menghasilkan fakta dari anggota manajemen Deloitte yang menyarankan supaya Fazio jangan
dibolehkan untuk mengawasi audit perusahaan publik.
Pada akhir bulan April 2004, selama rangkaian audit Ligand tahun buku 2003, Fazio
segera bertemu atasannya sekali lagi. Selama pertemuan, Fazio bercerita bahwa dia merasakan
telah terjadi risiko kualitas terhadap auditnya dan telah disarankan untuk keluar dari jaringan
KAP Deloiite. Beberapa pimpinan partner Deloitte telah mencapai keputusan untuk meminta
pengunduran diri Fazio. Partner ini terdiri dari Direktur Program Manajemen Risiko Deloitte,
Partner Manajer Audit Regional untuk wilayah Pasifik Selatan, dan Partner Manager Audit
Nasional Deloitte.
Pada 5 Agustus 2004, Deloitte mengundurkan diri sebagai auditor independen Ligand.
Harga saham Ligand turun tajam menyusul pengunduran diri Deloitte yang tidak diharapkan ini.
Dari pengumumannya, harga saham Ligand yang sebelumnya mendekati $24 dolar per lembar
pada April 2004, dengan cepat jatuh di bawah angka $1,50 per lembar sampai akhir tahun 2008.
Pada Mei 2005, manajemen Ligand mengumumkan bahwa perusahaan akan menyajikan kembali
laporan keuangannya dari tahun 2002, 2003, dan tiga triwulan pertama tahun 2004. Manajemen
melaporkan bahwa telah dibentuk investigasi bersama oleh komite audit perusahan dan KAP
baru BDO Seidman dan mereka telah menyatakan adanya kesalahan material dalam laporan
keuangan itu. Kesalahan itu secara umum dihasilkan dari ketidaksesuain pengakuan pendapatan
untuk pengiriman produk ke distributor yang diproduksi Ligand akhir tahun 2005 dengan
mengurani pelaporan pendapatan perusahaan ke depan untuk tahun 2003 sebesar 53% atau $59
juta secara keseluruhan. Perusahaan juga meningkatkan pelaporan rugi operasinya untuk tahun
2003 sebesa 250%.
Pada 10 Desember 2007, PCAOB mengeluarkan pengumuman bersama tentang sanksi
disiplin terhadap James Fazio dan Deloitte & Touche atas keterlibatan Fazio pada audit Ligand
2003. PCAOB melarang James Fazio untuk masuk dalam pendaftaran PCAOB sebagai KAP
selama dua tahun. Dalam pengumuman PCAOB yang dikeluarkan pada 10 Desember 2007 itu,
jurubicara PCAOB melaporkan bahwa Fazio telah melanggar beberapa standar profesional
auditing selama mengaudit Ligand 2003.
3. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian kasus di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan :

1) Identifikasi pertama
a. Laporan keuangan Ligand pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa mereka mengakui
pendapatan pada saat pengiriman produk, setelah dikurangi biaya yang seharusnya
dikeluarkan.
b. Dalam pengakuan pengakuan tersebut, auditor Fazio menemukan bahwa secara
signifikan jumlah retur penjualan disajikan terlalu rendah sehingga pendapatan
Ligand meningkat drastis.
c. Penyebabnya adalah, staf akuntan Ligand tidak memiliki kemampuan untuk
mengestimasi jumlah pengembalian produk untuk disajikan sebagai retur penjualan.
d. Kejadian tersebut diketahui oleh Fazio, tetapi Fazio tidak melakukan reviu malah
justru menerbitkan opini WTP atas laporan keuangan Ligand tahun 2003.

2) Identifikasi kedua
a. Pada saat audit Ligand tahun buku 2003, kebijakan dan prosedur tertulis Deloitte
mensyaratkan bahwa risiko perikatan harus dinilai setiap tahun, yaitu harus lebih
besar dari normal atau jauh lebih besar dari biasanya.
b. Tim perikatan menilai bahwa risiko perikatan untuk audit Ligand tahun 2003 ternyata
lebih besar dari biasanya seperti yang didokumentasikan di kertas kerja audit.
c. Penilaian risiko ini meningkat karena kejadian yang berkaitan dengan penjualan
produk dan hasil penjualan. Menanggapi risiko yang tinggi ini, mengharuskan tim
perikatan untuk lebih fokus dan meningkatkan skeptisisme profesional mereka untuk
menangani secara spesifik dan mengidentifikasi risiko yang terkait dengan estimasi
Ligand tentang pendapatan di masa depan.
d. Dalam hal ini, James Fazio tidak cukup menilai apakah Ligand memiliki kemampuan
untuk memperkirakan adanya pengembalian produk yang lebih baik.
4. ANALISIS KASUS DAN PEMBAHASAN
Seorang auditor harus melakukan tahapan-tahapan audit yang meliputi menerima dan
mempertahankan klien, merencanakan audit, melaksanakan pengujian dan melaporkan hasil
audit. Tujuan dilakukan tahapan audit adalah untuk meningkatkan kualitas audit. Hasil audit
dikatakan berkualitas apabila proses pemeriksanaannya dilaksanakn sepenuhnya sesuai dengan
standar audit untuk memastikan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Jika
audit yang dijalankan gagal menemukan salah saji, maka audit tersebut dianggap gagal (audit
failure). Kegalan audit ini merupakan salah satu hal yang wajib dimitigasi oleh auditor. Oleh
karena itu dalam melakukan audit, auditor perlu memperhatikan risiko perikatan sebelum
menerima klien sebagai auditee.
Permasalahan yang terjadi pada kasus Ligand, merupakan masalah professional yang
dihadapi oleh James Fazio selaku auditor, dimana Fazio tidak melakukan perencanaan secara
matang dalam merencanakan audit setelah menerima Ligand sebagai kliennya. Tahapan dalam
keputusan menerima atau menolak klien sebenarnya sudah dilakukan oleh Fazio, namun dari
beberapa tahapan perencanaan audit, Fazio tidak maksimal dalam memperoleh pemahaman
tentang busines dan industri Ligand serta melaksanakan prosedur analitis yang kurang lengkap.

Dalam memperoleh pemahaman tentang klien, seorang auditor diharuskan untuk


melakukan sejumlah prosedur dan harus waspada terhadap prinsip dan kebijakan akuntansi
khusus yang diterapkan oleh klien. Hal yang paling penting untuk menjadi perhatian auditor
adalah menilai risiko busines klien yang ditujukan pada risiko salah saji yang material yang
dipengaruhi oleh risiko bisnis klien. Dalam kasus ini, Fazio belum memiliki pengetahuan tentang
pemahaman strategik busines Ligand terutama tentang obat-obatan. Akibat ketidaktahuan ini,
Fazio tidak dapat mereviu hasil estimasi perhitungan jumlah pengembalian produk obat-obatan
Ligand yang dikembalikan dari grosirnya. Di sinilah sebenarnya risiko busines auditor yang
dihadapi Fazio sehingga menyebabkan dikeluarkannya opini WTP kepada Ligand, padahal
laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang sangat material.

Untuk mengatasi salah satu masalah risiko busines akibat ketidaktahuannya tersebut,
sebenarnya Fazio bisa berkonsultasi dan memanfaatkan tenaga ahli di bidang farmasi untuk
menghitung estimasi jumlah pengembalian obat dari grosirnya untuk keperluan penyajian akun
retur penjualan di neraca karena kondisi industri Ligand di bidang farmasi terutama mengenai
persediaan obat-obatan, penanganannya sangat kompleks akibat banyak jenis dan merek obat
yang membutuhkan pengetahuan khusus di bidang farmasi. Menurut penulis, dalam
mempertimbangkan untuk menerima Ligand sebagai klien, sebaiknya sebelum menerima
perikatan di awal, Fazio harus mempertimbangkan apakah akan menggunakan jasa konsultan dan
spesialis untuk membantu tim perikatan dalam melakukan audit.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Risiko perikatan dan penerapan standar pengendalian mutu yang baik berpengaruh terhadap
reputasi KAP, hal ini menunjukkan sikap kehati-hatian auditor ketika menerima klien tercermin
dalam perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan. Pemeriksaan yang baik diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan yang telah diaudit, karena semakin tinggi kualitas
laporan keuangan yang telah diaudit dapat meningkatkan kepercayaan. Pengaruhnya yang paling
kecil menggambarkan untuk meningkatkan reputasi, sikap berhati-hati auditor sebaiknya
memberikan kontribusi positif kepada klien berupa saran menuju perbaikan.
2. Pertimbangan penerimaan klien yang dipengaruhi oleh adaptasi risiko sebaiknya
dipertimbangkan sebaik-baiknya, apabila risiko perikatan bisa diatasi melalui luas pemeriksaan
ataupun penggunaan tenaga ahli maka kebijakan menaikkan fee adalah alternatif yang sesuai,
tetapi apabila risiko perikatan tidak dapat ditanggulangi melalui adaptasi risiko sebaiknya KAP
tidak menerima perikatan.
DAFTAR PUSTAKA

Auditing And Assurance Services, An integrated approach, by arens, Elder, and Breasley,
Prentice Hall-Perason Education, 12 th Edition, 2008

Auditing & Assurance Services: A systematic Approach, by Messier, Glover, and Prewitt,
McGraw-Hill, 4 th Edition 2006.

Jump up to:a b "Life After Loeb: Ligand Pharmaceuticals Prospers In Stripped-Down


Mode". Forbes. Forbes. Retrieved 11 July 2015.

Jump up to:a b Hernandez, Angel (9 February 2016). "Ligand Pharmaceuticals Inc. (LGND)
Profit Expected to Increase". WallStreet. Retrieved 10 February 2016.

https://m.tempo.co/read/news/2017/02/11/087845604/mitra-ernst-young-indonesia-didenda-rp-
13-miliar-di-as/ (diakses 12 Maret 2017).

http://www.nytimes.com/2007/12/11/business/11account.html?mcubz=1

https://en.wikipedia.org/wiki/Ligand_Pharmaceuticals)

Anda mungkin juga menyukai