Anda di halaman 1dari 15

Kecelakaan Kerja dan Manajemen Kesehatan Kerja

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) 56742061

Pendahuluan

Suatu kecelakaan bukanlah suatu peristiwa tunggal, kecelakaan merupakan hasil dari
serangkaian penyebab yang berkaitan. Menurut Heinrich kecelakaan kerja dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang saling mempengaruhi seperti sebuah efek domino yang mengawali
kecelakaan dan menimbulkan cedera atau kerusakan. Jika satu domino jatuh maka domino ini
akan menimpa domino-domino lainnya hingga domino yang terakhir pun jatuh. Jika salah
satu dari domino dihilangkan misalnya kita melakukan tindakan keselamatan kerja yang
benar, maka tidak akan ada kecelakaan.1,2

Seperti yang kita ketahui angka kecelakaan di dunia yang diakibat kecelakaan kerja masih
tinggi. Di Indonesia sendiri, angka kecelakaan kerja masih tinggi. Mengutip data Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi
kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus. Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang
mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja.
Selain mengakibatkan kerugian jiwa, kerugian materi yang ditimbulkan akibat kecelakaan
kerja juga sangat besar yang berupa kerusakan sarana produksi, biaya pengobatan dan
kompensasi yang dibayarkan. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di
Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka
kecelakaan kerja. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah, padahal
karyawan adalah aset penting perusahaan. Kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat
seumur hidup, di samping berdampak pada kerugian non-materil, juga menimbulkan kerugian
materil yang sangat besar.3

Berdasarkan pembahasan di atas dan skenario yang didapat yaitu skenario 6, maka pada
makalah ini akan dilakukan pembahasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kecelakaan kerja dan sistem manajemen kesehatan dan kecelakaan kerja.

Pembahasan

1
Definisi Kecelakaan Kerja

Pengertian kecelakaan kerja berdasarkan Frank Bird Jr adalah kejadian yang tidak
diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda. Ada tiga
jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan :

1. Accident : adalah kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian


baik bagi manusia maupun terhadap harta benda
2. Incident : adalah kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan
kerugian.
3. Near miss : adalah kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini hampir
menimbulkan kejadian incident maupun accident.

Sedangkan berdasarkan peraturan menteri yaitu permenaker no 03 tahun 1998, kecelakaan


adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia atau harta benda. Dan permenaker no 44 tahun 2015 yaitu
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempa kerja atau sebaliknya dan penyakit
yang sebabkan oleh lingkungan kerja.4,5

Berdasarkan undang-undang mengenai keselamatan dan kecelakaan kerja dapat


terlihat ada 3 aspek utama dari kecelakaan :4,5

Keadaan apapun yang membahayakan pada tempat kerja maupun di lingkungan kerja.
Hazard ini untuk manusia menimbulkan cedera (injury) dan sakit (illness)
Cedera dan sakit adalah hasil dari kecelakaan akan tetapi kecelakaan tidak terbatas
pada cedera dan sakit saja.
Jika dalam suatu kejadian menyebabkan kerusakan atau kerugian (loss) tetapi tidak
ada cedera pada manusia, hal ini termasuk juga kecelakaan. Kecelakaan dapat
menyebabkan hazard pada orang, kerusakan pada peralatan atau barang dan
terhentinya proses pekerjaan.

Teori Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Terdapat berbagai macam teori yang menjelaskan mengenai factor penyebab


kecelakaan kerja, beberapa contoh teori tersebut adalah :

Tabel 1. Teori Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja2

2
1. Teori Faktor Manusia Menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja baik
(Human Factor Theory) langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kesalahan
manusia.

2. Teori Kebetulan Murni Kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan sehingga tidak ada pola
(Pure Chance Theory) yang jelas dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan
kerja terjadi secara kebetulan saja.

3. Teori Kecenderungan Pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena
Celaka (AccidentPhone sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami
Theory) kecelakaan.

4. Teori Tiga Faktor Utama Penyebab kecelakaan adalah faktor peralatan, lingkungan dan
(Three Main Factors manusia pekerja itu sendiri.
Theory)

5. Teori Dua Faktor Utama Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya


(Two Main Factors (unsafecondition) dan tindakan atau perbuatan berbahaya
Theory) (unsafe action).

Penyebab Kecelakaan Kerja

Efek Domino Kecelakaan Kerja (H.W. Heinrich)

Menurut teori domino effect kecelakaan kerja H.W Heinrich, kecelakaan terjadi
melalui hubungan mata-rantai sebab-akibat dari beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja
yang saling berhubungan sehingga menimbulkan kecelakaan kerja (cedera ataupun penyakit
akibat kerja / PAK) serta beberapa kerugian lainnya.1,2

Terdapat faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain : penyebab langsung


kecelakaan kerja, penyebab tidak langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaan
kerja.1,2

Termasuk dalam faktor penyebab langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak
aman/berbahaya (unsafe condition) dan tindakan tidak aman/berbahaya (unsafe action).

3
Kondisi tidak aman (unsafe condition), beberapa contohnya antara lain : tidak
dipasang (terpasangnya) pengaman (safeguard) pada bagian mesin yang
berputar, tajam ataupun panas, terdapat instalasi kabel listrik yang kurang
standar (isolasi terkelupas, tidak rapi), alat kerja/mesin/kendaraan yang kurang
layak pakai, tidak terdapat label pada kemasan bahan (material) berbahaya.
Termasuk dalam tindakan tidak aman (unsafe action) antara lain :
kecerobohan, meninggalkan prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung
diri (APD), bekerja tanpa perintah, mengabaikan instruksi kerja, tidak
mematuhi rambu-rambu di tempat kerja, tidak melaporkan adanya kerusakan
alat/mesin ataupun APD, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum
memulai pekerjaan dengan resiko/bahaya tinggi.1,2

Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah faktor
pekerjaan dan faktor pribadi. Termasuk dalam faktor pekerjaan antara lain : pekerjaan tidak
sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan tidak sesuai sesuai dengan kondisi sebenarnya,
pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada upayapengendalian di dalamnya, beban kerja
yang tidak sesuai. Termasuk dalam faktor pribadi antara lain : mental/kepribadian tenaga
kerja tidak sesuai dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai.1,2

Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah lemahnya manajemen
dan pengendaliannya, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya sumber daya, kurangnya
komitmen, dsb. Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi terbesar
penyebab kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor kelalaian manusia yaitu sebesar
88%.Sedangkan 10% lainnya adalah dari faktor ketidaklayakan properti/aset/barang dan 2%
faktor lain-lain.1,2

Fishbone Diagram6

Fishbone diagram atau diagram tulang ikan sering juga disebut Cause-and-Effect
Diagram atauIshikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli
pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality
tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan
penyebab masalah.6

Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah
dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong

4
kita untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user
friendly disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki
banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.6

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau
masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesibrainstorming. Masalah akan
dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin,
prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu
diuraikan melalui sesi brainstorming.6

Untuk lebih jelasnyaakan diuraikan prosedur atau langkah-langkah


pembuatan fishbone diagram di bawah ini.

Langkah-Langkah Pembuatan Fishbone Diagram6

Pembuatan fishbone diagram kemungkinan akan menghabiskan waktu sekitar 30-60


menit dengan peserta terdiri dari orang-orang yang kira-kira mengerti/paham tentang masalah
yang terjadi, dan tunjuklah satu orang pencatat untuk mengisi fishbone diagram. Alat-alat
yang perlu disiapkan adalah: flipchart atau whiteboard dan marking pens atau spidol.

Langkah 1: Menyepakati pernyataan masalah6

Sepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan masalah ini


diinterpretasikan sebagai effect (cidera), atau secara visual dalam fishbone seperti
kepala ikan.

Sebagai contoh pada skenario yaitu : Boiler meledak sehingga menyebabkan 2 orang
terkena luka bakar 20%, 1 orang luka bahu dan perut karena pecahan boiler, dan 1
orang luka kepala terbentur besi.

Langkah 2: Mengidentifikasi kategori-kategori6

Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi cabang. Setiap cabang
mewakili sebab utama dari masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai
cause, atau secara visual dalam fishbone seperti tulang ikan.

5
Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk
akal dengan situasi. Kategori-kategori ini antara lain:

o Bahan yang digunakaan dan diduga dapat menyebabkan cidera, cth : pada
skenario yaitu bahan dari pembuatan boiler itu sendiri, apa sudah
menggunakan besi dengan kualitas yang baik.

o Prosesnya apakah sudah sesuai dengan SOP?

o Manusia pada kategori ini kita nilai apakah orang yang bekerja sudah
memiliki kemampuan dalam menggunakan alat tersebut, apakah menggunakan
APD?

o Alat/ instalasi kategori ini menilai apakah alat yang digunakan selalu diperiksa
kelayakaannya?

Langkah 3: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming6

Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui


sesi brainstorming.

Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab tersebut harus


ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah kategori yang mana
gagasan tersebut harus ditempatkan, misal: Mengapa bahaya potensial? Penyebab:
Karyawan tidak mengikuti prosedur Karena penyebabnya karyawan (manusia), maka
diletakkan di bawah Man.

Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak tulang kecil keluar
dari garis diagonal.

Pertanyakan kembali Mengapa sebab itu muncul? sehingga tulang lebih kecil
(sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi, misal: Mengapa karyawan disebut tidak
mengikuti prosedur? Jawab: karena tidak mendapatkan training

Langkah 4: Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin6

Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di antara semua
sebab-sebab dan sub-subnya.

6
Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori, kemungkinan
merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.

Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling
memungkinkan) dan tanyakan , Mengapa ini sebabnya?

Pertanyaan Mengapa? akan membantu kita sampai pada sebab pokok dari
permasalahan teridentifikasi.

Tanyakan Mengapa ? sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. Kalau
sudah sampai ke situ sebab pokok telah terindentifikasi.

Lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada fishbone diagram.

Dari pembahasan diatas, fishbone diagram dapat menemukan akar permasalahan, namun jika
masalah rumit dan waktunya memungkinkan, kita bisa meninggalkan fishbone diagram di
dinding selama beberapa hari untuk membiarkan ide menetas dan membiarkan orang yang
lalu lalang turut berkontribusi. Jika fishbone diagram terlihat timpang atau sempit, kita bisa
mengatur ulang fishbone diagram dengan kategori sebab utama yang berbeda. Kunci
sukses fishbone diagram adalah terus bertanya Mengapa?, lihatlah diagram dan carilah pola
tanpa banyak bicara, dan libatkan orang-orang yang terkait dengan masalah karena biasanya
mereka lebih mengerti permasalahan di lapangan.6

Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

Berdasarkan UU no. 13 tahun 2003 pasal 86 yang berbunyi setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan atas: Keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Dengan mengacu pada undang-undang tersebut dan Peraturan Pemerintah no 50 tahun 2012
yang mewajibkan setiap perusahaan yang memiliki lebih dari 100 pekerja, atau kurang dari
100 pekerja tetapi dengan tempat kerja yang berisiko tinggi (termasuk proyek konstruksi),
untuk mengembangkan SMK3 dan menerapkannya ditempat kerja. Yang bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas perlindungan K3 yang terencana, terukur, dan teintegrasi,
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan PAK dengan melibatkan unsur manajemen,
pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh serta menciptakan tempat kerja yang
aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas. Maka dari itu SMK3 perlu
dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu perusahaan secara keseluruhan.

7
SMK3 mencakup hal-hal seperti struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung
jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif. Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja harus diperhatikan terlebih bagi pemrakarsa supaya proses produksi, peningkatan
kualitas dan kendali biaya dapat terus dioptimalkan.7,8 Fungsi managemen mengarah di aspek
kualitas, produksi, kecelakaan/kerugian dan biaya. Terdapat 4 program K3 di tempat kerja ,
yaitu :8

1) Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja.


2) Analisis risiko di tempat kerja.
3) Pencegahan dan pengendalian bahaya.
Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis, pekerja memahami dan
melaksanakannya.
Aturan dan prosedur kerja dipatuhi.
Pemeliharaan sebagai usaha preventif.
Perencanaan untuk keadaan darurat.
Pencatatan dan pelaporan kecelakaan.
Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja.
Pemeriksaan tempat kerja secara berkala.
4) Pelatihan untuk pekerja, penyelia dan manager.

SMK3 memiliki peran yang cukup penting dalam proses kerja dalam suatu
perusahaan (pemrakarsa). Apabila SMK3 yang diberlakukan tidak cukup baik maka
akibatnya dapat dilihat dari banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan juga
proses produksi mengalami kemunduran. Tujuan khusus dari SMK3 adalah mencegah atau
mengurangi kecelakaan kerja, kebakaran, peledakaan dan PAK, mengamankan mesin
instalasi, pesawat, alat, bahan dan hasil produksi, menciptakan lingkungan kerja yang aman,
nyaman, sehat dan penyesuaian antara pekerjaan dengan manusia atau antara manusia dengan
pekerjaan. Penerapan K3 yang baik dan dan terarah dalam suatu wadah industri tentunya
akan memberikan dampak lain, salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas dan optimal.8

Tujuan dari Sistem Manajemen K3 adalah:8

8
1. Sebagai alat uniuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya,
baik buruh. petani. nelayan. pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.
2. Sebagai upaya untuk mencegah dnn memberantas penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja, memelihara, dan meningkatkan kesehatan dan gizi para
tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktifitas tenaga
manusia, memberantas kekelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta semangat
bekerja.

Langkah-langkah Penerapan SMK3

Setiap jenis Sistem Manajemen K3 mempunyai elemen atau persyaratan tertentu yang
harus dibangun dalam suatu organisasi. Sistem Manajemen K3 tersebut harus dipraktekkan
dalam semua bidang/divisi dalam organisasi. Sistem Manajemen K3 harus dijaga dalam
operasinya untuk menjamin bahwa sistem itu punya peranan dan fungsi dalam manajemen
perusahaan. Untuk lebih memudahkan penerapan standar Sistem Manajemen K3, berikut ini
dijelaskan mengenai tahapan-tahapan dan langkah-langkahnya.8

1. Tahap Penetapan Kebijakan, pada tahap ini dilaksanakan oleh pengusaha. Dimana
pengusaha paling sedikit harus:8
a. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:
1. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
2. Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih
baik;
3. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
4. Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan
dengan keselamatan; dan
5. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
b. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus; dan
c. Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh.
d. Kebijakan K3 paling sedikit memuat: a. visi; b. tujuan perusahaan; c.
komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan d. kerangka dan program
kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat
umum dan/atau operasional.

9
2. Tahap Perencanaan, tahap ini dilakukan untuk menghasilkan rencana K3. Rencana K3
disusun dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada kebijakan K3 yang
telah ditetapkan. Dalam menyusun rencana K3 pengusaha harus mempertimbangkan:
a. hasil penelaahan awal; b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian
risiko; c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan d. sumber daya
yang dimiliki. Selain itu pengusaha dalam menyusun rencana harus melibatkan Ahli
K3, Panitia Pembina K3, wakil pekerja/buruh, dan pihak lain yang terkait di
perusahaan. Rencana K3 paling sedikit memuat: a. tujuan dan sasaran; b. skala
prioritas; c. upaya pengendalian bahaya; d. penetapan sumber daya; e. jangka waktu
pelaksanaan; f. indikator pencapaian; dan g. sistem pertanggungjawaban.8
3.
Tahap Pelaksanaan Rencana, tahap ini dilakukan oleh pengusaha berdasarkan rencana
K3, dimana pada tahapan ini melibatkan seluruh pekerja ataupun orang yang bukan
pekerja dan berada diperusahaan. Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3
didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3, prasarana, dan sarana. Sumber
daya manusia yang dimaksud harus memiliki: a. kompetensi kerja yang dibuktikan
dengan sertifikat; dan b. kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin
kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang. Selain
didukung oleh sumber daya, tahap ini juga didukung oleh prasarana dan sarana yang
terdiri dari: a. organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3; b. anggaran yang
memadai; c. prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian; dan d. instruksi kerja. Selain itu pengusaha dalam melaksanakan
rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam pemenuhan persyaratan K3. Kegiatan
K3 paling sedikit meliputi: a. tindakan pengendalian; b. perancangan (design) dan
rekayasa; c. prosedur dan instruksi kerja; d. penyerahan sebagian pelaksanaan
pekerjaan; e. pembelian/pengadaan barang dan jasa; f. produk akhir; g. upaya
menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan h. rencana dan
pemulihan keadaan darurat. (3) Kegiatan dilaksanakan berdasarkan identifikasi
bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko serta berdasarkan potensi bahaya,
investigasi, dan analisa kecelakaan.8
4. Tahap pemantauan dan evaluasi, dimana pada tahap ini pengusaha wajib melakukan
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran,
dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten. Hasil
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan.

10
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau standar.8
5. Tahap Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3, tahap ini dilakukan terhadap
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Hasil peninjauan
digunakan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja. Yang dapat berupa a.
terjadi perubahan peraturan perundang-undangan; b. adanya tuntutan dari pihak yang
terkait dan pasar; c. adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan; d. terjadi
perubahan struktur organisasi perusahaan; e. adanya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, termasuk epidemiologi; f. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat
kerja; g. adanya pelaporan; dan/atau h. adanya masukan dari pekerja/buruh.8
6. Tahap Penilaian, tahap ini dilakukan oleh lembaga audit independen yang ditunjuk
oleh Menteri atas permohonan perusahaan. Penilaian dilakukan melalui Audit SMK3
yang meliputi: a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen; b.
pembuatan dan pendokumentasian rencana K3; c. pengendalian perancangan dan
peninjauan kontrak; d. pengendalian dokumen; e. pembelian dan pengendalian
produk; f. keamanan bekerja berdasarkan SMK3; g. standar pemantauan; h. pelaporan
dan perbaikan kekurangan; i. pengelolaan material dan perpindahannya; j.
pengumpulan dan penggunaan data; k. pemeriksaan SMK3.8
7. Tahap Pengawasan, tahap ini dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat,
provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Pengawasan
meliputi: a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen; b. organisasi; c.
sumber daya manusia; d. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3; e.
keamanan bekerja; f. pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3; g.
pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri; h. pelaporan dan perbaikan
kekurangan; dan i. tindak lanjut audit.8

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

Definisi Standard Operating Procedure9

11
1. Ada banyak definisi mengenai Standard Operating Procedure (SOP) adalah suatu
panduan yang menjelaskan secara terperinci bagaimana suatu proses harus
dilaksanakan.
2. Standard Operating Procedure (SOP) adalah serangkaian instruksi yang
mengambarkan pendokumentasian dari kegiatan yang dilakukan secara berulang
pada sebuah organisasi.
3. Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah panduan yang dikemukakan
secara jelas tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari semua karyawan
dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
4. Standard Operating Procedure (SOP) adalah serangkaian instruksi yang digunakan
untuk memecahkan suatu masalah.

Fungsi dan Tujuan Standard Operating Procedure

Fungsi Dan Tujuan Standard Operating Procedure (SOP) adalah untuk


mendefinisikan semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan dibutuhkan, yang
ada dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung dapat
digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.

SOP yang dibuat harus menyertakan langkah kegiatan yang harus dijalankan oleh
semua karyawan dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, SOP dibuat dengan tujuan
memberikan kemudahan dan menyamakan presepsi semua orang yang berkepentingan
sehingga dapat lebih dipahami dan dimengerti.9

Manfaat Standard Operating Procedure

Standard Operating Procedure (SOP) dibuat dengan maksud dan tujun tertentu,
sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang bersangkutan.9

Berikut beberapa manfaat dari SOP :

Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.


Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan.
Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam proses
pengambilan keputusan.
Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandarkan.

12
Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan
memberikan feedbackbagi pengembangan SOP.
Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas.
Dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait, terutama
pekerja dengan pihak manajemen.9

Pencegahan

Pada kejadian kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja dapat dilakukan pencegahan
oleh perusahaan yaitu :10

1. Eliminasi, menghilangkan sumber bahaya pada perusahaan tersebut. Eliminasi


merupakan cara pengendalian atau pencegahan yang paling efektif.
2. Subtitusi, mengganti sumber bahaya tersebut dengan bahan/alat yang memiliki risiko
bahaya lebih kecil ataupun sama sekali tidak berbahaya. Contohnya bahan-bahan
kimia fume diganti menjadi bahan kimia kristal.
3. Rekayasa Pengendalian
a. Engineering controls, adalah metode yang digunakan untuk mengurangi
pajanan dengan cara mengubah proses ataupun lingkungan.
i. Kontrol proses, yaitu merubah cara melakukan sesuatu pekerjaan atau
proses untuk mengurangi risiko bahaya. Contohnya menggunakan wet
methods (menyiram air pada lantai/bagian yang berdebu untuk
mengurangi debu berada diudara)
ii. Isolasi, menempatkan sumber bahaya atau pajanan jauh dari jangkauan
pekerja. Contohnya seperti glove box
iii. Ventilasi, yaitu menambahkan atau mengurangi udara pada lingkungan
pekerjaan. Contohnya kipas, dust collector
b. Administrative controls, mengurangi pajanan/ bahaya dengan cara mengurangi
exposure pada pekerja dengan beberapa cara yaitu mengoperasikan alat
ataupun bahan yang berisiko bahaya tinggi pada waktu-waktu dengan pekerja
sedikit, atau mengadakan rotasi pekerjaan sehingga pekerja-pekerja tidak
terpapar pajanan melebihin nilai batas atas. Selain itu pada pekerja kita dapat
lakukan edukasi maupun training untuk mengetahui bagaimana cara
melakukan pekerjaan dengan benar dan aman serta mengetahui bahaya-bahaya
dari pekerjaannya tersebut.

13
4. Penggunaan APD dan Personal Hygiene , pekerja diwajibkan mengenakan alat
pelindung diri yang sesuai pajanan yang didapat seperti mengenakan earplug pada
tempat yang bising, masker respiratori pada tempat dengan debu silika. Selain itu
personal hygiene adalah mencuci tangan sebelum makan maupun minum,
menghindari memegang mata, hidung dan mulut. Tidak makan minum pada tempat
kerja selain tempat yang diperbolehkan atau dianggap aman.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada kasus ini yaitu kecelakaan
kerja yang diakibat meledak boiler merupakan suatu kejadian yang dapat dicegah atau
dikurangi tingkat kemungkinan terjadinya dengan memperbaiki sistem manajemen kesehatan
dan keselamatan kerja pada perusahaan serta melakukan tahapan-tahapan pencegahan yang
sudah dijabarkan. Selain itu jika sudah terjadi kecelakaan, sebagai dokter perusahaan harus
mampu melakukan identifikasi faktor penyebab kecelakaan tersebut yang dapat dilakukan
menggunakan fish bone diagram, dimana hasil dari diagram tersebut sebagai rujukan untuk
mencegah hal serupa terjadi.

Daftar Pustaka

1. Ridley J. Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja. Jakarta:


Erlangga;2007.h.113-20.

2. Lestari T. Hubungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktifitas kerja
karyawan. Bogor: Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor;2007.

3. BPJS Ketenagakerjaan. Jumlah kecelakaan kerja di indonesia masih tinggi. 11 januari


2016. Diunduh dari: http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-
kecelakaan-kerja-di-Indonesiamasih-tinggi.html, pada 16 oktober 2017.

4. Republik Indonesia. 1998. Peraturan Menteri No 03 Tahun 1998 tentang Tata Cara
Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan. Menteri Tenaga Kerja. Jakarta.
5. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri No 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kematian Bagi Pekerja Harian Lepas, Borongan,
Dan Perjanjian Kerja Waktu Tertenu Pada Sektor Usaha Jasa Konstruksi. Menteri
Ketenagakerjaan. Jakarta

14
6. Hutadjulu Irwanto. Fishbone diagram dan langkah-langkah pembuatannya. 24
desember 2011 Diunduh dari :
http://www.academia.edu/7751112/Fishbone_Diagram_dan_Langkah-
Langkah_Pembuatannya , 16 Oktober 2017.

7. Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan. Presiden Republik Indonesia. Sekretaris Negara. Jakarta.

8. Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Presiden Republik
Indonesia. Jakarta.

9. Ladou J. Current occupational dan environmental medicine. United States of


America: The McGraw-Hill;2007.p.3-19;579-612.
10. Canadian Centre for Occupational Health and Safety. Hazard Control. 2 desember
2014. Diunduh dari: www.ccohs.ca/oshanswers/hsprograms/hazard_control.html ,
pada 16 oktober 2017.

15

Anda mungkin juga menyukai