Oleh :
Oleh :
11 2014 311
Lembar Persetujuan
Pembimbing
Penguji I Penguji II
iii
Evaluasi Program Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu Hamil di
Pusat Kesehatan Masyarakat Jatisari Kabupaten Karawang
Periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
Abstrak
Tetanus pada maternal dan neonatal merupakan penyebab kematian paling sering terjadi akibat
persalinan dan penanganan tali pusat tidak bersih. WHO pada tahun 2013 memperkirakan 49.000 bayi
baru lahir meninggal akibat TT. Penyakit ini tidak dapat dibasmi melainkan hanya dapat ditekan
(eliminasi) dengan persalinan dan penanganan tali pusat yang higienis, dan/atau dengan imunisasi ibu
dengan vaksin tetanus. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2007 adalah 34 kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian
tertinggi terjadi pada periode neonatal dimana dari 19 kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup
disebabkan sebagian besar oleh tetanus neonatorum (TT). Jumlah kasus tetanus neonatorum paling
besar terjadi pada ibu hamil yang tidak divaksinasi. Oleh karena itu, untuk mencapai target upaya
Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN), di setiap kabupaten/kota kurang dari 1 per 1000 bayi lahir
hidup, perlu dilakukan akselerasi upaya imunisasi TT bagi wanita usia subur termasuk ibu hamil
didalamnya sebanyak 5 dosis. Secara operasional, status ETN ini dapat diukur dengan unit terkecilnya
pada kabupaten/kota dengan indikator penilaian cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil. Di
Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang, evaluasi program imunisasi TT2+ pada ibu hamil periode
Mei 2016 sampai dengan April 2017 didapatkan cakupannya sebesar 95,40% dari target program
imunisasi TT2+ pada ibu hamil sebesar 90%. Namun masih terdapat beberapa masalah yaitu belum
pernah dilakukan penyuluhan kelompok mengenai imunisasi TT, tidak tersedianya leaflet atau poster
untuk sosialisasi, jadwal imunisasi di puskesmas yang kurang serta skrining TT ibu hamil tidak
menggunakan panduan pertanyaan penapisan. Sehingga puskesmas agar dapat mengoptimalkan tenaga
kesehatannya serta kader untuk memberikan bimbingan, membuat media sosialisasi, dan
mengoptimalkan penyuluhan kelompok.
iv
Daftar Isi
v
Data Khusus ...................................................................................................................11
Masukan .............................................................................................................11
Proses ...................................................................................................................15
Keluaran ............................................................................................................ 20
Lingkungan ........................................................................................................23
Umpan balik .......................................................................................................23
Dampak ...............................................................................................................23
Bab V. Pembahasan Masalah .....................................................................................................23
Masalah Menurut Variabel Keluaran ...........................................................................23
Masalah Menurut Variabel Masukan ...........................................................................23
Masalah Menurut Variabel Proses ...............................................................................25
Masalah Menurut Variabel Lingkungan ......................................................................25
Bab VI. Perumusan Masalah ......................................................................................................26
Masalah Menurut Keluaran ..........................................................................................25
Masalah dari Unsur Lain...............................................................................................25
Dari Masukan ......................................................................................................25
Dari Proses ..........................................................................................................25
Dari Luar Sistem (Lingkungan) .........................................................................27
Bab VII. Prioritas Masalah .........................................................................................................28
Bab VIII. Penyelesaian Masalah ................................................................................................28
Bab IX. Penutup ..........................................................................................................................30
Kesimpulan ....................................................................................................................30
Saran...............................................................................................................................30
Referensi......................................................................................................................................32
Lampiran .....................................................................................................................................33
vi
Bab I
Pendahuluan
Secara global hampir 14% penyebab kematian neonatus adalah tetanus neonatorum. Tetanus
neonatorum bertanggung jawab terhadap 50% kematian neonates yang disebabkan oleh
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tetanus pada maternal dan neonatal
merupakan penyebab kematian paling sering terjadi akibat persalinan dan penanganan tali
pusat tidak bersih yang ditandai dengan kaku otot yang nyeri karena disebabkan oleh
neurotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani pada luka anaerob (tertutup).
Tetanus neonatorum (TN) adalah tetanus pada bayi usia hari ke 3 sampai hari ke 28 setelah
lahir dan Tetanus maternal (TM) adalah tetanus pada kehamilan dan dalam 6 minggu
setelah melahirkan. Saat ini kematian akibat tetanus pada maternal dan neonatal dapat
dengan mudah dicegah dengan persalinan dan penanganan tali pusat yang higienis, dan/atau
dengan imunisasi ibu dengan vaksin tetanus.1
WHO memperkirakan pada tahun 2013 (angka estimasi tahun terakhir yang ada), 49.000
bayi baru lahir meninggal akibat TN. Berdasarkan data WHO bulan Agustus tahun 2015,
masih terdapat 21 negara yang masih belum eliminasi tetanus neonatorum dan tetanus
maternal, salah satunya adalah Indonesia.1
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 adalah 34 kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian
yang tertinggi terjadi pada periode neonatal. Angka kematian neonatal di Indonesia adalah
19 per 1000 kelahiran hidup, dan tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab
utamanya, sehingga tetanus merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia.1
Berdasarkan data dari Subdit Surveilens, Ditjen P2&PL, Departemen Kesehatan pada tahun
2007-2011 menunjukkan jumlah kasus tetanus neonatorum paling besar terjadi pada ibu
hamil yang tidak divaksinasi. Dari 114 kasus tetanus neonatorum pada tahun 2011, sebesar
67 kasus (58%) terjadi pada ibu hamil yang tidak divaksinasi.1
Pada tahun 2007, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus tetanus neonatorum
terbanyak di Indonesia, dengan 35 kasus. Sedangkan pada tahun 2011, angka kasus tetanus
1
neonatorum di Jawa Barat turun menjadi hanya 2 kasus.1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui masalah yang ada, penyebab masalah dan penyelesaian masalah
program imunisasi Tetanus Toxoid 2+ pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Jatisari, Kabupaten Karawang periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
dengan menggunakan pendekatan sistem.
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya cakupan penapisan sederhana status TT ibu hamil
di Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang periode Mei tahun 2016
sampai dengan April tahun 2017.
1.3.2.2 Diketahuinya cakupan pelayanan imunisasi tetanus toxoid 2+
pada ibu hamil di Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang periode Mei
tahun 2016 sampai dengan April tahun 2017.
1.3.2.3 Diketahuinya cakupan penyuluhan kelompok dan perorangan
mengenai imunisasi tetanus toxoid ibu hamil di Puskesmas Jatisari,
Kabupaten Karawang periode Mei tahun 2016 sampai dengan April tahun
2017.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1.4.1.1 Menerapkan ilmu pengetahuan mengenai program puskesmas yang
telah diperoleh selama duduk dibangku kuliah.
1.4.1.2 Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengevaluasi suatu
program puskesmas melalui pendekatan sistem.
1.4.1.3 Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam mengevaluasi
program puskesmas.
1.4.1.4 Membina bakat terutama dalam bidang manager yang diperlukan
sebagai modal untuk menjadi dokter puskesmas nantinya.
3
1.4.3 Bagi Puskesmas yang Dievaluasi
1.4.3.1 Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan
program imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil disertai dengan
usulan atau saran sebagai pemecahan masalah.
1.4.3.2 Memberikan masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina
peran serta masyarakat dalam melaksanakan program imunisasi
tetanus toxoid ibu hamil secara optimal.
1.4.3.3 Membantu kemandirian puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan
program imunisasi tetanus toxoid ibu hamil sehingga dapat
memenuhi target cakupan program imunisasi.
1.5 Sasaran
Semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Jatisari, Kabupaten
Karawang periode Mei tahun 2016 sampai dengan April tahun 2017.
4
Bab II
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan
puskesmas mengenai program imunisasi TT2+ pada ibu hamil di Puskesmas Jatisari,
Kabupaten Karawang periode Mei tahun 2016 sampai dengan April tahun 2017, yang berisi
kegiatan sebagai berikut:
2.2 Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program
imunisasi Tetanus Toxoid 2+ pada ibu hamil di Puskesmas Jatisari periode Mei tahun 2016
sampai dengan April tahun 2017, dengan cara membandingkan cakupan hasil program
terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan
menggunakan pendekatan sistem.
5
Bab III
Kerangka Teori
Bagan di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari
tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode (method).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam
sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
6
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan
fisik dan non fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem
tersebut, berupa rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu
sistem.
7
Bab IV
Penyajian Data
Sumber data dalam evaluasi ini berasal dari data sekunder berupa:
a. Data geografis dari Puskesmas Jatisari Kabupaten Karawang tahun 2016.
c. Data laporan bulanan program imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil Puskesmas
Jatisari, Kabupaten Karawang periode Mei tahun 2016 sampai dengan April tahun
2017.
d. Data cakupan penyuluhan perorangan dan kelompok mengenai imunisasi pada ibu
hamil Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang periode Mei tahun 2016 sampai
dengan April tahun 2017.
8
5. Jatisari mempunyai aliran sungai yang berfungsi mengaliri lahan
pertanian atau irigasi.
B. Wilayah Administrasi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatisari terdiri dari 10 desa, 64 RW dan 181
RT dengan jarak desa terjauh 7 km dari Puskesmas Jatisari. Desa-desa
tersebut adalah :
1. Desa Cirejag
2. Desa Cikalongsari
3. Desa Jatisari
4. Desa Balonggandu
5. Desa Jatiragas
6. Desa Jatiwangi
7. Desa Kalijati
8. Desa Situdam
9. Desa Barugbug
10. Desa Mekarsari
11
Non Medis
Leaflet : Tidak ada
Poster : Tidak ada
Proyektor : Ada
Layar : Ada
Gedung Puskesmas
Ruang Pendaftaran : 1 ruang
Ruang Tunggu : 1 ruang
Ruang Periksa : 1 ruang
Kamar Obat : 1 ruang
Posyandu (52 pos) : Sistem Lima Meja, tidak
semua posyandu
Buku KIA : Ada
Buku pencatatan hasil imunisasi : Ada
Buku pencatatan stok vaksin : Ada
Kartu pencatatan suhu lemari es : Ada
Kartu pencatatan suhu freezer : 1 lembar/bulan
Kapas dan tempatnya : Ada
Safety box : Tidak setiap tim lapangan ada
Kartu TT seumur hidup : Ada
d) Metode
1. Penentuan besar sasaran ibu hamil yang belum mencapai status T5
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu 1
tahun. Ibu hamil menjadi sasaran imunisasi TT untuk melindungi ibu dan bayi dari
tetanus. Besar sasaran ibu hamil didapat dari:
Alat suntik yang dipergunakan dalam pemberian imunisasi adalah alat suntik yang
akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian (Auto Disable Syringe/ADS).
Ukuran ADS untuk vaksin TT adalah 0,5 ml.
Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi
sebelum dimusnahkan. Safety box ukuran 2.5 liter mampu menampung 50 alat
suntik bekas, sedangkan ukuran 5 liter menampung 100 alat suntik bekas. Limbah
imunisasi selain alat suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box.
13
dingin beku. Ingat! Pembekuan merusak vaksin TT.
c) Lindungi vaksin dari cahaya matahari langsung dan sumber panas.
d) Pastikan vaksin TT yang belum terbuka selalu berada di dalam vaccine
carrier selama pelayanan.
e) Vaksin yang bisa dipakai adalah vaksin yang belum kedaluarsa dengan
kondisi VVM A atau B dan tidak pernah beku.
f) Sementara menunggu sasaran datang, vaksin yang telah dibuka disimpan
di antara busa (spons) pada vaccine carrier.
g) Vaksin berikutnya dibuka setelah vaksin sebelumnya habis terpakai.
h) Jangan mengisi vaksin ke dalam semprit sebelum sasaran siap untuk
disuntik.
5. Penapisan sederhana status TT ibu hamil
a) Penapisan dilakukan berdasarkan riwayat imunisasi yang tercatat
maupun berdasarkan ingatan.
b) Apabila data imunisasi saat bayi tercatat pada kartu imunisasi atau buku
KIA maka riwayat imunisasi TT pada saat bayi dapat diperhitungkan.
c) Tidak terdapat panduan pertanyaan untuk penapisan/skrining
d) Perhatikan interval minimum yang dianjurkan untuk menentukan status
TT ibu hamil.
e) Untuk ibu hamil yang sudah mencapai status T5 tidak perlu lagi mendapat
imunisasi TT saat hamil.
6. Pelayanan imunisasi TT pada ibu hamil
Pelayanan imunisasi dapat dilakukan di dalam gedung (Puskesmas) atau di luar
gedung (Posyandu).
7. Penyuluhan/kampanye imunisasi.
Penyuluhan dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok agar ibu
hamil memahami kegunaan imunisasi TT.
8. Pemantauan imunisasi TT
Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing kegiatan sejalan
dengan ketentuan program. Pemantauan dilakukan menggunakan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya
lebih memantau kuantitas program. Prinsip PWS:
a) Memanfaatkan data yang ada dari laporan cakupan imunisasi.
b) Menggunakan indikator sederhana.
14
c) Dimanfaatkan untuk mengambil keputusan setempat.
d) Teratur dan tepat waktu setiap bulan.
e) Sebagai umpan balik untuk dapat mengambil tindakan.
f) Membuat grafik yang jelas dan menarik untuk masing-masing indikator
di atas, untuk memudahkan analisa.
4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun
waktu 1 tahun. Ibu hamil menjadi sasaran imunisasi TT untuk melindungi ibu
dan bayi dari tetanus.
15
= x 1 vial
= 294 vial
16
kondisi VVM A atau B dan tidak pernah beku.
f) Sementara menunggu sasaran datang, vaksin yang telah dibuka disimpan di
antara busa (spons) pada vaccine carrier.
g) Vaksin berikutnya dibuka setelah vaksin sebelumnya habis terpakai.
h) Jangan mengisi vaksin ke dalam semprit sebelum sasaran siap untuk disuntik.
5. Penapisan sederhana status TT ibu hamil
a) Penapisan dilakukan berdasarkan riwayat imunisasi yang tercatat maupun
berdasarkan ingatan.
b) Apabila data imunisasi saat bayi tercatat pada kartu imunisasi atau buku KIA
maka riwayat imunisasi TT pada saat bayi dapat diperhitungkan.
c) Terdapat panduan pertanyaan untuk penapisan/skrining
d) Perhatikan interval minimum yang dianjurkan untuk menentukan status TT
ibu hamil.
e) Untuk ibu hamil yang sudah mencapai status T5 tidak perlu lagi mendapat
imunisasi TT saat hamil.
6. Pelayanan imunisasi TT pada ibu hamil
Pelayanan imunisasi dapat dilakukan di puskesmas 2x dalam seminggu dan di
posyandu setiap 1 bulan sekali. Dengan cara pemberian vaksin TT sesuai
ketentuan pada metode di atas.
7. Penyuluhan/kampanye imunisasi.
Penyuluhan dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok agar ibu
hamil memahami kegunaan imunisasi TT. Penyuluhan perorangan dilakukan
setiap hari ketika ibu hamil datang ke puskesmas/posyandu. Sedangkan
penyuluhan kelompok dilakukan setiap bulan.
8. Pemantauan imunisasi TT
Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing kegiatan sejalan
dengan ketentuan program. Pemantauan dilakukan menggunakan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya
lebih memantau kuantitas program.
9. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berjenjang dari posyandu hingga ke
pusat setiap bulan.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Adanya pembagian dan pemberian tugas yang teratur dalam melaksanakan
tugasnya.
17
Bagan 4.1 Bagan Organisasi Program Imunisasi Puskesmas Jatisari
18
4.3.2.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan,
dilaksanakan secara berkala:
1. Besar sasaran ibu hamil yang belum mencapai status T5
Besar sasaran ibu hamil menjadi sasaran untuk diberikan imunisasi TT adalah
sebanyak 1631 ibu hamil.
2. Pemenuhan kebutuhan logistik imunisasi tetanus toxoid
19
b) Puskesmas : dilakukan di puskesmas 1 kali dalam seminggu, setiap hari
Rabu pukul 08.00-12.00 WIB .
4.3.3 Keluaran
4.3.3.1 Cakupan Penapisan Sederhana Status TT Ibu Hamil
Tabel 4.1 Data Cakupan Penapisan Sederhana Status TT Ibu Hamil di Puskesmas Jatisari
Periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
Sasaran Hasil
Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil
saat ANC saat ANC
20
4.3.3.2 Cakupan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil
Tabel 4.2 Data cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu Hamil di Puskesmas Jatisari
Periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
Keterangan:
TT1 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah menerima 1x suntikan
TT selama hidupnya.
TT2 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan DPT
sebanyak 3x saat balita, atau ia pernah mendapat 2x suntikan TT selama hidupnya.
TT3 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan DPT
sebanyak 3x saat balita dan 1x suntikan DT, atau ia pernah mendapat 3x suntikan TT
selama hidupnya.
TT4 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan DPT
sebanyak 3x saat balita, 1x suntikan DT dan 1x suntikan TT, atau ia pernah mendapat
4x suntikan TT selama hidupnya.
TT5 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan DPT
sebanyak 3x saat balita, 1x suntikan DT dan 2x suntikan TT, atau ia pernah mendapat
5x suntikan TT selama hidupnya.
TT2+ : Status imunisasi tetanus toxoid seorang ibu hamil, dimana ia telah mendapatkan status
TT5 sebelumnya, atau ia pernah mendapatkan suntikan TT selama masa kandungannya
sesuai dengan interval penyuntikan.
21
Cakupan Pelayanan Imunisasi TT 2+ Ibu Hamil periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
adalah:
=95,40 %
Tabel 4.3 Data Cakupan Penyuluhan Perorangan Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu
Hamil di Puskesmas Jatisari Periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
Sasaran Hasil
Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil
saat ANC saat ANC, namun tidak ada pencatatan
dan pelaporan khusus
Tabel 4.4 Data Cakupan Penyuluhan Kelompok Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu
Hamil di Puskesmas Jatisari Periode Mei 2016 sampai dengan April 2017
Sasaran Hasil
22
4.3.4 Lingkungan
Lingkungan Fisik
a. Lokasi : tidak terdapat lokasi yang sulit dijangkau
b. Transportasi : Tersedia sarana transportasi
c. Fasilitas kesehatan lain : Ada fasilitas kesehatan lain
Lingkungan Non-Fisik
a. Pendidikan
Sebagian besar ibu hamil memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu tamat SD
b. Budaya
Ibu hamil tidak mengetahui mengenai imunisasi TT, lebih cenderung
memeriksakan kehamilannya pada bidan praktik mandiri, dan kadang tidak tahu
kapan pelaksanaan Posyandu.
c. Sosial ekonomi
Sebagian besar dari ibu hamil merupakan ibu rumah tangga sehingga dapat
memeriksakan diri ke Puskesmas.
4.3.5 Umpan Balik
a. Pencatatan dan pelaporan : adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan secara
lengkap mengenai program imunisasi tetanus toxoid ibu hamil.
b. Rapat kerja dalam bentuk lokakarya mini : 1 bulan sekali
4.3.6 Dampak
Langsung : Incidence rate tetanus neonatorum <1/10.000 kelahiran hidup
Tidak langsung : Menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian neonatus
23
Bab V
Pembahasan
Besar
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian
Masalah
Cakupan Penyuluhan Setiap bulan
1 0% 100%
Kelompok (12 x/tahun)
24
5.1.3 Masalah Menurut Proses
25
Bab VI
Perumusan Masalah
26
Ibu hamil tidak mengetahui kapan pelaksanaan Posyandu dan tidak mengetahui
mengenai imunisasi TT.
27
Bab VII
Prioritas Masalah
Berdasarkan perumusan masalah terdapat satu prioritas masalah yaitu cakupan penyuluhan
kelompok tentang imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil dengan besar masalah 100%.
Penyebab:
a. Tidak tersedianya materi penyuluhan tentang imunisasi TT pada ibu hamil setiap pelaksanaan
Posyandu
b. Tidak pernah dilakukan penyuluhan kelompok mengenai imunisasi TT pada ibu hamil oleh
tenaga kesehatan di Puskesmas maupun Posyandu
28
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Dilakukan pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tertulis tentang
pelaksanaan penyuluhan baik rincian tugas maupun penjadwalan.
29
Bab IX
Penutup
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil yang dilakukan
dengan cara pendekatan sistem di Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang, periode Mei
tahun 2016 sampai dengan April tahun 2017 telah berjalan namun terdapat beberapa
masalah yang ditemukan pada hasil evaluasi sebagai berikut:
a. Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil hanya mencapai 11.89% dari target 90%
berdasarkan PKP Puskesmas Jatisari Kabupaten Karawang dengan besaran
masalah adalah 78.11%. Hal ini berbeda dengan data yang diperoleh berdasarkan
laporan bulanan dimana besar cakupan selama periode Mei 2016 sampai dengan
April 2017 sebesar 95.40%.
b. Cakupan penyuluhan kelompok mengenai imunisasi TT pada ibu hamil tidak
tercapai karena tidak pernah dilaksanakan dengan besarnya masalah 100%.
Selain itu penapisan sederhana status TT ibu hamil di Puskesmas Jatisari, Kabupaten
Karawang, periode Mei tahun 2016 sampai dengan April tahun 2017 tidak dilakukan
dengan baik karena tidak tersedianya panduan pertanyaan untuk penapisan sederhana
status TT ibu hamil, sistem pencatatan pada buku KIA juga tidak tepat sehingga tidak
bisa digunakan secara optimal untuk menentukan status imunisasi TT ibu hamil dan
tidak optimalnya penggunaan kartu TT seumur hidup.
30
c) Mengoptimalisasi penggunaan kartu TT seumur hidup untuk ibu hamil atau wanita usia
subur dan panduan pertanyaan, serta pencatatan dan pelaporan untuk meningkatkan
cakupan penentuan status imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil.
d) Menyebarluaskan pelaksanaan posyandu melalui ketua RT atau kader 1 minggu
sebelum pelaksanaan, lalu 3 hari sebelum pelaksanaan, 1 hari sebelum pelaksanaan, dan
pada hari pelaksanaan sehingga tidak ada ibu hamil yang melewatkan pelayanan
posyandu di wilayahnya.
e) Memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan secara keseluruhan sehingga tidak
kesalahan dan meningkatkan kerjasama lintas program dalam lingkungan internal
puskesmas.
31
Referensi
1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Buletin: eliminasi tetanus
maternal dan neonatal. Jakarta: DepKes, Sepetember 2012.
2. Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan RI. Buku pedoman imunisasi
tetanus pada wanita usia subur. Jakarta: DepKes, 2011.
3. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia tentang
penyelenggaraan imunisasi. Jakarta: DepKes, 2013.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman instrumen penilai kerja puskesmas
provinsi Jawa Barat. Bandung: DinKes Jawa Barat, 2006.
32