PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pelaksanaan audit internal pada sebagian aktivitas operasional perusahaan, area
ataupun suatu fungsi atau bagian mana saja yang memerlukan perhatian manajemen
Perusahaan terkait resiko K3 dan Kebijakan K3 Perusahaan.
Berikut ini adalah 4 manfaat Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
1. Manajemen mengetahui kelemahan unsur sistem operasi sebelum timbul gangguan operasi,
insiden atau kecelakaan yang merugikan sehingga kerugian dapat ditekan dan keandalan serta
efisiensi dapat ditingkatkan.
2. Diperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang status mutu pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja yang ada saat ini sasaran apa yang ingin dicapai di masa mendatang dan
tingkat pemenuhan terhadap peraturan perundang- undangan keselamatan dan kesehatan
kerja yang berlaku.
3. Diperoleh peningkatan pengetahuan, kematangan dan kesadaran tentang K3 bagi karyawan
yang terlibat dalam pelaksanaan audit keselamatan dan kesehatan kerja
4. Peningkatan citra perusahaan, karena dengan penerapan audit K3 dapat diharapkan
terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja
3
2.4 Jenis Audit SMK3
1). Jenis Audit SMK3
Dalam pelaksanaan Audit terbagi atas dua jenis, yaitu Audit Internal dan Audit Eksternal.
1.1) AUDIT INTERNAL
Audit internal SMK3 adalah audit SMK3 yang dilakukan oleh perusahaan sendiri
dalam rangka pembuktian penerapan SMK3 dan persiapan audit eksternal SMK3 dan/atau
pemenuhan standar nasional atau internasional atau tujuan lainnya.
Jadi Audit Internal SMK3 ialah:
a. Pemeriksaan oleh perusahaan sendiri tanpa menghilangkan obyektifitas
b. Pelaksanaan tidak terlalu formal
c. Bertujuan untuk menilai/ melakukan evaluasi terhadap program
d. Memberi masukan kepada manajemen dalam rangka mengembangkan sistem
manajemen K3
e. Mempersiapkan untuk pelaksanaan audit eksternal yang akan dilaksanankan oleh
konsultan pihak luar
CONTOH: Process Safety Management Audit (PSM Audit Team),
Environmental, Health and Safety Management System Audit (SMLK3 Audit
Team).
Audit Internal / SMK3 dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk :
1. Menentukan apakah system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sesuai
dengan perencanaan dan memenuhi persyaratan dari standar yang telah di terapkan
oleh perusahaan.
2. Menyediakan informasi hasil audit kepada pihak manajemen.
3. Memberikan saran perbaikan dalam pelaksanaan atau penerapan system manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Memastikan kinerja K3 perusahaan sesuai dengan standar yang ada di perusahaan.
5. Mengetahui efektifitas penerapan Higiene Perusahaan dan kesehatan kerja
6. Mengetahui ketidaksesuaian sehingga dapat dicegah untuk tidak terulang
7. Dapat menentukan langkah tindak lanjut kebijakan dan operasional mengantisipasi
bahaya potensial.
8. Memastikan penerapan sesuai dengan kebijakan dan tujuan operasional perusahaan.
9. Membuktikan bahwa penerapan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
4
1. Pembukaan audit.
a) Menentukan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit.
b) Pemilihan auditor dan timnya untuk tujuan objektivitas dan kenetralan audit.
c) Menentukan metode audit.
d) Konfirmasi jadwal audit dengan peserta audit ataupun pihak lain yang menjadi
bagian dari audit.
2. Pemilihan petugas auditor.
a) Auditor harus independen, objektif dan netral.
b) Auditor tidak diperkenankan melaksanakan audit terhadap pekerjaan/tugas
pribadinya.
c) Auditor harus mengerti benar tugasnya dan berkompeten melaksanakan audit.
d) Auditor harus mengerti mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perusahaan.
e) Auditor harus mengerti mengenai peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya yang berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja
di tempat kerja.
f) Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai kriteria audit beserta aktivitas-
aktivitas di dalamnya untuk dapat menilai kinerja K3 dan menentukan
kekurangan-kekurangan di dalamnya.
3. Meninjau dokumen dan persiapan audit.
a) Dokumen yang ditinjau meliputi :
Struktur organisasi dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan
Kerja.
Kebijakan K3.
Tujuan dan Program-Program K3.
Prosedur audit internal Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perusahaan.
Prosedur dan Instruksi Kerja K3.
Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko.
Daftar peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berkaitan
dengan penerapan K3 di tempat kerja.
Laporan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan.
b) Persiapan audit internal meliputi hal-hal sebagai berikut antara lain :
Tujuan audit.
5
Kriteria audit.
Metodologi audit.
Cakupan maupun lokasi audit.
Jadwal audit.
Peran dan tanggung jawab peserta/anggota audit internal.
4. Pelaksanaan audit
a) Tata cara berkomunikasi dalam audit internal.
b) Pengumpulan dan verifikasi informasi.
c) Menyusun temuan audit dan kesimpulannya.
d) Mengomunikasikan kepada peserta audit mengenai :
Rencana pelaksanaan audit.
Perkembangan pelaksanaan audit.
Permasalahan-permasalahan dalam audit.
Kesimpulan pelaksanaan audit.
5. Persiapan dan komunikasi laporan audit.
a) Tujuan dan cakupan audit.
b) Informasi mengenai perencanaan audit (anggota audit internal, jadwal audit
internal serta area-area/lokasi-lokasi audit internal).
c) Identifikasi referensi dokumen dan kriteria audit lainnya yang digunakan pada
pelaksanaan audit internal.
d) Detail temuan ketidaksesuaian.
e) Keterangan-keterangan lain yang berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja Perusahaan :
Konfirmasi penyusunan perencanaan penerapan K3 di tempat kerja.
Penerapan dan pemeliharaan.
Pencapaian Kebijakan dan Tujuan K3 Perusahaan.
f) Komunikasi kepada semua pihak mengenai hasil audit internal termasuk kepada
pihak ke tiga yang berhubungan dengan Perusahaan untuk dapat mengetahui
tindakan perbaikan yang diperlukan.
6. Penutupan audit dan tindak lanjut audit.
a) Menyusun pemantauan tindak lanjut audit internal.
b) Penyusunan jadwal penyelesaian tindak lanjut audit internal.
1.2) AUDIT EKSTERNAL
6
Audit eksternal SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk
mengukur penerapan SMK3 di tempat kerja dan/atau perusahaan yang hasilnya digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian tingkat pencapaian penerapan SMK3.
Jadi Audit eksternal SMK3 ialah:
a) Audit yang dilakukan oleh badan independen atau konsultan
b) Pemeriksaan dilakukan secara formal
c) Tujuan audit untuk menilai secara obyektif terhadap sistem manajemen K3
d) Penilaian oleh badan independen akan memperoleh pengakuan baik secara
nasional maupun internasional
CONTOH: Audit SMK3 Depnaker, Audit OHSAS 18001
Berdasarkan PP No 50 tahun 2012 maka kriteria Audit SMK3 ialah sebagai berikut:
7
1.1.2 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui proses
konsultasi dengan wakil tenaga kerja.
1.1.3 Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 kepada seluruh tenaga kerja, tamu,
kontraktor, pelanggan dan pemasok dengan tata cara yang tepat.
1.1.4 Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang bersifat khusus.
1.1.5 Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala untuk
menjamin bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam
perusahaan dan dalam peraturan perundang-undangan.
8
1.4 Keterlibatan dan Konsultasi dengan Tenaga Kerja
1.4.1 Keterlibatan dan penjadwalan konsultasi tenaga kerja dengan wakil perusahaan
didokumentasikan dan disebarluaskan ke seluruh tenaga kerja.
1.4.2 Terdapat prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahan-perubahan
yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
1.4.3 Perusahaan telah membentuk P2K3 Sesuai dengan peraturan perundang-undangan
1.4.4 Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak atau pengurus.
1.4.5 Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
1.4.6 P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur
mengendalikan risiko
1.4.7 Susunan pengurus P2K3 didokumentasikan dan diinformasikan kepada tenaga
kerja
1.4.8 P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disebarluaskan di
tempat kerja.
1.4.9 P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
1.4.10 Dibentuk kelompok-kelompok kerja dan dipilih dari wakil-wakil tenaga kerja
yang ditunjuk sebagai penanggung jawab K3 di tempat kerjanya dan kepadanya
diberikan pelatihan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
1.4.11 Susunan kelompok-kelompok kerja yang telah terbentuk didokumentasikan dan
diinformasikan kepada tenaga kerja
9
2.1.5 Rencana kerja dan rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses, proyek
atau tempat kerja tertentu telah dibuat dengan menetapkan tujuan dan sasaran
yang dapat diukur, menetapkan waktu pencapaian dan menyediakan sumber daya.
2.1.6 Rencana K3 diselaraskan dengan rencana sistem manajemen perusahaan.
2.4 Informasi K3
2.4.1 Informasi yang dibutuhkan mengenai kegiatan K3 disebarluaskan secara
sistematis kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok.
10
3.1.2 Prosedur, instruksi kerja dalam penggunaan produk, pengoperasian mesin dan
peralatan, instalasi, pesawat atau proses serta informasi lainnya yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja telah dikembangkan selama perancangan
dan atau modifikasi
3.1.3 Petugas yang berkompeten melakukan verifikasi bahwa perancangan dan atau
modifikasi memenuhi persyaratan K3 yang ditetapkan sebelum penggunaan hasil
rancangan.
3.1.4 Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang mempunyai implikasi
terhadap K3 diidentifikasikan, didokumentasikan, ditinjau ulang dan disetujui
oleh petugas yang berwenang sebelum pelaksanaan
4 PENGENDALIAN DOKUMEN
4.1 Persetujuan, Pengeluaran dan Pengendalian Dokumen
4.1.1 Dokumen K3 mempunyai identifikasi status, wewenang, tanggal pengeluaran dan
tanggal modifikasi.
4.1.2 Penerima distribusi dokumen tercantum dalam dokumen tersebut.
4.1.3 Dokumen K3 edisi terbaru disimpan secara sistematis pada tempat yang
ditentukan
4.1.4 Dokumen usang segera disingkirkan dari penggunaannya sedangkan dokumen
usang yang disimpan untuk keperluan tertentu diberi tanda khusus
11
4.2.3 Terdapat prosedur pengendalian dokumen atau daftar seluruh dokumen yang
mencantumkan status dari setiap dokumen tersebut, dalam upaya mencegah
penggunaan dokumen yang usang.
12
6.1 Sistem Kerja
6.1.1 Petugas yang kompeten telah mengidentifikasi bahaya, menilai dan
mengendalikan risiko yang timbul dari suatu proses kerja.
6.1.2 Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan, maka upaya tersebut ditetapkan
melalui tingkat pengendalian.
6.1.3 Terdapat prosedur atau petunjuk kerja yang terdokumentasi untuk mengendalikan
risiko yang teridentifikasi dan dibuat atas dasar masukan dari personil yang
berkompeten serta tenaga kerja yang terkait dan disyahkan oleh orang yang
berwenang di perusahaan
6.1.4 Kepatuhan terhadap peraturan perundangan, standar serta pedoman teknis yang
relevan diperhatikan pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi atau
petunjuk kerja
6.1.5 Terdapat sistem ijin kerja untuk tugas berisiko tinggi.
6.1.6 Alat pelindung diri disediakan sesuai kebutuhan dan digunakan secara benar serta
dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai
6.1.7 Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan laik pakai sesuai
dengan standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku
6.1.8 Upaya pengendalian risiko dievaluasi secara berkala apabila terjadi
ketidaksesuaian atau perubahan pada proses kerja
6.2 Pengawasan
6.2.1 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan
dengan aman dan mengikuti prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan.
6.2.2 Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan tingkat risiko tugas.
6.2.3 Pengawas/penyelia ikut serta dalam identifikasi bahaya dan membuat upaya
pengendalian.
6.2.4 Pengawas/penyelia diikutsertakan dalam melakukan penyelidikan dan pembuatan
laporan terhadap terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan kecelakaan
serta wajib menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengusaha atau
pengurus.
6.2.5 Pengawas/penyelia ikut serta dalam proses konsultasi.
13
6.3.2 Penugasan pekerjaan harus berdasarkan kemampuan dan keterampilan serta
kewenangan yang dimiliki.
14
6.5.10 Terdapat penanggung jawab untuk menyetujui bahwa sarana dan peralatan
produksi telah aman digunakan setelah proses pemeliharaan, perawatan,
perbaikan atau perubahan.
6.6 Pelayanan
6.6.1 Apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan pelayanan yang tunduk pada
standard an Undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu disusun
prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan memenuhi persyaratan
6.6.2 Apabila perusahaan diberi pelayanan memalui kontrak, dan pelayanan tunduk
pada standar dan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja, maka
perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan memenuhi persyaratan
15
6.8.2 Petugas PPPK telah dilatih dan ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan yang relevan.
7 STANDAR PEMANTAUAN
7.1 Pemeriksaan Bahaya
7.1.1 Pemeriksaan/inspeksi terhadap tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara
teratur.
7.1.2 Pemeriksaan/inspeksi dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten dan
berwenang yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi bahaya.
7.1.3 Pemeriksaan/inspeksi mencari masukan dari tenaga kerja yang melakukan tugas
di tempat yang diperiksa.
7.1.4 Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat
pemeriksaan/inspeksi.
7.1.5 Laporan pemeriksaan/inspeksi berisi rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan
diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan kebutuhan.
7.1.6 Pengusaha atau pengurus telah menetapkan penanggung jawab untuk pelaksanaan
tindakan perbaikan dari hasil laporan pemeriksaan/inspeksi.
7.1.7 Tindakan perbaikan dari hasil laporan pemeriksaan/inspeksi dipantau untuk
menentukan efektifitasnya
7.2 Pemantauan/Pengukuran Lingkungan Kerja
7.2.1 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan
hasilnya didokumentasikan, dipelihara dan digunakan untuk penilaian dan
pengendalian risiko.
7.2.2 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologi,
ergonomi dan psikologi.
7.2.3 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja dilakukan oleh petugas atau pihak yang
berkompeten dan berwenang dari dalam dan atau luar perusahaan
16
7.3.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi mengenai identifikasi, kalibrasi,
pemeliharaan dan penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji mengenai
K3.
7.3.2 Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas atau pihak yang berkompeten dan
berwenang dari dalam dan atau luar perusahaan.
17
8.3.3 Laporan pemeriksaan dan pengkajian berisi tentang sebab dan akibat serta
rekomendasi/saran dan jadwal waktu pelaksanaan usaha perbaikan.
8.3.4 Penanggungjawab untuk melaksanakan tindakan perbaikan atas laporan
pemeriksaan dan pengkajian telah ditetapkan.
8.3.5 Tindakan perbaikan diinformasikan kepada tenaga kerja yang bekerja di tempat
terjadinya kecelakaan.
8.3.6 Pelaksanaan tindakan perbaikan dipantau, didokumentasikan dan diinformasikan
ke seluruh tenaga kerja.
18
9.3.2 Terdapat Lembar Data Keselamatan B3 (Material Safety data Sheets) meliputi
keterangan mengenai keselamatan bahan sebagaimana diatur pada peraturan
perundangan dan dengan mudah dapat diperoleh.
9.3.3 Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian label secara jelas pada
bahan-bahan berbahaya.
9.3.4 Rambu peringatan bahaya terpasang sesuai dengan persyaratan peraturan
perundang-undangan dan atau standar yang relevan
9.3.5 Penangan B3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.
19
12 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DAN KEMAMPUAN
12.1 Strategi Pelatihan
12.1.1 Analisis kebutuhan pelatihan K3 sesuai persyaratan peraturan perundangan telah
dilakukan
12.1.2 Rencana pelatihan K3 bagi semua tingkatan telah disusun
12.1.3 Jenis pelatihan K3 yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan untuk
pengendalian potensi bahaya.
12.1.4 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang berkompeten dan berwenang
sesuai peraturan perundangan.
12.1.5 Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk pelaksanaan pelatihan yang
efektif.
12.1.6 Pengusaha atau pengurus mendokumentasikan dan menyimpan catatan seluruh
pelatihan.
12.1.7 Program pelatihan ditinjau secara teratur untuk menjamin agar tetap relevan dan
efektif
20
12.5 Pelatihan Keahlian Khusus
12.5.1 Perusahaan mempunyai sistem yang menjamin kepatuhan terhadap persyaratan
lisensi atau kualifikasi sesuai dengan peraturan perundangan untuk melaksanakan
tugas khusus, melaksanakan pekerjaan atau mengoperasikan peralatan.
21
lingkup auditmanajemen terdiri atas: Bidang keuangan, Ketaatan kepada peraturan dan
kebijakan perusahaan Ekonomisasi Efisiensi Efektivitas. Tujuan audit adalah target yang
akan diaudit. Ada tiga elemen penting dalam setiap tujuan audit, yaitu:Kriteria Penyebab
Akibat
d). Review terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek audit
Review(penelaahan) ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang peraturan-peraturan
yang berhubungan dengan objek audit baik bersifat umum maupun yang berhubungan khusus
dengan berbagai program/aktivitas yang diselenggarakan pada objek audit. Dengan
penelaahan ini auditor dapat memahami batas-batas wewenang objek audit dan berbagai
program yang dilaksanakan dalam mencapai tujuannya.
e). Pengembangan kriteria awal dalam audit
Kriteria adalah norma atau standar yang merupakan pedoman bagi setiap individu maupun
kelompok dalam melakukan aktivitasnya di dalam perusahaan. Faktor yang mempengaruhi
kriteria yang akan digunakan dalam audit antara lain: Tujuan dari kegiatan yang diaudit,
Pendekatan audit, Aktivitas tujuan audit. Karakteristik kriteria yang baik antara lain:
Realistis
Dapat dipercaya
Bebas dari pengaruh kelemahan manusia
Mengarah pada temuan-temuan dan kesimpulan untuk memenuhi
kebutuhan informasi pemberi tugas audit
Dirumuskan secara jelas dan tidak mengandung arti ganda yang dapat
menimbulkan interpretasi yang berbeda
Dapat dibandingkan
Diterima semua pihak
Lengkap
Memastiksn adanya rentang waktu pada saat suatu kejadian/kegiatan
berlangsung
f). Kesimpulan Hasil Audit Pendahuluan
Dari hasil audit pendahuluan, auditor harus membuat kesimpulan atas hasil audit
pendahuluan yang telah dilakukan. Kesimpulan ini akan menjadi dasar dalam menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam tahapan audit selanjutnya.
g). Pengujian dan Review SPM
22
Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang digunakan untuk mengumpulkan,
menganalisis informasi, mengevaluasi dan memanfaatkannya serta berbagai tindakan yang
dilakukan olehmanajemen dalam melakukan pengendalian. Suatu sistem pengendalian
manajemen harus dapat menjamin bahwa perusahaan telah melaksankan strateginya dengan
efektif dan efisien. Karakteristik sistem pengendalian manajemen yang baik mencakup hal-
hal sebagai berikut:
i. Pernyataan tujuan perusahaan. Tujuan suatu perusahaan harus dinyatakan
dengan jelas dan disosialisasikan ke berbagai tingkatan manjemen untuk
dipahami. Tujuan dapat menunjukkan untuk apa perusahaan didirikan dan
apa yang ingin dicapai.
ii. Rencana perusahaan yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Rencana yang merupakan penjabaran dari tujuan perusahaan, harus disusun
untuk mencapai sasaran perusahaan baik jangka pendek maupun jangka
panjang, yang biasanya juga diikuti dengan penentuan strategi untuk
mengimplementasikannya. Rencana biasanya disusun berdasarkan
pencapaian terbaik perusahaan pada waktu sebelumnya untuk menentukan
pencapaian terbaik berikutnya.
iii. Kualitas dan kuantitas SDM yang sesuai dengan tanggung jawab yang
dipikul dan adanya pemisahan fungsi yang memadai.
Perencanaan yang telah ditetapkan perusahaan harus didukung oleh
ketersediaan SDM yang memadai dalam merealisasikan rencana tersebut.
iv. Sistem pembuatan kebijakan dan praktik yang sehat pada masing-masing unit
organisasi. Untuk mendukung praktik yang sehat, berbagai kebijakan yang
dibuat perusahaan harus dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang
berkepentingan agar terjadi komunikasi timbal balik antar kedua kelompok
kepentingan utama yaitu pihak perusahaan yang diwakili oleh manajemen
(direksi) dan karyawan.
v. Sistem penelaahan yang efektif pada setiap aktivitas untuk memperoleh
keyakinan bahwa kebijakan dan praktik yang sehat telah dilaksanakan
dengan baik. Sistem review menyangkut bagaimana pihak-pihak yang
berwenang melakukan review terhadap berbagai aktivitas/kegiatan yang
dilakukan. Elemen sistem review yang baik, pelaksanaan supervisi harus
dilaksanakan secarai memadai.
23
2. Audit Lanjutan
Audit ini bertujuan untuk memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung tujuan
audit yang sesungguhnya, yang telah ditetapkan berdasarkan hasil review dan pengujian
pengendalian manajemen. Pada tahap ini auditor harus mampu mengungkap lebih lanjut dan
menganalisis semua informasi yang berkaitan dengan tujuan audit, sehingga akhirnya dapat
disusun suatu kesimpulan audit dan dibuat rekomendasi yang dapat diterima oleh objek audit.
Langkah-langkah audit pada tahap ini meliputi:
a). Mengumpulkan tambahan informasi latar belakang objek audit yang diperlukan. Langkah
ini menekankan pada usaha untuk mendapatkan data yang lebih lengkap alam menganalisis
aktivitas yang diaudit sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit.
b). Memperoleh bukti-bukti yang relevan, material, dan kompeten. Dari sudut pandang
auditor, bukti adalah fakta dan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan
kesimpulan audit. Agar dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit, semua
bukti yang diperoleh dalam audit harus memenuhi kriteria:
Relevan
Material
Kompeten
Cukup
c). Membuat ringkasan atas bukti yang telah diperoleh dan mengelompokkannya ke dalam
kelompok kriteria, penyebab, dan akibat. Bukti-bukti yang telah diperoleh dalam audit
kemudian diringkas dan dikelompokkan sesuai dengan elemen tujuan audit yang meliputi :
kriteria, penyebab, dan akibat.
d). Menyusun kesimpulan atas dasar ringkasan bukti yang telah diperoleh dan
mengidentifikasi bahwa akibat yang ditimbulkan dari ketidaksesuaian antara kondisi dan
kriteria cukup penting dan material. Kesimpulan ini merupakan pemantapan temuan hasil
audit. Pengembangan temuan merupakan pengumpulan dan sintesa informasi khusus yang
bersangkutan dengan program/aktivitas yang diaudit, dievaluasi dan yang dianalisis karena
diperkirakan akan menjadi perhatian dan berguna bagi pengguna laporan. Pengembangan
temuan harus dilanjutkan terus selama temuan tersebut diyakini memberikan informasi yang
mendukung keakuratan kesimpulan audit.
e). Pelaporan (Ekonomisasi, Efisiensi, daan Efektivitas)
Bagian akhir dari proses audit manajemen adalah pelaporan hasil audit. Ada dua cara
penyajian laporan audit manajemen, yaitu :
24
1). Cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang diperoleh selama tahapan-
tahapan audit.
2). Cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang menitikberatkan penyajian
kepada kepentingan para pengguna laporan hasil audit ini. Laporan memuat
kesimpulan audit tentang elemen-elemen atas tujuan audit dan rekomendasi yang
diberikan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi serta rencana tindak
lanjut dalam mengaplikasikan rekomendasi tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3) merupakan
kegiatan rutin yang harus dilaksanakan oleh manajemen perusahaan.Hasil dari audit akan
memberikan gambaran mengenai keberhasilan tingkat implementasi SMK3 dan rekomendasi
mengenai kekurangan yang perlu diperbaiki atau keberhasilan yang perlu dipertahankan atau
lebih di tingkatkan .
25
Audit SMK3 terdiri dari Audit Internal dan Audit Eksternal. Audit internal ialah audit
SMK3 yang dilakukan oleh perusahaan sendiri dalam rangka pembuktian penerapan SMK3
dan persiapan audit eksternal SMK3 dan/atau pemenuhan standar nasional atau internasional
atau tujuan lainnya. Audit Eksternal ialah Audit eksternal SMK3 adalah pemeriksaan secara
sistematik dan independen, untuk mengukur penerapan SMK3 di tempat kerja dan/atau
perusahaan yang hasilnya digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian tingkat
pencapaian penerapan SMK3.
Langkah-langkah audit internal SMK3 yaitu 1)audit pendahuluan dimulai dari
Pemahaman auditor terhadap objek audit, penentuan tujuan audit, Review terhadap peraturan
dan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek audit, Pengembangan kriteria awal
dalam audit, Kesimpulan Hasil Audit Pendahuluan, Pengujian dan Review SP 2)Audit
lanjutan dimulai dari Mengumpulkan tambahan informasi latar belakang objek audit yang
diperlukan, Memperoleh bukti-bukti yang relevan, material, dan kompeten, Membuat
ringkasan, Menyusun kesimpulan, dan pelaporan.
26
DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen.tips/documents/audit-k3-fix.html
http://inaktif.wordpress.com/2011/09/23/4-manfaat-audit-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-
k3/
http://id.wikipedia.org/wiki/Audit
http://fadlyknight.wordpress.com/2012/06/06/jenis-jenis-audit/
http://k3pelakan.blogspot.com/2010/11/inspeksi-k3.html
http://publichealth08.blogspot.com/2013/05/dasar-dasar-audit-k3.html
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/audit-internal-sistem-
manajemen-k3.html
PP NO 50 TAHUN 2012
PERMENAKETRANS NO 18 TAHUN 2006
27
LAMPIRAN I
TENTANG
LAPORAN AUDIT
(SMK3)
NAMA PERUSAHAAN
UNIT KERJA
<LOKASI>
DISTRIBUSI LAPORAN :
28
No. LAPORAN AUDIT
Tgl. KESELAMATAN
Laporan <Tanggal Laporan> DAN KESEHATAN Audit ke/ <No. Distribusi> Dari 3
Distribusi
KERJA
<NAMA TEMPAT
KERJA>
No.
Nama perusahaan :
Jenis usaha :
2. LINGKUP AUDIT
3. PELAKSANAAN AUDIT
Tempat : <alamat>
4. TUJUAN AUDIT
29
Untuk membuktikan tingkat pencapaian penerapan dan pengembangan dan kinerja
K3 pada < nama tempat kerja> sesuai dengan Sistem Manajemen K3 dan
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia
5. TIM AUDITOR
Team auditor (NAMA PENYELENGGARA AUDIT INDEPENDEN) terdiri dari :
1. <NAMA>, Auditor senior
2. <NAMA>, Auditor junior
No. LAPORAN AUDIT
Tgl. KESELAMATAN
KERJA
<NAMA TEMPAT
KERJA>
No.
7. JADUAL AUDIT
1 PERTEMUAN AWAL
2 PEMERIKSAAN DAN
PENILAIAN KRITERIA
30
3 PERTEMUAN AKHIR
Tgl. KESELAMATAN
<NAMA TEMPAT
KERJA>
No.
PEMENUHANNYA
MAYOR MINOR
31
9. PENJELASAN TENTANG KRITERIA TIDAK BERLAKU
< elemen/kriteria yang tidak bisa diterapkan >
10. URAIAN TEMUAN KETIDAKSESUAIAN
< uraian mengenai temuan yang tidak sesuai minor/mayor >
<NAMA TEMPAT
KERJA>
No.
13. LAMPIRAN
32