Uts Epm
Uts Epm
NIM : 6411416117
Rombel : 02
2. Apa dampak penyakit kusta pada jaringan saraf ? Sebut dan jelaskan 5 contoh kelainannya.
Dampak penyakit kusta pada jaringan saraf yaitu terjadi penebalan saraf yang disertai
gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis
saraf tepi (neuritis peritis). Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa :
Gangguan fungsi sensoris
Contohnya yaitu mati rasa. Mati rasa ini apabila disentuh tidak terasa dan apabila dites
dengan dicubit maka tidak akan terasa sakit. Mati rasa ini mengakibatkan seseorang tidak
bisa merasakan suhu panas, dingin, rasa sakit ketika dicubit atau dipukul, dll.
Gangguan fungsi motoris
Contohnya yaitu kelemahan otot (parese) yaitu lemahnya otot-otot dan kerja otot menjadi
menurun sehingga otot tidak bisa lagi bekerja secara maksimal. Contoh lainnya adalah
kelumpuhan (paralise), misalnya saja kelumpuhan pada kaki sehingga kaki tidak bisa
digunakan berjalan karean ada sraf yang terganggu
Gangguan fungsi otonom
Contoh dari gangguan fusi otonom yaitu kulit kering, kulit kering ini diakibatkan oleh saraf
yang ada dikulit terganggu sehingga kulit sangat kering seperti selnya telah mati. Selain
itu, contoh lainnya adalah kulit menjadi reta-retak, hal ini disebabkan karena dalam kulit
tersebut sarafnya pada fungsi otonomnya terganggu.
Inflamasi kuman pada kulit dan jaringan subkutan menyebabkan kulit berkerut dan
berlipat-lipat
Cacat pada jaringan lain akibat infiltrasi kuman kusta yang dapat terjadi pada tendon,
ligament, tulang rawan, testis, dan bola mata.
3. Sebagai seorang ahli kesehatan mayarakat, apa langkah yang anda tempuh bila di wilayah
kerja anda terdapat KLB penyakit anthraks?
Yang akan saya tempuh yaitu melihat dulu data di puskesmas tentang kejadian penyakit
anthraks. Kegiatan yang akan saya lakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-
menerus untuk mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya
suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang akan saya lakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara
mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul tersebut akan saya
lakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan.
Saya akan survey langsung ke lokasi dan melihat secara langsung kondisi daerah tersebut
sehingga dengan melihat situasi kondisi daerah tersebut saya bisa melakukan penyuluhan
yang efektif dan juga progam apa yang efektif untuk masyarakat daerah tersebut. Penyuluhan
ini bisa berupa tentang bahaya anthraks, cara mencegah tertular anthraks maupun factor risiko
penyakit anthraks
pada saat saya melakukan survey secara langsung tersebut, ini saya lakukan untuk
mengetahui penyebab tingginya anthraxs pada daerah tersebut. Setelah saya tahu factor risko
dan penyebab lainnya, saya akan melakukan penyuluhan tentang penyakit anthraks dan juga
PHBS sebagai upaya untuk mengurangi risiko terkena penyakit anthraks.
2) Di perbukitan dan hutan, yaitu An. Balabacensis, An. Bancrofti, An. Punculatus, An.
Umbrosus.
An. Balabacensis
Spesies ini merupakan spesies yang antropofilik, lebih menyukai darah
manusia ketimbang darah binatang. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan
menggigit pada tengah malam hingga menjelang fajar sekitar jam 4 pagi.
Spesies ini memiliki habitat asli di hutan-hutan berkembang biak di genangan
air tawar. Pada siang hari sulit sekali menemukan nyamuk ini dalam rumah.
Mereka lebih menyukai hutan-hutan atau semak di sekitar pekarangan rumah.
3) Di pantai dan atau di aliran sungai, yaitu An flavirostris, An. Koliensis, An. Ludlowi,
An. Minimus, An. Punctulatus, An parangensis, An sundaicus, An. Subpictus.
An sundaicus
Pada vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah manusia dari
pada darah binatang. Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam tetapi
paling sering antara pukul 22.00 01.00 dini hari. Pada waktu malam hari
nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah, hinggap di dinding baik
sebelum maupun sesudah menghisap darah.
Vektor An. sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, yaitu
campuran antara air tawar dan air asin, dengan kadar garam optimum antara
12% -18%. Penyebaran jentik di tempat perindukan tidak merata di permukaan
air, tetapi terkumpul di tempat-tempat tertutup seperti di antara tanaman air
yang mengapung, sampah dan rumput rumput di pinggir sungai atau pun
parit.
An. Subpictus
Anopheles subpictus lebih menyukai darah ternak ketimbang darah
manusia. Nyamuk ini aktif sepanjang malam dan beristirahat di dinding rumah.
Jentik nyamuk ini sering dijumpai bersama jentik An. sundaicus, namun lebih
toleran terhadap salinitas yang rendah mendekati tawar (Achmadi,2005)
7. Rancanglah suatu metode untuk mengatasi endemisitas penyakit leptospirosis di wilayah kerja
anda !
Untuk mengatasi endemisitas penyakit leptospirosis terlebih dahulu saya akan melihat
data di puskesmas tentang kejadian penyakit leptospirosis. Setelah itu, saya akan melakukan
survey langsung kelapangan untuk melihat situasi dan kondisi langsung di masyarakat
mengenai apa yang menyebabkan kejadian leptospirosis di daerah tersebut. Setelah itu, saya
akan bekerjasama dengan pihak setempat dalam menjalankan progam yang akan saya
laksanakan
Saya akan melakukan penyuluhan mengenai leptospirosis, bagaimana cara penularannya,
cara pencegahannya dan factor risiko apa saja yang dapat meningkatkan kejadian
leptospirosis. Selain melakukan penyuluhan, tersebut saya akan memberikan edukasi juga
pentingnya menerapkan PHBS dan rumah sehat seperti apa yang dapat mengurangi risio
terkena penyakit leptospirosis Selain melakukan penyuluhan yang akan mengubah perilaku
masyarakat dan menambahn pengetahuan masyarakat ini, saya akan melakuan progam
pemberantasan vector (roden) , dengan teknik penangkapan racun yang mana disesuaikan
dengan kondisi lingkungan setempat.
Progam lain juga bisa berupa progam kerja bakti untuk membersihkan lingkungan
sehingga lingkungan didaerah tersebut menjadi bersih dan sehat.
Gangguan Kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler pada leptospirosis dapat berupa gangguan system konduksi,
miokarditis, pericarditis, endocarditis, dan arteritis coroner. Manifestasi dari gangguan
kardiovaskuler sangat bervariasi dari tanpa keluhan sampai bentuk yang berat berupa gagal
jantung kongestifyang fatal. Selama fase septicemia, terjadi migrasi bakteri endotoksin,
produk enzim atau antigen karena lisinya bakteri, akan meningkatkan permeabilitas endotel
dan memberi manifestasiawal penyakit vaskuler.
Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut ini akan ditandai dengan oliguria atau polyuria yang dapat timbul 4-10
hari setelah gejala leptospirosis terlihat
Gagal hepar akut
Di hepar terjadi nekrosis sentridobuler fokal dengan poliferasi sel Kupfer disertai
kolestatis. Terjadinya ikterik pada leptospirosis disebabkan oleh beberapa hal, antara
lainkarena kerusakansel hati, gangguan fungsi ginjal yang akan menurunkan ekskresi
bilirubin sehingga meningkatkan kadar bilirubin darah, terjadinya perdarahan pada
jaringan dan hemolysis intravaskuler akan meningkatkan kadar bilirubin, poliferasisel sel
Kupfer sehingga terjadi kolestatik.
Gangguan respirasi dan perdarahan paru
Paru dapat mengalami perdarahan dimana patogenesisnya belum diketahui secara pasti.
Perdarahan paru diduga terjadi karena masuknya endotoksin secaralangsung sehingga
menyebabkan kerusakan kapiler dan terjadi perdarahan
Pankreas akut
Pancreas akut adalah komplikasi yang jarang ditemui pasien leptospirosis berat.
Pankrealitis terjadi karena adanya nekrosis dari sel-sel pancreas akibat infeksi bakteri
leptospira. Pancreas akut ini juga disebabkan karena komplikasi dari gagalnya organ-organ
tubuh lain, syok septik, dan anemia berat.
Klinis
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari
Patofisiologi yang utama pada dengue shock syndrome ialah reaksi antigen-antibodi dalam
sirkulasi yang mengakibatkan aktifnya system komplemen C3 dan C5 yang melepaskan C3a
dan C5a dimana 2 peptida tersebut sebagai histamine tubuh yang merupakan mediator kuat
terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak sebagai akiba
terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan
masuk ke dalam ruang interstitial sehingga menyebabkan hipotensi,peningkatan
hemokonsentrasi,hipoproteinemia dan efusi cairan pada rongga serosa.
Pada penderita dengan renjatan/shock berat maka volume plasma dapat berkurang sampai
kurang lebih 30% dan berlangsung selama 24 48 jam. Renjatan hipovolemia ini bila tidak
ditangani segera akan berakibat anoksia jaringan,asidosis metabolic sehingga terjadi
pergeseran ion kalsium dari intraseluler ke extraseluler. Mekanisme ini diikuti oleh penurunan
kontraksi otot jantung dan venous pooling sehingga lebih memperberat kondisi
renjatan/shock.