Anda di halaman 1dari 9

Nama : Amelia Arsiti Munawaroh

NIM : 6411416117

Rombel : 02

1. Jelaskan mengenai mekanisme penularan penyakit kusta!


Manusia merupakan satu-satunya reservoir alamiah M.leprae dan sumber infeksi kusta
pada manusia adalah kasus kusta yang tidak diobati atau diobati secara tidak teratur. Kusta
tipe MB merupakan sumber infeksi yang lebih penting dibanding PB. Jumlah bakteri pada
kusta tipe lepromatosa dikatakan mencapai 7000 juta basil per gram jaringan, sedangkan
jumlah basil pada kusta tipe yang lain dikatakan lebih rendah, namun semua kasus kusta yang
aktif harus dipertimbangkan sebagai sumber infeksi yang potensial.
Mekanisme penularan penyakit kusta yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis
telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Terdapat bukti
bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman Mycobacterium leprae menderita kusta,
Iklim (cuaca panas dan lembab) diet, status gizi, status sosial ekonomi dan genetik Juga ikut
berperan setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di
keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada
setiap individu. Faktor ketidakcukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebabnya.
Penyakit kusta ditularkan dari penderita kusta tipe MB dengan cara penularan langsung
(kontak yg lama dan erat). Untuk cara masuk M.Leprae ke dlm tubuh manusia belum
diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian menyatakan bahwa penularan paling sering
melalui kulit yang lecet atau luka di kulit, dan melalui mucosa nasal (saluran nafas). Bila
kuman M. leprae masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag
yang berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear dan histiosit untuk memfagositosisnya.
Kemampuan untuk memfagositosis ini tergantung pada system imunitas tubuh. Sel Schwann
merupakan sel target untuk pertumbuhan M. leprae. Bila terjad gangguan imunitas tubuh
didalam sel Schwann, kuman dapat bermigrasi dan beraktivasi. Akibatnya aktivitas regenerasi
saraf berkurang, dan terjadi kerusakan saraf yg progressif.

2. Apa dampak penyakit kusta pada jaringan saraf ? Sebut dan jelaskan 5 contoh kelainannya.
Dampak penyakit kusta pada jaringan saraf yaitu terjadi penebalan saraf yang disertai
gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis
saraf tepi (neuritis peritis). Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa :
Gangguan fungsi sensoris
Contohnya yaitu mati rasa. Mati rasa ini apabila disentuh tidak terasa dan apabila dites
dengan dicubit maka tidak akan terasa sakit. Mati rasa ini mengakibatkan seseorang tidak
bisa merasakan suhu panas, dingin, rasa sakit ketika dicubit atau dipukul, dll.
Gangguan fungsi motoris
Contohnya yaitu kelemahan otot (parese) yaitu lemahnya otot-otot dan kerja otot menjadi
menurun sehingga otot tidak bisa lagi bekerja secara maksimal. Contoh lainnya adalah
kelumpuhan (paralise), misalnya saja kelumpuhan pada kaki sehingga kaki tidak bisa
digunakan berjalan karean ada sraf yang terganggu
Gangguan fungsi otonom
Contoh dari gangguan fusi otonom yaitu kulit kering, kulit kering ini diakibatkan oleh saraf
yang ada dikulit terganggu sehingga kulit sangat kering seperti selnya telah mati. Selain
itu, contoh lainnya adalah kulit menjadi reta-retak, hal ini disebabkan karena dalam kulit
tersebut sarafnya pada fungsi otonomnya terganggu.
Inflamasi kuman pada kulit dan jaringan subkutan menyebabkan kulit berkerut dan
berlipat-lipat
Cacat pada jaringan lain akibat infiltrasi kuman kusta yang dapat terjadi pada tendon,
ligament, tulang rawan, testis, dan bola mata.

3. Sebagai seorang ahli kesehatan mayarakat, apa langkah yang anda tempuh bila di wilayah
kerja anda terdapat KLB penyakit anthraks?
Yang akan saya tempuh yaitu melihat dulu data di puskesmas tentang kejadian penyakit
anthraks. Kegiatan yang akan saya lakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-
menerus untuk mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya
suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang akan saya lakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara
mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul tersebut akan saya
lakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan.
Saya akan survey langsung ke lokasi dan melihat secara langsung kondisi daerah tersebut
sehingga dengan melihat situasi kondisi daerah tersebut saya bisa melakukan penyuluhan
yang efektif dan juga progam apa yang efektif untuk masyarakat daerah tersebut. Penyuluhan
ini bisa berupa tentang bahaya anthraks, cara mencegah tertular anthraks maupun factor risiko
penyakit anthraks
pada saat saya melakukan survey secara langsung tersebut, ini saya lakukan untuk
mengetahui penyebab tingginya anthraxs pada daerah tersebut. Setelah saya tahu factor risko
dan penyebab lainnya, saya akan melakukan penyuluhan tentang penyakit anthraks dan juga
PHBS sebagai upaya untuk mengurangi risiko terkena penyakit anthraks.

4. Bagaimana cara pencegahan penyakit anthrax?


Cara pencegahan penyakit anthrax :
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menerapkan PHBS.
Melakukan imunisasi kepada orang dengan risiko tinggi dengan vaksin cell-free yang
disiapkan dari filtrat kultur yang mengandung antigen protektif
Memberikan imunisasi sedini mungkin dan melakukan imunisasi ulang setiap tahun
kepada semua hewan yang berisiko terkena anthrax. Obati hewan yang menunjukkan
gejala anthrax dengan penisilin atau tetrasiklin, berikan imunisasi sesudah terapi dihentikan
Memberikan edukasi kesehatan mengenai bahaya serta cara menular penyakit sehingga
ketika pengetahuan bertambah maka akan melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit
antraks.
Memberikan penyuluhan kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensial
terkontaminasi anthrax sebagai penular anthrax, sehingga para pekerja menjaga kulit agar
tidak lecet dan menjaga kebersihan perorangan.
Memberikan penyuluhan tentang manajemen zooteknis ternak potong (sapi, kerbau,
kambing, domba dan babi) dengan tekanan pada manajemen pencegahan dan penanganan
penyakit.
menghindari kontak langsung dengan binatang atau benda-benda yang membawa bakteri
penyakit .
Melapor ke dinas peternakan setempat kalau ada hewan yang sakit dengan gejala antraks
Tidak mengkonsumsi daging hewan yang terkena penyakit antraks
Membersihkan debu dan membuat ventilasi yang baik di tempat-tempat kerja pada industri
berbahaya; terutama yang menangani bahan mentah.
Melakukan pencucian secara menyeluruh, disinfeksi atau mensterilkan bulu, wol dan
tulang atau bagian dari tubuh binatang lainnya yang akan dijadikan pakan ternak sebelum
diproses.
Menerapkan PHBS
Tidak mengkonsumsi daging yang bukan berasal dari Rumah Potong Hewan.
Tidak menyentuh cairan dari luka anthraks dan melaporkan secepat mungkin bila ada
masyarakat yang terjangkit anthraks
5. Jelaskan tipe vektor malaria berdasarkan tempat berkembang biaknya!
Tipe vektor malaria berdasarkan tempat berkembang biaknya dibagi menjadi 3 tipe yaitu :
1) Di persawahan, yaitu An aconitus, An. Annularis, An. Barbirostris, An. Karwani, An.
Nigerrimus, An sinensis, An. Tesellatus, An. Vagus, An. Lefiter
An. Aconitus
Vektor jenis An. aconitus betina paling sering menghisap darah ternak
dibandingkan darah manusia. Perkembangan vektor jenis ini sangat erat
hubungannya dengan lingkungan dimana kandang ternak yang ditempatkan
satu atap dengan rumah penduduk. Vektor An.aconitus biasanya aktif mengigit
pada waktu malam hari, hampir 80% dari vektor ini bisa dijumpai di luar
rumah penduduk antara jam 18.00 -22.00. Nyamuk jenis An. aconitus ini
hanya mencari darah di dalam rumah penduduk, setelah itu biasanya langsung
keluar.
Nyamuk ini biasanya suka hinggap di daerah-daerah yang lembab seperti
di pinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab.
Tempat perindukan vektor An. aconitus terutama di daerah persawahan dan
saluran irigasi. Persawahan yang berteras merupakan tempat yang baik untuk
perkembangan nyamuk ini.

2) Di perbukitan dan hutan, yaitu An. Balabacensis, An. Bancrofti, An. Punculatus, An.
Umbrosus.
An. Balabacensis
Spesies ini merupakan spesies yang antropofilik, lebih menyukai darah
manusia ketimbang darah binatang. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan
menggigit pada tengah malam hingga menjelang fajar sekitar jam 4 pagi.
Spesies ini memiliki habitat asli di hutan-hutan berkembang biak di genangan
air tawar. Pada siang hari sulit sekali menemukan nyamuk ini dalam rumah.
Mereka lebih menyukai hutan-hutan atau semak di sekitar pekarangan rumah.
3) Di pantai dan atau di aliran sungai, yaitu An flavirostris, An. Koliensis, An. Ludlowi,
An. Minimus, An. Punctulatus, An parangensis, An sundaicus, An. Subpictus.
An sundaicus
Pada vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah manusia dari
pada darah binatang. Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam tetapi
paling sering antara pukul 22.00 01.00 dini hari. Pada waktu malam hari
nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah, hinggap di dinding baik
sebelum maupun sesudah menghisap darah.
Vektor An. sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, yaitu
campuran antara air tawar dan air asin, dengan kadar garam optimum antara
12% -18%. Penyebaran jentik di tempat perindukan tidak merata di permukaan
air, tetapi terkumpul di tempat-tempat tertutup seperti di antara tanaman air
yang mengapung, sampah dan rumput rumput di pinggir sungai atau pun
parit.
An. Subpictus
Anopheles subpictus lebih menyukai darah ternak ketimbang darah
manusia. Nyamuk ini aktif sepanjang malam dan beristirahat di dinding rumah.
Jentik nyamuk ini sering dijumpai bersama jentik An. sundaicus, namun lebih
toleran terhadap salinitas yang rendah mendekati tawar (Achmadi,2005)

6. Bagaimana dampak penyakit malaria pada kehamilan?


Ibu hamil yang terserang malaria maka akan mengakibatkan pertumbuhan janin menjadi
terhambat. Kondisi yang membuat semakin berat yaitu pada trimester pertama dan kedua
dikarenakan bagian yang disenangi parasit malaria yaitu plasenta ini merupakan salah satu
sumber pertumbuhan janin yaitu makanan janin. Bahkan bagian kosong pada plasenta akan
dipenuhi oleh parasit parasit malaria sehingga parasit ini akan mengganggu saluran makanan
janin sehingga saluran makan janin menjadi mengecil dan juga rusak sebagian. Akibatnya
jatah makanan menuju janin akan terbagi dan terganggu berimbas pada perkembangan janin
menjadi terhambat.
Bahkan pada kondisi yang parah dapat menyakibatkan keguguran dikarenakan parasit
plasmodium falsiparum yang sering mengakibatkan kontraksi pada rahim. Adapun apabila
kondisi perkembangan janin dapat bertahan di dalam kandungan akan mengakibatkan
gangguan pada berat badan ketika bayi dilahirkan. Tak hanya itu bahaya malaria pada ibu
hamil, bayi dapat menjadi media yang membawa infeksi malaria di dalam tubuhnya.

7. Rancanglah suatu metode untuk mengatasi endemisitas penyakit leptospirosis di wilayah kerja
anda !
Untuk mengatasi endemisitas penyakit leptospirosis terlebih dahulu saya akan melihat
data di puskesmas tentang kejadian penyakit leptospirosis. Setelah itu, saya akan melakukan
survey langsung kelapangan untuk melihat situasi dan kondisi langsung di masyarakat
mengenai apa yang menyebabkan kejadian leptospirosis di daerah tersebut. Setelah itu, saya
akan bekerjasama dengan pihak setempat dalam menjalankan progam yang akan saya
laksanakan
Saya akan melakukan penyuluhan mengenai leptospirosis, bagaimana cara penularannya,
cara pencegahannya dan factor risiko apa saja yang dapat meningkatkan kejadian
leptospirosis. Selain melakukan penyuluhan, tersebut saya akan memberikan edukasi juga
pentingnya menerapkan PHBS dan rumah sehat seperti apa yang dapat mengurangi risio
terkena penyakit leptospirosis Selain melakukan penyuluhan yang akan mengubah perilaku
masyarakat dan menambahn pengetahuan masyarakat ini, saya akan melakuan progam
pemberantasan vector (roden) , dengan teknik penangkapan racun yang mana disesuaikan
dengan kondisi lingkungan setempat.
Progam lain juga bisa berupa progam kerja bakti untuk membersihkan lingkungan
sehingga lingkungan didaerah tersebut menjadi bersih dan sehat.

8. Bagaimana dampak penyakit leptospirosis bagi kesehatan masyarakat?

Dampak penyakit leptospirosis bagi kesehatan masyarakat yaitu :

Gangguan Kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler pada leptospirosis dapat berupa gangguan system konduksi,
miokarditis, pericarditis, endocarditis, dan arteritis coroner. Manifestasi dari gangguan
kardiovaskuler sangat bervariasi dari tanpa keluhan sampai bentuk yang berat berupa gagal
jantung kongestifyang fatal. Selama fase septicemia, terjadi migrasi bakteri endotoksin,
produk enzim atau antigen karena lisinya bakteri, akan meningkatkan permeabilitas endotel
dan memberi manifestasiawal penyakit vaskuler.
Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut ini akan ditandai dengan oliguria atau polyuria yang dapat timbul 4-10
hari setelah gejala leptospirosis terlihat
Gagal hepar akut
Di hepar terjadi nekrosis sentridobuler fokal dengan poliferasi sel Kupfer disertai
kolestatis. Terjadinya ikterik pada leptospirosis disebabkan oleh beberapa hal, antara
lainkarena kerusakansel hati, gangguan fungsi ginjal yang akan menurunkan ekskresi
bilirubin sehingga meningkatkan kadar bilirubin darah, terjadinya perdarahan pada
jaringan dan hemolysis intravaskuler akan meningkatkan kadar bilirubin, poliferasisel sel
Kupfer sehingga terjadi kolestatik.
Gangguan respirasi dan perdarahan paru
Paru dapat mengalami perdarahan dimana patogenesisnya belum diketahui secara pasti.
Perdarahan paru diduga terjadi karena masuknya endotoksin secaralangsung sehingga
menyebabkan kerusakan kapiler dan terjadi perdarahan
Pankreas akut
Pancreas akut adalah komplikasi yang jarang ditemui pasien leptospirosis berat.
Pankrealitis terjadi karena adanya nekrosis dari sel-sel pancreas akibat infeksi bakteri
leptospira. Pancreas akut ini juga disebabkan karena komplikasi dari gagalnya organ-organ
tubuh lain, syok septik, dan anemia berat.

9. Jelaskan mengenai kriteria diagnosis penyakit demam berdarah dengue !

Kriteria diagnosis penyakit DBD menurut WHO yaitu

Klinis
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari

2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan


>Minimal uji tourniquet (+), dinyatakan (+) jika ditemukan pada satu inci persegi (2.82.8 cm)
terdapat lebih dari 20 petekie dan salah satu bentuk perdarahan lain (petekie, ekimosis, purpura,
epistaksis dan perdarahan gusi)
>Perdarahan mukosa (hematemesis dan melena)
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ml)
4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma
>Peningkatan hematokrit >20% dibandandingkan standard an jenis kelamin
>Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan dibandingkan nilai hematokrit
sebelumnya
>Ditemukan efusi pleura, asites, hipoproteinemia dan hiponatremia

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada DBD adalah :


1. Pemeriksaan darah rutin meliputi kadar Hb, ditemukan trombositopenia 100.000/ml
biasanya pada hari ke3-8 sejak timbulnya demam dan hemokosentrasi yang dilihat dari
peningkatan hematokrit 20% sejak hari ke-3 demam. Jadi dengan ditemukannya tiga gejala
klinis dari pasien yang disertai dengan trombositopenia dan peningkatan hematokrit sekitar 87%
diagnosis DBD sudah dapat ditegakkan
2. Pemeriksaan hemostatis (PT, APTT dan fibrinogen) pada DBD yang disertai manifestasi
perdarahan atau kecurigaan terjadinya ganguan koagulasi
3. Pemeriksaan serologi mendeteksi IgM dan IgG anti dengue. Pada infeksi primer IgM
terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari,
sedangkan IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14. Pada infeksi sekunder terdeteksi mulai hari ke-2

10. Jelaskan mengenai dengue shock sindrome !


Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindrom syok yang terjadi pada penderita Dengue
Hemorhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue. Menurut kriteria WHO tahun 1997
dinyatakan sebagai DHF derajat III-IV.
Etiologi
Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang berbeda
antigen. Virus ini adalah genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan serotipenya adalah DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan
seumur hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga
seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali
seumur hidupnya. Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang
hari. Faktor resiko penting pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti umur,
status imunitas, dan predisposisi genetis.
Patofisiologi.

Patofisiologi yang utama pada dengue shock syndrome ialah reaksi antigen-antibodi dalam
sirkulasi yang mengakibatkan aktifnya system komplemen C3 dan C5 yang melepaskan C3a
dan C5a dimana 2 peptida tersebut sebagai histamine tubuh yang merupakan mediator kuat
terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak sebagai akiba
terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan
masuk ke dalam ruang interstitial sehingga menyebabkan hipotensi,peningkatan
hemokonsentrasi,hipoproteinemia dan efusi cairan pada rongga serosa.
Pada penderita dengan renjatan/shock berat maka volume plasma dapat berkurang sampai
kurang lebih 30% dan berlangsung selama 24 48 jam. Renjatan hipovolemia ini bila tidak
ditangani segera akan berakibat anoksia jaringan,asidosis metabolic sehingga terjadi
pergeseran ion kalsium dari intraseluler ke extraseluler. Mekanisme ini diikuti oleh penurunan
kontraksi otot jantung dan venous pooling sehingga lebih memperberat kondisi
renjatan/shock.

Anda mungkin juga menyukai