PENDAHULUAN
1
dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu
dengan multigravida dibanding pada primigravida, sedangkan jika dihubungkan
dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah
pada panggul sempit. Hal ini dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik
pada Pintu Atas Panggul6. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi
bokong yaitu hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital.
Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-
3% pada presentasi kepala6
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan faktor yang menyebabkan
terjadinya letak sungsang. Ada beberapa situasi akan mendapatkan
kemungkinan untuk terjadinya letak sungsang:
Kelahiran prematur. Bila lahir saat bayi masih berukuran kecil untuk
bergerak secara bebas didalam uterus.
Plasenta terletak di daerah fundus. Plasenta mengambil ruang dari
bagian atas uterus sehingga fetus mempunyai ruang yang lebih sempit.
Bentuk irreguler dari uterus ibu, atau terdapat jaringan fibroid di bagian
bawah dari uterus.
Fetus yang berjumlah lebih dari satu (seperti kembar)
Multiparitas
Terlalu sedikit atau terlalu banyak cairan amnion.
Kelainan bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang
sesuai dengan pintu atas panggul
4
Presentasi bokong kaki sempurna : terbawah 2 kaki
Presentasi bokong kaki tidak sempurna : terbawah 1 kaki
Presentasi kaki : kaki turun ke bawah lebih rendah dari bokong
Presentasi kaki sempurna : terbawah 2 kaki
Presentasi kaki tidak sempurna : terbawah 1 kaki
Presentasi lutut : lutut turun ke bawah lebih rendah dari bokong
Presentasi lutut sempurna : terbawah 2 lutut
Presentasi lutut tidak sempurna : terbawah 1 lutut
Presentasi bokong pada kehamilan tunggal dengan berat badan janin < 2500
gram, yaitu:
5
Posisi janin pada presentasi sungsang ditentukan dengan menggunakan
sacrum sebagai denominator (fetal point of reference to the maternal pelvis)
sedangkan stasiun janin pada presentasi sungsang adalah ketinggian sacrum
terhadap spina ischiadica1
Posisi
Posisi pada periksa luar dengan palpasi, ditentukan dengan
menentukan letak punggung janin terhadap dinding perut ibu, sedangkan pada
pemeriksaan dalam posisi ditentukan dengan menentukan kedudukan salah
satu bagian janin yang terendah terhadap jalan lahir, bagian yang terendah tadi
disebut penunjuk. Penunjuk itu dinyatakan sesuai dengan bagian kiri atau
kanan ibu1.
Bagian terendah tersebut dapat UUK untuk presentasi belakang kepala; UUB
untuk presentasi puncak kepala; dahi pada presentasi untuk dahi; dagu untuk
presentasi muka; sacrum untuk presentasi bokong, dan akromion/skalpula
untuk presentasi bahu1.
Posisi pada presentasi bokong dengan penunjuk sacrum :
6
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Persalinan spontan (spontaneous breech). Janin dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht
b. Manual acid (partial breech extraction; assisted breech delivery).
Janin dilahirkan sebagaian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c. Ekstraksi sungang (total breech extraction). Janin dilahirkan
seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
2. Persalinan per abdominam (seksio sesarea)4
2.6 Diagnosis
Disamping presentasi bokong ditegakkan dengan pemeriksaan luar,
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang seperti USG yang dilakukan
apabila dengan pemeriksaan dalam menemui kesulitan seperti pasien dengan
berat badan berlebihan, perut tegang, hidramnion dan lain-lain. Ibu hamil
dengan presentasi bokong biasanya mengemukakan gerakan janin yang
dirasakan padanya yaitu adanya penekanan pada ulu hati oleh kepala janin
yang teraba pada bagian fundus uteri8.
a. Inspeksi
Umumnya secara inspeksi tidak ditemukan tanda yang spesifik.
Bentuk rahim kadang kala terlihat bentuk cekungan yang melintang di
fundus
b. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan Leopold
Pada Leopold I : teraba bagian janin yang keras dan bulat serta mudah
digerakkan (ballottement) pada fundus uteri. Kepala biasanya terletak di
daerah hypokondium, disebabkan oleh fleksi tulang panggul. Kadang-
kadang kepala teraba pada daerah epigastrium.
7
Pada Leopold II : menunjukkan punggung berada pada satu sisi
abdomen dan bagian-bagian kecil janin berada pada sisi yang lain.
Pada Leopold III : teraba bokong janin yang lunak, dan kurang bulat
dibandingkan kepala janin yang teraba pada pemeriksaan Leopold I.
apabila belum engagement, diameter intertrochanterica dari panggul janin
masih dapat digerakkan di atas pintu atas panggul
Pada Leopold IV : Menunjukka posisi bokong yang mapan di bawah
simfisis
Seringkali ibu pada kehamilannya ini menyatakan bahwa terasa penuh
di bagian atas abdomen dan menyesak di daerah ulu hati dan gerakan
terasa lebih banyak pada bagian bawah abdomen.
c. Auskultasi
Bunyi jantung umumnya cenderung terdengar setinggi seitar
umbilikus atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
2.7 Penatalaksanaan
a. Penanganan dalam kehamilan
Dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, baik pada ibu
maupun bayi dengan kehamilan presentasi bokong, maka diupayakan
beberapa usaha untuk menghindari terjadinya persalinan dengan bayi
presentasi bokong, salah satu diantaranya adalah dengan cara knee-chest
position. Sebelumnya pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari
kausa dari pada letak sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta
previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jika
tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest
position atau dengan versi luar Posisi knee-chest, merupakan gerakan
yang digunakan sebagai terapi apabila terjadi kelainan posisi, persentasi
ataupun letak. Posisi knee-chest ini seperti sedang sujud dimana bokong
berada di atas. Knee-chest position ini dilakukan 2x sehari selama 10
8
menit. Gerakan ini dipercaya dapat mengembalikan posisi normal dari bayi
dikarenakan memberi ruangan pada bayi untuk berputar kembali ke posisi
normal5.
9
Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58%). Peningkatan
keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech,
letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi luar
berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).
10
Tahapan
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusat
(scapula depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk
melahirkan bokong, yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.
2. Tahap kedua : fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya
mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk
pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena
itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan.
Bila mulut sudah lahir, janin dapat bernafas lewat mulut.
3. Tahap ketiga : fase lambat, yaitu mulai dari lahirnya mulut sampai
seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari
ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya
lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan
untuk menghindari terjadinya perdarahan intra cranial (adanya rupture
tentorium serebelli)
Teknik
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan
sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan
kelahiran janin harus selalu disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva.
Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal
paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-
3 unit oksitosin intra muscular. Pemberian oksitosin ini ialah untuk
merangsang kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam
2 his berikutnya.
3. Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera setelah
bokong lahir, bokong dicengkam secara Bracht, yaitu kedua ibu jari
peenolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang
panggul
11
Gambar 5. Cara mencekram bokong janin secara Bracht
4. Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan
tampak sangat terenggang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
5. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna
mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke
perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan,
sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan gaya berat badan
janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang
asisten melkukan ekspresi Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan
sumbu panggul. Maksud ekpresi Kristeller ini ialah :
a. Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat segera
diselesaikan (berakhir)
b. Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi
c. Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dan kepala
janin, sehigga tidak terjadi lengan menjungkit
12
Gambar 6. Gerakan hiperlordosis
6. Dengan gerakan hiperlordosis ini berturutturut lahir tali pusat, perut,
bahu, dan lengan, dagu, mulut, dan akhirnya seluruh kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan di perut ibu. Seorang asisten segera
menghisap lendir dan bersamaan itu penolong memotong tali pusat.
13
8. Keuntungan
a. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga
mengurangi bahaya infeksi.
b. Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan fisiologis,
sehingga mengurangi trauma pada janin
9. Kerugian
a. 5-10% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, sehingga tidak
semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan cara Bracht.
b. Persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan terutama dalam
keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya pada
primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
14
Tahapan
1. Tahap pertama, lahirnya bokong sampai pusat yang dilahirkan dengan
kekuatan tenaga ibu sendiri
2. Tahap kedua, lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/ teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a. Klasik ( sering disebut Deventer )
b. Mueller
c. Lovset
d. Bickenbachs
3. Tahap ketiga, lahirnya kepala
Kepala dapat dilahirkan dengan cara :
a. Mauriceau (Veit-Smeille)
b. Najouks
c. Wigand Martin-Winckel
d. Prague terbalik
e. Cunam Piper
15
kearah belakang dan baru kemudian lengan belakang ini
dilahirkan.
2. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin,
sehingga perut janin mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam
jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu
janin sampai pada fosa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan
dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
16
4. Untuk melahirkan lengan depan, peregangan pada pergelangan
kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam
ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan
6. Bila lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi
lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir
dicengkam dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa
sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak di punggung dan
sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain
mencengkam dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin,
sehingga lengan depan terletak di belakang. Kemudian lengan
belakang ini dilahirkan dengan teknik tersebut diatas.
7. Deventer melakukan cara Klasik ini dengan tidak mengubah
lengan depan menjadi lengan belakang. Cara lazim ini disebut cara
Devnter. Keuntungan cara klasik ialah pada umumnya dapat
dilakukan pada semua persalinan letak sungsang, namun
kerugianya adalah lengan janin masih relative tinggi di dalam
panggul, sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir
yang dapat menimbulkan infeksi.
17
Gambar 10. Melahirkan lengan depan secara Mueller
18
Gambar 11. Melahirkan lengan belakang secara Mueller
19
3. Bila lengan janin tidak dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan
janin ini dapat dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan
jari penolong.
20
2.9.4. Cara Bickenbachs
Prinsip persalinan secara Bickenbach ialah merupakan kombinasi
antara cara Mueller dan cara Klasik. Teknik ini hampir sama dengan
cara Klasik10.
21
2.9.6. Melahirkan lengan menjungkit
Yang dimaksud lengan menjungkit ialah bila lengan dalam posisi
lurus ke atas di samping kepala. Cara terbaik untuk melahirkan lengan
menjungkit ialah dengan cara Lovset. Perlu diingat, apabila sedang
melakukan pimpinan persalinan secara Bracht, kemudian terjadi
kemacetan bahu dan lengan, maka harus diperiksa dalam apakah
kemacetan tersebut karena kelainan posisi lengan tersebut di atas.
Tahap ketiga yaitu melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)
2.9.7. Cara Mauriceau (Veit-Smellie)
1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk, dan jari keempat mencengkam fosa kanina, sedang jari
lain mencengkam leher. Badan anak diletakkan di atas lengan
bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk
dan jari ketiga penolong yang lain mencengkram leher janin dari
arah punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah
sambil seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller. Tenaga
tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang
mencengkam leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput
tampak dibawah simfisis, kepala janin dielevasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu,
mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirlah
seluruh kepala janin.
22
Gambar 14. Cara melahirkan kepala secara Mauriceau
23
2.9.9. Cara Prague Terbalik
Teknik prague terbalik dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun
kecil berada di belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap
simfisis. Atur tangan penolong mencekram leher dari arah bawah dan
punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan
penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki. Kaki janin
ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin, sehingga
perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion,
dan kepala janin dapat dilahirkan
24
b. Tangkainya panjang, melengkung keatas dan terbuka, keadaan
ini dapat menghindari kompresi yang berlebihan pada kepala
janin.
2. Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki, dan
kedua lengan janin diletakkan di punggung janin. Kemudian
badan janin dielevasi keatas, sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu.
3. Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama
dengan pemasangan cunam pada letak belakang kepala. Hanya
pada kasus ini cunam dimasukkan dari arah bawah, yaitu sejajar
dengan pelipatan paha belakang. Setelah suboksiput tampak di
bawah simfisis, maka cunam dielevasi ke atas dan dengan
suboksiput sebagai hipomoklion, berturut-turut lahir dagu, mulut,
muka, dahi, dan akhirnya seluruh kepala lahir.
25
membuka labia. Tangan yang di dalam mencari kaki depan dengan
menelusuri bokong, pankal paha sampai lutut, kemudian melakukan
abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi.
Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki
bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan
dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
2. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari
diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang betis, dan jari-jari lain
di depan betis. Dengan pegangan ini, kaki janin ditarik curam ke bawah
sampai pangkal paha lahir.
3. Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua
ibu jari di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di
depan paha.
4. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir.
Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas
sehingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter telah lahir
berarti bokong lahir.
26
5. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan
lahir lebih dulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter
depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.
6. Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai
teknik pegangan femuro-pelviks. Dengan pegangan ini badan janin ditarik
curam ke bawah sampai pusat lahir
7. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara
persalinan yang sama seperti pada manual aid
(a) (b)
(c) (d)
27
Teknik Ekstraksi Bokong
1. Ekstraksi bokong dikerjakan bila jenis letak sungsang adalah letak bokong
murni (frank breech), dan bokong sudah berada di dasar panggul,
sehingga sukar untuk menurunkan kaki.
2. Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil janin,
dimasukkan ke dalan jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan.
Dengan jari telunjuk ini, pelipatan paha dikait dan ditarik curam ke bawah.
Untuk memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain
mencengkam pergelangan tangan tadi, dan turut menarik curam ke bawah.
3. Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simfisis,
maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha
ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.
4. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks
(duimbekken greep), kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual
aid.
28
Penyulit
1. Sufokasi. Bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadilah
pengecilan rahim, sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan
menimbulkan anoksia janin. Keadaan ini merangsang janin untuk
bernafas. Akibatnya darah, mucus, cairan amnion dan mekonium akan
diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi. Badan janin yang sebagian
sudah berada di luar rahim, juga merupakan rangsanga yang kuat untuk
janin bernafas.
2. Asfiksia fetalis. Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin
lahir, yang menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi,
dengan bahaya terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk panggul
(fase cepat).
3. Kerusakan jaringan otak. Trauma pada otak janin dapat terjadi, khususnya
pada panggul sempit atau adanya disproporsi sefalo-pelvik, serviks yang
belum terbuka lengkap, atau kepala janinyang dilahirkan secara
mendadak, sehingga timbul dekompresi.
4. Fraktur pada tulang-tulang janin.
Kerusakan pada tulang janin dapat berupa :
a. Fraktur tulang-tulang kepala
b. Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit
(extended)
c. Fraktur klavikula ketika melahirkan bahu yang lebar
d. Paralisis brakialis
e. Fraktur femur
f. Dislokasi bahu
g. Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan tungkai yang
sangat ekstensi (fleksi maksimal)
h. Hematoma otot-otot
29
Mengingat penyulit pada janin akibat persalinan pervaginam cukup
berat, maka perlu dilakuka evaluasi obstetric dengan teliti, sebelum
memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam. Bila sudah diputuskan
melahirkan janin pervaginam, maka penolong dituntut untuk menguasai
teknik persalinannya secara terapil. Cara persalinan secara ekstraksi total
(total ekstraktion) merupakan cara persalinan dengan penyulit janin yang
sangat buruk, yaitu kematian janin 3 kali lebih banyak dibanding persalinan
spontan. Oleh karena itu cara persalinan ini sekarang sudah tidak dianjurkan
lagi pada janin hidup. Kematian perinatal pada letak sungsang dibanding
dengan letak belakang kepala rata-rata 5 kali lebih banyak.
30
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai
lebih tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau per-abdominam,
sebagai berikut4 :
Kriteria Skor 0 Skor 1 Skor 2
Paritas Primigravida Multigravida
Umur kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu
Taksiran berat janin > 3630 g 3629-3176 g < 3176 g
Pernah letak sungsang Tidak 1 kali > 2 kali
Pembukaan serviks < 2 cm 3 cm > 4 cm
Station < -3 -2 -1 atau lebih
rendah
Arti nilai :
<3 : Persalinan per abdominam
4 : Evaluasi kembali secara cermat, khussunya berat badan janin: bila nilai
tetap dapat dilahirkan pervaginam
>5 : Dilahirkan pervaginam
2.12 Prognosis
Resiko persalinan pervaginam pada presentasi bokong lebih tinggi
dibandingkan dengan persalinan presentasi kepala, yaitu :
1. After coming head
2. Nuchl arm (tangan menjungkit)
3. Prolaps tali pusat
4. Perdarahan intracranial, robeknya selaput otak
5. Asfiksia janin karena terjepit tali pusat
6. Robekan pada pleksus brachialis sehingga menyebabkan parese
lengan
7. Pada ibu dapat timbul laserasi luas jalan lahir6,8
31
BAB III
KESIMPULAN
32
harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan. Kemudian tahap
ketiga : fase lambat, yaitu mulai dari lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan
tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala
harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan
intra cranial.
Pada pertolongan secara manual aid terdapat beberapa cara pertolongan
persalinan sesuai tahapan pertolongan, pada tahap pertama, pertolongan dapat
dilakukan dengan cara bracht, tahap kedua, lahirnya bahu dan lengan yang
memakai tenaga penolong dapat digunakan teknik Klasik, Mueller, Lovset,
Bickenbachs. kemudian tahap ketiga, lahirnya kepala dapat dilakukan teknik
Mauriceau (Veit-Smeille), Najouks, Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik,
Cunam Piper.
Diagnosis kehamilan presentasi bokong dapat ditegakkan dengan
dilakukannya pemeriksaan luar meliputi inspeksi, palpasi, dan auskultasi,
pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan penunjang seperti USG.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
12. Pritchard JA. Williams Obstetrics 15th ed, New York: Appleton Century-
Crofts, 1976
35