Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PEMBAHASAN

Kosmetika merupakan kategori consumer products yang dipasarkan di dunia, dengan tujuan
dan fungsi yang universal sesuai dengan budaya masing-masing orang. Kosmetik sudah banyak
digunakan dikalangan masyarakat. Dari beberapa pabrik kosmetik sudah mengeluarkan berbagai jenis-
jenis kosmetik dengan fungsi yang berbeda-beda, tergantung pemakain didaerah tubuh kita. Kosmetik
itu sendiri bertujuan untuk melindungi, mempercantik, dan memperindah bagi penggunannya. Berbagai
macam bentuk kosmetik yang dibuat dan diperuntukkan sesuai umur konsumen. Konsumen bisa
memilih kosmetik sesuai keinginannya. Namun, tidak semua konsumen dapat cocok dengan pilihannya
yang menyebabkan masalah pada kulit seperti, iritasi, gatal-gatal dan berbagai masalah lainnya.
Produk kosmetik yang dibuat oleh beberapa pabrik dibuat untuk bisa tahan lama. Terbebas dari
mikroorganisme, berubahnya warna sediaan kosmetik, menjadi berbau tidak sedap adalah faktor dari
bahan yang digunakan kosmetik tersebut. Untuk mengatasi faktor tersebut maka bahan yang digunakan
ditambahkan dengan pengawet yang sesuai dengan kadar yang ditentukan.
Menurut Permenkes RI No.445/MENKES/PER/V/1998 adalah zat yang dapat mencegah
kerusakan kosmetika yang disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme akan tumbuh pada
kondisi dimana terdapat nutrisi yang berlimpah, lingkungan yang lembab, dan suhu yang sesuai.
Pemilihan pengawet harus didasarkan pada pertimbangan berikut yaitu pengawet dapat mencegah
pertumbuhan tipe mikroorganisme tertentu terutama yang sering mengkontaminasi sediaan, pengawet
cukup larut dalamair untuk mencapai konsentrasi yang cukup dalam fase air dari sistem yang terdiri
dari dua atau lebih fase, komposisi pengawet tetap tidak terdisosiasi pada pH dimana sediaan tersebut
dapat mempenetrasi mikroorganisme dan mengganggu integritasnya, konsentrasi pengawet yang
diperlukan tidak boleh mempengaruhi keamanan dan kenyamanan pasien selama sediaan tersebut
(nonirritating, nonsensitizing, dan nontoxic), pengawet harus stabil dan tidak berkurang konsentrasinya
akibat dekomposisi kimia dan penguapan sepanjang umur dari sediaan, pengawet harus
cocok/kompatibel dengan semua komponen formula sediaan (tidak saling mengganggu aktivitas
masing-masing).
Jenis pengawet yang sering digunakan adalah paraoxybenzoatesatau yang sering dikenal
dengan paraben. Paraben yang umum dalam kosmetik adalah butylparaben, methylparaben,
propylparaben, isobutylparaben dan isopropylparaben. Propil paraben merupakan serbuk kristalin
putih, tidak berbau dan tidak berasa serta berfungsi sebagai pengawet. Konsentrasi propil paraben yang
digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01-0,6%. Propil paraben efektif sebagai pengawet pada
rentang pH 4-8, peningkatan pH dapat menyebabkan penurunan aktivitas antimikrobanya. Propil
paraben sangat larut dalam aseton dan etanol, larut dalam 250 bagian gliserin dan sukar larut di dalam
air. Larutan propil paraben dalam air dengan pH 3-6, stabil dalam penyimpanan selama 4 tahun pada
suhu kamar, sedangkan pada pH lebih dari 8 akan cepat terhidrolisis.

7
8

Menurut peraturan Kepala BPOM RI No.HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011 metode analisis


untuk identifikasi dan penetapan kadar pengawet dalam kosmetika adalah kromatografi lapis tipis
(KLT/TLC) dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT/HPLC).
Dalam berbagai formula sediaan kosmetik, penggunaan pengawet sudah ditentukan batas
penggunaan dan kadarnya masing-masing. Penentuan batas dan penggunaan tersebut bertujuan agar
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan pada konsumen pada saat menggunakan kosmetiknya.

Anda mungkin juga menyukai