Perancangan dan Simulasi Reaktor Plug Flow Adiabatis Untuk Reaksi Oksidasi H 2S
Menggunakan Program Scilab 5.1.1
Oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
Reaktor Plug Flow Adiabatis
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR
Jenis Reaktor :Perancangan dan Simulasi Reaktor Plug Flow Adiabatis Untuk Reaksi
Oksidasi H2S Menggunakan Program Scilab 5.1.1
Kelompok : 5 / Kamis Pagi
Anggota : 1. Kartika Cintya Sulistyani (21030114120029)
2. Fadillah Fathir Mahmud Fofana (21030114140173)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya, tugas
besar Praktikum Komputasi Proses yang berjudul Perancangan dan Simulasi Reaktor Plug
Flow Adiabatis Untuk Reaksi Oksidasi H2S Menggunakan Program Scilab 5.1.1 ini dapat
diselesaikan.
Dalam penulisan tugas besar ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
laporan resmi ini.
Dalam penulisan laporan resmi ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan resmi ini, khususnya kepada:
1. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan dan menjadi penyemangat kami.
2. Bapak Ir. Setia Budi Sasongko, DEA, PhD. selaku dosen pengampu mata kuliah Model
dan Komputasi Proses.
3. Bapak Luqman Buchori, ST, MT. selaku dosen pengampu mata kuliah Model dan
Komputasi Proses
4. Rifqi R Al Farisi selaku asisten pembimbing materi tugas besar.
5. Teman-teman Teknik Kimia yang dapat bekerjasama dengan baik.
Dalam penyusunan laporan ini, sangat disadari bahwa banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan, demi sempurnanya
laporan ini. Semoga laporan ini dapat terlaksana dengan baik sehingga dapat memberikan
manfaat bagi peneliti dan para pembaca dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Konstanta kapasitas panas dari senyawa-senyawa yang terlibat .........................23
DAFTAR GAMBAR
INTISARI
Reaksi kimia adalah suatu proses yang menghasilkan konversi bahan kimia. Reaktor
merupakan tempat terjadinya konversi bahan baku menjadi produk dan juga disebut jantung
dari sebuah proses kimia. Desain reaktor kimia di mana reaktan akan dikonversi pada skala
komersial tergantung pada beberapa aspek teknik kimia. Dengan memperhatikan banyak hal
untuk mendapatkan produk dari reaksi kimia yang sesuai, tempat berlangungnya reaksi kimia
yang biasa disebut reaktor, perlu dirancang agar efisien. Pada beberapa perancangan reaktor
yang telah ada, perhitungan berbagai macam data dilakukan dengan metode numerik
secara manual. Perhitungan tersebut merupakan masalah numerik yang kompleks.
Sebagai perbaikan metode yang telah ada, akan dilakukan perancangan dan si mulasi
reaktor secara numerik menggunakan perangkat lunak yang disebut Scilab.
Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Kondisi
operasi reaktor dapat ditentukan sesuai dengan kebutuhan operasi yang ditentukan atau
diminta. Dalam pemilihan reaktor kimia, perlu adanya pertimbangan terhadap sifat reaksi,
jenis reaktan maupun jenis jenis reaksi, arah reaksi serta kondisi operasi.
Pada praperancangan reaktor ini akan dibuat reaktor alir pipa (PFR) dengan kondisi
operasi adiabatis eksotermis pada reaksi oksidasi H2S. Reaksi oksidasi H2S tersebut juga
melibatkan reaksi samping. Pada kasus ini digunakan umpan yang terdiri dari Hidrogen
Sulfida (H2S) dan oksigen (O2).
Simulasi gabungan neraca massa dengan neraca panas suatu reaktor PFR pada
program Scilab dapat dilakukan dengan menggunakan penyelesaian persamaan diferensial
biasa (PDB). Berdasarkan perhitungan matematis dengan menggunakan program scilab,
maka untuk konversi dalam reaksi oksidasi H2S sebesar 0,8, dibutuhkan volume reaktor
sebesar 23.855 Liter dan dengan suhu operasi 3886.9765 Kelvin.
Kesimpulan yang diperoleh, antara lain simulasi gabungan neraca massa & neraca
panas suatu reaktor PFR pada program Scilab dapat dilakukan dengan menggunakan
penyelesaian persamaan diferensial biasa (PDB) serta Dengan perhitungan numeris
menggunakan program Scilab, volume reaktor yang dibutuhkan untuk konversi 0,8 adalah
sebesar 23.855 liter. Dalam grafik profil temperatur terhadap konversi dijelaskan bahwa
konversi akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Hal ini disebabkan karena adanya
tambahan energi akibat kenaikan suhu, sehingga nilai k juga semakin tinggi. Suhu yang
dibutuhkan untuk konversi sebesar 0,8 adalah 3886.9765 K. Saran yang dapat diberikan,
antara lain penentuan konversi dan laju alir umpan yang harus mempertimbangkan volume
reaktor sehingga bisa meminimalisir dana serta lebih teliti dalam penurunan persamaan,
logaritma dan input data agar didapatkan output yang akurat.
BAB I
PENDAHULUAN
Reaksi kimia adalah suatu proses yang menghasilkan konversi bahan kimia
(Pharm, 2008). Bahan atau zat awalnya terlibat dalam reaksi kimia yang disebut
reaktan. reaktan ini ditandai dengan perubahan kimia dan mereka menghasilkan satu
atau lebih produk. Produk-produk ini umumnya berbeda dari reaktan asli. reaksi kimia
mungkin alam yang berbeda tergantung pada jenis reaktan, jenis produk yang
diinginkan, kondisi dan waktu reaksi, misalnya, sintesis, dekomposisi, perpindahan,
percipitation, isomerisasi, asam-basa, redoks atau reaksi organik. Hal-hal yang perlu Commented [RR1]: Presipitasi, kalau mau tetap dalam
Bahasa inggris di italic ya
diperhatikan terhadap reaksi reaksi kimia yaitu utilitas, keuntungan, dan keterbatasan.
Dengan memperhatikan banyak hal untuk mendapatkan produk dari reaksi kimia yang
sesuai, tempat berlangungnya reaksi kimia yang biasa disebut reaktor, perlu dirancang
agar efisien.
Reaktor merupakan tempat terjadinya konversi bahan baku menjadi produk dan
juga disebut jantung dari sebuah proses kimia (Pharm, 2008). Desain reaktor kimia di
mana reaktan akan dikonversi pada skala komersial tergantung pada beberapa aspek
teknik kimia. Karena itu adalah langkah yang sangat penting dalam desain keseluruhan
proses, desainer memastikan bahwa reaksi berlangsung dengan efisiensi tertinggi
terhadap output yang diinginkan, memproduksi hasil tertinggi dari produk dengan cara
yang paling efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan reaktor adalah
ukuran reaktor, tipe reaktor dan metode operasi paling tepat untuk menghasilkan
kinerja reaktor terbaik. Temperatur dan komposisi fluida yang bereaksi pada
reaktor perubahannya sangat bervariasi dari titik ke titik, tergantung pada sifat
reaksi yaitu endotermis atau eksotermis, ada tidaknya penambahan atau
penghilangan panas pada sistem, dan pola aliran fluida dalam bejana. Dibutuhkan
juga bentuk matematis yang dapat mendiskripsikan reaksi yang terjadi didalam
reaktor. Salah satunya adalah persamaan laju reaksi, dari integral persamaan
tersebut dapat diketahui waktu tinggal didalam reaktor. Namun, hal ini tidak dapat
memprediksi secara keseluruhan kinerja reaktor. Perlakuan paling tepat pada
faktor-faktor tersebut merupakan masalah utama dalam perancangan reaktor
(Levenspiel, 1999).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerugian RATB:
Tidak efisien untuk reaksi fase gas dan reaksi bertekanan tinggi
Kecepatan perpindahan panas lebih rendah dibanding reaktor alir
pipa
Untuk menghasilkan konversi yang sama, volume yang dibutuhkan
reaktor alir tangki berpengaduk lebih besar dari volume reaktor alir
pipa
b. Reaktor Alir Pipa (RAP/PFR/Tubular Flow Reactor)
Reaktor alir pipa (Plug Flow Reactor, PFR) digunakan untuk
mereaksikan suatu reaktan dalam hal ini fluida dan mengubahnya
menjadi produk dengan cara mengalirkan fluida tersebut dalam pipa
secara berkelanjutan (continuous) (Levenspiel, 1999).
Neraca massa reaktor alir pipa:
Laju reaktan masuk reaktor = laju reaktan yang bereaksi + laju reaktan
keluar reaktor
= 0
= 1 + 2 + 3
b. Reaktor Non-Adiabatis
Non-adiabatis merupakan kondisi reaksi dimana terdapat perpindahan kalor
dari sistem ke lingkungan atau dari lingkungan ke sistem. Sehingga untuk
reaktor diperlukan aksesoris perpindahan panas seperti jaket atau coil. Jika
reaksi bersifat eksotermis maka diperlukan pendingin, sedangkan bila reaksi
bersifat endotermis maka perlu adanya pemanasan (Smith et al., 2001).
c. Reaksi Isothermal
Reaksi dikatakan isothermal jika suhu umpan yang masuk, suhu campuran
dalam reaktor, dan suhu aliran yang keluar dari reaktor selalu seragam dan
sama.
2. Reaksi Seri
Reaksi seri atau reaksi konsekutif yaitu dari reaktan terbentuk produk antara
yang aktif kemudian lebih lanjut berubah menjadi produk lain yang stabil.
Contoh :
k1 k2
A R S
Contoh reaksi seri pada skala industri adalah reaksi antara etilen oksida dan
amonia yang membentuk mono-etanol-amin, kemudian reaksi berlanjut
membentuk di-etanol-amin dan produk akhir adalah tri-etanol-amin.
k1 EO
C2H4O + NH3 HOCH2CH2NH2
EO
(HOCH2CH2NH)2NH (HOCH2CH2)3N
3. Reaksi Independen
Reaksi independen terjadi karena di dalam umpan terkandung berbagai macam
reaktan. Contoh dari reaksi independen adalah proses pengolahan minyak
bumi menjadi gasolin (bensin).
Contoh :
A 2B dan B C
2. Reaksi Bimolekuler
Reaksi bimolekuler merupakan reaksi yang melibatkan dua jenis molekul
reaktan yang berbeda.
Skema reaksi : A + B C
2. Reaksi Irreversible
Reaksi irreversible merupakan reaksi satu arah dan tidak ada keadaan
setimbang, meskipun sesungguhnya tidak ada reaksi kimia yang betul-betul
tidak dapat balik. Dimana zat hasil reaksi tidak dapat bereaksi membentuk
pereaksi. Banyak kasus kesetimbangan berada sangat jauh di kanan
sedemikian sehingga dianggap irreversible. Misal reaksi pembentukan garam
natrium klorida dari asam klorida dan natrium hidroksida (Kristianingrum,
2010).
2.1.7 Konversi
Konversi fraksional atau fraksi dari reaktan misal A, dikonversi menjadi produk.
Konversi dari A (XA). Misalkan NA0 adalah jumlah awal A di reaktor pada waktu
t = 0, dan NA adalah produk yang terkonversi pada waktu t. Konversi A pada
volume konstan sebagai berikut:
(NA0NA) (NA/V)
XA= =1 =1-
0 (NA0/V) 0
Dan
Dxa = (Levenspiel.O,1999)
0
Reaksi samping
1
SO2 + 2
O2 SO3
Reaksi ini merupakan reaksi yang reversible. Reaksi oksidasi berjalan pada suhu
250C dan konversi yang dicapai sebesar 96-97% pada akhir reaksi (Abedini,
2010).
Dari harga Hof298 sebesar - 518024J/mol maka dapat dikatakan bahwa reaksi
yang terjadi merupakan reaksi eksotermis.
Arah reaksi ditentukan dengan mengetahui harga K (konstanta kesetimbangan
reaksi). Harga K dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
G reaksi = G produk - G reaktan
3
= (Go298 SO2 + Go298 H2O) (Go298 H2S + x Go298 O2)
2
( 123,814 ) 1 1
ln = ( ) = 0,91
0,819 1,987 523,15 298,15
K = 0,748
Dapat dilihat bahwa harga K sangat kecil sehingga reaksi berjalan secara
reversible.
Reaksi utama :
k1
3
H2S + O2 SO2 + H2O
2
k2
k1
3
A + B C+ D
2
k2
Reaksi samping :
k3
1
SO2 + O2 SO3
2
k4
k3
1
C + B E
2
k4
Reaksi oksidasi H2S pada berbagai suhu diperoleh harga konstanta kecepatan
reaksinya adalah:
= (.)
R = 1,987 cal/molK
Sehingga harga k untuk suhu 298,15K dapat dihitung:
1 = 15762 (494008,314 298,15)
1 = 3,48 105 sekon1
2 = 506 ((89300)8,314 298,15)
Untuk harga k pada suhu operasi 250oC (523,15 K) dapat dihitung dengan :
1 = 0,184 sekon1
Dari harga H yang besarnya negatif, dapat disimpulkan bahwa reaksi yang
terjadi bersifat eksotermis rendah yang artinya ada sedikit pembebasan panas dari
reaksi tersebut. Hal ini mengakibatkan suhu reaktor akan mengalami kenaikan
sedikit demi sedikit sehingga untuk menjaga suhu reaksi, reaktor dilengkapi
dengan jaket pendingin.
bekerja secara adiabatis. Dari tinjauan termodinamika dan kinetika maka dapat
diperoleh harga K dan k yaitu :
K1 pada suhu 298,15K = 0,819
K1 pada suhu 523,15K = 0,748
k1 pada suhu 298,15K = 3,48 105 sekon1
k1 pada suhu 523,15K = 0,184 sekon1
Berdasarkan data dan ketentuan tersebut ingin didapatkan: Commented [RR5]: Soalnya pake poin2 ini aja ya
a. Simulasikan hubungan volume thd konversi pada reaksi
1. Simulasi hubungan volume terhadap konversi pada reaksi oksidasi H 2S ..
b. Simulasikan hubungan suhu thd konversi pada reaksi.
2. Simulasi hubungan suhu terhadap konversi pada reaksi oksidasi H2S
BAB III
METODE PENYELESAIAN
FAO FA
T
TO Te
V V+V
Reaksi samping :
1
SO2(g) + 2
O2(g) SO3(g)
Kondisi Operasi :
1. Temperatur : 250C
2. Tekanan : 21,75 atm
3. Sifat Reaksi : Eksotermis , Reversible
4. Fase : Gas-gas
5. Reaktan : Hidrogen sulfida dan Oksigen yang berlebih
3.2 Algoritma Penyelesaian
Reaksi utama :
3
H2S + 2 O2 SO2 + H2O
Neraca Massa :
|0 |+ + =
Karena pada kondisi steady state, maka (akumulasi) = 0
|0 |+ + = 0
lim 0
= 0 (1 )
= 0 ,
0 =
=
0
0
=
Kecepatan Reaksi :
Reaksi oksidasi hidrogen sulfida dengan mereaksikan hidrogen sufida dengan oksigen
dalam fase gas-gas merupakan reaksi bimolekuler reversible. Sehingga persamaan
reaksinya adalah sebagai berikut :
Reaksi utama : k1
3
H2S(g) + O2(g) SO2(g) + H2O(g)
2
k2
k1
3
A + 2
B C + D
k2
Reaksi samping :
k3
1
SO2(g) + O2(g) SO3(g)
2
k4
k3
1
C + B E
2
k4
1 = 0,184 sekon1
3 = 0,488 sekon1
4 = 5,06 104 sekon1
Neraca massa dapat diketahui dari profil laju alir massa dari tiap senyawa yang terlibat
terhadap volume yang dinyatakan dalam persamaan diferensial . Penyelesaian
Stoikiometri
Reaksi utama :
k1
3
H2S(g) + 2O2(g) SO2(g) + H2O(g)
k2
k1
3
A + 2
B C + D
k2
Reaksi samping :
k3
1
SO2(g) + 2 O2(g) SO3(g)
k4
k3
1
C + B E
2
k4
Mula- mula
FA0 FB0 - -
(mol/waktu)
Reaksi 3
FA0X1 2
FA0X1 FA0X1 FA0X1
(mol/waktu)
3
Sisa FB=FB0 FA0X1
2
FA = FA0(1-X1) FC = FA0X1 FD = FA0X1
(mol/waktu) 3
FB= X1
2
Mula- mula 3
FA0X1 2 X1
(mol/waktu)
Reaksi 1
FA0 X1 X2 2
FA0 X1 X2 FA0 X1 X2
(mol/waktu)
Sisa 1
FC = FA0 X1 (1-X2) FB= X1(3+X2) FE = FA0 X1 X2
2
(mol/waktu)
0
= 0 (1 + 1 )
0
Dengan asumsi reaksi berlangsung pada tekanan dan suhu yang tetap maka :
= 0 (1 + 1 )
Asumsi :
v0 = 1 liter/waktu
0 = 2
0 = 4
0 2
0 = = = 0,33
0 6
3
= 0 = 0,33 (1 + 1 1 ) = 0,167
2
gmol
CA0 = 4
liter
gmol
CB0 = 8
liter
0 (1 1 ) 1 X1
= = CA0 ( )
0 (1 + 1 ) 1 0,125X1
1
2 X1 (3 + X 2 )
=
0 (1 0,125 1 )
0 1 (1 2 ) 1 (1 2 )
= = CA0
0 (1 0,125 1 ) (1 0,125 1 )
0 1 X1
= = CA0 ( )
0 (1 + 1 ) 1 0,125X1
Kombinasi
Reaksi Utama :
3/2
= 1 . . 2
=
1 3/2
1X
1
X1 (3+X2 ) 1 (12 ) X1
2
1 . (CA0 (10,125X )) . ( ) 2 . (CA0 ) . (CA0 (10,125X ))
1 0 (10,125 1 ) (10,125 1 ) 1
0
=
0
= 1 3/2
1X1 X1 (3+X2 ) 1 (12 ) X1
=1 .(CA0 ( 2
)).( (10,125 ) 2 .(CA0 (10,125 ).(CA0 ( ))
10,125X1 0 1 ) 1 ) 10,125X1
Neraca Panas
Neraca panas dapat diketahui dari profil temperatur terhadap volume yang dapat
dinyatakan dalam persamaan di bawah ini :
( ) + ( )[ ()]
=
0 ( + )
Hidrogen Sulfida
3328 26086 913.4 -17979 949.4
(A)
Sulfur Trioksida
33408 49677 873.22 28563 393.74
(E)
913.4/ 949.4/
= 33288 + 26086 [ 913.4 ] + 17979 [ 949.4 ]
sinh( ) cosh( )
= 7666,09
2526.5/ 1153.8/
= 29103 + 10040 [ 2526.5 ] + 9356 [ 1153.8 ]
sinh( ) cosh( )
= 31320,64
932.8/ 423.7/
= 33375 + 25864 [ 932.8 ] + 10880 [ 423.7 ]
sinh( ) cosh( )
= 47158,27
2610.5/ 1169/
= 33363 + 26790 [ 2610.5 ] + 8896 [ 1169 ]
sinh( ) cosh( )
= 35476,54
873.22/ 393.74/
= 33408 + 49677 [ 873.22 ] + 28563 [ 393.74 ]
sinh( ) cosh( )
= 64153,01
Menghitung nilai HRx1 untuk reaksi utama :
3
1() = +
2
1() =(-296840000 J/kmol +(-241814000) J/kmol) (-20630000J/kmol +0)
J J cal
1() = 518024000 = 518024 = 123,814
kmol mol gmol
()
1() = +
J
1(523,15) = 518024000 + 27987,76
kmol
1(523,15) = 517996012,2
1
2() =
2
J
2() = 395720000 + 296840000 J/kmol 0
kmol
J J cal
2() = 98880000 = 98880 = 23,63
kmol mol gmol
()
2() = +
J
2(523,15) = 98880000 kmol
+ 1334,42
2(523,15) = 98878665,58
Menghitung nilai untuk reaksi utama :
= + + +
= 1 7666,09 + 2 31320,64 + 0
= 70307,37
Menghitung nilai untuk reaksi samping :
= + +
= 1 47158,27 + 2 31320,64 + 0 64153,01
= 109799,5
gmol
CA0 = 4
liter
gmol
CB0 = 8
liter
1 = 15762 (494008,314 T)
2 = 506 ((89300)8,314 T)
3 = 13215 (443908,314 T)
4 = 303 (578608,314 T)
0 ( )[ ()]]
, =
[( + )]
[ ()]]
, =
[( + )]
Input Values :
T0 = 523.15oK, X2 = 0.2, Fao = 2 kg/jam Cao = 4 K = 0.748
Input Equation :
k1, k2, k3 ; Ca, Cb, Cc, Cd, Ce ;-ra ; Cpa, Cpb, Cpc,
Cpd, Cpe ; Hrx utama (T) ; Hrx samping (T)
For V=0 to 30
[ ()]]
= =
[( + )]
Next V
End
clc
Fa0=2
Fb0=4
tetab=Fb0/Fa0
E=0.33*-0.5
x1=0.8
T0=523.15
function dV=VolumeReaktor(x, V)
k1=15762*exp(-49400/(8.314*T0))
k2=506*exp(-89300/(8.314*T0))
Ca0=0.2
Ca=Ca0*((1-x)/(1+(E*x1)))
Cb=Fa0*(tetab-((3/2)*x))-(1/2*Fa0*x*0.2)/(1*(1-(E*x1)))
Cc=Ca0*x*((1-0.2)/1+(E*x1))
Cd=Ca0*(x/(1+(E*x1)))
ra=(k2*Cc*Cd)-(k1*Ca*(Cb^(3/2)))
dV=Fa0/(-ra)
endfunction
x0=0
x=x0:0.1:0.8
V0=0
V=ode(V0,x0,x,VolumeReaktor)
x=x'
V=V'
disp(' konversi ... volume ')
disp([x V])
clf
plot2d(x,V,[1 2])
xtitle('Pengaruh Konversi terhadap Volume','Konversi','Volume')
x=z(2) //sheet 1
nama=x(:,2)
for i=1:5
baris=x_choose(nama,'Pilih Komponen ABCDE','selesai')
brs=baris
C1(i,1)=x(brs,6)
C2(i,1)=x(brs,7)
C3(i,1)=x(brs,8)
C4(i,1)=x(brs,9)
C5(i,1)=x(brs,10)
Hf(i,1)=x(brs,15)
end
Fa0=2
Fb0=4
tetaa=Fa0/Fa0
tetab=Fb0/Fa0
x2=0.2
C1a=C1(1)
C2a=C2(1)
C3a=C3(1)
C4a=C4(1)
C5a=C5(1)
C1b=C1(2)
C2b=C2(2)
C3b=C3(2)
C4b=C4(2)
C5b=C5(2)
C1c=C1(3)
C2c=C2(3)
C3c=C3(3)
C4c=C4(3)
C5c=C5(3)
C1d=C1(4)
C2d=C2(4)
C3d=C3(4)
C4d=C4(4)
C5d=C5(4)
C1e=C1(5)
C2e=C2(5)
C3e=C3(5)
C4e=C4(5)
C5e=C5(5)
deltaH2S=Hf(1)
delta02=Hf(2)
deltaSO2=Hf(3)
deltaH20=Hf(4)
deltaSO3=Hf(5)
function dT=SuhuReaktor(x, T)
Cpa=C1a+C2a*(((C3a/T)/(sinh(C3a/T)))^2)+C4a*(((C5a/T)/(cosh(C5a/T)))^2)
//J/kmol
Cpb=C1b+C2b*(((C3b/T)/(sinh(C3b/T)))^2)+C4b*(((C5b/T)/(cosh(C5b/T)))^2)
//J/kmol
Cpc=C1c+C2c*(((C3c/T)/(sinh(C3c/T)))^2)+C4c*(((C5c/T)/(cosh(C5c/T)))^2)
//J/kmol
Cpd=C1d+C2d*(((C3d/T)/(sinh(C3d/T)))^2)+C4d*(((C5d/T)/(cosh(C5d/T)))^2)
//J/kmol
Cpe=C1e+C2e*(((C3e/T)/(sinh(C3e/T)))^2)+C4e*(((C5e/T)/(cosh(C5e/T)))^2)
//J/kmol
Fa=Fa0*(1-x)*(T0/T)
Fb=Fa0*(tetab-((3/2)*x))-(1/2*Fa0*x*x2)*(T0/T)
Fc=Fa0*x*((1-x2))*(T0/T)
Fd=Fa0*x*(T0/T)
Fe=Fa0*x*x2*(T0/T)
tetac=Fc/Fa0
tetaiCpi=(tetaa*Cpa)+(2*tetab*Cpb)+(tetac*Cpc)
deltaCp1=Cpc+Cpd-Cpa-(3/2*Cpb) //J/kmol
deltaCp2=Cpe-Cpc-(0.5*Cpb) //J/kmol
deltahreaksi1=deltaSO2+deltaH20-deltaH2S-(1.5*delta02) //J/kmol
deltahreaksi2=deltaSO3-deltaSO2-(0.5*delta02) //J/kmol
deltahreaksi=(deltahreaksi1+deltaCp1)+(deltahreaksi2+deltaCp2) //J/kmol
dT=-deltahreaksi/(tetaiCpi+(x*(deltaCp1+deltaCp2)))
endfunction
x0=0
x=x0:0.1:0.8
T0=523.15
T=ode(T0,x0,x,SuhuReaktor)
x=x'
T=T'
disp(' konversi ... Suhu ')
disp([x T])
clf
plot2d(x,T,3)
xtitle('Hubungan Konversi terhadap Suhu','Konversi','Suhu(K)')
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dengan perhitungan numeris menggunakan program Scilab, volume reaktor yang
dibutuhkan untuk konversi 0,8 adalah sebesar 23.855 liter.
2. Simulasi gabungan neraca massa dengan neraca panas suatu reaktor PFR pada
program Scilab dapat dilakukan dengan menggunakan penyelesaian persamaan
diferensial biasa (PDB).
3. Dalam grafik profil temperatur terhadap konversi dijelaskan bahwa konversi akan
meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Hal ini disebabkan karena adanya
tambahan energi akibat kenaikan suhu, sehingga nilai k juga semakin tinggi. Suhu
yang dibutuhkan untuk konversi sebesar 0,8 adalah 3886.9765 K
4. Berdasarkan grafik profil konversi terhadap volume reaktor, volume reaktor akan
semakin besar seiring dengan peningkatan nilai konversi. Volume reaktor yang
dibutuhkan untuk mendapatkan konversi sebersar 0,8 adalah 23.855 liter
5.2 Saran
1. Dalam praperancangan, sebaiknya menentukan konversi dan laju alir umpan masuk
terlebih dahulu agar volume reaktor dapat disesuaikan dengan anggaran dana yang
ada.
2. Penurunan persamaan dan logaritma harus sesuai dengan kondisi operasi yang
ditentukan, sehingga didapatkan hasil yang diinginkan.
3. Memperbanyak referensi jurnal agar dapat mambandingkan dan menentukan kondisi
operasi yang paling optimum untuk reaksi oksidasi H2S.
4. Lebih teliti dalam meng-input data kondisi operasi pada program Scilab untuk
menghindari kesalahan pada output.
DAFTAR PUSTAKA
Abedini, R., Salooki, Koolivand M., and Ghasemian, S., 2010, Modelling and Simulation of
Condensed Sulfur in Catalytic Beds of Claus Process: Rapid Estimation, Chemical
Engineering Research Bulletin.
Dewajani, Henny. 2011. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Sawit Secara Kontinyu Dalam
Model Reaktor Berisian. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang.
FTI ITB. 2015. "Teknik Kimia ITB". http://www.che.itb.ac.id/ diakses pada 7 November
2016.
Helmiyati, E. Budianto, Nitri A. 2009. Polimerisasi Emulsi Etil Akrilat: Pengaruh
Konsentrasi Surfaktan, Inisiator dan Teknik Polimerisasi terhadap Distribusi Ukuran
Partikel. Departemen Kimia, FMIPA, Universitas Indonesia. Vol. 13, No. 1.
HMTK AKPRIND.2013. "Apa itu Teknik Kimia dan Pentingnya Teknik Kimia". http://hmtk-
akprind.blogspot.co.id/ diakses pada 7 November 2016.
Janiarto. 2014. "Perkuliahan dan Prospek Kerja Jurusan Teknik
Kimia". www.jurusankuliah.info diakses pada 7 November 2016.
Levenspiel, Octave. 1999. Chemical Reaction Engineering 3th Edition.New York : John
Wiley & Sons, Inc.
Maloney, James O. 2008. Perrys Chemical Engineers Handbook 8th edition. United States
of America: McGraw Hills Companies Inc.
Nanda, Sanju. 2008. "Reactors and Fundamentals of Reactors Design for Chemical
Reaction". Pharmaceutical Enineering of M. D. University, Rohtak.
Prianto, Bayu. 2008. Peran Kimia Komputasi Dalam Mempelajari Mekanisme Reaksi
Proses Elektrolisis NaCl Menjadi NaClO4. Berita Dirgantara Vol. 9 No. 4. Peneliti
Bidang Material Dirgantara, LAPAN.
Kristianingrum, Susila. 2010. Kesetimbangan Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
UNY.
Sylvia, Amelia, Ir. Katjuk Astrowulan, MS.EE. dan Eka Iskandar, ST., MT., 2014,
Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian
Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR), Jurnal Teknik Pomits
Vol. 3, No. 1, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS).
LAMPIRAN