Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PENGANTAR GEOLOGI REKAYASA

BATUAN BEKU

Disusun Oleh :
1. Ahmadi Sulistyawan
2. Robby
3. Gita
4. Zikra
5. Erik
6. Selamat

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BATANGHARI
JAMBI
2014
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Petologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari batuan pembentuk

kulit bumi, yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi

batuan tersebut serta hubungannya dengan proses-proses geologi dan sejarah

geologinya.

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari permukaan

magma. Proses pembentukan tersebut merupakan proses perubahan fase

padat. Proses pembentukan magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral

primer atau gelas. Proses pembentukan magma akan sangat berpengaruh

terhadap tekstur dan struktur primer batuan, sedangkan komposisi batuan

sangat di pengaruhi oleh sifat magma asal.


Seperti namanya, batuan beku. Dia terbentuk karena adanya proses

pembekuan tepatnya pendinginan atau lebih tepatnya penurunan suhu dari

larutan pijar yaitu MAGMA. Magma adalah cairan pijar yang berada di dalam

bumi yang sangat panas, suhunya bisa mencapai 1400 oC. Batuan beku sendiri

berdasarkan diagenensanya dibagi menjadi 2 macam. Yaitu batuan beku

intrusive dan batuan beku ekstrusive. Batuan beku intrusive berarti dia terbentuk

di dalam bumi. Artinya dia tidak berinteraksi dengan permukaan bumi dan dia

membeku di dalam bumi. Batuan jenis ini biasanya punya tekstur mineral yang

besar (faneritik) karena proses pembentukkan mineral tersebut berlangsung

lama. Artinya penurunan suhu yang terjadi pada magma tersebut dapat

memungkinkan sebuah mineral untuk bisa tumbuh secara optimal pada saat

tertentu. Biasanya faneritik itu ukurannya lebih dari 2 mm. Magma bisa

menyusup melalui rekahan-rekahan batuan disekitarnya dan dapat juga

memotong perlapisan. Bentuk-bentuk yang memotong struktur batuan

disekitarnya disebut diskordan dan yang searah mendatar disebut konkordan.

Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan dari fase cair

ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka

akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar. Sedangkan bila energi

pembentukan rendah maka akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila
pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk dan

cairan magma membeku menjadi gelas.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka batasan masalah dalam penulisan

makalah ini adalah pembahan mengenai batuan beku. Mulai dari pengertian

batuan beku, jenis-jenis batuan beku, ciri-ciri batuan beku, dsb.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah di dapat pada latar belakang yang sudah teruraikan di

atas sebelumnya, maka di dapatkan rumusan masalahnya adalah :

1. Apa itu batuan beku ?

2. Tekstur batuan beku ?

3. Struktur batuan beku ?

4. Komposisi mineral batuan beku ?

5. Klasifikasi batuan beku ?

D. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pengantar Geologi Rekayasa yang di berikan oleh Bapak ISHAK, ST. MT. serta

sebagai bahan pembelajaran dalam perkuliahan.


BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah

jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif

(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).

Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah

ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi

oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan

tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah

berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan

kerak bumi.
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang

sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan

dapat terjadi karena salah satu dari proses-proses berikut ini ; penurunan

tekanan, kenaikan temperatur, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe

batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan sebagian besar batuan beku

tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

Berdasarkan keterangan dari para ahli, magma didefinisikan atau diartikan

sebagai cairan silikat kental pijar yang terbentuk secara alami, memiliki

temperatur yang sangat tinggi yaitu antara 1.500 sampai dengan 2.500 derajat

celcius serta memiliki sifat yang dapat bergerak dan terletak di kerak bumi

bagian bawah. Dalam magma terdapat bahan-bahan yang terlarut di dalamnya

yang bersifat volatile / gas (antara lain air, co2, chlorine, fluorine, iro, sulphur dan

bahan lainnya) yang magma dapat bergerak, dan non-volatile / non gas yang

merupakan pembentuk mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku.

Dalam perjalanan menuju bumi magma mengalami penurunan suhu,

sehingga mineral-mineral pun akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan

peristiwa penghabluran

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke

permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut

dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-


mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan

Bowens Reaction Series.

B. Tekstur Batuan Beku

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar

mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan

massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan

beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:

1. Kristalinitas

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu

terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk

menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk

kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.

Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya

kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya

akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali

maka kristalnya berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.


Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan

sebagian lagi terdiri dari massa kristal.

Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.

2. Granularitas

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.

Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

a) Fanerik/fanerokristalin, besar kristal-kristal dari golongan ini dapat

dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-

kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:

Halus, apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

Sedang, apabila ukuran diameter butir antara 1 5 mm.

Kasar, apabila ukuran diameter butir antara 5 30 mm.

Sangat kasar, apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

b) Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan

dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop.

Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:

Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa

diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1

0,01 mm.
Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku

terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop.

Ukuran butiran berkisar antara 0,01 0,002 mm.

Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

3. Bentuk Kristal

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat

batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga

bentuk kristal, yaitu:

Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.

Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.

Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:

Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama

panjang.

Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari

satu dimensi yang lain.

Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari

dua dimensi yang lain.

Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.


4. Hubungan Antar Kristal

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai

hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu

batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang

membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-

kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-

mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.

Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-

mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.

Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-

mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

b) Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk

batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang

lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

C. Struktur Batuan Beku

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi

batuan beku extrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan

perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari


batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita

perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.

1. Struktur batuan beku ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung di permukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang

memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang

terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini di antaranya:

Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang

terlihat seragam.

Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.

Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah

poligonal seperti batang pensil.

Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-

gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan

air.

Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan

beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral

lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.


Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran

mineral pada arah tertentu akibat aliran

2. Struktur Batuan Beku Intrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung di bawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya

terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku

intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan di sekitarnya,

jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :

Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan

perlapisan batuan di sekitarnya.

Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), di

mana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung

akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya

tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan

kedalaman ribuan meter.

Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari

laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah.


Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu

puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau

antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith

berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer

Diskordan

Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan di

sekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:

Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan di

sekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang.

Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer

dengan panjang ratusan meter.

Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat

besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.

Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi

ukurannya lebih kecil

D. Komposisi Mineral

Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya, maka di dalam batuan

beku terdapat mineral utama pembentuk batuan (essential minerals), mineral

tambahan (accessory minerals) dan mineral sekunder (secondary minerals).


1. Essential minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan

magma, dalam jumlah melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan

nama batuan beku.

2. Accessory minerals , adalah mineral yang juga terbentuk pada saat

pembekuan magma tetapi jumlahnya sangat sedikit sehingga kehadirannya

tidak mempengaruhi penamaan batuan. Mineral esensiil dan mineral

tambahan di dalam batuan beku tersebut sering disebut sebagai mineral

primer, karena terbentuk langsung sebagai hasil pembekuan daripada

magma.

3. Secondary minerals adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai akibat

pelapukan. Dengan demikian mineral sekunder ini tidak ada hubungannya

dengan pembekuan magma. Mineral sekunder akan dipertimbangkan

mempengaruhi nama batuan ubahan saja, yang akan diuraikan pada acara

analisis batuan ubahan. Contoh mineral sekunder adalah mineral lempung.

4. Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau

amorf. Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan

hanya terjadi pada batuan beku luar atau batuan gunungapi, sehingga sering

disebut kaca gunungapi (volcanic glass).

5. Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk

batuan beku, berwarna cerah atau terang.


6. Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap.

E. Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya,

kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama

batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut

dasar klasifikasinya.

Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch, batuan beku

dibagi menjadi:

1. Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.

2. Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.

3. Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi, jenis

batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.

Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2, yaitu:

1. Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya

adalah riolit.

2. Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.

Contohnya adalah dasit.

3. Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya

adalah andesit.
4. Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%.

Contohnya adalah basalt.

Klasifikasi berdasarkan indeks warna, yaitu:

1. Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.

2. Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.

3. Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Kimia.

Pembagian batuan beku berdasarkan komposisi ini telah lama menjadi

standar dalam geologi, dan di bagi dalam empat golongan yaitu :

1. Batuan Beku Asam

Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika

(SiO2) lebih dari 66%. contoh batuan ini dalah Granit. Batuan yang

tergolong kelompok ini mempunyai warna terang (cerah) karena (SiO 2)

yang kaya akan menghasilkan batuan dengan kandungan kuarsa.

2. Batuan Beku Menengah (intermediat)

Apabila batauan tersebut mengandung 52 66% silika maka termasuk

dalam kelas ini. Batuan ini akan berwarna gelap karena tingginya

kandungan mineral feromagnesia. Contoh batuan ini adalah Diorit dan

Andesit.
3. Batuan Beku Basa

Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah batuan yang mengandung

45 52% silika. Batuan ini akan memiliki warna hitam kehijauan karena

terdapat kandungan mineral olivine. Contoh batuan ini adalah Gabbro dan

Basalt.

4. Batuan Beku Ultra Basa

Golongan batuan beku ini adalah apabila bataun beku mengandung 45%

SiO2 . Warna batuan ini adalah hijau kelam karena tidak terdapat silika

bebas sebagai kuarsa. Contoh batuan ini adalah Peridotit dan Dunit.

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi

Analisa kimia batuan beku itu pada umumnya memakan waktu, maka

sebagian besar klasifikasi batuan beku berdasarkan atas susunan mineral

dari batuan itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan ialah mineral

kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik.

Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen, dan

olivine.

Klasifikasi ini sering digunakan, karena relatif lebih mudah dapat dilihat

dengan kasat mata, klasifikasi ini didasarkan kepada susunan mineral

dipadukan dengan tekstur.


Pada gambar diatas diperlihatkan pengelompokan batuan beku dalam

bagan, berdasarkan susunan mineralogi. Gabro adalah batuan beku dalam

dimana sebagian besar mineral-mineralnya adalah olivine dan piroksin.

Sedangkan Felsparnya terdiri dari felspar plagioklas. Teksturnya kasar atau

phanerik, karena mempunyai waktu pendinginan yang cukup lama. Kalau dia

membeku lebih cepat karena mencapai permukaan bumi, maka batuan beku

yang terjadi adalah basalt dengan tekstur halus. Jadi Gabro dan Basalt

keduanya mempunyai susunan mineral yang sama, tetapi teksturnya berbeda.

Demikian pula dengan Granit dan Rhyolit, atau Diorit dan Andesit. Granit dan

Diorit mempunyai tekstur yang kasar, sedangkan Rhyolit dan Andesit, halus.
Basalt dan Andesit adalah batuan beku yang banyak dikeluarkan gunung-berapi,

sebagai hasil pembekuan lava.

Klasifikasi yang didasarakan atas mineralogi dan tekstur akan lebih

dapat mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar

komposisi kimia. Tekstur batuan beku adalah mengambarkan keadaan yang

mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular

memberi arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik

memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur

afanitik mengambarkan pembekuan yang cepat.

Klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russell B Travis, dalam

klasifikasi ini tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya

dapat dibagi menjadi:

a). Batuan Dalam

Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral menyusun batuan tersebut

dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar.

Granit adalah jenis batuan intrusif, felsik, igneus yang umum dan banyak

ditemukan. Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, dan oleh karena itu

banyak digunakan sebagai batuan untuk konstruksi. Kepadatan rata-rata

granit adalah 2,75 gr/cm dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata

granit berasal dari bahasa Latin granum.


Meja granit sebagai bidang acuan dalam proses pengukuran, dalam bidang

industri dan rekayasa, granit banyak dipakai sebagai bidang acuan dalam

berbagai pengukuran dan alat pengukur. Hal ini dikarenakan granit bersifat

kedap air, kaku (rigid) dan memiliki koefisien ekspansi termal yang sangat

rendah. Salah satu penerapannya adalah pada mesin pengukur koordinat.


Sienit berwarna abu-abu terang, berbutir sedang - kasar dengan tekstur

phaneritik. Dari pengamatan megaskopik terlihat orthoklas/ K-feldspar

dominan, sedikit plagioklas dan biotit, batuan mempunyai sifat ke magnitan

lemah sampai sedang. Dari pengamatan sayatan tipis menunjukan tekstur

holokristalin, hipidiomorfik, berbutir halus sampai 1 mm, bentuk sub hedral

anhedral, disusun oleh mineral orthoklas / K.Felsdpar, plagioklas, biotit,

epidot kalsedon, sfene dan mineral opak, lempung, masih terlihat relieks

kembar poliomtetik. Batuan sienit terdapat sebagai blok-blok insitu di lereng

Moncong Talalo di sekitar Kocara, intrusi ini diduga berlangsung pada kala

Miosen Awal.

Diorite adalah batuan beku plutonik, yaitu batuan antara granite dan gabbro.

Batuan ini mengandung sedikit Kalsium (soda) plagioklas feldspar, mineral


berwarna terang, dan hornblende berwarna hitam. Tidak seperti granit,

batuan diorite tidak mengandung mineral kuarsa atau sangat sedikit, dan

juga tidak seperti gabbro, diorite mempunyai warna yang lebih terang dan

mengandung soda, tidak mengandung kalsit plagioklas. Apabila batuan

diorite ini dihasilkan dari letusan gunung api maka akan terjadi pendinginan

menjadi lava andesite.


Gabbro berwarna gelap, mempunyai bentuk ukuran butir serabut dari

proses intrusive dan merupakan batuan beku akibat proses plutonic seperti

granit, hanya saja batuan gabbro mempunyai kandungan silica yang lebih

rendah dan tidak mengandung mineral kuarsa, alkali feldspar dan hanya

mengandung mineral plagioklas yang sering dijumpai berwarna gelap

dengan kandungan kalsium yang tinggi. Mineral mineral gelap lainnya yang

sering terdapat pada batuan ini adalah amphibole, pyroxene dan kadang

kadang juga biotite, olivine, magnetite, ilmenite dan apatite. Proses erupsi

yang dialami gabbro sama seperti dengan yang dialami batuan Basalt.

Mineral mineral utama pembentuk batuan Gabbro adalah hornblende,

magnetite dan mineral mineral terang dari plagioklas. Gabbro adalah nama

sebuah kota di Tuscany, Italia.

b). Batuan Beku Korok

Profir Granit
Profir Granit disebut dengan gang (batuan intrusi) magma yang mempunyai

susunan granit itu membeku dalam sebuah gang, maka batuan yang

terbentuk itu disebut porfiri granit yang berarti granit yang bertekstur porfiri.

Profir Diarit

Profir Diarit adalah batuan yang berpotensi menjadi batuani induk (Host

Rocks), mineralisasi logam dasar dan logam mulia yang terbentuk bersama

urat kuarsa, tersebar dan mengisi rekahan /retakan dengan ubahan

hidrotermal propilit, argilit, pilik dan potassik. Ditemukannya mineral petunjuk


epidot, diopsid aktinolit, berasosiasi dengan magnetit memberi gambaran

kearah dugaan bahwa telah terjadi proses pyrometasomatisma yang

menghasilkan mineralisasi skarn.

c). Batuan Beku Luar

Riolit

Riolit terbentuk dari pembekuan magma di dalam kerak bumi yang lazimnya

dari letupan gunung berapi. yang terbentuk daripada pembekuan magma di

luar permukaan bumi. Riolit adalah bersifat asid dan bes. Namun

sebenarnya sifat asid batuan ini bergantung kepada kandungan silika di

dalamnya. Riolit di anggap berasid apabila kandungan silikanya melebihi

66%. Riolit sering ditemukan berupa lava. Riolit bisa digunakan sebagai

bahan baku beton ringan, isolasi bangunan, plesteran, isolator temperatur

tinggi/rendah, bahan penggosok, saringan/filter, bahan pembawa (media)

dan campuran makanan ternak.


Trakhit

Batuan trakhit mempunyai warna batuan abu-abu putih kehijauan dan

mempunyai sifat batuan asam (felsik) dengan mineral penyusunnya

silikat, magnesium oksida, MnO, dan mineral penyusun lainya. Pada

batuan ini terdapat lubang- lubang gas yang terisi oleh mineral

sekundernya pada batuan ini terdapat mineral silikat, MnO,

Al2O3,Fe2O3 dan masih banyak lagi mineral penyusun lainnya.

Andesit
Andesite berasal dari Magma yang biasanya meletus dari

stratovolcanoes pada lahar tebal yang mengalir, beberapa diantaranya

penyebarannya dapat mencapai beberapa kilometer. Magma Andesite

dapat juga menghasilkan letusan seperti bahan peledak yang kuat yang

kemudian membentuk arus pyroclastic dan surges dan suatu kolom

letusan yang sangat besar. Bagian-bagian kecil yang berwarna hitam

disebut mineral biotite dan yang berwarna putih disebut potassium

feldspar Kristal terbesar dinamakan phenocryst, terbentuk jauh sebelum

lava terletuskan dan membeku, dan kristal-kristal tersebut dari

bentuknya dapat menceritakan sejarah dari proses perjalanan magma.

bertexture porphyritic.

Obsidian
Batu obsidian sebenarnya bukan batu tambang melainkan sejenis batu lahar

yang dimuntahkan dari kawah gunung api. Batu obsidian sebenarnya

bukanlah batu atau mineral, melainkan kaca natural yang terbentuk dari

hasil pendinginan lahar gunung berapi yang cepat, karena proses

pendinginannya terlalu cepat maka jarang terjadi pembentukan kristal di

dalamnya, jadi tidak ada struktur kristal di dalam batu obsidian seperti batu

mineral lain. Warnanya bening seperti kaca dan warnanya kadang-kadang

hitam mulus, merah tua, agak hijau atau abu-abu. Batu ini jarang yang

berwarna kuning atau merah putih atau biru. Batu obsidian sering ditemukan

dalam keadaan mengkilau mulus walaupun belum dipoles. Batu obsidian

terbuat dari 70% silicon dioxide bahkan lebih dan jika tercampur mineral

mineral tertentu warnanya akan berubah. Batu obsidian mempunyai nilai

keras 5-5.5 berdasarkan daftar keras Mohs dan termasuk batu mulia

tanggung.

Basalt
Batuan basalt berwarna gelap, berat, kaya akan besi dan sedikit akan

kandungan mineral silika batuan vulkanik, yang biasanya membentuk

lempeng samudera di dunia. Mempunyai ukuran butir yang sangat baik

sehingga kehadiran mineral mineral tidak terlihat. Mineral-mineral ini hanya

dapat terlihat pada jenis batuan basalt yang berukuran butir kuarsa, yaitu

jenis dari batuan basalt yang bernama gabbro gelembung-gelembung dari

gas karbon dioksida dan uap air terbentuk dan melakukan ekspansi pada

batuan yang meleleh mendekati permukaan. Pada periode yang panjang di

bawah gunung api, butiran butiran berwarna hijau dari mineral olivine keluar

dari larutan.Sehingga gelembung-gelembung dan butiran butiran tersebut

atau phenocrysts menggambarkan dua kejadian yang berbeda di dalam

pembentukan batuan basalt tersebut.


BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Batuan beku sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam

kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara

mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-

beluk mengenai batuan beku ini. Secara sederhana batuan beku adalah batuan

yang terbentuk dari pembekuan magma. Penggolongan batuan beku telah

bayak dilakukan dari dahulu hingga sekarang, namun karena tidak adanya

kesepakatan antara ahli petrologi dalam mengklasifikasikan batuan beku

mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai