Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia Nya penulis dapat menyelesaikan laporan skenario 3 yang berjudul
Overlapping Teeth pada blok XX.
Laporan skenario ini penulis susun karena merupakan sebagian tugas yang
telah diberikan dan pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada
beberapa pihak media dan drg. Ayu Kristin selaku tutor pada tutorial blok XX
yang senantiasa membantu dan membimbing dalam pembuatan laporan skenario 3
ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini pula kami susun untuk memperluas dan menambah wawasan
para pembaca khususnya mahasiswa kedokteran gigi. Untuk menunjang
pemahaman dan melatih keterampilan mahasiswa, kami lampirkan beberapa
sumber dari jurnal dan buku.
Penulis sadari dalam pembuatan laporan ini telah terdapat beberapa
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan
kepada semua pembaca agar dapat menyampaikan saran dan kritik yang bersifat
membangun guna penyempurnaan laporan tutorial ini.

Semarang, 18 November 2017

Penyusun

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 1


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................... 3
1.2. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 5
1.3. TUJUAN ................................................................................................... 5
1.4. MANFAAT ............................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7
2.1. Pengertian Overlapping Teeth ................................................................... 7
2.2. Pengertian Bibir-Incompeten ..................................................................... 7
2.3. Pengertian Disto-Oklusi ............................................................................ 7
BAB III ................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 8
3.1. Skenario ..................................................................................................... 8
3.2. Skema ........................................................................................................ 8
3.4. Perawatan Dalam Orthodontic ................................................................. 3
3.5. Perawatan Modifikasi Skeletal ................................................................ .8
3.6. Gambaran Klinis Maloklusi .................................................................... 8
3.7. Macam-Macam Retainer Dan Cara Pemakaiannya .................................. 3
3.8. Komponen Alat Orthodontic Lepasan ..................................................... 9
3.9. Indikasi Dan Kontraindikasi Alat Orthodontic Lepasan .......................... 9
3.10. Cara Pengaktifan Alat Orthodontic Lepasan............................................ 8
3.11. Keuntungan Dan Kerugian Alat Orthodontic Lepasan ............................ 8
3.12. Pertimbangan Alat Orthodontic Lepasan ................................................. 9
3.13. Macam Pergerakan Gigi ........................................................................... 9
BAB IV..................................................................................................................24
PENUTUP.............................................................................................................24
4.1. Kesimpulan..............................................................................................24
4.2. Saran........................................................................................................24

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 2


4.3. Hadits......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................25

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu ortodontik merupakan gabungan ilmu dan seni yang berhubungan
dengan perkembangan dan menegakkan atau merawat anomaly dari geligi,
rahang, dan muka serta pengaruhnya terhadap kesehatan fisik, estetik dan
mental.
Perawatan ortodontik memiliki tujuan yaitu untuk mengoreksi
maloklusi dan menempatkan gigigeligi pada posisi ideal dan seimbang
dengan tulang basalnya. Perawatan ortodontik itu sendiri harus dapat
memperbaiki fungsi oro-facial, yang terdiri dari system dento alveolar,
jaringan skeletal dan jaringan lunak yang termasuk juga otot-otot di sekitar
mulut (Nazruddin, 2009). Hasil perawatan ortodontik akan stabil apabila
mempertahankan keseimbangan dari ketiga sistem jaringan tersebut.
Peningkatan estetika dan fungsi juga dapat dilakukan, dengan tetap menjaga
kesehatan jaringan periodontal dan struktur pendukungnya tetap sehat (Conti
dkk., 2011).

Pergerakan gigi merupakan suatu basis dari perawatan ortodonti.


Untuk dapat melakukan perawatan dalam ortodonti maka harus terjadi
pergerakan gigi terlebih dahulu karena untuk mengembalikan posisi gigi yang
menyimpang ke posisi yang baik sesuai dengan oklusinya, dan untuk dapat
menggerakkangigi tersebut diperlukan alat ortodonti, yang terdiri dari dua
jenis yaitu alat lepasan dan alat cekat.

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 4


1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa saja macam-macam perawatan orthodontic ?
1.2.2. Bagaimana perawatan modifikasi skeletal ?
1.2.3. Bagaimana gambaran klinis maloklusi klas I,II,III berdasarkan Angle?
1.2.4. Apa saja macam-macam retainer dan bagaimana cara pemakaiannya ?
1.2.5. Apa saja komponen alat orthodontic lepasan ?
1.2.6. Apa saja indikasi dan kontraindikasi alat orthodontic lepasan ?
1.2.7. Bagaimana cara pengaktifan alat orthodontic lepasan ?
1.2.8. Apa saja keuntungan dan kerugian alat orthodontic lepasan ?
1.2.9. Bagaimana pertimbangan pemakaian alat orthodontic lepasan ?
1.2.10. Apa saja macam-macam pergerakan gigi ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang macam-
macam perawatan orthodontic.
1.3.2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan
modifikasi skeletal.
1.3.3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang gambaran
klinis maloklusi klas I,II,III berdasarkan Angle.
1.3.4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang macam-
macam retainer dan bagaimana cara pemakaiannya.
1.3.5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang komponen
alat orthodontic lepasan.
1.3.6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang indikasi dan
kontraindikasi alat orthodontic lepasan.
1.3.7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang cara
pengaktifan alat orthodontic lepasan.
1.3.8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang keuntungan
dan kerugian alat orthodontic lepasan.

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 5


1.3.9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pertimbangan
pemakaian alat orthodontic lepasan.
1.3.10. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang macam-
macam pergerakan gigi.
1.4. Manfaat
Kita sebagai mahasiswa calon dokter gigi dapat memahami tentang
perawatan orthodontic dengan kasus maloklusi yang meliputi macam-macam
perawatan orthodontic, perawatan modifikasi skeletal,gambaran klinis
maloklusi, macam dan cara pemakaian retainer, komponen, indikasi dan
kontraindikasi, cara pengaktifan, keuntungan dan kerugian, dan pertimbangan
pemakaian alat orthodontic lepasan, serta pergerakan gigi-geligi. Kita
diharapkan dapat melakukan treatment planning yang baik dan benar terhadap
pasien.

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 6


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Overlapping Teeth

Gigi berdesakan yang ditandai dengan adanya tumpang tindih


(overlapping) gigi-gigi yang berdekatan. Gigi berjejal merupakan keluhan
yang sering dijumpai pada pasien-pasien ortodonti dan keadaan ini bisa
menimbulkan gangguan pada penampilan seseorang, pengunyahan, serta
membersihkan gigi. Gigi berdesakan atau berjejal tersebut mengakibatkan
mudahnya terjadi karies, lesi epitel interdental, lesi periodontium dan
gangguan oklusi, yang semuanya ini saling berkaitan (Savitri, P., et al, 2014).

Suatu keadaan dimana incisiv permanen terlihat crowding pada saat


erupsi dan incisive lateral berhimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus sulung.
Keadaan ini bisa diatasi bila terdapat leeway space. Leeway space adalah
perbedaan ruangan antara lebar mesiodistal gigi caninus, molar pertama dan
kedua susu dengan caninus premolar pertama dan kedua permanen (Foster,
1982).

2.2. Pengertian Bibir-Incompeten

Bila bibir cukup panjang untuk dapat mencapai kontak bibir atas tanpa
kontraksi otot pada saat mandibula dalam keadaan istirahat disebut bibir yang
kompeten. Bila diperlukan kontrkasi otot untuk mencapai kontak bibir atas
dan bawah pada saat mandibula dalam keadaan istirahat dinamakan
bibir inkompeten.Pasien dengan bibir yang potensial untuk dapat berkontak
dengan mudah akan tetapi bibirnya membuka (tidak berkontak) dinamakan
biir yang potensial kompeten. Jadi, Lip incompetence (inkompetensi bibir)

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 7


adalah ketidakmampuan bibir untuk menutup bersama-sama saat rileks,
biasanya karena gigi depan menonjol atau wajah yang terlalu panjang.

2.3. Pengertian Disto-Oklusi

Distoklusi sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 2 yaitu


merupakan istilah dari tonjol mesiobukal molar pertama permanen rahang atas
terletak di antara tonjol mesiobukal molar pertama permanen bawah dan
premolar kedua atau tonjol distobukal molar pertama permanen atas terletak
pada lekukan bukal molar pertama permanen bawah.

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 8


BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Skenario
Overlapping Teeth
Onty, a Semarang tourism ambassador, presented to a dentist
complaining. Her uppern and lower front teeth that are overlapping each
other. The entist gave her removable orthodontic treatment option for some
reasons. Subjective examination showed that patient has a parafuctional habit
(thumb sucking) when she was in school. Objective examination showed
covex profile and incompetent lips extraorally, and protusive maxilla with
proclination of upper incisivies, distocclusion first molar relationship, overjet
6,5 mm and overbite 2,5 mm.
3.2. Skema

ORTHODONTIC

Macam Perawatan Macam Piranti Pergerakan Gigi Dalam


Ortho

Preventif Kuratif Cekat Lepasan Macam Mekanisme

Interseptif 1. Indikasi & kontraindikasi


2. Komponen
3. Keuntungan & kerugian
4. Pertimbangan
5. Retainer pasca perawatan
komponen retainer

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 9


3.3. Macam perawatan Orthodontic

3.3.1. Preventif

Perawatan ortodontik preventif adalah suatu tindakan yang dilakukan


untuk menjaga gigi agar tidak terjadi malposisi yang semestinya menjadi
oklusi normal pada waktu tertentu. Ortodontik preventif ini membutuhkan
kemampuan untuk menilai dento-fasial yang normal, perkembangan,
pertumbuhan dan penyimpangan dari arah normal. Pada perawatan ini,
diharuskan untuk menghilangkan kebiasaan yang melibatkan struktur dento-
fasial antara lain, malnutrisi, memelihara bentuk gigi dengan restorasi yang
tepat, penggunaan space maintainer setelah gigi susu tanggal sebelum
waktunya (Moyers, 1988).
Contoh perawatan :
- Edukasi pada px untuk menjaga kebersihan mulut.
- Control karies, apabila ada karies pada gigi decidui / gigi susu
yang tidak dirawat maka akan berkembang menjadi maloklusi
di kemudian hari.
- Perawatan pada gigi decidui.
- Pengelolaan gigi ankilosisi (suatu keadaan tidak terdapat
membrane periodontal diantara akar gigi dan tulang, sehingga
gigi langsung melekat pada tulang).
- Pencegahan gangguan oklusi bila ada prematur kontak (kondisi
dimana gigi terlalu cepat berkontak sehingga mengganggu
mandibular dan Temporo Mandibula Joint atau TMJ).
- Pencabutan gigi yang berlebihan atau supernumerary teeth
pada masa gigi decidui.
- Penggunaan space maintence.
- Pengelolaan gangguan erupsi molar.
- Pengelolaan adanya frenulum yang abnormal.

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 10


3.3.2. Interseptif

Menurut American Association of Orthodontists dalam ortodontik


interseptif, untuk menangani kondisi maloklusi atau malformasi gigi untuk
menciptakan perkembangan yang normal. Langkah-langkah pencegahan
tersebut adalah mengontrol karies, anatomi restorasi gigi, pemeliharaan ruang,
koreksi kebiasaan buruk, kelainan genetik dan kongenital, dan pengawasan
tanggalnya gigi desidui. Prosedur dalam bidang ortodontik preventif dan
interseptif terlihat saling berhubungan, oleh karena itu keduanya tidak bisa
terpisahkan. Pada ortodontik interseptif sudah terjadi adanya maloklusi atau
malformasi gigi untuk ditangani sedangkan pada ortodontik preventif
ditujukan untuk mencegah maloklusi atau malformasi (Moyers, 1988).
Contoh perawatan interseptif :
- Serial ekstraksi
- Koreksi crossbite
- Kontril orthodontic bad habbit
- Penggunaan space regaining
3.3.3. Kuratif
Ortodontik kuratif sama seperti ortodontik interseptif, sudah terjadi
adanya maloklusi dan kebutuhan untuk menghilangkan gejala dan
permasalahannya. Prosedur yang digunakan dalam ortodontik kuratif dapat
berupa mekanik, fungsional, dan pembedahan (Moyers, 1988).
3.4. Perawatan Modifikasi Skeletal

3.4.1. Activator

Activator adalah plat fungsional yang digunakan pada masa


pertumbuhan ntuk mengoreksi maloklusi klas II Angle yang disebabkan oleh
defisiensi mandibular. Efek fungsional :

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 11


1. percepatan pertumbuhan mandibular
2. menghambat pertumbuhan mandibular
3. incisivus atas tiping ke belakang
4. incisivus dan seluruh gigi mandibular tipping ke depan (efek elastic
klas II)
5. Gigi tetap dapat erupsi (rotasi bidang oklusal)
Perawatannya membutuhkan waktu 2-3tahun pre pubertal

3.4.2. Head Gear

Head gear merupakan perawatan ekstra oral pada masa pertumbuhan


yang digunakan untuk mengoreksi maloklusi skeletal dengan pertumbuhan
maksila vertikaldan horizontal secara berlebihan. Pada perawatan head gear
dibutuhkan hambatan namun mandibular juga dapat tetap berkembang.
Pemakaian alat ini membutuhkan waktu 12-16 jam per hari.

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 12


3.4.3. Rapid Palatal Ekspansion

Rapid Palatal Ekspansion diindikasikan pada kasus kubah palatum


yang sempit (kelainan pertumbuhan maksila ke arah transversal). Mampu
menghasilkan ekspansi sebanyak 10 mm (8 mm untuk pembukaan sutura dan
2 mm untuk pergerakan gigi) dengan 0,5 1 mm per hari. Retensi pemakaian
selama 3-4 buln.

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 13


3.4.4. Face Mask

Face mask diindikasikan untuk menstimulasi pertumbuhan sutura


kedepan (diindikasikan pada kasus defisiensi pertumbuhan maksila kea rah
verticohorisontal).

3.4.5. Chin Cup

Chin cup merupakan perawatan ekstra oral yang bertujuan agar dagu
bebas berotasi ke bawah dan belakang, gigi erupsi, dan terjadi perpanjangan

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 14


wajah, penonjolan dagu berkurang. Perawatan ini diindikasikan pada kasus
pertumbuhan mandibular yang berlebihan.

3.5. Gambaran Klinin Maloklusi Klas I, II, III, Berdasarkan Angle

Klasifikasi maloklusi menurut angle adalah kalsifikasi yang paling


banyak digunakan di dunia meskipun mempunyai beberapa kekurangan.
Klasifikasi angle didasarkan relasi molar pertam permanen dalam jurusan
sagittal. Klasifikasinya dalah maloklusi kelas I, maloklusi kelas II devisi I,
maloklusi kelas II devisi II, dan maloklusi kelas III. Maloklusi kelas I tidak
mempunyai gambaran klinis yan spesifik, sedangkan maloklusi selain kelas I
mempunyai gambaran klinis yang spesifik. Meskipun telah dibantu dengan
analisis sefalometri suatu kasusu kadang kadang tetap tidak bisa digolongkan
secara tepat dalam salah satu kelas menurut klasifikasi angle. Klasifikasi
hanya memudahkan untuk mengingat suatu maloklusi sedangkan perawatan
tidak ditujukan pada kelas tertentu tetapi berdasarkan keadaan pasien.

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 15


3.5.1. Kelas I Angle

Maloklusi dengan keadaan molarpertama permanen bawah setengah


lebar tonjol lebih mesial terhadap molar pertama permanen atas. Relasi
lengkung semacam ini biasa disebut dengan istilah neutoklusi. Kelainan yang
menyertai dapat berupa gigi berdesakan, proklinasi, gigitan terbuka anterior,
dan lainnya.

3.5.2. Kelas II Angle

Lengkung bawah minimal setengah lebar tonjol lebih posterior dari


relasi yang normal terhadap lengkung geligi atas dilihat pada relasi molar.
Relasi seperti ini biasa disebut dengan istilah distoklusi. Pada maloklusi klas
II Angle ini terbagi menjadi dua divisi menurut inklinasi incisivus atas, yaitu :

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 16


Maloklusi klas I divisi 1 yaitu insisiv atas proklinasi atau meskipun
insisiv atas inklinasi normal tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang
bertambah.
Maloklusi klas II divisi 2 yaitu insisiv sentral atas retroklinasi.
Kadang-kadang insisivi lateral proklinasi, miring ke mesial atau rotasi
mesiolabial. Jarak gigit biasanya dalam batas normal tetapi kadang-kadang
sedikit bertambah. Tumpang gigit bertambah. Dapat juga keempat insisivi
atas retroklinasi dan kaninus terletak di bukal.

3.5.3. Kelas III Angle

Lengkung bawah setidak-tidaknya satu lebar tonjol lebih ke mesial


daripada lengung geligi atas bila dilihat dari relasi molar pertama permanen.
Relasi lengkung semacam ini biasa disebut dengan mesioklusi. Relasi anterior
menunjukkan adanya gigitan terbalik.

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 17


Modifikasi Dewey dari Klasifikasi Angle.
Dewey memperkenalkan modifikasi dari klasifikasi maloklusi Angle.
Dewey membagi Klas I Angle ke dalam lima tipe, dan Klas III Angle ke dalam 3
tipe.
a. Modifikasi Dewey Klas I.
Tipe 1 : maloklusi Klas I dengan gigi anterior yang crowded.
Tipe 2 : maloklusi Klas I dengan insisiv maksila yang protrusif.
Tipe 3 : maloklusi Klas I dengan anterior crossbite.
Tipe 4 : maloklusi Klas I dengan posterior crossbite.
Tipe 5 : maloklusi Klas I dengan molar permanen telah bergerak ke mesial.
b. Modifikasi Dewey Klas III.
Tipe 1 : maloklusi Klas III, dengan rahang atas dan bawah yang jika dilihat
secara terpisah terlihat normal. Namun, ketika rahang beroklusi pasien

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 18


menunjukkan insisiv yang edge to edge, yang kemudian menyebabkan
mandibula bergerak ke depan.
Tipe 2 : maloklusi Klas III, dengan insisiv mandibula crowded dan memiliki
lingual relation terhadap insisiv maksila.
Tipe 3 : maloklusi Klas III, dengan insisiv maksila crowded dan crossbite
dengan gigi anterior mandibula.
3.6. Macam dan Cara Pemakaian Retainer

Tipe retainer yang akan digunakan tergantung pada berbagai macam


faktor seperti, tipe maloklusi yang dirawat, kebutuhan estetik, kebersihan
rongga mulut pasien, kerja sama pasien, durasi dari retensi , dan lainlain.
Menurut Graber (2000,322) telah mengajukan kriteria tertentu yang harus
dimiliki sebuah retainer yang baik, yaitu: Retainer harus dapat
mempertahankan posisi baru setelah semua gigi digerakkan antara lain:

a. Retainer harus dapat memberikan akses kepada tekanan fungsional untuk


dapat bergerak bebas pada penahan gigi.

b. Retainer harus mudah dibersihkan dan bisa menjaga kebersihan rongga


mulut.

c. Sedapat mungkin retainer tidak mencolok.

d. Cukup kuat untuk menahan pemakaian sehari-hari.2 Menurut Bennet


(2002,213) bentuk retainer sangat bervariasi dan dapat dimodifikasi sehingga
banyak sekali macamnya. Retainer dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu retainer
lepasan dan retainer cekat.

1. Retainer Lepasan

Merupakan alat pasif yang dapat dilepas dan dipasang oleh pasien
sendiri. Untuk itu ketaatan pasien sangat menentukan keberhasilan alat ini.

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 19


Hawley retainer didesain oleh Charles Hawley pada tahun 1920. Merupakan
retainer lepasan yang paling sering digunakan. Retainer Hawley klasik terdiri
dari klamer pada gigi molar dan busur labial yang terbentang dari gigi kaninus
ke kaninus dengan loop yang dapat disesuaikan. (Pinkham JR,1994:372)

a. Begg Retainer
Begg retainer ditemukan dan dipopulerkan oleh P. R. Begg.
Alat ini terdiri dari busur yang memanjang sampai molar terakhir,
melengkung ke palatal di bagian molar terakhir dan menempel
pada plat akrilik. Keuntungan retainer ini adalah tidak adanya
kawat yang terlalu berlebih sehingga bisa mengeliminasi resiko
adanya ruang yang terbuka atau diastema.
b. Clip on Retainer atau Spring Aligner
Spring aligner atau spring retainer didesain khusus untuk
digunakan pada region anterior. Alat ini dibuat dari kawat yang
memanjang dari gigi insisif kemudian melewati celah antara gigi
kaninus dan gigi premolar lalu membelok ke permukaan lingual.
Baik busur labial dan lingual ditempelkan di sebuah plat akrilik
tipis. Alat ini biasa digunakan untuk mengkoreksi kelainan gigi
rotasi yang sering terlihat di regio anterior rahang bawah.
c. Removable Wraparound Retainer
Retainer ini merupakan versi kelanjutan dari spring aligner
yang menutupi seluruh gigi. Terdiri dari kawat yang melewati
sepanjang permukaan labial juga lingual seluruh gigi yang telah
erupsi yang menempel pada strip akrilik. Retainer wraparound
lebih estetik tetapi tidak nyaman dipakai dibandingkan Hawley
retainer, serta tidak efektif untuk mengkoreksi kasus overbite. Satu
lengkung penuh retainer wraparound diindikasikan untuk kasus
kerusakan jaringan periodontal sebagai splinting.

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 20


d. Keslings Tooth Positioner
Tooth positioner pertama kali dikembangkan oleh H. D
Kesling pada tahun 1945. Terbuat dari bahan karet termoplastik
yang menutupi mahkota dan sebagian dari gingiva. Tooth
positioner tidak perlu diaktifasi setiap waktu dan tahan lama.
Kekurangannya adalah membuat pasie sulit untuk berbicara dan
resiko terjadinya masalah TMJ. (Profit 2007,465) .
e. Rickets Retainer
Dikembangkan oleh Rickets, hamper sama dengan Hawley
retainer kecuali kawat pada bagian labial bermula dari palatal
kemudian melewati interproksimal antara gigi insisif kedua dan
kaninus. Busur labial melengkung ke arah distal kaninus menuju
ke mesial. Retainer ini juga baik untuk pasien dengan kasus
pencabutan (Mc Namara 2001, 477).
f. Van Der Linden Retainer
Popular di Eropa, dikembangkan oleh Frans van der Linden
dari Netherland. Retainer ini hampir sama dengan Hawley retainer
dengan modifikasi busur labial pada gigi kaninus dalam oklusi
sentrik. Gigi anterior harus berkontak dengan palatum dan gigi
premolar serta molar harus beroklusi tanpa gangguan. Cengkram
pada gigi molar terakhir dapat digunakan untuk menggeser molar
kedua yang berada di bukal ke arah mesial dan palatal. (Bennet
2002, 322).
g. Invisible retainer/Vacuum Former Retainer
Pertama kali dikembangkan oleh Hendry Nahoum pada tahun
1950, kemudian oleh Rober Poniz dari Michigan. Jenis retainer ini
terbuat dari Bioacryl yang tipis atau bahan lain serupa, yang
kemudian dipanaskan dan dicetak dengan daya hisap atau tekanan
pada model kerja dari gigi pasien (Mc Namara 2001,354).

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 21


Invisible retainer merupakan retainer yang menutupi seluruh
mahkota klinis dan sebagain jaringan gingiva. terbuat dari
lembaran termoplastik transparan ultra tipis menggunakan mesin
Biostar. Retainer ini tidak mencolok dan diterima dengan baik oleh
pasien.
2. Retainer cekat
Alat cekat yang digunakan untuk koreksi ortodonti dapat ditinggalkan
ditempatnya sebagai retainer.
a. Banded Canine to Canine Retainer
Tipe retainer ini biasanya digunakan pada regio anterior
bawah. Kaninus dipasang band dan kawat tebal dibentuk mengikuti
aspek lingual gigi kemudian disolder di band gigi kaninus. Band
yang terpasang di gigi kaninus menyebabkan kebersihan rongga
mulut menjadi buruk dan tidak estetik (Profit 2007:485).
b. Bonded Lingual Retainer
Merupakan retainer yang diikat di permukaan lingual gigi.
Kawat stainless steel atau kawat Elgiloy biru ditempatkan di lingual
mengikuti kurvatur anterior. Bagian ujungnya diletakkan di kaninus
kemudian di bonding. terlihat pada gambar 5. Selain itu bonded
lingual retainer dapat juga diletakkan di rahang atas setelah
perawatan diastema antara gigi insisif sentral. Retainer akan
mencegah kembali celah di antara gigi insisif sentral rahang atas.
Kawat harus disesuaikan sehingga bisa diletakkan dekat cingulum
agar tidak menyentuh kontak oklusal. Alternatif lain adalah
menggunakan kawat padat yang dibuat tidak melewati daerah
interproksimal sehingga pasien dapat melakukan flossing dengan
benang gigi.
c. Band dan Spur Retainer

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 22


Retainer tipe ini digunakan pada kasus dengan satu gigi yang
dirawat secara ortodonti terutama untuk mengkoreksi rotasi atau
untuk labio-lingual displacement. Gigi yang sudah digerakkan telah
di band dan di spur disolder pada band sehingga mengikat gigi-gigi
di sampingnya.

3.7. Komponen Alat Orthodontic Lepasan

1. Plat dasar / base plate.


2. Komponen retentive (Klamer/klasp, kait/hook, busur labial/labial
arch).
3. Komponen aktif (Pir-pir pembantu, busur labial, ksrup ekspansi, karet
elastis/rubber elastic).
4. Komponen pasif (Busur lingual, peninggi gigitan).
5. Komponen penjangkar (Verkeilung, busur labial dalam keadaan tidak
aktif klamer-klamer dan modifikasinya).

3.8. Indikasi Dan Kontraindikasi Alat Orthodontic Lepasan

3.8.1. Indikasi

- Maloklusi yang disebabkan kelainan letak gigi pada rahang


(maloklusi Angle klas I, II, III)
- Maloklusi Angle klas I dengan gigi berjejal (crowding)
- Maloklusi Angle klas II dengan gigi renggang (spacing)
- Maloklusi Angle klas II dengan gigi anterior maju (protusif)
- Maloklusi Angle klas II tipe dental
- Maloklusi Angle klas III tipe dental

3.8.2. Kontraindikasi

- Maloklusi Angle dengan tipe skeletal

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 23


3.8. Cara Pengaktifan Alat Orthodontic Lepasan

3.9. Keuntungan Dan Kerugian Alat Orthodontic Lepasan

3.9.1. Keuntungan

- Maloklusi yang memerlukan pergerakan tipping sederhana akan


cukup baik
- Dapat menggerakkan beberapa gigi terutama tipping dan
mengurangi tumpang gigit.
- Pengontrolan lebih mudah karena piranti ini dapat dilepas pasang
oleh pasien, sehingga kebersihan gigi dan mulut dapat dijaga.
- Piranti orthodonsiini relative lebih murah daripada piranti
orthodontic cekat.
- Apabila terjadi kerusakan pada saat pemakaian alat orthodotik
lepasan ini dapat dilepas sendiri oleh pasien dan dapat langsung
dibawa ke dokter gigi yang bersangkutan untuk diperbaiki.

3.9.2. Kerugian

- Piranti lepasan hanya bias memberikan pergerakan gigi-geligi


yang terbatas.
- Gerakan utama yang diperoleh adalah gerakan tipping sedangkan
gerakan bodily atau gerakan torqueing apical sulit didapatkan dara
piranti ini sehingga tidak mungki diperoleh dengan mengginakan
piranti ini.

3.10. Pertimbangan Alat Orthodontic Lepasan

1. Etiologi atau penyebab maloklusi


2. Tipe muka atau profil wajah pasien

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 24


3. Kooperatif pasien
4. Kepentingan estetik pasien
5. Studi radioloi
6. Pergerakan gigi yang dibutuhkan

3.11. Pergerakan Gigi-Geligi

Makalah Tutorial Skenario 3 Blok 20 SGD 4 Page 25

Anda mungkin juga menyukai