Anda di halaman 1dari 14

BAB 5

Lingkungan Akuntansi dan


Pengambilan Keputusan

Pendahuluan
Keberadaan ilmu akuntansi pada dasarnya karena
adanya kebutuhan dari lingkungan ekonomi, yakni berkaitan
dengan pertanggungjawaban keuangan entitas dan
pengambilan keputusan para pihak yang berkepentingan
terhadap entitas tersebut. Salah satu lingkungan ekonomi
yang diyakini banyak membutuhkan keputusan adalah bursa
sekuritas. Dalam bab ini diungkapkan bagaimana
pengambilan keputusan di bursa Keberadaan ilmu akuntansi
pada dasarnya karena adanya kebutuhan dari lingkungan
ekonomi, yakni berkaitan dengan pertanggungjawaban
berkaitan dengan akuntansi, juga berbagai teori mengenai
pengambilan keputusan.

Lingkungan Ekonomi
Menurut FASB, pelaporan keuangan harus mampu
menyediakan informasi yang membantu investor, kreditur,
dan pihak lainnya dalam memperkirakan jumlah, waktu, dan
ketidakpastian prospek arus kas masuk di masa depan terkait
dengan entitas. Daftar para pengambil keputusan bisa
panjang, di dalamnya termasuk:
- pemilik perusahaan yang mengharapkan dividen,
- pemberi pinjaman yang mengharapkan pembayaran bunga
dan pokok
- supplier yang mengharapkan pembayaran
- pegawai dan manajemen yang mengharapkan gaji
Untuk memenuhinya, perusahaan harus mampu
menghasilkann kas yang cukup. Artinya keberadaan
perusahaan dibutuhkan tidak hanya oleh pemilik perusahaan
sebagai shareholder melainkan juga oleh semua pihak yang
memiliki kepentingan atas perusahaan, yakni stakeholders.
Para pihak yang heterogen ini diklasifikasikan menjadi 5
kelompok besar oleh Profesor William Beaver dari Stanford, sebagai
berikut:
I. Investor
A Terdiversifikasi dan tidak
.
Investor di suatu bursa ada yang beragam dalam
berbagai hal (kemampuan menganalisis keuangan,
kemampuan secara ekonomi, tingkat emosi, dll.)
tetapi ada juga bursa yang tidak terlalu beragam
pelaku pasarnya.
B Aktif dan non aktif
.
Investor yang aktif akan memutuskan pembelian atau
penjualan setiap saat berdasarkan kemauannya,
investor demikian akan memantau semua informasi
yang tersedia. Sedangkan investor yang pasif
cenderung tidak terlalu reaktif terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di pasar.
C Profesional dan non profesional
.
Investor yang profesional memiliki kemampuan dalam
memahami dan meramu berbagai informasi sebagai
dasar pengambilan keputusan. Namun investor
nonprofesional cenderung hanya mengikuti arus dan
tidak melakukan analisis atas berbagai informasi yang
ada.
II. Information intermediaries/perantara informasi
A Financial Analyst
B Bond and Stock Rating Agencies
C Investment Advisory Services & Brokage Firms
III. Para pembuat peraturan
A FASB
B SEC
.
C Kongres
IV. Manajemen
A Perusahaan besar dan kecil
Perusahaan besar memiliki aktivitas yang umumnya
akan lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil,
dan punya kemampuan lebih baik dalam
menyediakan database yang dibutuhkan untuk
menghasilkan informasi akuntansi yang baik.
Perusahaan kecil seringkali lebih kesulitan dalam
menangani database, dan bukan tidak mungkin
memiliki kerumitan yang lebih tinggi dalam hal
aktivitasnya.
B Perusahaan go publik dan privat
Perusahaan go publik tentunya mendapatkan tekanan
dari para regulator maupun investor untuk
menyediakan informasi akuntansi yang dibutuhkan
pengguna. Sementara pada perusahaan milik pribadi,
umumnya pemilik ikut terlibat dalam aktivitas
perusahaan sehingga pada dasarnya pemilik sudah
mengetahui kondisi perusahaan tanpa perlu terlalu
tergantung pada informasi akuntansi.
V. Auditor
A Kantor Akuntan Publik Lokal dan Internasional
B Praktik di Bursa dan tidak berijin praktik di bursa.

Bursa Sekuritas
Salah satu lingkungan ekonomi yang membutuhkan
informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan adalah
bursa sekuritas. Akuntan banyak melakukan penelitian
dengan menggunakan bursa sekuritas sebagai obyeknya,
karena di pasar ini harga-harga dapat dipantau dengan lebih
mudah. Seringkali penelitian akuntansi yang dilakukan adalah
mencoba melihat bagaimana dampak suatu kebijakan
akuntansi yang ditetapkan dapat mempengaruhi reaksi para
investor dalam mengambil keputusan, dimana reaksi tersebut
dapat dilihat pada pergerakan harga saham. Hal ini
diharapkan akan dapat memberikan umpan balik bagi
akuntan untuk terus berupaya menyediakan informasi sesuai
dengan kebutuhan investor dalam pengambilan keputusan.
Berbagai penelitian yang dilakukan merupakan upaya
untuk mencapai tujuan akuntansi. Ada temuan yang
menunjukkan bahwa harga saham tidak saling berkaitan.
Profesor Eugene Fama dari Chicago berpendapat bahwa tidak
adanya korelasi tersebut disebabkan harga-harga di bursa
tersebut sepenuhnya mencerminkan semua informasi yang
tersedia dengan cara yang tidak bias, tidak ada informasi
relevan yang diabaikan oleh pasar. Pendapat ini dikenal
dengan Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market
Hypothesis/EMH). Secara teoritis kondisi yang memadai untuk
dapat terjadinya EMH adalah:
1. Tidak ada biaya transaksi dalam perdagangan sekuritas
2. Semua informasi tersedia secara sama rata kepada semua
pedagang tanpa biaya.
3. Semua pedagang memiliki ekspektasi yang homogen
terkait dengan informasi yang tersedia tersebut.
Menurut pendapat Profesor Eugene Fama, jenis pasar
efisien terbagi ke dalam 3 bentuk, yakni:
1. EMH bentuk lemah:
Dalam pasar ini, harga-harga sekuritas sepenuhnya
mencerminkan informasi yang berasal dari harga-harga
historis saja. Dalam pasar ini informasi tidak begitu
diperhatikan karena perubahan harga terjadi secara acak
tanpa pola tertentu terkait informasi.
2. EMH bentuk kuat:
Bentuk ini menyatakan bahwa semua informasi yang
relevan tercermin dalam harga-harga sekuritas, termasuk
di dalamnya yang disebut sebagai insider information.
Penggunaan insider information dalam pengambilan
keputusan di bursa dapat mengakibatkan harga yang tidak
wajar.
3. EMH bentuk semi kuat:
Semua informasi yang relevan digunakan dalam
pengambilan keputusan di pasar bentuk ini, baik informasi
masa lalu maupun informasi yang tersedia saat sekarang,
kecuali insider information.

Ketiga bentuk EMH tersebut memberikan pandangan bagi


akuntan terkait andil informasi akuntansi dalam proses
pengambilan keputusan yang terjadi di bursa. Pasar bentuk
lemah menandakan tidak digunakannya informasi akuntansi,
perlu ditelaah mengapa tidak digunakan, apakah karena
memang tidak tersedia, atau karena tidak berkualitas
informasinya. Pada pasar bentuk kuat, perlu dipertanyakan
apakah informasi akuntansi tidak tersedia secara memadai,
kurang transparan, atau kurang berkualitas, sehingga pelaku
bursa masih mencari insider information untuk pengambilan
keputusan. Dalam bursa bentuk semi kuat, semua informasi
tersedia dan digunakan dalam pengambilan keputusan,
masalahnya apakah memang informasi akuntansi yang
digunakan atau informasi lain? Karena informasi yang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan tidak semata-mata
hanya informasi akuntansi. Penelitian juga membuktikan
bahwa investor tidak akan tertipu oleh accounting
gimmick, artinya perubahan2 metode akuntansi tidak akan
sampai mempengaruhi harga.
EMH menjelaskan dampak informasi yang relevan
terhadap harga sekuritas. Banyak model yang dibuat untuk
memprediksi harga sekuritas. Salah satu model yang
dikembangkan oleh profesor John Lintner, Jan Mossin, William
Sharpe dan beberapa orang lain adalah Capital Asset Pricing
Model (CAPM) yang memiliki sedikit parameter tetapi
menghasilkan prediksi yang cukup akurat. Selain itu, William
Sharpe juga menyusun suatu model pasar yang dibuat oleh
mentornya Harry Markowitz, yang menunjukkan faktor yang
mempengaruhi return dan risiko sekuritas secara individual.
Risiko terbagi menjadi risiko sistematis yang berkaitan dengan
pasar, dan risiko non-sistematis yang spesifik terkait dengan
perusahaan secara individu. Baik Market Model maupun CAPM
membutuhkan faktor risiko dan return untuk menghitungnya.
Akuntansi secara langsung dapat menyediakan angka return,
tetapi tidak dapat secara langsung memberikan angka risiko
(). Namun risiko tetap harus tercermin dalam laporan
keuangan perusahaan.

Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fokus akhir dari
penyediaan informasi akuntansi. Untuk dapat memenuhi
tujuan tersebut, kita perlu mempelajari bagaimana suatu
pengambilan keputusan dilakukan. Pada bagian ini
pengambilan keputusan akan ditinjau dari sudut pandang
pendekatan preskriptif, deskriptif dan etis.

A. Pendekatan Preskriptif
Pendekatan preskriptif melihat bagaimana seharusnya
suatu keputusan dilakukan. Artinya memandang dari sisi
teoritis proses pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:
a. Analisis Parsial
Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara membuat
model-model secara parsial, melakukan analisis sebagian-
sebagian dari keseluruhan masalah yang ada. Analsis ini
banyak menggunakan rumus-rumus yang dikembangkan
oleh pakar keuangan, rumus yang rumit belum tentu
menghasilkan hasil yang terbaik. Pemilihan rumus
biasanya juga tergantung pada kebiasaan, pada apa yang
diketahui oleh manajer dari bangku kuliah, yang kemudian
diturunkan ke bawahannya.

b. Choice Theory
Dalam teori pengambilan keputusan ini, para pengambil
keputusan memiliki seperangkat skenario yang disusun
berdasarkan semua informasi yang dia miliki, untuk
kemudian memilih salah satu skenario beserta
konsekuensinya. Umumnya yang dipilih adalah skenario
dengan utilitas (kegunaan) yang paling tinggi/optimal.
Seringkali skenario ini memasukkan informasi ekonomi
dengan berbagai probabilitasnya. Misalnya antara pilihan
menyimpan uang di bank dan di dana keuangan, berapa
yang akan dihasilkan jika kondisi ekonomi naik atau jika
kondisi ekonomi turun, berapa besar kemungkinan
ekonomi naik atau turun, dst. Pada akhirnya pemilihan
skenario juga akan tergantung pada pengambil keputusan,
apakah dia bersifat risk lover, risk averse, atau risk-
neutral.
c. Agency Theory
Teori agensi memperluas model dari hanya satu individu
yang melakukan pengambilan keputusan, menjadi dua
individu, yakni agent dan principal. Dapat dikatakan
bahwa agent adalah manajer perusahaan, sementara
principal adalah pemilik perusahaan.
Pemilik perusahaan merupakan para evaluator informasi,
semantara para agent merupakan para pengambil
keputusan. Para evaluator informasi diasumsikan
berkewajiban memilih sistem informasi yang pada
akhirnya akan mengarahkan para pengambil keputusan
(agent) untuk mengambil keputusan yang memenuhi
kepentingan principal.
Dalam teori agensi terdapat kondisi asimetri informasi,
yang berfokus pada masalah yang diakibatkan tidak
lengkapnya informasi yang diterima oleh kedua belah
pihak.

d. Multiperson Decision Theory


Pengambilan keputusan pada teori-teori sebelumnya
berfokus hanya pada satu individu saja, bahkan pada teori
agensi, dianggap yang memiliki kepentingan atas hasil
keputusan tersebut hanya principal saja. Dalam teori ini,
pembuat kebijakan, seperti FASB, berupaya untuk
menyatukan berbagai kepentingan banyak pihak dalam
pengambilan keputusan. Berupaya merata-ratakan fungsi
utilitas individu. Hal ini tidak mudah, sebagaimana yang
ditunjukkan oleh Kenneth Arrow mengenai strategi voting,
ternyata jika suara setiap individu diperhatikan dan hanya
kesempatan yang tersedia yang dipertimbangkan, maka
tidak akan terbentuk satu kelompok yang memiliki
preferensi yang sama, kecuali setiap orang tidak bersuara
atau preferensi kelompok ditentukan oleh satu individu
saja.
Artinya upaya pembuat kebijakan untuk sampai pada
fungsi utilitas yang dapat mencerminkan harapan
masyarat secara luas merupakan hal yang tidak mungkin.
Kerangka kerja konseptual akuntansi berupaya melakukan
hal ini, dimulai dengan menyusun sejumlah besar
pengguna potensial, seperti investor, kreditur, manajer,
pemerintah, pegawai, dan publik. Kemudian mereka
mengungkapkan bahwa para pengguna ini memiliki
kepentingan yang homogen berkaitan dengan
pengambilan keputusan investasi.

B. Pendekatan Deskriptif
Pendekatan deskriptif berupaya menjelaskan bagaimana
sebenarnya suatu proses pengambilan keputusan
dilakukan. Dua hal yang harus disadari adalah adanya dua
pihak yang terlibat dalam proses ini, yakni: 1) pihak
perusahaan yang memutuskan informasi apa yang akan
dilepas ke publik, dan 2) bagaimana individu yang
menerima informasi memproses informasi tersebut untuk
mengambil keputusan.

1. Kebijakan Pelaporan Perusahaan


Pada batas tertentu memang keputusan mengenai apa
yang harus diungkapkan dalam pelaporan keuangan
telah ditetapkan oleh para pembuat peraturan (FASB),
namun masih terdapat alternatif yang subjektif pada
pilihan manajemen. Dalam melepaskan informasi
keuangan perusahaan, terdapat berbagai hal yang
menjadi pertimbangan manajemen. Di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Kontraksi antara manajemen dan owner
Kontraksi atau tarik menarik kepentingan antara
manajemen dan pemilik terkait erat dengan teori
agensi, dimana pemilik mengharapkan keputusan
yang diambil para manajernya memberikan yang
terbaik bagi kepentingan owner, tetapi ternyata tidak
selalu demikian adanya. Misalnya, manajer yang
diberi bonus berdasarkan angka laba yang diperoleh
perusahaan punya kecenderungan untuk
memanipulasi peraturan dan mengambil keputusan
yang akan memberikan keuntungan baginya.
Misalnya dengan mengambil metode penyusutan
garis lurus dan bukannya metode penyusutan beban
menurun, agar laba yang dihasilkan menjadi lebih
besar. Ini sering diistilahkan sebagai bonus plan
hypothesis.
b. Kontraksi antara manajemen dan kreditur
Kebutuhan perusahaan untuk beroperasi dan
berekspansi seringkali membutuhkan dana atau
modal tambahan. Untuk meminta tambahan modal
dari pemegang saham/owner seringkali tidak mudah
karena keterbatasan dana individu owner. Oleh
karena itu manajemen cenderung untuk mencari
dana dari kreditur. Namun kreditur akan
memperhatikan rasio-rasio keuangan tertentu,
misalnya rasio likuiditas (current asset dibandingkan
dengan current liability) atau rasio Debt to Equity.
Dalam kondisi kebutuhan akan dana dari kreditur,
manajemen mungkin akan mengupayakan tampilan
laporan keuangan yang menghasilkan rasio-rasio
yang baik. Misalnya mengklasifikasikan investasi
jangka panjang menjadi jangka pendek atau liabilitas
jangka pendek menjadi jangka panjang untuk
meningkatkan rasio likuiditas atau melakukan off-
balance sheet financing. Kondisi ini sering disebut
debt/equity hypothesis.
c. Kontraksi antara manajemen dan masyarakat
Perusahaan yang kecil cenderung ingin membesar-
besarkan diri karena membutuhkan perhatian agar
lebih mudah dalam mendapatkan dana pinjaman.
Namun perusahaan yang besar justru cenderung
untuk mengecilkan diri karena khawatir akan sorotan
pihak pajak dan pihak politik yang ingin
memanfaatkan perusahaan untuk mendukung partai
tertentu. Kondisi ini disebut sebagai Size
Hypothesis.

2. Analisis Keuangan Individu


Bagaimana seseorang memproses informasi yang
diterimanya untuk mengambil keputusan merupakan
perhatian dari para peneliti akuntansi. Apakah investor
yang rumit menggunakan informasi yang berbeda dari
investor sederhana? Pada taraf tertentu, individu yang
memproses informasi dapat kehilangan orientasi dan
tidak mampun menyerap lagi informasi yang
diterimanya untuk menghasilkan keputusan, tingkat ini
disebut dengan information overload.
Individu juga memiliki kecenderungan tertentu dalam
melakukan analisis, yakni yang disebut sebagai berikut:
a. Anchoring
Hasil observasi menunjukkan individu cenderung
memilih sepotong informasi khusus sebagai titik
awal, kemudian menggunakan informasi yang
tersedia akan melakukan penyesuaian-penyesuaian
untuk membentuk prediksi.
b. Functional Fixation,
Sebagai hasil dari anchoring, individu jadi
menunjukkan sikap dimana dia akan mengasumsikan
simbol atau rasio2 keuangan yang mereka gunakan
untuk melakukan pengambilan keputusan di masa
lalu memiliki makna yang tetap, tanpa
memperhatikan apakah perhitungan yang dilakukan
untuk menghasilkan angka-angka tersebut sama
atau tidak.

C. Pendekatan Etis
Pendekatan etis pada dasarnya terbagi menjadi 2 aliran,
yakni aliran deontological yang berfokus pada motif untuk
mencapai tujuan akhir, dan teleological yang berfokus pada
akhir saja. Para penganut deontoligical berpendapat bahwa
jika sesuatu dilakukan dengan proses yang etis maka hasil
akhirnya juga akan etis, sedangkan penganut teleological
tidak memperhatikan proses, artinya sepanjang hasil akhirnya
baik maka dianggap hal tersebut etis.
Beberapa pendekatan etis adalah sebagai berikut:
a. Utilitarianism,
Teori ini berlandaskan pada teori teleological karena
berfokus sepenuhnya pada konsekuensi-konsekuensi
tindakan kita. Misalnya standar laporan keuangan
yang disusun diharapkan bisa memaksimumkan
kepuasan/kegunaan laporan keuangan, tapi
masalahnya sulit membandingkan utilitas individu
pengguna.
Menurut konsep Pareto Optimality, jika suatu
keputusan akan meningkatkan kemakmuran satu
pihak tanpa mengorbankan pihak lain, maka
keputusan tersebut layak diambil.
b. Human Rights,
Pendekatan ini berdasarkan pada teori deontological,
dimana dianggap perusahaan wajib untuk
menyampaikan laporan keuangannya kepada publik
karena adanya hak azasi manusia, hak untuk
mengetahui mengenai perusahaan yang berada di
lingkungannya. Keberadaan perusahaan bisa
berlangsung hanya karena diperkenankan oleh publik,
karena itu perusahaan berkewajiban memberikan
informasi kepada publik. Standar yang dibuat
diupayakan untuk dapat memberikan hak yang sama
rata kepada publik untuk mengetahui mengenai
perusahaan.
c. Justice and Fairness,
Konsep ini merupakan cabang dari deontological.
Tindakan yang benar harus dibimbing bukan hanya
oleh tujuan akhir, maupun dikarenakan adanya hak
azasi, melainkan harus dikarenakan memang pada
dasarnya tindakan tersebut adil, dengan
pertimbangan bahwa tindakan tersebut tidak
memihak. Jika diaplikasikan pada auditor, sikap tidak
memihak tersebut artinya apakah prinsip akuntansi
sudah diterapkan atau belum. Dr Scott mencoba
mencari landasan standar akuntansi dengan prinsip
berikut:
Justice perlakuan yang sama harus diterapkan
kepada semua pihak yang terkait dengan
kondisi keuangan yang tercakup dalam pos-pos
yang digunakan.
Truth pos yang dibuat tidak boleh sampai
dapat disalahartikan. Misalnya pengelompokkan
liabilitas current dan non-current harus jelas.
Fairness semua peraturan, prosedur
akuntansi, dll. Tidak boleh hanya diperuntukkan
bagi kepentingan tertentu saja. Misalnya, IFRS
saat ini cenderung dibuat untuk perusahaan
berskala besar. Karena itu muncul Standar untuk
Small Medium Enterprise (SME) di tingkat
internasional, atau Standar Akuntansi Keuangan
untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) di Indonesia.

***

Anda mungkin juga menyukai