Anda di halaman 1dari 8

YUNI TOLONG TAMBAHIN KASUS INCOMPATIBLE

DASAR TEORI

1. Darah
Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses
fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma
darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-
sel darah ada pada darah sekitar 45%.Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu
eritrosit, leukosit, dan trombosit yang berperan dalam pembekuan darah.
A. Struktur dan komposisi darah
1. Plasma Darah

Plasma darah adalah cairan darah yang berwarna kekuningan. Lebih kurang dari 92%
dari plasma adalah air, sehingga sisanya berupa garam dan molekul organik. Bahan terlarut
yang ada dalam plasma darah adalah protein plasma, garam-garam dalam, SO-24, gas-gas,
bahan makanan, garam mineral, produk limbah, bahan pengatur. Bagian plasma darah yang
berperan dalam pertahanan tubuh adalah serum. Serum mengandung beragam antibody
untuk melawan antigen. Misalnya, aglutinin untuk menggumpalkan antigen presipitinyang
dapat mengendapkan antigen.
2. Sel-sel Darah Merah

Sel darah merah (eritrosit) adalah bagian utama dari sel-sel darah. Ciri-ciri dari sel darah
merah, anatar lain bentuknya melingkar, pipih, dan cakram bikonkaf; sel yang telah matang
tidak mempunyai nukleus; berdiameter kurang dari 0,01 mm; dan elastis.hemoglobin adalah
suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai daya ikat
terhadap oksigen dankarbon dioksida dan berwarna merah. Sel-sel darah merah berasal dari
sel darah induk dan diproduksi didalam sumsum tulang merah. Sel darah merah yang
matang akan kehilangan nukleus dan memperoleh molekul Hb. Umur sel darah merah lebih
kurang 120 hari. Setelah sel-sel tersebut usang atau mati, kemudian dihancurkan didalam
organ hati/limpa dan ditelan oleh makrofag.
3. Sel-sel Darah Putih
Sel darah putih (leukosit) tidak berwarna, mempunyai nukleus, kehilangan Hb, bentuknya
tidak beraturan, dapat bergerak, dan dapat merubah bentuk.perbandingan jumlah sel darah
putih dengan sel darah merah adalah 1:700.Fungsi utama leukosit adalah memakan kuman
penyakit atau benda asing lainyang masuk kedalam tubuh. Selain itu juga sebagai
pengangkut zat lemak. Seldarah putih dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu granulosit
yang mempunyai nukleus yang banyak dan bersifat fagosit. Dan agranulosit yang hanya
mempunyai satu nukleus dan tidak seluruhnya bersifat fagosit.
4. Keping Darah
Keping darah (trombosit) berbentuk tidak beraturan, berukuran kecil, tidak berwarna
dan tidak berinti. Trombosit berfungsi untuk pembekuan darah. Keping darah berasal dari
hasil fragmentasi sel megakariosit di sumsum tulang merah. Setiap hari tubuh manusia
memproduksi rata-rata 200 miliar keping darah. Dalam darah terkandung 150-300 ribu per
mm kubik.
B. Sirkulasi Darah

Darah dipompa pada tekanan tinggi dari jantung dalam arteri. Perjalanan melalui
jaringan tipis kapiler, di mana ia dapat bertukar bahan dengan jaringan. Ini kemudian
dikumpulkan dan kembali ke jantung pada tekanan rendah dalam urat (Authory,2013)
Fungsi darah antara lain:
Sebagai alat transportasi yaitu pembawa zat-zat makanan dari sistem pencernaan
keseluruh sel tubuh
Mengangkut oksigen dari sistem pernapasan, yaitu paru-paru keseluruh tubuh;
Mengangkut sisa-sisa metabolisme, misalnya karbondioksida, dari seluruh sel tubuh ke
organ ekskresi, misalnya paru-paru.
Mengangkut hormon dari kelenjar hormon ke organ sasaran;
Memelihara keseimbangan cairan tubuh;
Mempertahankan tubuh terhadap penyakit menular dan infeksi kuman-kuman atau
antibody (oleh sel-sel darah putih);
Mengatur keseimbangan asam dan basa, untuk menghindarikerusakan-kerusakan
jaringan.

2. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah atau komponennya ke dalam sistem
pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa ditransfusikan ke dalam tubuh
seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih. Transfusi darah adalah
suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang
atau terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi. Tindakan transfusi darah atau komponennya
bukanlah tindakan tanpa risiko, sebaliknya tindakan ini merupakan tindakan yang mengandung
risiko yang dapat berakibat fatal. Komplikasi yang dapat timbul akibat transfusi darah atau
komponennya, dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu : (Anonim, 2011)
1. Reaksi imunologis,
2. Reaksi nori imunologis,
3. Penularan penyakit

3 Crossmatch

Pengertian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah
donornya yang akan di transfusikan. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pelaksanaan transfusi
darah. Uji crossmatch ini penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang
kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. (Puspita, Anila. 2012)

Crossmatching adalah proses pengujian darah pasien terhadap sampel donor potensial,
menemukan kecocokan dari kompatibilitas.Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah sel
darah merah donor bisa hidup didalam tubuh pasien, dan untuk mengetahui ada tidaknya
antibodi IgM maupun IgG dalam serum pasien (mayor) maupun dalam serum donor yang
melawan sel pasien (minor). (Imad. 2012)

Reaksi silang (Crossmatch = Compatibility-test) perlu dilakukan sebelum melakukan


transfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Pengartian
Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang
akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu atau apakah darah donor
akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau
adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya
hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi
yang biasanya membahayakan pasien.
Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu mencegah reaksi hemolitik
tranfusi darah bila darah didonorkan dan supaya darah yang ditrafusikan itu benar-benar ada
manfaatnya bagi kesembuhan pasien.

Jika pada reaksi tersebut golongan darah A,B dan O penerima dan donor sama, baik
mayor maupun minor test tidak bereaksi berarti cocok. Jika berlainan, misalnya donor
golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi
aglutinasi atau juga bisa sebaliknya berarti tidak cocok (Anonim, 2010).

Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan


penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies maupun
incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung saja. Cara dengan objek glass
kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar
saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37 oC. Lagi
pula untuk menentukan anti Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high protein
methode. Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan
garam faal dan reaksi silang pada objek glass (Anonim, 2010).

Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibody kelas IgM


yang kuat biasanya menggumpalkan eritrosit yang mengandung antigen yang relevam secara
nyata, tetapi antibody yang lemah sulit dideteksi. Banyak antibodi kelas IgG yang tak mampu
menggumpalkan eritrosit walaupun antibody itu kuat. Semua pengujian antibodi termasuk uji
silang tahap pertama menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eritrosit. Sel dan serum
kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada
permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila pendertita mengandung antibodi
dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan. Uji saring terhadap antibodi penting bukan
hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir (Yoni, Ode. 2013)

Cross match bertujuan untuk:

1. Konfirmasi jenis ABO dan Rh


2. Mendeteksi antibodi pada golongan darah lain.
3. Mendeteksi antibody dengan titer rendah atau tidak terjadi aglutinasi mudah.
4. Mencegah reaksi hemolitik tranfusi bila darah donor ditransfusikan.supaya darah yang
ditransfusikan itu benarbenar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien.

Darah donor dan pasien yang di crossmatch ini, kecuali golongan darah ABO dan
Rhesus yang kita ketahui (diperiksa lebih dahulu), kita tidak mengetahui antigen lainya yang
ada didalam sel donor dan pasien, dan kita tidak mengetahuipula adanya antibody lain
(irregular) yang complet maupun incomplete di dalam serum pasien atau plasma donor.
Dalam Cross Match ini, sesuai dengan maksudnya kita berusaha mencari semua
kemungkinan adanya semua jenis antibody complete maupun incomplete terutama yang
mempunyai arti klinis yang bisa menyebabkan Cross Match invitro tidak cocok atau
incompatible. Maka Cross Match harus kita jalankan dalam medium dan temperatur yang
berbeda, yang dalam praktiknya dikenal dengan fase 1, fase 2, dan fase 3.
Prinsip crossmatch
Pada prinsipnya Cross Match dibagi menjadi dua prosedur :
Mayor Cross Match

Merupakan bagian yang utama ( terpenting ) dalam Cross Match, yaitu


mereaksikan serum pasien dengan sel donor. Maksudnya apakah sel donor itu
akan dihancurkan oleh antibody dalam serum pasien.
Minor Cross Match

Merupakan bagian dalam Cross Match, dengan alasan antibody dalam


serum atau plasma donor akan mengalami pengenceran didalam tubuh pasien.
Pada minor Cross Match kita mereaksikan plasma donor dengan sel pasien,
dengan maksud apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor.
Fase dalam crossmatch
Test fase I Cross Match yaitu fase suhu kamar

Pada fase ini antibody complete yang akan mengaglutinasikan sel dalam
saline medium atau bovine albumin yang kebanyakan kelas Ig M bisa terdeteksi
misalnya : Tidak cocok golongan ABO, Adanya allo antibody : M, N, Lea, I, IH,
E, Adanya auto cold antibody
Tes fase II Cross Match yaitu fase inkubasi 37o C
Pada fese ini bila mediumnya bovine albumin, beberapa antibody dalam
sistem Rhesus bisa terdeteksi aglutinasi,(misalnya anti D, anti E, anti c) anti Lea
dan anti Leb. Bila mediumnya saline bisa terdeteksi aglutinasi anti E, anti Lea.
Antibody yang bersifat incomplete, dan antibodi yang belum terdeteksi
aglutinasi atau hemolisisnya pada fase II ini bisa bereaksi coated (sensitized) : anti
D, E, c, K, Fya,Fyb, Jka, S, Lea, Leb. jadi penting sekali peranan fase inkubasi
37C ini, dimana setidak-tidaknya memberi kesempatan kepada antibody untuk
mengcoatedkan sel.
Tes fase III Cross Match yaitu fase anti globulin

Pada fase ini setalah melaluo fase II, akan terdeteksi aglutinasi
incompelete antibodi yang tadi di fase II sudah mengcoated sel.
DAFTAR PUSTAKA
Kiswari, Rukman. 2010. Hematologi & Transfusi. Jakarta : Erlangga.
Wikipedia. 2015. Transfusi Darah. http://id.wikipedia.org/wiki/Transfusi_darah. Diakses
tanggal 13 Oktober 2015.
Yoni, Ode. 2013. Crossmatch. http://odeyoni.blogspot.com/2013/04/crossmatch.html.
Diakses tanggal 30 Oktober 2015

Febrianti. 2011. Transfusi..


http://mardianafebriyanti.blogspot.com/2011/12/transfusi.html. Diakses tanggal 13
Oktober 2015.

Imad. 2012. Cross Matching Blood. http://imadanalis.blogspot.com/2012/02/cross-


matching-blodd.html. Diakses tanggal 30 Oktober 2015.
Puspita, anila. 2012. Reaksi Silang Crossmatch. http://aniella-
olala.blogspot.com/2012/03/reaksi-silang-crossmatch.html. Diakses tanggal 30 Oktober
2015.
Anonim. 2011. Blood Tranfusion. http://www.mayoclinic.org/blood-transfusion (Diakses
30 September 2015)
Anonim. 2011. Masalah Transfusi Darah.
www.kalbe.co.id/.../07MasalahTransfusiDarah9.html (Diakses 30 September
2015)
Anonim. 2013. The Circulatory System,
(http://www.bbc.co.uk/schools/gcsebitesize/science/add_ocr_gateway/living_gro
wing/circulatoryrev2.shtml). Diakses pada tanggal 30 September 2015
Febriyanti, Madriana. Cross Matching (Uji Silang).
http://mardianafebriyanti.blogspot.com/2011/12/transfusi.html (Diakses 13 April 2013)
Harris, H. 1994. Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Priadi, Arif. 2009. Biologi. Jakarta: Tirta.
Sudjadi, Bagod. 2007. Biologi 1. Jakarta: Erlangga.
Suryo. 1997. Genetika Manusia Cetakan Kesembilan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai