Anda di halaman 1dari 19

I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam proses tumbuh dan berkembang,tumbuhan berinteraksi dengan lingkungan


biotik dan abiotik. Salah satu contoh interaksi tumbuhan dengan lingkungan biotik
adalah dengan jamur. Hubungan tersebut dapat saling merugikan atau saling
menguntungkan.

Salah satu hubungan mutualisme antara tanaman dengan jamur adalah mikoriza.
Penyebaran mikoriza di berbagai areal pertanaman di Indonesia sangat merata,mulai
dari daerah pantai hingga pegunungan. Namun mikoriza berkembang cukup baikdi
daerah dengan salinitas tinggi seperti di daerah pantai. Penyebaran mikoriza yang
sangat luas merupakan salah satu sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan karena
seiring semakin luasnya lahan kritis akibat jenuhnya penggunaan pupuk dan cekaman
kekeringan sehingga perlu upaya pengembangan mikoriza untuk mempertahankan
kondisi tanah agar lahan kritis tidak semakin luas.

Cekaman kekeringan yang berdampak merugikan bagi pertumbuhan tanaman


merupakan ancaman dalam budidaya tanaman terutama dalam musim kemarau yang
berkepanjangan. Perlu investasi tinggi untuk membuat sistem irigasi teknis dalam upaya
mempertahankan ketersediaan air di lahan pertanian. Oleh karena itu aplikasi mikoriza
merupakan suatu alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengatasi terbatasnya
ketersediaan air.

Penggunaan mikoriza sebagai alat bioogis dalam bidang pertanian dapat memperbaiki
pertumbuhan,produktivitas dan kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas ekosistem
tanah. Selain itu aplikasi mikoriza dapat membantu rehabilitasi lahan kritis dan
meningkatkan produktivitas tanaman pertanian,perkebunan,kehutanan pada lahan-
lahan marginal dan pakan ternak.
1.2 Rumusan Masalah

Apa pengertian dari mikoriza?

Bagaimana peranan mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman?

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi adanya pertumbuhan mikoriza?

Bagaimana aplikasi mikoriza versikular arbuskular dalam program reboisasi?

1.3 Tujuan

Untuk memahami pengertian mikoriza.

Untuk mengetahui peranan mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman.

Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi adanya pertumbuhan mikoriza.

Untuk mengetahui aplikasi mikoriza versikular arbuskular dalam program reboisasi.

II TINJAUAN PUSTAKA

Mikoriza merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara fungi dengan akar
tumbuhan tingkat tinggi,tanaman inang memperoleh hara nutrisi sedangkan fungi
memperoleh senyawa karbon hasil fotosintesis (Smith dan Read 2008). Istilah tersebut
pertama kali diperkenalkan oleh Frank pada tahun 1877 di Jerman (Brundrett 2004).
Saat ini diketahui 7 tipe mikoriza yaitu 1)arbuskular mikoriza, 2)ektomikoriza,
3)ektendomikoriza, 4)arbutoid mikoriza, 5)monotropoid mikoriza, 6)ericoid mikoriza,
7)orchid mikoriza. Pembagian ini didasarkan pada karakter-karakter 1)ada/tidaknya
septa, 2)intraseluler kolonisasi, 3)keberadaan mantel Hartig net serta 4)acrophyl (Smith
dan Read 2008).

Fungi ektomikoriza umumnya dari golongan Basidiomisetes dan Askomisetes. Beberapa


genera fungi Basidiomisetes pembentuk ektomikoriza diantaranya adalah
Amanita,Boletellus,Boletinus,Boletus,Pisolithus,Scleroderma,Suillus,Russula,dan Laccaria
(Brundrett et al.1996; Rinaldi et al.2008).

Bebrapa manfaat mikoriza bagi pertumbuhan tanaman antara lain: 1)meningkatkan


penyerapan unsur hara tanaman dari lahan tanah. Hal ini disebabkan mikoriza secara
efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur hara
mikro. Eksplorasi hifa pada media tumbuh juga lebih luas dibandingkan dengan akar
tanaman (Satomura et al.2006; Santoso et al.2007) ,meningkatkan ketahanan terhadap
kekeringan. Pada akar bermikoriza kerusakan jaringan kortek tidaka akan bersifat
permanen. Akar bermikoriza akan cepat pulih,karena hifanya masih mampu menyerap
air pada pori tanah,dan penyerapan hifa yang luas akan dapat menyerap air lebih
banyak (Querejeta et al.2003). 3)meningkatkan ketahanan terhadap serangan patogen.
Mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen
akar,perlindungan ini terjadi karena adanya lapisan hifa sebagai pelindung fisik dan
antibiotika yang dikeluarkan oleh mikoriza (Whipps.2004; Martin-pinto et al.2006;
Zatworny et al.2007) dan 4)menghasilkan beberapa zat pengatur tumbuh. Fungi
mikoriza dapat mengahasilkan hormon auksin,sitokinin,gibberelin dan vitamin yang
bermanfaat untuk inangnya (Allen et al.2003; Dell 2002). Auksin dapat berfungsi untuk
mencegah atau menghambat proses penuaan dan suberinasi akar sehingga umur dan
fungsi akar dapat diperpanjang. Manfaat lainnya ialah 5)beberapa fungi ektomikoriza
menghasilkan tubuh buah yang dapat dimakan/dikonsumsi manusia,sehingga
memberikan hasil hutan non kayu yang bernilai ekonomi dan gizi yang tinggi (Hall et
al.2003; Yamada et al.2001;2007).

III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Mikoriza

Istilah mikoriza yang berarti jamur akar pertama kali dikenalkan oleh Frank,botaniwan
Jerman pada tahun 1855,untuk menyebutkan sebagai suatu struktur yang terbentuk
sebagai hasil asosiasi jamur tanah tertentu dengan akar tumbuhan tinggi. Jamur akar ini
ditemukan Frank pada pepohonan hutan seperti pinus.

Mikoriza adalah suatu bentuk asosiasi antara jamur tanah tertentu dengan akar
tumbuhan tinggi. Fenomena ini jamur menginfeksi dan mengkoloni akar tapa
menimbulkan nekrosis sebagaimana biasa terjadi pada infeksi jamur patogen dan
mendapatkan pasokan nutrisi secara teratur dari tanaman.

Secara umum mikorizadikelompokan menjadi dua tipe yaitu ektomikoriza dan


endomikoriza. Ektomikoriza dicirikan oleh adanya miselia padat yang menyelimuti akar
dan infasi cendawan secara intersellular pada jaringan korteks akar. Sedangkan
endomikoriza dicirikan oleh adanya jaringan hifa eksternal dalam tanah dan tumbuh
secara intensif dalam sel korteks.

Secara morfologi kedua tipe mikoriza tersebut dibedakan menurut jenis tanaman dan
taxa dari cendawan yang membentuk mikoriza tersebut. Ektomikoriza di jumpai
tanaman hutan dan terutama dari anggota cendawan Ascomycetes dan basidiomycetes.
Sedangkan endomikoriza dijumpai pada tanaman perdu,rumput-rumputan,tanaman
perkubanan dan buah-buahan dan terutama dari anggota cendawan Zygomycetes.

Ciri utama yang membedakan MVA dengan cendawan pembentuk mikoriza lainnya
adalah adanya arbuscular dan vesikular. Arbuscular adalah hifa yang membentuk cabag-
cabang dalam jaringan korteks dimana melalui arbuscular inilah terjadi pertukaran hara
antara tanaman inang dengan cendawan mikoriza. Arbuscular akan lebur dan
kandungannya diserap sel inang,sedangkan vesikular adalah hifa yang mengalami
pembengkangan pada ujungnya dimana vesikular mengandung banyak lemak yang
kemudian akan ditransfer kedalam sel,oleh sebab itu vesikular dipandang sebagi organ
penyimpanan.

3.2 Peranan Mikoriza Secara Umum

Peningkatan ketahanan terhadap kekeringan

Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dari pada yang tidak
bermikoriza. Rusaknya jaringan korteks akibat kekeringan dan matinya akar tidak akan
permanaen pengaruhnya pada akar yang bermikoriza. Setelah periode kekurangan
air,akar yang bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena hifa
cendawan mampu menyerap air yang pada pori-pori tanah saat akar tanaman tidak
mampu lagi menyerap air. Penyebaran hifa yang sangat luas di dalam tanah
menyebabkan jumlah air yang diambil meningkat.

Lebih tahan terhadap serangan patogen akar

Mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perlindungan tanaman


dari patogen akar dan unsur toksik. Terbungkusnya pemukaan akar oleh mikoriza
menyebabkan akan terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akan
terhambat. Tambahan lagi mikoriza menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan
eksudat akar lainnya,sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi patogen. Dilain
pihak,cendawan mikoriza ada yang dapat melepaskan antibiotik yang dapat mematikan
patogen.

Produksi hormon dan zat pengatur tumbuh

Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa cendawan mikoriza dapat


menghasilkan hormon seperti sitokinin dan giberalin. Zat pengatur tumbuh seperti
vitamin juga pernah dilaporkan sebagai hasil metabolisme cendawan mikoriza.
Cendawan mikoriza bisa membentuk hormon seperti auksin,sitokinin dan giberalin yang
berfungsi sebagai perangsang pertumbuha tanaman.

Manfaat tambahan dan mikoriza

Penggunaan inokulum yang tepat dapat menggantikan kira-kira 50% dari kebutuhan
fosfor,40% kebutuhan nitrogen dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman lamtoro.

Perbaikan struktur tanah

Sekresi senyawa-senyawa polisakarida,asam organik dan lendir oleh jarinagn hifa


eksternal yang mampu mengikat butir-butir primer menjadi agrigat mikro. Kemudian
agregat mikro melalui proses mechanical binding action oleh hifa eksternal akan
membentuk agregat makro yang mantap. Cendawan VAM menghasilkan senyawa
glycoprotein glomalin yang sangat berkolerasi dengan peningkatan kemantapan agregat.
Faktor-faktor yang terlibat dalam pembentukan struktur adalah organisme seperti
benang-benang jamur yang dapat mengikat satu partikel lainnya selain akibat
perpanjangan dan hifa-hifa eksternal pada jamur mikoriza,sekresi dari senyawa-senyawa
polysakarida,asam organik dan lendir yang diproduksi juga oleh hifa-hifa eksternal,akan
mampu mengikat butir-butir primer/agregat mikro tanah menjadi butir
sekunder/agregat makro. Agen organik ini sangat penting dalam menstabilkan agregat
mikro dan melalui kekuatan perekat

Meningkatkan serapan hara P

Hal yang sangat penting yaitu mikoriza juga diketahui berinteraksi sinergis dengan
bakteri pelarut fosfat atau bakteri pengikat N. Inokulasi bakteri pelarut fosfat dan
mikoriza dapat meningkatkan serapan P oleh tanaman toman dan pada tanaman
gandum.

3.3 Peranan Mikoriza Bagi Perbaikan Lahan Kritis

Lahan yang ditumbuhi tanaman alang-alang


Padang alang-alang tersebar luas di Sumatera,Kalimantan,Sulawesi dan pulau besar
lainnya. Lahan alang-alang pada umunya adalah tanah mineral masam,miskin hara dan
bahan organik,kejenuhan Al tinggi. Disamping itu padang alang-alang juga memiliki sifat
fisik yang kuramg baik sehingga kurang menguntungkan kalau diusahakan untuk lahan
pertanian. Alang-alang dikenal sebagai tanaman yang sangat toleran terhadap kondisi
yang sangat ekstrim. Diketahui bahwa alang-alang berasosiasi dengan berbagai
cendawan mikoriza arbuscular seperti Glomus sp,Acaulospora,dan Gigaspora.
Kemasaman dan Al-dd tinggi bukan merupakan faktor pembatas bagi cendawan
mikoriza tersebut,tapi merupakan masalah besar bagi tanaman/tumbuhan.

Dengan demikian cendawan mikoriza ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan


tanaman pangan. Inokulasi MVA mampu meningkatkan pertumbuhan,serapan hara dan
hasil kedelai pada tanah podsolik dan latosol.

Lahan dengan salinitas tinggi

Cendawan VAM seperti Glomus spp mampu hidup dan berkembang dibawah kondisi
salinitas yang tinggi dan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap penurunan
kehilangan hasil karena salinitas.

Bioremediasi tanah tercemar

Cendawan ektomikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap logam


beracun dengan melalui akumulasi logam-logam dalam hifa ekstramatrik dan
extrahyphae slime sehingga mengurangi serapannya kedalam tanaman inang. Namun
demikian,tidak semua mikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman inang terhadap
logam beracun,karena masing-masing mikoriza memiliki pengaruh berbeda.
Pemanfaatan cendawan mikoriza dalam bioremediasi tanah tercemar,disamping dengan
akumulasi bahan tersebut dalam hifa,juga dapat melalui mekanisme pengklompekan
logam tersebut oleh sekresi hifa ekternal.

3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikoriza


Suhu

Kadar air tanah

pH tanah

Bahan organik

Cahaya dan ketersediaan cahaya

Logam barat dan unsur lain

Fungisida

3.5 Cara aplikasi mikoriza Vesikular Arbuskular

Pupuk mikoriza umumnya berupa spora dan potongan akar yang terinfeksi jamur dan
dicampur dengan zeolit sebagai media pembawa. Penggunaan mikoriza efektif
digunakan pada saat tanaman masih di persemaian dimana akarnya belum mengalami
penebalan. Pada kondisi seperti ini peluang mikoriza akan lebih besar untuk menginfeksi
akar tanaman. Pemberian mikoriza diberikan dengan cara menaburkannya pada lubang
sebelum penanaman,menempelkan pupuk/akar terinfeksi pada akar tanaman muda
atau mencampur mikoriza pada tanah untuk pembibitan tanaman. Karena mikoriza
merupakan mahluk hidup maka sejak berasosiasi dengan akar tanaman akan terus
berkembang dan selama ini berfungsi pada tanaman dalam peningkatan penyerapan
unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sampai dewasa (Novriani dan
Madjid,2011).
Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji akan mendukung pula
untuk perkecambahan spora mikoriza. Jamur mikoriza mempenetrasi epidermis akara
melalui tanaman mekanis dan aktivitas enzim dan selanjutnya tumbuh menuju korteks.
Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui
epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak
memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza,hifa eksternal
berfungsi mendukung fungsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara
lainnya kedalam spora. Suhu yang relatif tinggi dapat meningkatkan aktivitas mikoriza.
Pada daerah tropika basah seperti Indonesia,hal ini menguntungkan. Suhu optimum
untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Pada umumnya
infeksi oleh cendawan mikoriza meningkat dengan naiknya suhu. Suhu yang tinggi pada
siang hari tidak menghambat perkembangan dan aktivitas fisiologis mikoriza. Jadi suhu
bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktivitas mikoriza,justru sebaliknya suhu
yang sangat tinggi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang
(Kurnianto,2009).
IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Mikoriza merupakan hubungan simbiosis mutualisme antara tanaman dengan jamur.


Mikoriza berperan dalam peningkatan pertumbuhan tanaman dengan bertambahnya
kemampuan akar dalam menyerap unsur hara yang dibutuhkan tanaman serta
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen akar dan tahan terhadap
kondisi cekaman tertentu,khususnya kekeringan.

Teknik perbanyakan mikoriza yanga sederhana diharapkan mampu dimanfaatkan dan


dikembangkan ditingkat petani sehingga diharapkan petani mampu memproduksi
mikoriza secara mandiri. Dengan kemampuan memproduksi secara mandiri maka para
petani mampu mengatasi lahan-lahan kritis sehingga meningkatkan kuantitas dan
kualitas produk pertanian di masa yang akan datang.

4.2 Saran

Perlu dilaksanakan pengamatan lebih lanjut secara mikroskopik di tingkat laboratorium


mengenai kualitas mikoriza yang dihasilkan serta masa viabilitas mikoriza dalam masa
penyimpanan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah dapat juga dikatakan sebagai medium tumbuhan yang berupa mineral, bahan
organik dan organisme hidup. Kegitan biologis seperti pertumbuhan akar dan
metabolisme mikroba berperan dalam pembentukan tekstur dan kesuburan tanah.
Aakar tanaman biasanya mengalami simbiosis dengan organisme lain. Mikoriza
merupakan jamur yang bersimbiosis dengan perakaran tanaman tingkat tinggi.

Istilah mikoriza itu sendiri berasal dari dua kata yaitu Miko (mykes; cendawan) dan Riza
yang berarti akar tanaman. Menurut Nahamara (1993) dalam Subiksa (2002)
mengatakan bahwa mikoriza adalah suatu struktur yang khas yang mencerminkan
adanya interaksi fungsional yang paling menguntungkan antara suatu tubuhan tertentu
dengan satu atau lebih galur mikobion dalam ruang dan waktu.

Secara umum mikoriza hidup di daerah tropik. Faktor lingkungan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan spora cendawan mikoriza. Kondisi lingkungan yang cocok untuk
perkecambahan biji dan pertumbuhan akar tumbuhan biasanya juga cocok untuk
perkembangan spora mikoriza. Ekosistem alami mikoriza dicirikan dengan keragaman
spesies yang sangat tinggi, khususnya untuk jenis ektomikoriza. Efektifitas mikoriza
dipengaruhi oleh faktor lingkungan tanah yang meliputi faktor abiotik seperti
konsentrasi hara, pH, kadar air, temperatur pengolahan tanah dan penggunaan pupuk
atau pestisida serta faktor biotik seperti interaksi mikrobial, spesies cendawan,
tumbuhan inang, tipe perakaran tumbuhan inang dan kompetisi antar cendawan
mikoriza.

1.2 Rumusan Masalah


Apa saja jenis-jenis mikoriza?

Apa saja peranan mikoriza terhadap tumbuhan?

Mengetahui jenis-jenis mikoriza.

Mengetahui peranan mikoriza bagi tanaman.

1.3 Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

Jamur mikoriza pertama kali ditemukan oleh ilmuan Eropa Frank pada tahun
1885 dan dinamakan sebagai root fungus (jamur akar) karenan kemampuannya
mengambil unsur hara layaknya akar tanaman. Keistimewaan jamur ini adalah
kemampuannya dalam menyerap unsur hara di dalam tanaman terutama unsur hara
Pospat (P). Cendawan mikoriza dan akar tanaman dapat bersimbiosis mutualisme
dengan baik. Baik tanaman maupun cendawan sama-sama mendapatkan keuntungan
dari asosiasi tersebut. Infeksi ini antara lain pengambilan unsur hara dan adaptasi
tanaman yang lebih baik.

2.1 Jenis Jenis Mikoriza

Berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap inang mikoriza dapat
dibedagan menjadi tiga jenis yaitu:

a. Ektomikoriza

Perakaran ektomikoriza tidak memiliki rambut akar dan tertutup oleh selaput hifa
yang mirip dengan jaringan inang. Ektomikoriza merupakan jamur yang pendek,
bercabang dua, dan terkadang mirip tandan yang rapat. Ektomikoriza mempunyai sifat
antara lain akar yang terkena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak
ada, hifa menjorok keluar dan berfungsi sebagai alat yang efektif untuk menyerap air
dan unsur hara, hifa tidak masuk ke dalam jaringan tetapi hanya berada di dinding
jaringan korteks.

b. Ektendomokoriza

Merupakan jamur yang mempunyai ciri-ciri: adanya selubung jaringan yang tipis
berupa Hartiq, hifa juga dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel
korteksnya.

c. Endomikoriza

Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat melainkan membentuk miselium
yang tersusun longgar di permukaan akar. Selain itu jamur juga membentuk vasikular
dan arbuskular. Menurut Siti dalam Wikipedia (2011), vesikular merupakan suatu
struktur berbentuk lonjong atau bulat yang mengandung cairan lemak dan berfungsi
sebagai organ penyimpanan makanan atau berkembang menjadi klamisdospora yang
berfungsi sebagai organ reproduksi dan struktur tanah. Sedangkan arbuskular adalah
struktur hifa yang bercabang-cabang seperti pohon kecil yang mirip haustorium (
membentuk pola dikotom) yang berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara
tanaman inang dengan jamur.

2.2 Manfaat Mikoriza Bagi Tumbuhan

Beberapa manfaat mikoriza terhadap tanaman inangnya yaitu sebagai berikut


(Rahayu dan Akbar, 2003)

a. Meningkatkan Penyerapan Unsur Hara

Tanaman bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak
tersedia pada tanaman. De la Cruzh (1981) dalam Atmaja (2001) Rahayu dan Akbar,
2003 menyatakan lebih banyak lagi unsur hara yang serapannya meningkat dengan
adanya mikoriza.Unsur hara yang serapannya meningkat dalah N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu,
Mn dan Zn.

b. Tahan Terhadap Serangan Patogen


Mikoriza dapat menjadi pelindung alami saat terjadinya infeksi patogen akar. Menurut
Radiah, 2010, terbungkusnya permukan akar oleh mikoriza menyebabkan akar terhindar
dari hama dan penyakit. Mikoriza menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan
eksudat akar lainnya, sehingga terbentuklah lingkungan yang tidak cocok bagi patogen.

c. Memperbaiki Struktur Tanah dan Tidak Mencemari Lingkungan

Fungi mikoriza yang berasosiasi dengan akar berperan dalam konservasi tanah. Mikoriza
dapat meningkatkan struktur tanah dengan menyelimuti butir-butir tanah.

d. Mikoriza Dapat Memproduksi Hormon dan Zat Pengatur Tumbuh

Fungi mikoriza dapat memberikan hormon seperti auxin,sitokinin, giberlin, juga


memberi zat pengatur tumbuh seperti vitamin.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mikoriza merupakan fungi yang bersimbiosis dengan tanaman tingkat tinggi. Ada
tiga jenis mikoriza yaitu ektomokoriza, ektendomikoriza dan ekdomikoriza. Tanaman
yang bermikoriza lebih baik dalam penyerapan unsur hara dari pada tanaman yang tidak
bermikoriza.

Banyak manfaat bagi tanaman yang bermikoriza. Beberapa manfaaatnya yaitu


membantu penyerapan unsur hara yang tidak dimiliki oleh tanaman, memberikan
perlindungan terhadap serangan patogen karena menggunakan kelebihan
karbohidratnya sehingga menciptakan lingkungan yang tidak disukai oleh patogen,
memperbaiki struktur tanah dan tidak mencemari lingkungan, dan menghasilkan
hormon dan zat pengatur tumbuh.

DAFTAR PUSTAKA

Jakes.2011.Peranan Mikoriza Vasikular Arbuskular (MVA) DalamPerlindungan Tanaman.


http://penyuluhthl.wordpress.com/2011/06/27/peranan-mikoriza-vesikular-arbuskular-
mva-dalam-perlindungan-tanaman/. (Didownload pada 17 Desember 2012)

Maspray.2012.Mikoriza Mikroorganisme Sahabat Tanaman.


http://www.gerbangpertanian.com/2012/02/mikoriza-mikroorganisme-sahabat-
tanaman.html. (Didownload pada 17 Desember 2012)

Mikoriza pertama kali dipublikasikan pada tahun 1840 ketika Robert Hartig menemukan
adanya cendawan pada akar tanaman pinus. Tahun 1885 A. B. Frank menamakan
asosiasi tersebut sebagai mikoriza. Berdasarkan penemuan tersebut diketahui bahwa
mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualisme 9

cendawan (myces) dengan akar (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi yang terjadi dalam
jaringan akar tanaman atau pada permukaan akar (Rao, 1994).

Mikoriza berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang
digolongkan menjadi tiga tipe yaitu ektomikoriza, endomikoriza dan ektendomikoriza
(Imas et al.,1989), sedangkan Rao (1994) membagi mikoriza menjadi dua tipe besar yaitu
ektomikoriza dan endomikoriza saja. Ektomikoriza mempunyai beberapa perbedaan
dengan endomikoriza. Menurut Imas et al. (1989) ektomikoriza mempunyai lapisan
mantel tebal, struktur jala, dan hifa yang tidak masuk sel (berkembang diantara dinding-
dinding sel jaringan korteks), serta menyebabkan akar yang terkena infeksi membesar.
Endomikoriza mempunyai stuktur berbentuk oval (vesikel), percabangan hifa
(arbuskula), dan hifa yang masuk dalam jaringan korteks, serta tidak menyebabkan
perakaran yang terinfeksi membesar. Ektendomikoriza mempunyai ciri-ciri antara ekto
dan endomikoriza yaitu dapat menginfeksi dinding sel korteks maupun korteksnya dan
mempunyai jaringan hartig (Fakuara,1988).

Vesikula Arbuskula Mikoriza (VAM) yang sering disebut dengan Cendawan Mikoriza
Arbuskula (CMA) merupakan endomikoriza. Diagnostik ciri utama CMA adalah adanya
vesikel dan arbuskula di dalam korteks akar. Vesikel mengembang inter dan intraseluler,
membengkok sepanjang atau pada ujung hifa (Fakuara, 1988) serta berfungsi sebagai
tempat penyimpanan berisi lipid (Paul dan Clark, 1996). Arbuskula merupakan struktur
internal pada korteks akar berupa hifa bercabang mirip dengan haustoria patogen yang
membantu transfer nutrisi dari tanah ke sistem perakaran (Rao, 1994).

Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) digolongkan ke dalam kelas Zygomycetes


ordoGlomales dengan dua sub ordo yaitu Glominae dan Gigasporinae. Pembagian genus
dilakukan berdasarkan perbedaan morfologi dari spora dorman
(klamidospora).Glominae terbagi menjadi enam genus yaitu Sclerocystis (membentuk
sporocarp),Glomus (klamidospora tebal dan terminal), Paraglomus, Acaulospora
(klamidospora tunggal, terminal, aseptat), Entrophospora dan Archaeospora.
Gigasporinae terdiri dari dua genus yaitu Gigaspora dan Scutellospora (Paul dan Clark,
1996 ; INVAM, 2008). 10

Simbiosis mikoriza memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak baik tanaman
maupun cendawan. Menurut Fakuara (1988) cendawan memberikan keuntungan pada
tanaman dan sebaliknya cendawan juga mendapatkan karbohidrat dan zat-zat tertentu
dari tanaman inang. Mikoriza yang berasosiasi dengan akar tanaman mampu
menggunakan sukrose dalam tanaman inang dan mengubahnya menjadi bentuk yang
tidak dapat diubah oleh inang seperti gula, alkohol dan glikogen (Islami dan Utomo,
1995).

Kemampuan tanaman untuk berfotosintesis dalam rangka menyuplai C-organik bagi


cendawan merupakan dasar simbiosis yang baik (Fakuara, 1988). Simbiosis mutualisme
tersebut dapat berubah menjadi hubungan yang merugikan. Parasitisme dapat terjadi
bila cendawan tidak dapat mengekstrak nutrisi yang dibutuhkan atau tanaman tidak
memperoleh manfaat atau imbal balik atas C-organik yang telah diberikan kepada
cendawan (Paul dan Clark, 1996).

Simbiosis mikoriza dipengaruhi oleh kelembaban, aerasi dan pH tanah, suhu, cahaya
serta spesifikasi inang. Sebagian besar cendawan mikoriza menyukai kondisi asam pada
pH 3.5-6, bersifat aerobik, mesothermal dengan suhu optimum 18oC-25oC dan tidak
suka cahaya (Imas et al., 1989). Setiap jenis mikoriza mempunyai inang yang spesifik
atau mikoriza yang berbeda jenis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan inangnya (Mukerji et al., 1991).

Peran Mikoriza bagi Tanaman

Mikoriza memberikan berbagai macam manfaat bagi tanaman inang. Menurut Imas et
al. (1989) ; Fakuara (1988) mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur hara
terutama P dan hara lainnya (N, K, Ca, Mg, Cu, Mn dan Zn), produksi hormon dan zat
pengatur tumbuh, serta ketahanan kekeringan dan serangan patogen akar. Mikoriza
juga dapat mengurangi kandungan logam berat disekitar perakaran, selain sebagai
proteksi terhadap patogen akar dan nematoda (Paul dan Clark, 1996).

Berdasarkan penelitian-penelitian telah dikaji manfaat mikoriza pada tanaman


perkebunan maupun tanaman pangan khususnya dalam serapan hara. Inokulasi
mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan, serapan P dan hasil padi gogo varietas IR 64
(Kabirun, 2002), meningkatkan mineralisasi P organik pada 11

kelapa sawit (Widiastuti et al., 2003), serta meningkatkan serapan P sebanyak 0.3881
ppm dan hasil jagung sebesar 280.15 g/tanaman (Hasanudin dan Gonggo, 2004).
Inokulasi mikoriza dapat meningkatkan kadar N sebesar 11.5%, kadar P sebesar 14.9%
dan kadar K sebesar 12.2% pada padi gogo (Saragih, 2005).

Menurut Imas et al. (1989) mekanisme peningkatan penyerapan unsur hara terjadi
karena adanya selubung hifa yang tebal, peningkatan metabolisme akar akibat
peningkatan konsumsi oksigen, dan enzim phospatase. Mikoriza dapat mengeluarkan
suatu enzim phospatase yang dapat mengurai hara dari keadaan tidak tersedia menjadi
tersedia bagi tanaman dan menyerap hara khususnya fosfat yang konsentasinya rendah
dalam larutan tanah (Fakuara, 1988). Mikoriza dengan adanya selubung hifa tebal dapat
meningkatkan luas permukaan sistem perakaran sehingga meningkatkan bidang
penyerapan (Islami dan Utomo, 1995). Menurut Dighton (2003) adanya hifa cendawan
memberikan keuntungan dalam pengam-bilan unsur hara, yaitu dapat menembus tanah
dengan mudah, memberikan ruang jelajah yang lebih luas akibat diameter yang lebih
kecil, serta memberikan bidang penyerapan nutrisi yang lebih luas.

Mikoriza dapat meningkatkan hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh seperti
auksin, sitokinin, giberelin dan vitamin. Auksin dapat mencegah penuaan dan
suberinisasi pada akar sehingga memperlama fungsi akar sebagai penyerap hara dan air
(Imas et al., 1989). Sitokinin dapat mempengaruhi aktivitas fotosintesis dan transpirasi,
penyerapan P dan transpor ion (Paul dan Clark, 1996).

Tanaman bermikoriza akan lebih tahan terhadap serangan patogen akar. Menurut Zak
(1967) dalam Imas et al. (1989), ada tiga mekanisme perlindungan mikoriza. Mekanisme
pertama yaitu adanya lapisan hifa sebagai pelindung fisik. Mekanisme kedua yaitu
adanya lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen, karena mikoriza
menyerap semua kelebihan karbohirdrat dan eksudat akar. Mekanisme ketiga adalah
adanya antibiotik yang dihasilkan cendawan.

Peningkatan ketahanan terhadap logam berat merupakan salah satu manfaat yang
penting dari mikoriza. Oleh karena itu mikoriza sering digunakan untuk memperbaiki
kondisi lahan bekas tambang. Logam berat tersebut diikat dan dikelilingi oleh gugus
karboksil dari senyawa pektat (hemiselulose) yang dihasilkan diantara matriks cendawan
dan tanaman inang (Paul dan Clark, 1996).
V DAFTAR PUSTAKA

http://jurnalfloratek.wordpress.com/2012/05/28/infektivitas-mikoriza-pada-berbagai-
jenis-tanaman-inang-dan-beberapa-jenis-sumber-inokulum/

http://mbojo.wordpress.com/2007/06/20/mikoriza-tanah-dan-tanaman-di-lahan-
kering/

http://id.wikipedia.org/wiki/Mikoriza

Anda mungkin juga menyukai