Salah satu hubungan mutualisme antara tanaman dengan jamur adalah mikoriza.
Penyebaran mikoriza di berbagai areal pertanaman di Indonesia sangat merata,mulai
dari daerah pantai hingga pegunungan. Namun mikoriza berkembang cukup baikdi
daerah dengan salinitas tinggi seperti di daerah pantai. Penyebaran mikoriza yang
sangat luas merupakan salah satu sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan karena
seiring semakin luasnya lahan kritis akibat jenuhnya penggunaan pupuk dan cekaman
kekeringan sehingga perlu upaya pengembangan mikoriza untuk mempertahankan
kondisi tanah agar lahan kritis tidak semakin luas.
Penggunaan mikoriza sebagai alat bioogis dalam bidang pertanian dapat memperbaiki
pertumbuhan,produktivitas dan kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas ekosistem
tanah. Selain itu aplikasi mikoriza dapat membantu rehabilitasi lahan kritis dan
meningkatkan produktivitas tanaman pertanian,perkebunan,kehutanan pada lahan-
lahan marginal dan pakan ternak.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
II TINJAUAN PUSTAKA
Mikoriza merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara fungi dengan akar
tumbuhan tingkat tinggi,tanaman inang memperoleh hara nutrisi sedangkan fungi
memperoleh senyawa karbon hasil fotosintesis (Smith dan Read 2008). Istilah tersebut
pertama kali diperkenalkan oleh Frank pada tahun 1877 di Jerman (Brundrett 2004).
Saat ini diketahui 7 tipe mikoriza yaitu 1)arbuskular mikoriza, 2)ektomikoriza,
3)ektendomikoriza, 4)arbutoid mikoriza, 5)monotropoid mikoriza, 6)ericoid mikoriza,
7)orchid mikoriza. Pembagian ini didasarkan pada karakter-karakter 1)ada/tidaknya
septa, 2)intraseluler kolonisasi, 3)keberadaan mantel Hartig net serta 4)acrophyl (Smith
dan Read 2008).
III PEMBAHASAN
Istilah mikoriza yang berarti jamur akar pertama kali dikenalkan oleh Frank,botaniwan
Jerman pada tahun 1855,untuk menyebutkan sebagai suatu struktur yang terbentuk
sebagai hasil asosiasi jamur tanah tertentu dengan akar tumbuhan tinggi. Jamur akar ini
ditemukan Frank pada pepohonan hutan seperti pinus.
Mikoriza adalah suatu bentuk asosiasi antara jamur tanah tertentu dengan akar
tumbuhan tinggi. Fenomena ini jamur menginfeksi dan mengkoloni akar tapa
menimbulkan nekrosis sebagaimana biasa terjadi pada infeksi jamur patogen dan
mendapatkan pasokan nutrisi secara teratur dari tanaman.
Secara morfologi kedua tipe mikoriza tersebut dibedakan menurut jenis tanaman dan
taxa dari cendawan yang membentuk mikoriza tersebut. Ektomikoriza di jumpai
tanaman hutan dan terutama dari anggota cendawan Ascomycetes dan basidiomycetes.
Sedangkan endomikoriza dijumpai pada tanaman perdu,rumput-rumputan,tanaman
perkubanan dan buah-buahan dan terutama dari anggota cendawan Zygomycetes.
Ciri utama yang membedakan MVA dengan cendawan pembentuk mikoriza lainnya
adalah adanya arbuscular dan vesikular. Arbuscular adalah hifa yang membentuk cabag-
cabang dalam jaringan korteks dimana melalui arbuscular inilah terjadi pertukaran hara
antara tanaman inang dengan cendawan mikoriza. Arbuscular akan lebur dan
kandungannya diserap sel inang,sedangkan vesikular adalah hifa yang mengalami
pembengkangan pada ujungnya dimana vesikular mengandung banyak lemak yang
kemudian akan ditransfer kedalam sel,oleh sebab itu vesikular dipandang sebagi organ
penyimpanan.
Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dari pada yang tidak
bermikoriza. Rusaknya jaringan korteks akibat kekeringan dan matinya akar tidak akan
permanaen pengaruhnya pada akar yang bermikoriza. Setelah periode kekurangan
air,akar yang bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena hifa
cendawan mampu menyerap air yang pada pori-pori tanah saat akar tanaman tidak
mampu lagi menyerap air. Penyebaran hifa yang sangat luas di dalam tanah
menyebabkan jumlah air yang diambil meningkat.
Penggunaan inokulum yang tepat dapat menggantikan kira-kira 50% dari kebutuhan
fosfor,40% kebutuhan nitrogen dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman lamtoro.
Hal yang sangat penting yaitu mikoriza juga diketahui berinteraksi sinergis dengan
bakteri pelarut fosfat atau bakteri pengikat N. Inokulasi bakteri pelarut fosfat dan
mikoriza dapat meningkatkan serapan P oleh tanaman toman dan pada tanaman
gandum.
Cendawan VAM seperti Glomus spp mampu hidup dan berkembang dibawah kondisi
salinitas yang tinggi dan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap penurunan
kehilangan hasil karena salinitas.
pH tanah
Bahan organik
Fungisida
Pupuk mikoriza umumnya berupa spora dan potongan akar yang terinfeksi jamur dan
dicampur dengan zeolit sebagai media pembawa. Penggunaan mikoriza efektif
digunakan pada saat tanaman masih di persemaian dimana akarnya belum mengalami
penebalan. Pada kondisi seperti ini peluang mikoriza akan lebih besar untuk menginfeksi
akar tanaman. Pemberian mikoriza diberikan dengan cara menaburkannya pada lubang
sebelum penanaman,menempelkan pupuk/akar terinfeksi pada akar tanaman muda
atau mencampur mikoriza pada tanah untuk pembibitan tanaman. Karena mikoriza
merupakan mahluk hidup maka sejak berasosiasi dengan akar tanaman akan terus
berkembang dan selama ini berfungsi pada tanaman dalam peningkatan penyerapan
unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sampai dewasa (Novriani dan
Madjid,2011).
Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji akan mendukung pula
untuk perkecambahan spora mikoriza. Jamur mikoriza mempenetrasi epidermis akara
melalui tanaman mekanis dan aktivitas enzim dan selanjutnya tumbuh menuju korteks.
Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui
epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak
memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza,hifa eksternal
berfungsi mendukung fungsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara
lainnya kedalam spora. Suhu yang relatif tinggi dapat meningkatkan aktivitas mikoriza.
Pada daerah tropika basah seperti Indonesia,hal ini menguntungkan. Suhu optimum
untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Pada umumnya
infeksi oleh cendawan mikoriza meningkat dengan naiknya suhu. Suhu yang tinggi pada
siang hari tidak menghambat perkembangan dan aktivitas fisiologis mikoriza. Jadi suhu
bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktivitas mikoriza,justru sebaliknya suhu
yang sangat tinggi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang
(Kurnianto,2009).
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
PENDAHULUAN
Tanah dapat juga dikatakan sebagai medium tumbuhan yang berupa mineral, bahan
organik dan organisme hidup. Kegitan biologis seperti pertumbuhan akar dan
metabolisme mikroba berperan dalam pembentukan tekstur dan kesuburan tanah.
Aakar tanaman biasanya mengalami simbiosis dengan organisme lain. Mikoriza
merupakan jamur yang bersimbiosis dengan perakaran tanaman tingkat tinggi.
Istilah mikoriza itu sendiri berasal dari dua kata yaitu Miko (mykes; cendawan) dan Riza
yang berarti akar tanaman. Menurut Nahamara (1993) dalam Subiksa (2002)
mengatakan bahwa mikoriza adalah suatu struktur yang khas yang mencerminkan
adanya interaksi fungsional yang paling menguntungkan antara suatu tubuhan tertentu
dengan satu atau lebih galur mikobion dalam ruang dan waktu.
Secara umum mikoriza hidup di daerah tropik. Faktor lingkungan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan spora cendawan mikoriza. Kondisi lingkungan yang cocok untuk
perkecambahan biji dan pertumbuhan akar tumbuhan biasanya juga cocok untuk
perkembangan spora mikoriza. Ekosistem alami mikoriza dicirikan dengan keragaman
spesies yang sangat tinggi, khususnya untuk jenis ektomikoriza. Efektifitas mikoriza
dipengaruhi oleh faktor lingkungan tanah yang meliputi faktor abiotik seperti
konsentrasi hara, pH, kadar air, temperatur pengolahan tanah dan penggunaan pupuk
atau pestisida serta faktor biotik seperti interaksi mikrobial, spesies cendawan,
tumbuhan inang, tipe perakaran tumbuhan inang dan kompetisi antar cendawan
mikoriza.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Jamur mikoriza pertama kali ditemukan oleh ilmuan Eropa Frank pada tahun
1885 dan dinamakan sebagai root fungus (jamur akar) karenan kemampuannya
mengambil unsur hara layaknya akar tanaman. Keistimewaan jamur ini adalah
kemampuannya dalam menyerap unsur hara di dalam tanaman terutama unsur hara
Pospat (P). Cendawan mikoriza dan akar tanaman dapat bersimbiosis mutualisme
dengan baik. Baik tanaman maupun cendawan sama-sama mendapatkan keuntungan
dari asosiasi tersebut. Infeksi ini antara lain pengambilan unsur hara dan adaptasi
tanaman yang lebih baik.
Berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap inang mikoriza dapat
dibedagan menjadi tiga jenis yaitu:
a. Ektomikoriza
Perakaran ektomikoriza tidak memiliki rambut akar dan tertutup oleh selaput hifa
yang mirip dengan jaringan inang. Ektomikoriza merupakan jamur yang pendek,
bercabang dua, dan terkadang mirip tandan yang rapat. Ektomikoriza mempunyai sifat
antara lain akar yang terkena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak
ada, hifa menjorok keluar dan berfungsi sebagai alat yang efektif untuk menyerap air
dan unsur hara, hifa tidak masuk ke dalam jaringan tetapi hanya berada di dinding
jaringan korteks.
b. Ektendomokoriza
Merupakan jamur yang mempunyai ciri-ciri: adanya selubung jaringan yang tipis
berupa Hartiq, hifa juga dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel
korteksnya.
c. Endomikoriza
Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat melainkan membentuk miselium
yang tersusun longgar di permukaan akar. Selain itu jamur juga membentuk vasikular
dan arbuskular. Menurut Siti dalam Wikipedia (2011), vesikular merupakan suatu
struktur berbentuk lonjong atau bulat yang mengandung cairan lemak dan berfungsi
sebagai organ penyimpanan makanan atau berkembang menjadi klamisdospora yang
berfungsi sebagai organ reproduksi dan struktur tanah. Sedangkan arbuskular adalah
struktur hifa yang bercabang-cabang seperti pohon kecil yang mirip haustorium (
membentuk pola dikotom) yang berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara
tanaman inang dengan jamur.
Tanaman bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak
tersedia pada tanaman. De la Cruzh (1981) dalam Atmaja (2001) Rahayu dan Akbar,
2003 menyatakan lebih banyak lagi unsur hara yang serapannya meningkat dengan
adanya mikoriza.Unsur hara yang serapannya meningkat dalah N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu,
Mn dan Zn.
Fungi mikoriza yang berasosiasi dengan akar berperan dalam konservasi tanah. Mikoriza
dapat meningkatkan struktur tanah dengan menyelimuti butir-butir tanah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mikoriza merupakan fungi yang bersimbiosis dengan tanaman tingkat tinggi. Ada
tiga jenis mikoriza yaitu ektomokoriza, ektendomikoriza dan ekdomikoriza. Tanaman
yang bermikoriza lebih baik dalam penyerapan unsur hara dari pada tanaman yang tidak
bermikoriza.
DAFTAR PUSTAKA
Mikoriza pertama kali dipublikasikan pada tahun 1840 ketika Robert Hartig menemukan
adanya cendawan pada akar tanaman pinus. Tahun 1885 A. B. Frank menamakan
asosiasi tersebut sebagai mikoriza. Berdasarkan penemuan tersebut diketahui bahwa
mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualisme 9
cendawan (myces) dengan akar (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi yang terjadi dalam
jaringan akar tanaman atau pada permukaan akar (Rao, 1994).
Mikoriza berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang
digolongkan menjadi tiga tipe yaitu ektomikoriza, endomikoriza dan ektendomikoriza
(Imas et al.,1989), sedangkan Rao (1994) membagi mikoriza menjadi dua tipe besar yaitu
ektomikoriza dan endomikoriza saja. Ektomikoriza mempunyai beberapa perbedaan
dengan endomikoriza. Menurut Imas et al. (1989) ektomikoriza mempunyai lapisan
mantel tebal, struktur jala, dan hifa yang tidak masuk sel (berkembang diantara dinding-
dinding sel jaringan korteks), serta menyebabkan akar yang terkena infeksi membesar.
Endomikoriza mempunyai stuktur berbentuk oval (vesikel), percabangan hifa
(arbuskula), dan hifa yang masuk dalam jaringan korteks, serta tidak menyebabkan
perakaran yang terinfeksi membesar. Ektendomikoriza mempunyai ciri-ciri antara ekto
dan endomikoriza yaitu dapat menginfeksi dinding sel korteks maupun korteksnya dan
mempunyai jaringan hartig (Fakuara,1988).
Vesikula Arbuskula Mikoriza (VAM) yang sering disebut dengan Cendawan Mikoriza
Arbuskula (CMA) merupakan endomikoriza. Diagnostik ciri utama CMA adalah adanya
vesikel dan arbuskula di dalam korteks akar. Vesikel mengembang inter dan intraseluler,
membengkok sepanjang atau pada ujung hifa (Fakuara, 1988) serta berfungsi sebagai
tempat penyimpanan berisi lipid (Paul dan Clark, 1996). Arbuskula merupakan struktur
internal pada korteks akar berupa hifa bercabang mirip dengan haustoria patogen yang
membantu transfer nutrisi dari tanah ke sistem perakaran (Rao, 1994).
Simbiosis mikoriza memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak baik tanaman
maupun cendawan. Menurut Fakuara (1988) cendawan memberikan keuntungan pada
tanaman dan sebaliknya cendawan juga mendapatkan karbohidrat dan zat-zat tertentu
dari tanaman inang. Mikoriza yang berasosiasi dengan akar tanaman mampu
menggunakan sukrose dalam tanaman inang dan mengubahnya menjadi bentuk yang
tidak dapat diubah oleh inang seperti gula, alkohol dan glikogen (Islami dan Utomo,
1995).
Simbiosis mikoriza dipengaruhi oleh kelembaban, aerasi dan pH tanah, suhu, cahaya
serta spesifikasi inang. Sebagian besar cendawan mikoriza menyukai kondisi asam pada
pH 3.5-6, bersifat aerobik, mesothermal dengan suhu optimum 18oC-25oC dan tidak
suka cahaya (Imas et al., 1989). Setiap jenis mikoriza mempunyai inang yang spesifik
atau mikoriza yang berbeda jenis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan inangnya (Mukerji et al., 1991).
Mikoriza memberikan berbagai macam manfaat bagi tanaman inang. Menurut Imas et
al. (1989) ; Fakuara (1988) mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur hara
terutama P dan hara lainnya (N, K, Ca, Mg, Cu, Mn dan Zn), produksi hormon dan zat
pengatur tumbuh, serta ketahanan kekeringan dan serangan patogen akar. Mikoriza
juga dapat mengurangi kandungan logam berat disekitar perakaran, selain sebagai
proteksi terhadap patogen akar dan nematoda (Paul dan Clark, 1996).
kelapa sawit (Widiastuti et al., 2003), serta meningkatkan serapan P sebanyak 0.3881
ppm dan hasil jagung sebesar 280.15 g/tanaman (Hasanudin dan Gonggo, 2004).
Inokulasi mikoriza dapat meningkatkan kadar N sebesar 11.5%, kadar P sebesar 14.9%
dan kadar K sebesar 12.2% pada padi gogo (Saragih, 2005).
Menurut Imas et al. (1989) mekanisme peningkatan penyerapan unsur hara terjadi
karena adanya selubung hifa yang tebal, peningkatan metabolisme akar akibat
peningkatan konsumsi oksigen, dan enzim phospatase. Mikoriza dapat mengeluarkan
suatu enzim phospatase yang dapat mengurai hara dari keadaan tidak tersedia menjadi
tersedia bagi tanaman dan menyerap hara khususnya fosfat yang konsentasinya rendah
dalam larutan tanah (Fakuara, 1988). Mikoriza dengan adanya selubung hifa tebal dapat
meningkatkan luas permukaan sistem perakaran sehingga meningkatkan bidang
penyerapan (Islami dan Utomo, 1995). Menurut Dighton (2003) adanya hifa cendawan
memberikan keuntungan dalam pengam-bilan unsur hara, yaitu dapat menembus tanah
dengan mudah, memberikan ruang jelajah yang lebih luas akibat diameter yang lebih
kecil, serta memberikan bidang penyerapan nutrisi yang lebih luas.
Mikoriza dapat meningkatkan hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh seperti
auksin, sitokinin, giberelin dan vitamin. Auksin dapat mencegah penuaan dan
suberinisasi pada akar sehingga memperlama fungsi akar sebagai penyerap hara dan air
(Imas et al., 1989). Sitokinin dapat mempengaruhi aktivitas fotosintesis dan transpirasi,
penyerapan P dan transpor ion (Paul dan Clark, 1996).
Tanaman bermikoriza akan lebih tahan terhadap serangan patogen akar. Menurut Zak
(1967) dalam Imas et al. (1989), ada tiga mekanisme perlindungan mikoriza. Mekanisme
pertama yaitu adanya lapisan hifa sebagai pelindung fisik. Mekanisme kedua yaitu
adanya lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen, karena mikoriza
menyerap semua kelebihan karbohirdrat dan eksudat akar. Mekanisme ketiga adalah
adanya antibiotik yang dihasilkan cendawan.
Peningkatan ketahanan terhadap logam berat merupakan salah satu manfaat yang
penting dari mikoriza. Oleh karena itu mikoriza sering digunakan untuk memperbaiki
kondisi lahan bekas tambang. Logam berat tersebut diikat dan dikelilingi oleh gugus
karboksil dari senyawa pektat (hemiselulose) yang dihasilkan diantara matriks cendawan
dan tanaman inang (Paul dan Clark, 1996).
V DAFTAR PUSTAKA
http://jurnalfloratek.wordpress.com/2012/05/28/infektivitas-mikoriza-pada-berbagai-
jenis-tanaman-inang-dan-beberapa-jenis-sumber-inokulum/
http://mbojo.wordpress.com/2007/06/20/mikoriza-tanah-dan-tanaman-di-lahan-
kering/
http://id.wikipedia.org/wiki/Mikoriza