Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
REFERAT
20 November 2017

OS DAKRIOSISTITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT

Disusun Oleh:

Zakia Fauzi Bachmid


11 16 777 14 079

Pembimbing :
Dr. Citra Azma Anggita, Sp.M

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN MATA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Zakia Fauzi Bachmid

No. Stambuk : 11 16 777 14 079


Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Al-Khairaat Palu

Judul Referat : OS Dakriosistitis kronik eksaserbasi akut

Bagian : Bagian Mata

Bagian Mata
RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 20 November 2017


Pembimbing Mahasiswa

dr. Citra Azma Anggita, Sp.M, M.Kes Zakia Fauzi Bachmid , S.Ked

BAB I

PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Palu/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Elang
Pekerjaan :-
Tgl. Masuk : 10 November 2017
Rumah Sakit : RSU Anutapura

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Bengkak pada bagian bawah mata kiri
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 1 bulan terakhir, awalnya keluhan mata kiri gatal dan sering
berair , pasien sering mengosok mata dengan tangan saat gatal. Keluhan
memberat sejak 4 hari yang lalu, berwarna merah, nyeri bila ditekan, disertai
keluar kotoran mata bernanah Pada bagian bawah mata kiri. Air mata berlebih (+),
gatal (-), mata merah (-), nyeri pada mata kiri (+), rasa berpasir (-), rasa
mengganjal (-), gangguan penglihatan (+) pada mata kiri, riwayat pengeluaran
darah (-), Demam (+) naik turun.

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI


A. INSPEKSI

No. Pemeriksaan OD OS
1 Palpebra Normal, Pada chantus medial
tampak pus (+),
hiperemis (+)
2 Silia Sebagian silia Normal
melengkung ke arah
bola mata
3 App. Lakrimalis Lakrimasi (+), Lakrimasi (+)
4 Konjungtiva Hiperemis (-),inj Hiperemis (-)
konjungtiva (+)
5 Kornea Jernih Jernih
6 BMD Kesan Normal Kesan normal
7 Iris Coklat Coklat
8 Pupil Bulat, sentral Bulat,sentral
9 Lensa Jernih Jernih
10 GBM Ke segala arah Ke segala arah

B.PALPASI
Pemeriksaan OD OS
1 Tensi Okuler Tn Tn
2 Nyeri Tekan (-) (+)
3 Massa Tumor (-) Massa lunak di
bawah mata
4 Glandula Periaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)

C. Tonometri : Tidak dilakukan pemeriksaan.

D. Visus : VOD = 6/6


VOS = 4/6
Pasien tidak mampu membaca dengan baik

E Campus Visual : Tidak dilakukan pemeriksaan

F. Color Sense : Tidak dilakukan pemeriksaan

G. Light Sense : Tidak dilakukan pemeriksaan


H. Penyinaran oblik
OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis(-)

Kornea Jernih Jernih


Bilik Mata Depan Kesan normal Kesan normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte(+)
Pupil Bulat, sentral, RC (+) Bulat, sentral
Lensa Jernih Jernih

I. Diafanoskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan.

J. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan.


K. Slit Lamp
- SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), pus(-)inferior, kornea jernih, BMD
normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, lensa tampak
jernih, RC (+).
- SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), fistel (+), pus (+), secret (+++), kornea
jernih, iris coklat, pupil bulat,sentral , RC (+)lensa jernih.
L. Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. RESUME :
Pasien datang ke poli mata Rsu Anutapura, dengan keluhan mata kiri dekat
hidung bengkak, panas, dan nerocos. Keluhan tersebut disadari sejak 1 bulan
yang lalu. Sehari setelahnya pasien merasakan keluhan tersebut dan
diperiksakannya ke puskesmas, dan diberikan obat penghilang radang, tetapi
setelah obat habis keluhan pasien tidak hilang. Seminggu yang lalu keluhan
semakin bertambah berat, bengkak sudah tidak ada namun masih nerocos
disertai rasa sakit pada hidung kiri daerah atas dan gatal pada mata kanan. 2
hari yang lalu keluhan diperberat dengan nerocos yang berlebih terutama saat
mengendarai motor, air mata yang keluar, jernih, dan tidak berbau. Akhirnya
pasien datang ke poli mata Rsu Anutapura. Mata kanan pasien tidak ada k?

Pada pemeriksaan oftalmoskop didapatkan inspeksi pada OD : dalam


bats normal, inspeksi pada OS :palpebra tampak Kotoran mata (+), lakrimasi
(+), pus (+) kornea, BMD, iris, pupil, dan lensa sulit dinilai. Pada pemeriksaan
visus didapatkan VOD = 6/6, VOS = 4/6. Pada pemeriksaan SLOD dalam
batas normal. Pada pemeriksaan SLOS didapatkan ,tampak pus (+) dari
punctum lakrimalis inferior.

N. Diagnosis
OS Dakriosistitis kronik eksarsebasi akut

O. Penatalaksanaan :


C. LFX ED 1 tts/3jam ODS

Cefadroxyl 500mg 2x1

Metilprednisolon 3x4mg

Asam mefenamat 500mg 3x1

V. DISKUSI

Dari anamnesis didapatkan Pasien datang ke poli mata Rsu Anutapura, dengan
keluhan mata kiri dekat hidung bengkak, panas, dan nerocos. Keluhan
tersebut disadari sejak 1 bulan yang lalu. Sehari setelahnya pasien merasakan
keluhan tersebut dan diperiksakannya ke puskesmas, dan diberikan obat
penghilang radang, tetapi setelah obat habis keluhan pasien tidak hilang.
Seminggu yang lalu keluhan semakin bertambah berat, bengkak sudah tidak
ada namun masih nerocos disertai rasa sakit pada hidung kiri daerah atas dan
gatal pada mata kanan. 2 hari yang lalu keluhan diperberat dengan nerocos
yang berlebih terutama saat mengendarai motor, air mata yang keluar, jernih,
dan tidak berbau. Akhirnya pasien datang ke poli mata Rsu Anutapura. Mata
kanan pasien tidak ada keluhan yang sama. .

Pada pemeriksaan oftalmoskop didapatkan inspeksi pada OD : dalam


bats normal, inspeksi pada OS :palpebra tampak Kotoran mata (+), lakrimasi
(+), pus (+) kornea, BMD, iris, pupil, dan lensa sulit dinilai. Pada pemeriksaan
visus didapatkan VOD = 6/6, VOS = 4/6. Pada pemeriksaan SLOD dalam
batas normal. Pada pemeriksaan SLOS didapatkan ,tampak pus (+) dari
punctum lakrimalis inferior.

Dari anamnesis di atas didapatkan keluhan berupa bengkak disertai nyeri


dan kemerahan pada bagian bawah mata, secret mata berlebih, serta keluar
nanah atau pus dari fistel pada punctum lakrimalis inferior mata kiri. Mata
bengkak sudah di alami sejak1 bulan lalu dan memberat beberapa hari
terakhir. Berdasarkan teori pasien mengelami OS dakriosistitis yang kronik
eksarsebasi akut karena telah lebih dari 2 minggu dan memberat beberapa
hari terakhir .
BAB II

PEMBAHASAN

I. DAKRIOSISTITIS

Sistem eksresi air mata mudah mengalami infeksi dan peradangan yang
disebabkan oleh berbagai factor. Tujuan fungsional dari system eksresi air mata
adalah untuk mengalirkan air mata dari mata ke dalam kavum nasal. Adanya
hambatan air mata yang patologis pada system drainase air mata dapat menyebabkan
terjadinya dakriosistitis.1

Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di
antara sudut bagian dalam kelopak mata dengan hidung. Dakriosistitis biasanya
disebabkan oleh karena adanya blockade pada saluran yang mengalirkan air mata dari
kantong air mata ke hidung. Duktus yang terhalang menjadi terinfeksi. Dakriosistitis
dapat berupa akut maupun kronik. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu
malformasi pada duktus lakrimalis, luka, infeksi pada mata, maupun trauma.2,3

Dakriosistitis akut ditandai dengan gejala mendadak berupa nyeri dan


kemerahan pada daerah kantus medialis . adanya epifora merupakan karakteristik
pada peradangan kronik pada duktus lakrimalis.4

Bentuk khas dari peradangan pada kantong air mata adalah dakriosistitis
congenital, yang secara patofisiologi sangat erat kaitannya dengan embryogenesis
system eksresi lakrimal. Dakriosistitis sering timbul pada bayi yang disebabkan
karena duktus lakrimalis belum berkembang dengan baik. Pada orang dewasa, infeksi
dapat berasal dari luka atau peradangan pada hidung. Meskipun demikian, pada
kebanyakan kasus, penyebabnya tidak diketahui.4
II INSIDENS

Infeksi pada sakkus lakrimalis umumnya ditemukan pada 2 kategori usia,


pada infant dan orang dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun. Dakriosistitis akut
pada bayi baru lahir jarang ditemukan, terjadi pada kurang dari 1% dari semua
kelahiran. Dakriosistitis didapat secara primer terjadi pada wanita dan lebih sering
pada pasien dengan usia di atas 40 tahun, dengan puncak insidensi pada usia 60 70
tahun. Kebanyakan penelitian mendemonstrasikan sekitar 70 83% kasus
dakriosistitis terjadi pada wanita, sementara dakriosistitis congenital memiliki
frekuensi yang sama antara pria dan wanita.1,4

Pada individu dengan kepala berbentuk brachycepalic memiliki insidensi yang


tinggi mengalami dakriosistitis dibandingkan dengan individu dengan kepala
berbentuk dolichocephalic atau mesosephalic. Hal ini dikarenakan pada tengkorak
berbentuk brachycephalic memiliki diameter lubang yang lebih sempit ke dalam
duktus nasolakrimalis, duktus nasolakrimalis lebih panjang, dan fossa lakrimalis lebih
sempit. Pada pasien dengan hidung pesek dan muka kecil memiliki resiko lebih tinggi
mengalami dakriosistitis, diduga karena kanalis osseus lakrimal yang lebih sempit.1

III ANATOMI5,6,7,8

Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi


dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan
berbagai unsure pembentuk cairan air mata. Sistem eksresi mulai pada punctum
lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.
Cairan air mata disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan mata.

Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandula lakrimalis aksesorius,


kanalikuli, punctum lakrimalis, sakkus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.
Gambar anatomi system lakrimalis.dikutip dari kepustakaan 7

Sistem lakrimal tersusun atas struktur-struktur yang mensekresi air mata dan struktur-struktur
yang mengalirkan air mata.

Secara embriologis, glandula lakrimalis dan glandula lakrimalis assessorius


berkembang dari epitel konjungtiva. System lakrimasi glandula yang berupa
kanalikuli, sakkus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis juga merupakan turunan
ectoderm permukaan yang berkembang dari korda epitel padat yang terbenam di
antara prosessus maksilaris dan nasalis dari struktur-struktur muka yang sedang
berkembang. Korda ini terbentuk salurannya sesaat sebelum lahir.
Glandula lakrimalis terdiri dari struktur berikut :

1. Bagian orbita berbentuk kenari yang terletak di dalam fossa lakrimalis di


segmen temporal atas anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebra
oleh kornu lateralis dari muskulus levator palpebra.

2. Bagian palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal dari
forniks konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimalis, yang bermuara
melalui kira-kira 10 lubang kecil, menghubungkan bagian orbital dan
palpebral glandula lakrimalis dengan forniks konjungtiva superior.
Pembuangan bagian palpebra dari kelenjar memutuskan semua saluran
penghubung dan dengan demikian mencegah kelenjar itu bersekresi.

Glandula lakrimalis assesorius (glandula Krause dan Wolfring) terletak di


dalam substansia propia di konjungtiva palpebrae.

Air mata mengalir dari lacuna lakrimalis melalui pungtum superior dan
inferior dan kanalikule ke sakkus lakrimalis yang terletak di dalam fossa lakrimalis.
Duktus nasolakrimalis berlanjut ke bawah dari sakkus lakrimasi dan bermuara ke
dalam meatus inferior dari rongga nasal . Air mata diarahkan ke dalam pungtum oleh
isapan kapiler , gaya berat, dan berkedip. Kekuatan gabungan dari isapan kapiler
dalam kanalikuli, gaya berat, dan kerja memompa dari otot Horner yang merupakan
perluasan muskulus orbikularis okuli ke titik di belakang sakkus lakrimalis, semua
cenderung meneruskan air mata ke bawah melalui duktus nasolakrimalis ke dalam
hidung.

Glandula lakrimalis diperdarahi oleh pembuluh darah a. lakrimalis. Vena-vena


dari glandula lakrimalis akan bergabung dengan vena oftalmika. Aliran limfe
menyatu dengan pembuluh limfe konjungtiva untuk mengalir ke dalam limfonodus
preaurikuler.
Glandula lakrimalis dipersarafi oleh nervus lakrimalis (sensoris) yang
merupakan cabang dari divisi pertama trigeminus (nervus oftalmikus) , nervus
petrosus superfisialis magna (sekretorius) yang merupakan cabang dari nucleus
salivarius superior, dan nervus simpatis yang menyertai arteri lakrimalis dan nervus
lakrimalis.

Sakkus lakrimalis terletak di dalam fossa lakrimalis yang merupakan os


lakrimalis dan os maksilaris. Lebar sakkus lakrimalis kira-kira 6-7mm dengan
panjang antara 12-15 mm. mukosa sakkus merupakan pseudostratified columnar
ephiltelium dengan sejumlah substansi limfoid dan jaringan elastic yang terletak pada
lapisan jaringan konektif. Sakkus yang normal berbentuk ireguler dan datar dengan
lumen yang kolaps.

Pada prosesus frontalis di kantus anterior dari sakkus lakrimalis terdapat


ligament palpebrale medial yang menghubungkan tarsus superior dan inferior. Bagian
sakkus lakrimalis di bawha ligament ditutupi sedikit serat dari muskulus orbikularis
okuli. Serat-serat ini tidak dapat menahan pembengkakan dan pengembangan sakkus
lakrimalis. Daerah di bawah ligamentum palpebrale mediale membengkak pada
dakriosistitis akut ,dan sering terdapat fistula yang bermuara di daerah ini.

IV. ETIOLOGI

Etiologi primer dakriosistitis adalah obstruksi nasolakrimal yang


menyebabkan mukokel pada sakkus lakrimalis yang dipresipitasi oleh blokade kronik
pada duktus nasolakrimal interosseus atau intramembranous. Dakriosistitis akut pada
anak-anak biasanya disebabkan oleh Haemophylus influenza. Pada orang dewasa,
biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus hemoliticus
sedangkan dakriosistitis kronis disebabkan oleh Staphyloccus epidermidis,
Streptococcus pneumonia dan jarang disebabkan oleh Candida albicans. Agen
infeksi dapat ditemukan secara miroskopik dengan apusan konjungtiva yang diambil
setelah memeras sakkus lakrimalis.4,7

V. GAMBARAN KLINIK

Dakriosistitis dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu : akut, kronik dan congenital.
Gejala utama dakriosistitis adalah mata berair dan kotoran mata berlebih. Pada
dakriosistitis berbentuk akut, di daerah sakkus lakrimalis terdapat gejala radang, sakit,
bengkak , nyeri tekan. Materi purulen dapat diperas dari sakkus. Peradangan berupa
pembengkakan, merah dan nyeri , biasanya disertai dengan pembengkakan kelenjar
pre aurikuler, submandibuler dan disertai peningkatan suhu tubuh. Kadang-kadang
kelopak mata dan daerah sisi hidung membengkak. Pada stadium lanjut dapat terjadi
komplikasi berupa fistula. Pada dakriosistitis kronik , tanda satu-satunya adalah
keluar air mata berlebih. 1,4,7

Untuk menentukan adanya gangguan pada system eksresi air mata dilakukan :


Inspeksi pada posisi punctum

Palpasi daerah sakkus lakrimal, apakah mengeluarkan cairan bercampur nanah

Irigasi melalui punctum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan mencapai rongga
hidung , maka system eksresi berfungsi baik (tes anel).

Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomic system
eksresi lakrimal. Tindakan probing didahului oleh dilatasi pungtum dengan
dilatators. 3
a b

Gambar : Pertama punctum dilatasi dengan memutar suatu probe berbentuk kerucut,
kemudian dibilas dengan larutan salin fisiologis
Dikutip dari kepustakaan 7

VI PENATALAKSANAAN1,7,9

Penatalaksanaan dakriosistitis tergantung pada manifestasi klinik penyakit.

Antibiotic sistemik dengan regimen sebagai berikut :

o Anak-anak
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan,
diberikan amoxicillin/clavulanate 20-40mg/kg/hari peroral
yang dibagi dalam tiga dosis.

Pasien demam, akut, kasus sedang hingga berat dirawat di


rumah sakit dan diterapi dengan cefuroxime 50-100 mg/kg/hari
iv dalam 3 dosis.

o Dewasa

Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan


diberikan cephalexin 500 mg peroral tiap 6 jam.

Terapi alternative berupa amoxicillin /clavulanate 500 mg


peroral tiap 8 jam

Pasien demam dan akut dirawat di rumah sakit dengan


penanganan cefazolin 1gr iv tiap 8 jam.

Terapi antibiotic diberikan berdasarkan respon klinik dan hasil kultur dan
sensitivitas. Antibiotik intravena dapat diganti dengan antibiotic oral dengan
dosis yang sebanding tergantung dari tingkat perbaikan, tetapi terapi antibiotic
harus tetap dilakukan selama 10-14 hari.

Antibiotik tetes topical seperti trimetorim/polymixin

Kompres air hangat dan massase di bawah area kantus

Pemberian analgesic seperti acetaminophen bila perlu

Insisi dan drainase pada abses


Koreksi dengan pembedahan dapat dipertimbangkan berupa
dacryocystorhinostomy setelah episode akut sembuh, khususnya pada pasien
dengan dakriosistitis kronik.

Gambar teknik dakriosistorinostomi dikutip dari kepustakaan 7


VII KOMPLIKASI

Dakriosistorinostomi bila dilakukan dengan baik merupakan prosedur yang


cukup aman dan efektif. Namun, seperti pada semua prosedur pembedahan,
komplikasi berat dapat terjadi. Perdarahan merupakan komplikasi tersering dan
dilaporkan terjadi pada 3% pasien. Selain itu, infeksi juga merupakan komplikasi
serius dakriosistorinostomi. Beberapa ahli menyarankan pemberian antibiotic drop
spray pada hidung setelah pembedahan.1

Kegagalan dakriosistorinostomi paling sering disebabkan oleh osteotomi atau


penutupan fibrosa pada pembedahan ostium yang tidak adekuat. Kebanyakan kasus
kemudian diterapi dengan dilatasi ostium menggunakan probing Bowman berturut-
turut.1,7

VIII PENCEGAHAN1

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan higienitas pada palpebra


,termasuk melakukan kompres air hangat dan membersihkan silia. Selain itu,
higienitas nasal dengan spray salin dapat mencegah obstruksi aliran lakrimal bagian
distal.1

IX PROGNOSIS

Tingkat kesuksesan dakriosistorinostomi eksternal kira-kira 95%.


Dakriosistostorinostomi memiliki tingkat kesuksesan yang sedikit lebih rendah,
diduga oleh ketidakmampuan untuk membuat ostium yang lebih lebar. 1,7
BAB III

KESIMPULAN

Dakriosistitis adalah peradangan pada kantong air mata (sakkus lakrimalis).


Etiologi primer dari dakriosistitis adalah obstruksi nasolakrimal yang menyebabkan
mukokel pada sakkus lakrimalis. Dakriosistitis dapat terjadi dalam 2 bentuk yaitu
akut dan kronik. Bentuk sspesial dari dakriosistitis adalah dakriosistitis congenital.
Gambaran klinis dari dakriosistitis akut berupa gejala radang, sakit, bengkak, nyeri
tekan, biasanya disertai pembesaran kelenjar preaurikuler, serta peningkatan suhu
tubuh. Pada dakriosistitis kronik gejalanya berupa air mata berlebih.

Penanganan pasien dengan dakriosistitis dapat berupa medikamentosa dan


pembedahan. Penanganan medikamentosa seperti pemberian antibiotic topical dan
oral, serta pemberian steroid tetes topical.Tindakan pembedahan berupa
dakriosistorhinostomi.

.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gilliland ,Grant D. Dacryocystitis. Available from


http://emedicine.medscape.com/article/1210688-overview diakses tanggal 24
Maret 2009.
2. ________. Dacryocystitis. Available from
http://www.revoptom.com/HANDBOOK/March_2004/sec1_3.htm diakses
tanggal 24 maret 2009
3. Ilyas, Sidarta, dkk.Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
kedokteran ed. 2 : Sistem Lakrimal. Sagung Seto. Jakarta . 2002. Hlm 77- 82
4. Sullivan, John H. Oftalmologi Umum ed 14 : Palpebra & Aparatus lacrimalis.
Widya Medika. Jakarta. 2000. Hlm. 81-93
5. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum ed 14 : Anatomi & Embriologi Mata.
Widya Medika. Jakarta. 2000. Hlm. 17-20
6. Ilyas, Sidarta, dkk.Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
kedokteran ed. 2 : Ilmu Urai Faal Mata Embriologi dan Imunologi Mata.
Sagung Seto. Jakarta . 2002. Hlm 1-19
7. Lang, K Gerard. Ophthalmology A short textbook : Lacrimal System. Thieme.
8. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta. 2008. Balai Penerbit
FKUI. Hlm 89-106
9. Galloway,NR.dkk. Common Eye Diseases and their Management : Common
Disease of The Eyelids. London. 2006. Springer. Hlm 33-40
10. Tasman, William, dkk. The Wills Eye Manual 3rd ed : Eyelid. Pennsylvania.
11. Dutton, Jonathan,dkk. Diagnostic Atlas of Common Eyelid Disease :Atlas of
Eyelids Malposition. Informa Health Care. New York. 2007. Hlm 98 99

Anda mungkin juga menyukai