Pengertian IDI
Pada tahun 1948 lahir perkumpulan dokter Indonesia yang berfungsi sebagai organisasi perjuangan
kemerdekaan. Dengan dasar semangat persatuan dan kesatuan, akhirnya dua organisasi kedokteran
tersebut meleburkan diri dan membentuk Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Pada 24 Oktober 1950, Dr. R.
Soeharto atas nama Pengurus IDI menghadap notaries R. Kadiman guna mencatatkan pembentukan
IDI yang disepakati berdasarkan Muktamar Dokter Warga Negara Indonesia. Sejak saat itu tanggal
tersbut ditetapkan sebagai ulang tahun IDI.
Organisasi ini hadir di berbagai wilayah di Indonesia. Sampai saat ini anggota IDI berjumlah 74.502
Dokter yang tersebar di 32 Wilayah dan 343 Cabang. IDI juga menaungi 35 Perhimpunan Dokter
Spesialis (PDSp), 42 Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm), 1 Perhimpunan Dokter Pelayanan
Kedokteran Tingkat Pertama (PDPP), 2 Perhimpunan Dokter Penunjang Pengembangan Profesi
Kedokteran (PDP3K) dan 1 Perhimpunan Dokter Se-Okupasi (PDsO).
Peran IDI secara umum bertujuan untuk memadukan segenap potensi dokter dari
seluruh Indonesia, menjaga dan meningkatkan harkat dan martabat serta kehormatan
profesi kedokteran, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran,
serta meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia untuk menuju masyarakat sehat dan
sejahtera.
4. MKEK IDI
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) ialah salah satu badan otonom
Ikatan Dokter Indonesa (IDI) yang dibentuk secara khusus di tingkat
Pusat, Wilayah dan Cabang untuk menjalankan tugas kemahkamahan
profesi, pembinaan etika profesi dan atau tugas kelembagaan dan ad hoc
lainnya dalam tingkatannya masing-masing.
Tugas MKEK melalui divisi kemahkamahan sesuai yurisdiksinya sebagai
lembaga etika yang memeriksa, menyidangkan, membuat putusan setiap
konflik etikolegal yang berpotensi sengketa medikdi antara perangkat dan
jajaran IDI dan setiap sengketa medik antara dokter pengadunya yang belum
atau tidak ditangani oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
a. Melaksanakan isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta semua
keputusan yang ditetapkan muktamar.
b. Melakukan tugas bimbingan, pengawasan dan penilaian dalam pelaksanaan etik
kedokteran, termasuk perbuatan anggota yang melanggar kehormatan dan tradisiluhur
kedokteran.
d. Memberikan usul dan saran diminta atau tidak diminta kepada pengurus besar,
pengurus wilayah dan pengurus cabang, serta kepada Majelis Kolegium Kedokteran
Indonesia.