Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
AUDITING II
Disusun Oleh :
Sriwulan (150810301007)
Safira Damayanti (150810301026)
Sherly Mardita Pratami Negara (150810301038)
Kelas D
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan kesehatan,
kekuatan, dan kesempatan bagi kami sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
Audit atas Aset Tetap. Serta kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Wasito yang telah
membimbing kami dari awal penyusunan sampai terselesaikannya makalah ini. Dan tak lupa
kami ucapkan terima kasih juga kepada teman-teman serta seluruh pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai pengertian aset tetap, sifat dari aset
tetap, contoh aset tetap, tujuan pemerikasaan aset tetap, prosedur pemeriksaan aset tetap, serta
perbedaan pengujian substantif aset tetap dengan aset lancar.
Kami menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini, dan kami harap kepada
dosen pembimbing dan kepada pembaca sekalian dapat memberikan kritik dan saran yang
sifatnya konstruktif, sehingga dapat menjadi pelajaran bagi kami, dan semoga dapat
diperbaiki pada kesempatan yang lain dan dalam makalah yang lain pula.
Semoga makalah ini berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi para
pembaca dan kami selaku penyusun makalah ini mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Selanjutnya semoga kami bisa menyusun makalah di waktu lain
dengan lebih sempurna.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... .. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... .. 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................ .. 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ .. 2
1.3. TUJUAN PENULISAN .......................................................................................... .. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... .. 4
2.1. DEFINISI AUDITING ........................................................................................... .. 4
2.2. JENIS AUDIT ......................................................................................................... .. 4
2.3. ASET TETAP ......................................................................................................... .. 6
2.4. KARAKTERISTIK ASET TETAP ........................................................................ .. 6
2.5. KLASIFIKASI ASET TETAP................................................................................ .. 7
2.6. AUDIT ATAS ASET TETAP ................................................................................ .. 8
2.7. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO ASET TETAP ............................... .. 8
2.8. TUJUAN PEMERIKSAAN ASET TETAP ........................................................... ..13
2.9. PROSEDUR PEMERIKSAAN ASET TETAP ...................................................... ..14
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. ..17
3.1. KESIMPULAN ....................................................................................................... ..17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... ..19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
perusahaan. Demikian pula diperlukan orang yang kompeten dan independen dalam melaksanakan
audit tersebut. Dari masalah tersebut maka muncul pertanyaan tentang bagaimana teknik audit aset
tetap dilakukan agar terhindar dari kesalahan dalam pelaporan keuangan .
Aset tetap biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar dalam jumlah
keseluruhan aset perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aset tetap menjadikan aset
tetap itu perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tidak hanya pada penggunaan dan operasinya
saja tetapi juga dalam akuntansinya yang biasanya mencakup perolehan aset tetap, penghentian atau
pelepasan aset tetap, serta penyajian dan pengungkapannya dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aset tetap
baik aset tetap berwujud maupun tidak berwujud. Dengan cara demikian kita mampu
mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam aset tetap sebuah perusahaan. Namun untuk
mendapatkan rincian yang baik terhadap aset tetap, diperlukan pengendalian terhadap aset berupa
pengujian substantif.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dari penulisan makalah ini sebagai
berikut:
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
2
a. Untuk dapat mengetahui yang dimaksud dengan auditing.
b. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis dari audit.
c. Untuk dapat mengetahui yang dimaksud dengan aset tetap.
d. Untuk dapat mengetahui karakteristik dari aset tetap.
e. Untuk dapat mengetahui klasifikasi dari aset tetap.
f. Untuk dapat mengetahui audit atas aset tetap.
g. Untuk dapat mengetahui pengujian substantif atas saldo aset tetap.
h. Untuk dapat mengetahui tujuan pemeriksaan audit aset tetap.
i. Untuk dapat mengetahui prosedur pemeriksaan aset tetap.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Arens, Elder, Beasley yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2011 : 24) menyatakan
bahwa: Auditing adalah pengumpulan serta evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan
dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing
harus dilaksanakan oleh orang yang kompeten dan independen.
Sukrisno Agoes (2012 : 4) menyatakan bahwa: Auditing adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan
yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing
adalah proses secara sistematis yang dilakukan oleh orang berkompeten dan independen dengan
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan.
4
Pengauditan dapat dibagi dalam beberapa jenis. Pembagian ini dimaksudkan untuk
menentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan adanya pengauditan tersebut.
Menurut (Sukrisno Agoes, 2012), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, maka jenis-jenis audit
dapat dibedakan atas:
Yaitu suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen dengan maksud untuk memberikan
opini mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa,
karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
5
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan yang
mencakup laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan serta
ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
Aset tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual belikan
melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan yang umurnya lebih dari satu tahun, dan
merupakan pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16, Paragraf 5 IAI, 2012): Aset
tetap adalah asset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih
dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Masa manfaat adalah
periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa
yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16 IAI, 2012): Aset tetap dimiliki
untuk digunakan dalam:
6
Beberapa sifat atau ciri aset tetap adalah:
1 Tujuan dari sifat pembeliannya bukan untuk dijual kembali atau diperjualbelikan
sebagai barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan dalam kegiatan operasi
perusahaan.
2 Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
3 Jumlahnya cukup material.
Aset tetap berwujud meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk
dipakai secara aktif dalam operasi perusahaan, dan mempunyai masa kegunaan relatif permanen.
Aset tetap berwujud yang mempunyai masa kegunaan yang terbatas harus di depresiasi selama
masa kegunaannya, dan disajikan dalam neraca sebesar nilai bukunya. Yang termasuk dalam
golongan aset ini adalah bangunan, mesin, dan alat-alat pabrik, mebel dan alat-alat kantor
kendaraan dan alat-alat transportasi, alat kerja bengkel, aset sumber alam. Sedangkan aset tetap
berwujud yang mempunyai masa kegunaan tidak terbatas, disajikan di dalam neraca sebesar harga
perolehan.
Aset tetap tidak berwujud meliputi hak-hak preferensi (istimewa) yang dijamin oleh
undang-undang, kontrak, perjanjian-perjanjian dan mempunyai masa manfaat dalam waktu relatif
permanen. Aset tetap tidak berwujud diakui sebesar harga perolehan kemudian pada periode
selanjutnya dilaporkan sebesar nilai tercatatnya. Dalam menentukan besaran harga perolehan
tergantung oleh bagaimana cara perolehan aset tidak berwujudnya. Apabila diperoleh dengan
membeli atau transaksi yang menggunakan kas atau setara kas lainnya maka harga perolehan aset
tidak berwujudnya sebesar uang yang dikeluarkan. Apabila diperoleh dengan pertukaran dengan
aset lain, maka harga perolehan aset tidak berwujudnya sebesar harga kekinian dari aset yang
ditukar. Yang termasuk dalam golongan aset ini meliputi hak paten, hak cipta (copy right),
franchise, goodwill, pre-operating expenses (biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum perusahaan
berproduksi secara komersial, termasuk biaya pendirian).
7
2.6. AUDIT ATAS ASET TETAP
Untuk sebagian besar entitas, aset tetap menunjukkan jumlah yang material dalam laporan
keuangan. Ketika mengaudit klien lama, fokus hanya pada aktivitas tahun berjalan karena aset
yang didapat di tahun-tahun terdahulu telah menjadi subjek dari prosedur audit pada waktu
perolehan.
Menurut Alvin. A. Arens (2011; 192) audit atas aset tetap sebagai berikut:
Pencatatan akuntansi utama dalam akun peralatan manufaktur dan akun aset
tetap lainnya umumnya merupakan berkas utama aset tetap. Berkas utama meliputi
catatan terperinci atas setiap bagian peralatan dan jenis properti lainnya. Setiap
pencatatan dalam berkas tersebut mencakup deskripsi aset, tanggal akuisisi, biaya
perolehan, depresiasi tahun berjalan, dan akumulasi depresiasi untuk properti.
Total seluruh pencatatan dalam berkas utama sama dengan saldo buku besar untuk
akun terkait. Berkas utama juga berisi informasi tentang properti yang diakuisisi dan
dijual selama tahun berjalan.
Menurut Alvin. A. Arens (2011; 193), dalam audit peralatan manufaktur dan akun terkait,
pengujian akan dimudahkan jika dipisah menjadi beberapa kategori:
8
o Melakukan prosedur analitis
Jenis prosedur analitis bergantung pada sifat pelaksanaan bisnis klien. Tabel
dibawah ini mengilustrasikan prosedur analitis yang biasa dilakukan untuk peralatan
manufaktur.
Pengujian audit aktual dan jumlah sampel sangat bergantung pada salah saji yang
dapat diterima, resiko bawaan, dan penilaian risiko pengendalian. Salah saji yang dapat
diterima merupakan hal penting untuk melakukan verifikasi atas penambahan aset tahun
9
berjalan karena transaksi ini bervariasi dari jumlah yang tidak material dalam beberapa
tahun sampai jumlah yang sangat besar untuk akuisisi lainnya.
10
Prosedur berikut ini biasa digunakan dalam melakukan verifikasi
penghentian:
o Menelaah apakah terdapat akuisisi aset baru yang menggantikan aset lama
o Menelaah modifikasi pabrik dan perubahan dalam lini produk, pajak properti,
Seluruh perlengkapan yang dicatat secara fisik ada pada tanggal neraca
(keberadaan)
Seluruh perlengkapan yang dimiliki sudah dicatat (kelengkapan)
Langkah audit yang pertama berfokus pada tujuan kecocokan perincian: peralatan
manufaktur, sebagaimana terdapat dalam berkas utama, telah sesuai dengan buku besar.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap hasil cetak berkas utama yang menunjukkan
total saldo buku besar. Auditor dapat memilih menggunakan peranti lunak audit untuk
menjumlahkan berkas utama versi elektronik ataupun menjumlahkan beberapa halaman
secara manual. Setelah menilai resiko pengendalian untuk tujuan keberadaan, auditor
memutuskan apakah perlu melakukan verifikasi keberadaan masing-masing bagian
peralatan manufaktur dalam berkas utama.
11
dipisahkan dari aset tetap lainnya. Aset sewa guna usaha harus diungkapkan secara
terpisah, dan pihak yang memiliki aset harus dicantumkan dalam penjelasan tambahan
(footnote disclosure). Auditor harus melakukan pengujian memadai untuk melakukan
verifikasi terhadap keseluruhan empat tujuan penyajian dan pengungkapan.
Beban depresiasi adalah satu dari sedikit akun beban yang tidak diverifikasi
sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
Jumlah tercatat ditentukan dari alokasi internal, bukan dari transaksi pertukaran dengan
pihak luar. Tujuan audit-terkait saldo yang paling penting untuk beban
depresiasi adalah akurasi. Auditor berfokus pada penentuan apakah klien telah
mengikuti kebijakan depresiasi yang konsisten dari periode ke periode, dan apakah
perhitungan klien sudah benar. Dalam menentukan hal tersebut, auditor harus
mempertimbangkan empat hal, yaitu:
Dalam menentukan kewajaran umur ekonomis aset yang baru diakuisisi, auditor
(ditetapkan dengan tingkat keusangan aset atau kebijakan normal perusahaan dalam
peralatan.
analitis atas kewajaran yang dibuat dengan mengalikan aset tetap yang kurang
penghentian di tahun berjalan, aset dengan umur ekonomis yang berbeda, dan aset
dengan metode depresiasi yang berbeda. Jika perhitungan mendekati total yang
dibuat klien dan jika penilaian resiko pengendalian atas beban depresiasi rendah,
12
maka pengujian perincian depresiasi dapat dihapuskan.
Debet atas akumulasi depresiasi secara normal diuji sebagai bagian dari audit
penghentian aset dan kreditnya diverifikasi sebagai bagian dari beban depresiasi. Jika
auditor menelusuri transaksi tertentu ke catatan akumulasi depresiasi dalam berkas
utama aset sebagai bagian dari pengujian ini, maka perlu dilakukan pengujian tambahan
atas saldo akhir akumulasi depresiasi.
Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit saldo akhir dalam akumulasi
depresiasi adalah:
Akumulasi depresiasi yang dinyatakan dalam berkas utama aset sesuai dengan
dalam buku besar. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan pengujian penjumlahan
akumulasi depresiasi dalam berkas utama aset dan menelusuri totalnya ke buku
besar.
Akumulasi depresiasi dalam berkas utama adalah akurat
Menurut Sukrisno Agoes (2012: 271), pemeriksaan atas aset tetap mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1 Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset tetap
2 Untuk memeriksa apakah aset tetap yang tercantum di laporan posisi keuangan
(neraca) betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
3 Untuk memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan (periode yang
diperiksa) betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure, di otorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat
dengan benar.
13
4 Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aset tetap sudah dicatat dengan benar di
buku perusahaan dan telah di otorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
5 Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang
diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah
perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat)
6 Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
7 Untuk memeriksa apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan, sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Di banyak perusahaan, terutama perusahaan industri, aset tetap merupakan jumlah yang
sangat besar dari total aset perusahaan. Namun demikian waktu yang digunakan oleh akuntan
publik untuk memeriksa aset tetap biasanya lebih sedikit dibandingkan waktu yang digunakan untuk
memeriksa perkiraan lainnya seperti piutang, persediaan, dan lain-lain. Beberapa penyebabnya
antara lain:
a. Harga perolehan per unit dari aset tetap biasanya relatif besar dan jumlah
transaksinya dalam setahun biasanya sedikit.
b. Mutasi aset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih sedikit di
bandingkan mutasi piutang dan persediaan
c. Dalam memeriksa aset tetap, prosedur cut-off bukan merupakan hal yang penting seperti
pemeriksaan atas cut-off transactions dalam pemeriksaan pembelian dan penjualan
persediaan.
Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku untuk repeat engangements
(penugasan berulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode
yang diperiksa). Untuk audit pertama kali bisa dibedakan sebagai berikut:
a. Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah di audit oleh kantor akuntan lain, saldo awal
aset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja
pemeriksaan akuntan tersebut.
b. Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah di audit, akuntan publik harus
memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak awal berdirinya
perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk
penambahan dan pengurangan aset tetap, serta metode dan perhitungan penyusutan aset
14
tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/
IFRS). Tentu saja pemeriksaan mutasi tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara test
basis dengan mengutamakan jumlah yang material.
Prosedur audit atas aset tetap menurut Sukrisno Agoes (2012: 273) adalah sebagai berikut:
16
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Aktiva Tetap merupakan aset suatu perusahaan yang berwujud, yang digunakan untuk
kegiatan operasional perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu periode.
o Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan peralatan.
o Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti Goodwill, hak paten,
hak cipta, dan lain-lain.
Dari sudut disusutkan atau tidak dapat disusutkan, dapat dibagi menjadi :
o Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang dapat disusutkan seperti bangunan,
peralatan, mesin, inventaris, dan lain-lain.
o Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah.
o Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi, misalnya sebagai
lapangan, halaman, tempat parkir dan lain sebagainya.
o Bangunan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan untuk pabrik;
o Mesin;
o Inventaris;
o Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19