Anda di halaman 1dari 28

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Penelitian Sistem Pakar Sebelumnya


Perancangan aplikasi sistem pakar sudah banyak dilakukan
pada penelitian-penelitian sebelumnya. Metode-metode sistem
pendukung keputusan yang dipakai juga sudah beragam, antara lain
metode Certanly Factor , Backward Chaining, e2gLite Expert
System Shell dan metode lainnya.
Penerapan dari metode Forward Chaining telah banyak
dilakukan dalam berbagai penelitian, salah satu diantaranya adalah
Penerapan Sistem Pakar Forward Chaining Berbasis Aturan Pada
Pengawasan Status Penerbangan. (Riska dan Antonius, 2005 ).
Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa sistem pakar pengawas
status penerbangan dibuat untuk membantu memberikan interpretasi
dalam pengawasan status pesawat. Sistem tersebut akan memberikan
peringatan dan rekomendasi berdasarkan prediksi sistem akan hasil
downlink status pesawat. Dalam hal ini sebuah perangkat lunak
simulasi dibuat untuk memberikan contoh penerapan sistem pakar
dalam mengatasi masalah tentang bertambahnya kompleksitas.
Sistem pesawat modern berteknologi tinggi sehingga dapat
membantu pilot pesawat untuk meningkatkan kemudahan
penggunaan teknologi yang kompleks.
Penelitian yang kedua, yaitu tentang An Expert System For
Diagnosing Eye Diseases Using Clips (Sammy dkk, 2005-2008).
Penelitian tersebut dilakukan untuk merancang sebuah sistem pakar
yang dapat mendiagnosa penyebab penyakit mata pada pasien dari

9
10

berbagai latar belakang yang sesuai. Perancangan sebuah aplikasi


sistem pakar tersebut menggunakan bahasa pemrograman CLIPS.
CLIPS merupakan bahasa pemrograman yang digunakan seperti
sebuah alat (tool) dalam pembuatan sistem pakar ini. CLIPS dapat
digunakan dalam membangun basis pengetahuan dan berfungsi
sebagai inference engine. Rule Based Reasoning (pendekatan
berbasis aturan) di terapkan untuk melakukan pendekatan dalam
memperoleh suatu konklusi pada knowledge base dengan
menggunakan metode if-then. Mesin inferensi Forward Chaining
adalah mekanisme yang dipilih untuk diterapkan dalam sistem pakar
ini. Hal ini didasarkan karena pada suatu algoritma, pencocokan pola
tujuan utamanya adalah untuk menghubungkan fakta (data input)
dengan peraturan yang berlaku dari peraturan dasar. Sebuah evaluasi
dalam pembuatan sistem pakar ini telah mendapatkan respon yang
positif dan telah diterima oleh pengguna.
Pada penelitian ketiga, yaitu tentang An Expert System For
Diagnosis Of Disease In Rice Plant (Shikhar dkk, 2006). Pada
penelitian tersebut dijelaskan mengenai rancangan sebuah sistem
pakar pada area pertanian serta menjelaskan rancangan dan
pengembangan berbasis aturan pada sistem pakar menggunakan
kerangka ESTA (Expert System for Text Animation). Rancangan
sistem tersebut dibuat untuk mendiagnosa penyakit umum yang
terdapat pada tanaman padi. Pembuatan sistem ini dimulai dengan
mengumpulkan gejala penyakit pada tanaman padi yang terlihat
tidak subur menurut ahli pertanian, ahli ilmu penyakit tanaman dan
literatur serta pengetahuan yang diperoleh untuk pembuatan dan
pengembangan sistem pakar dengan menggunakan bahasa
pemrograman Prolog yang berbasis sistem pakar shell ESTA.
11

Pada penelitian keempat, yaitu tentang Pakar Penyakit Gigi


dan Mulut Menggunakan Metode Forward Chaining. (Fetty Tri
Anggraeny dkk, 1997). Aplikasi ini dibuat untuk memudahkan
pasien dan tidak perlu konsultasi ke dokter secara langsung untuk
mengetahui penyakit yang diderita dan sistem ini juga dapat
menghasilkan diagnosa berupa nama penyakit yang menyerang
bagian bibir, lidah, dan juga gigi serta solusi berupa cara pengobatan
yang sesuai dengan gejala penyakit yang dimasukkan user. Metode
penelusuran yang digunakan adalah Forward Chaining . dan
pemprograman databasenya menggunakan Dephi.
Penelitian lainnya, yaitu tentang Perancangan dan Pembuatan
Aplikasi Sistem Pakar untuk Penentuan Produk dan Jenis Perwatan
Tubuh di Pusat Perawatan Epiderma. (Leo dkk, 2002 ). Aplikasi ini
dibuat untuk membantu unit pegawai di pusat perawatan epiderma
untuk mendiagnosa jenis dan permasalahan kulit yang dialami
pasien. Menggunakan metode Forward Chaining dan Chertainly
Factor dalam menghitung tingkat keyakinan.
Pada penelitian pertama Penerapan Sistem Pakar Forward
Chaining Berbasis Aturan Pada Pengawasan Status Penerbangan
memiliki persamaan dalam menggunakan teknik inferensi dan teknik
pendekatan pada basis pengetahuan dengan penelitian yang
dikerjakan, akan tetapi penerapan sistem pakar pada penelitian
tersebut berbeda, karena sistem pakar tersebut diterapkan untuk
status penerbangan pesawat dan hasil akhir pada penelitian tersebut
hanyalah sebuah aplikasi simulasi.
Pada penelitian kedua An Expert System For Diagnosing Eye
Diseases Using Clips , terdapat persamaan dalam penggunaan teknik
inferensi dan teknik pendekatan pada basis pengetahuan dengan
12

penelitian yang dikerjakan, namun perbedaannya terletak dalam


penggunaan bahasa pemrograman, bahasa pemrograman yang
digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan CLIPS (C Language
Integrated Production System) yang didesain dalam pengembangan
software untuk terapi medis. Objek yang diterapkan pada penelitian
tersebutpun berbeda, pada penelitian tersebut sistem pakar digunakan di
area medis.
Pada penelitian ketiga An Expert System For Diagnosis Of
Disease In Rice Plant, penelitian tersebut hanya mendiagnosa
penyakit saja dan satu jenis tanaman yaitu padi. Bahasa
pemrograman yang digunakan dalam penelitian tersebut
menggunakan Prolog yang berbasis ESTA (Expert System Text
Animation). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa teknik
inferensi yang digunakan adalah backward chaining dengan aturan
if-do dan if-then yang di gabungkan.
Pada peneliti keempat Pakar Penyakit Gigi dan Mulut
Menggunakan Metode Forward Chaining , yang diteliti hampir sama
yaitu tentang penyakit, akan tetapi didalam aplikasi Pakar Penyakit
Gigi dan Mulut ini menggunakan software Borland Delphi 7.0
dengan basis data paradox. Dan sistem pakar ini masih berbasis
desktop.
Pada peneliti kelima Perancangan dan Pembuatan Aplikasi
Sistem Pakar untuk Penentuan Produk dan Jenis Perwatan Tubuh di
Pusat Perawatan Epiderma , Basis pengetahuan yang digunakan di
Sistem aplikasi ini adalah pendekatan berbasis kasus, Software yang
digunakan yaitu Borland Delphi 6.0 dan menggunakan Ms.Access
sebagai database-nya. Sistem ini dibuat berbasis desktop.
13

Pada penelitian yang dikerjakan ini diterapkan sebuah sistem


pakar yang dapat mendiagnosa anak autis dan terapi yang akan
dilakukan serta kurikulum apa yang akan diberikan kepada anak
sesuai dengan jenis-jenis autisnya dengan menggunakan teknik
inferensi Forward Chaining dan pendekatan berbasis aturan (rule
base reasoning). Dengan menggunakan Forward Chaining data-data
yang digunakan untuk mendapatkan suatu konklusi telah didapatkan
dari knowledge seorang pakar dan literatur lain seperti jurnal, artikel
dan buku, yakni dengan mencocokkan berbagai rule yang premisnya
cocok, pencocokkan dilakukan berdasarkan berbagai gejala yang
terjadi pada dua jenis tanaman hortikultura tersebut yang terdapat
dalam knowledge base. Sistem ini dibuat dengan menggunakan
pendekatan pengetahuan yaitu pendekatan berbasis aturan. Hal ini
didasarkan karena pada suatu algoritma, pencocokan pola tujuan
utamanya adalah untuk menghubungkan fakta (data input) dengan
peraturan yang berlaku dari peraturan dasar. Sebuah evaluasi dalam
pembuatan sistem pakar ini telah mendapatkan respon yang positif
dan telah diterima oleh pengguna. Dengan ini, diharapkan bahwa
hasil yang diperoleh akan lebih tepat dan akurat. Teknik pendekatan
berbasis aturan (rule base reasioning) dalam penelitian ini
digunakan sebagai bentuk pendekatan terhadap pengklasifikasian
data yang diperoleh dalam knowledge base guna mempermudah
dalam proses transformasi terhadap inference engine. Dengan
menggunakan pola if-then maka seorang pakar pun dapat dengan
mudah melakukan modifikasi terhadap data yang terdapat dalam
knowledge base. Hasil akhir pada penelitian ini adalah sebuah
aplikasi sistem pakar berbasis web yang dibuat dengan
menggunakan bahasa pemrograman PHP yang digunakan untuk
14

mempermudah orang tua dalam mendiagnosa anak autis dan terapi


yang akan dilakukan serta kurikulum yang akan digunakan dalam
mengajar anak, sebelum akhirnya memasukkan anaknya ke sekolah
autis. Setelah menjawab pertanyaan dari user, Sistem akan
memberikan output berupa gejala penyakit, golongan spektrum, jenis
terapi, dan jenis kurikulum yang akan disampaikan kepada anak
sesuai dengan tingkatan autisnya. Sistem pakar ini dibuat berbasis
web bertujuan agar mempermudah orang tua dalam pengaksesan.
2.2 Sistem Pakar
2.2.1 Pengertian Sistem Pakar

Menurut (Martin, 1988).Istilah sistem pakar (ES) berasal dari


istilah sistem pakar berbasis pengetahuan. Sistem pakar adalah suatu
sistem yang menggunakan pengetahuan manusia yang terekam
dalam komputer umtuk memecahkan persoalan yang biasanya
memerlukan keahlian manusia. Sistem pakar diterapkan untuk
mendukung aktivitas pemecahan masalah. Aktivitas pemecahan
masalah yang dimaksud antara lain: pembuatan keputusan (decision
making), pemaduan pengetahuan (knowledge fusing), pembuatan
desain (designing), perencanaan (planning), prakiraan (forecasting),
pengaturan (regulating), pengendalian (controlling), diagnosis
(diagnosing), perumusan (prescribing), penjelasan (explaining),
pemberian nasihat (advising) dan pelatihan (tutoring). Selain itu
sistem pakar juga dapat berfungsi sebagai asisten yang pandai dari
seorang pakar.
2.2.2 Manfaat dan Kemampuan Sistem Pakar
Adapun manfaat dan kemampuan Sistem pakar adalah
sebagai berikut :
15

1). Meningkatkan output dan produktifitas, 2). Menurunkan


waktu pengambilan keputusan,3). Meningkatkan kualitas proses dan
produk, 4). Mengurangi downtime,5). Menyerap keahlian langka,6).
Fleksibilitas,7). Operasi peralatan yang lebih mudah,8). Eliminasi
kebutuhan peralatan yang mahal,9). Operasi dilingkungan yang
berbahaya,10). Aksesibilitas ke pengetahuan dan help desk,11).
Kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak
lengkap/tidak Pasti,12). Kelengkapan pelatihan,13). Peningkatan
pemecahan masalah dan pengamblan keputusan,14). Meningkatkan
proses pengambilan keputusan,15). Meningkatkan kualitas
keputusan,16). Kemampuan untuk memecahkan persoalan
kompleks, 17). Transfer pengetahuan ke lokasi terpencil.

2.2.3 Keterbatasan Sistem Pakar


Adapun kelemahan Sistem pakar adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan tidak selalu siap tersedia.
2. Akan sulit mengekstrak keahlian dari manusia.
3. Pendekatan tiap pakar pada suatu penilaian situasi mungkin
berbeda tetapi benar.
4. Sulit, bahkan bagi pakar berkemampuan tinggi, untuk
mengikhtisarkan penilaian situasi yang baik pada saat berada
dalam tekanan waktu.
5. Penggunaan sistem pakar memiliki batasan kognitif alami.
6. ES bekerja dengan baik hanya dalam domain pengetahuan
sempit.
7. Kebanyakan pakar tidak memiliki sarana mandiri untuk
memeriksa apakah kesimpulannya masuk akal.
16

8. Kosa kata yang digunakan pakar untuk menyatakan fakta dan


hubungan.

2.2.4 Metode Inferensi dalam Sistem Pakar


Menurut (Martin, 1998) Metode Inferensi dalam sistem
pakar adalah bagian yang menyediakan mekanisme fungsi berfikir
dan pola-pola penalaran sistem yang digunakan oleh seorang pakar.
Metode ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya
akan mencari jawaban atau kesimpulan yang terbaik.
Metode ini akan memulai pelacakannya dengan mencocokkan
kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang
ada dalam basis data.
Dua Metode Inferensi yaitu:
a. Backward Chaining
Backward Chaining adalah pendekatan goal-driven yang
dimulai dari harapan apa yang akan terjadi (hipotesis) dan kemudian
mencari bukti yang mendukung (atau berlawanan) dengan harapan.
Sering hal ini memerlukan perumusan dan pengujian hipotesis
sementara (subhipotesis).
b. Forward Chaining
Forward Chaining adalah pendekatan data-driven yang dimulai
dari informasi yang tersedia atau dari ide dasar, kemudian mencoba
menarik kesimpulan.
Terdapat dua pendekatan untuk mengontrol inferensi dalam
sistem pakar berbasis aturan(Arhami, 2005), yaitu pelacakan ke
belakang (backward chaining) dan pelacakan ke depan (Forward
Chaining). Pelacakan ke belakang adalah pendekatan yang di motori
17

tujuan terlebih dahulu (goal-driven). Dalam pendekatan ini


pelacakan dimulai dari tujuan, selanjutnya dicari aturan yang
memiliki tujuan tersebut untuk kesimpulannya.

Gambar 2.1 Proses Backward Chaining


(Sumber: Muhammad Arhami, 2005:19)

Pelacakan kedepan adalah pendekatan yang dimotori data


(data-driven). Dalam pendekatan ini pelacakan dimulai dari
informasi masukan, dan selanjutnya mencoba menggambarkan
kesimpulan. Pelacakan ke depan mencari fakta yang sesuai dengan
bagian IF dari aturan IF-THEN.

Gambar 2.2 Proses Forward Chaining


(Sumber: Muhammad Arhami, 2005:20)

2.2.5 Alasan Pengembangan Sistem Pakar


Menurut (Kusumadewi,2003) Seorang pakar dengan sistem
pakar mempunyai banyak perbedaan. perbandingan kemampuan
18

antara seorang pakar dengan sebuah sistem pakar. Dapat


digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Seorang Pakar dengan Sistem Pakar

No Pakar Manusia Sistem Pakar


1 Terbatas waktu karena Tidak terbatas karena
manusia membutuhkan dapat digunakan
istirahat kapanpun juga
2 Tempat akses bersifat lokal
Dapat digunakan
pada suatu tempat saja
diberbagai tempat
dimana pakar berada
3 Pengetahuan bersifat variabel
Pengetahuan bersifat
dan dapat berubah tergantung
konsisten
situasi
4 Kecepatan untuk
kecepatan untuk menemukan memberikan solusi
solusi berfariasi konsisten dan lebih
cepat daripada manusia
5 Biaya yang diperlukan untuk Biaya yang dibutuhkan
konsultasi sangat mahal konsultasi lebih murah

Pengembangan penjelasan lebih lanjut mengenai keunggulan


sistem pakar dibanding seorang pakar, yaitu:
1. Sistem pakar bisa digunakan setiap hari menyerupai sebuah
mesin sedangkan seorang pakar tidak mungkin bekerja terus
menerus setiap hari tanpa beristirahat.
2. Sistem pakar merupakan suatu software yang dapat
diperbanyak dan kemudian dibagikan ke berbagai lokasi
maupun tempat yang berbeda-beda untuk digunakan
sedangkan seorang pakar hanya bekerja pada satu tempat dan
pada saat yang bersamaan.
3. Suatu sistem pakar dapat diberi pengamanan untuk
menentukan siapa saja yang diberikan hak akses untuk
menggunakannya dan jawaban yang diberikan oleh sistem
terbebas dari proses intimidasi atau ancaman, sedangkan
19

seorang pakar bisa saja mendapat ancaman atau tekanan pada


saat menyelesaikan permasalahan.
4. Pengetahuan (knowledge) yang disimpan pada sistem pakar
tidak akan bisa hilang atau lupa, yang dalam hal ini tentu
harus didukung oleh maintenance yang baik, sedangkan
pegetahuan seorang pakar manusia lambat laun akan hilang
karena meninggal, usia yang semakin tua, maupun menderita
suatu penyakit.
5. Kemampuan memecahkan masalah pada suatu sistem pakar
tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti intimidasi,
perasaan kejiwaan, faktor ekonomi atau perasaan tidak suka.
6. Umumnya kecepatan dalam memecahkan masalah pada
suatu sistem pakar relatif lebih cepat dibandingkan oleh
seorang pakar manusia.
7. Biaya menggaji seorang pakar lebih mahal bila dibandingkan
dengan penggunaan program sistem pakar (dengan asumsi
bahwa program sistem pakar itu sudah ada).

2.2.6 Konsep Dasar Sistem Pakar


Menurut Efraim Turban (1995), konsep dasar sistem pakar
mengandung keahlian, ahli, pengalihan keahlian, inferensi, aturan
dan kemampuan menjelaskan. Keahlian adalah suatu kelebihan
penguasaan pengetahuan dibidang tertentu yang diperoleh dari
praktek di lapangan, membaca atau pengalaman. Contoh bentuk
pengetahuan yang termasuk keahlian adalah:
1. Fakta-fakta pada lingkup permasalahan tertentu.
2. Teori-teori pada lingkup permasalahan tertentu.
20

3. Prosedur-prosedur dan aturan-aturan berkenaan dengan


lingkup permasalahan tertentu.
4. Strategi-strategi global untuk menyelesaikan masalah.
5. Meta-knowledge (pengetahuan tentang pengetahuan).

2.2.7 Bentuk-Bentuk Sistem Pakar


Ada 4 bentuk sistem pakar, yaitu (Kusumadewi, 2003):
1. Berdiri sendiri. Sistem pakar jenis ini merupakan software
yang berdiri-sendiri tidak tergabung dengan software yang
lainnya.
2. Tergabung. Sistem pakar jenis ini merupakan bagian
program yang terkandung didalam suatu algoritma
(konvensional), atau merupakan program dimana didalamnya
memanggil algoritma suburtin lain (konvensional).
3. Menghubungkan ke software lain. Bentuk ini biasanya
merupakan sistem yang menghubungkan ke suatu paket
program tertentu, misalnya dengan DBMS.
4. Sistem Mengabdi. Sistem pakar merupakan bagian dari
computer khusus yang dihubungkan dengan suatu fungsi
tertentu. Misalnya sistem pakar yang digunakan untuk
membantu menganalisis data radar.

2.2.8 Basis Pengetahuan (Knowledge Based)


Basis pengetahuan berisi pengetahuan-pengetahuan dalam
penyelesaian masalah, tentu di dalam domain tertentu. Ada 2 bentuk
pendekatan basis pengetahuan yang sangat umum digunakan,
(Kusumadewi, 2003) yaitu:
21

1. Penalaran berbasis aturan (Rule-Based Reasoning) Pada


penalaran berbasis aturan, pengetahuan direpresentasikan
dengan menggunakan aturan berbentuk: IF-THEN. Bentuk
ini digunakan apabila kita memiliki sejumlah pengetahuan
pakar pada suatu permasalahan tertentu, dan seorang pakar
dapat menyelesaikan masalah tersebut secara berurutan.
Disamping itu, juga digunakan apabila dibutuhkan
penjelasan tentang jejak (langkah langkah) pencapaian
solusi.
2. Penalaran berbasis kasus (Case-Based Reasoning). Pada
penalaran berbasis kasus, basis pengetahuan akan berisi
solusi-solusi yang telah dicapai sebelumnya, kemudian akan
diturunkan suatu solusi untuk keadaan yang terjadi sekarang
(fakta yang ada). Bentuk ini akan digunakan apabila user
menginginkan untuk tahu lebih banyak lagi pada kasus-kasus
yang hampir sama (mirip). Selain itu, bentuk ini juga
digunakan apabila kita telah memiliki sejumlah situasi atau
kasus tertentu dalam basis pengetahuan. Dalam studi kasus
pada sistem berbasis pengetahuan terdapat beberapa
karakteristik yang dibangun untuk membantu dalam
membentuk serangkaian prinsip-prinsip arsitekturnya.
Prinsip tyersebut meliputi :
1. Pengetahuan merupakan kunci kekuatan sistem pakar.
2. Pengetahuan merupakan kunci kekuatan sistem pakar
3. Pengetahuan sering miskin spesifikasi.
4. Amatair menjadi ahli secara bertahap.
5. Sistem pakar harus fleksibel.
6. Sistem pakar harus transparan.
22

2.3 Forward Chaining (Runut Maju)


Forward Chaining merupakan suatu penalaran yang dimulai
dari fakta untuk mendapatkan kesimpulan (conclusion) dari fakta
tersebut (Giarratano and Riley, 2005). Forward Chaining bisa
dikatakan sebagai strategi inference yang bermula dari sejumlah
fakta yang diketahui. Pencarian dilakukan dengan menggunakan
rules yang premisnya cocok dengan fakta yang diketahui tersebut
untuk memperoleh fakta baru dan melanjutkan proses hingga goal
dicapai atau hingga sudah tidak ada rules lagi yang premisnya cocok
dengan fakta yang diketahui maupun fakta yang diperoleh.

Forward Chaining bisa disebut juga runut maju atau pencarian


yang dimotori data (data driven search). Jadi pencarian dimulai dari
premis-premis atau informasi masukan (if) dahulu kemudian menuju
konklusi atau derived information (then).

Forward Chaining berarti menggunakan himpunan aturan


kondisi-aksi. Dalam metode ini, data digunakan untuk menentukan
aturan mana yang akan dijalankan atau dengan menambahkan data
ke memori kerja untuk diproses agar ditemukan suatu hasil.
Forward Chaining digunakan jika :
a. Banyak aturan berbeda yang dapat memberikan kesimpulan yang
sama.
b. Banyak cara untuk mendapatkan sedikit konklusi.
c. Benar-benar sudah mendapatkan berbagai fakta, dan ingin
mendapatkan konklusi dari fakta-fakta tersebut.
23

Adapun tipe sistem yang dapat menggunakan teknik pelacakan


Forward Chaining, yakni :
a. Sistem yang direpresentasikan dengan satu atau beberapa
kondisi.
b. Untuk setiap kondisi, sistem mencari rule-rule dalam knowledge
base untuk rule-rule yang berkorespondensi dengan kondisi
dalam bagian if.
c. Setiap rule dapat menghasilkan kondisi baru dari konklusi yang
diminta pada bagian then. Kondisi baru ini dapat ditambahkan
ke kondisi lain yang sudah ada.
d. Setiap kondisi yang ditambahkan ke sistem akan diproses. Jika
ditemui suatu kondisi, sistem akan kembali ke langkah 2 dan
mencari rule-rule dalam knowledge base kembali. Jika tidak ada
konklusi baru, sesi ini berakhir.

Gambar 2.3 Pelacakan Ke Depan (Forward Chaining)


Jika klausa premis sesuai dengan situasi (bernilai true), maka
proses akan meng-assert konklusi. Forward chaining juga
digunakan jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar dan tidak
dalam.
Pada metode Forward Chaining, ada 2 cara yang dapat
dilakukan untuk melakukan pencarian, yaitu :
a. Dengan memasukkan semua data yang tersedia ke dalam sistem
pakar pada satu kesempatan dalam sesi konsultasi. Cara ini
24

banyak berguna pada sistem pakar yang termasuk dalam proses


terautomatisasi dan menerima data langsung dari komputer yang
menyimpan database, atau dari satu set sensor.
b. Dengan hanya memberikan elemen spesifik dari data yang
diperoleh selama sesi konsultasi kepada sistem pakar. Cara ini
mengurangi jumlah data yang diminta, sehingga data yang
diminta hanyalah data-data yang benar-benar dibutuhkan oleh
sistem pakar dalam mengambil kesimpulan.

Contoh pelacakan Forward Chaining :


Rule - rule yang diberikan :
1. R1 : Jika A dan C, maka E
2. R2 : Jika D dan C maka F
3. R3 : Jika B dan E maka F
4. R4 : Jika B maka C
5. R5 : Jika F maka G
Fakta yang ada : A benar dan B benar
1. Dalam Forward Chaining pencarian dimulai dengan fakta yang
diketahui dan mengambil fakta baru menggunakan aturan yang
telah diketahui pada sisi Jika.
2. Karena diketahui A dan B benar, sistem pakar mulai dengan
mengambil fakta baru menggunakan aturan yang memiliki A dan
B pada sisi Jika. Dengan menggunakan R4, sistem pakar
mengambil fakta baru C dan menambahkannya ke dalam
assertion base sebagai benar.
3. Sekarang R1 fire(karena A dan C benar) dan nyatakan E sebagai
benar dalam assertion base sebagai benar.
25

4. Karena B dan E keduanya benar (berada dalam assertion base),


R3 fire dan menetapkan F sebagai benar dalam assertion base.
5. Sekarang R5 fire (karena F berada dalam sisi Jika), yang
menetapkan G sebagai benar, jadi hasilnya adalah G.

2.4 Definisi dan Kriteria Autis


Autisme merupakan gangguan yang dimulai dan dialami pada
masa kanakkanak. Autisme infantil (autisme pada masa kanak-
kanak) adalah gangguan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukan dengan penguasaan
yang tertunda, echolalia (meniru/membeo), mutism (kebisuan, tidak
mempunyai kemampuan untuk berbicara), pembalikan kalimat dan
kata (menggunakan kamu untuk saya), adanya aktivitas bermain
yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan
obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya,
rasa takut akan perubahan, kontak mata yang buruk, lebih menyukai
gambar dan benda mati (Kaplan dkk, 1994).
Autisme berasal dari kata Yunani autos yang berarti self
(diri). Kata autisme ini digunakan didalam bidang psikiatri untuk
menunjukkan gejala menarik diri (Budhiman, 2002).
Autisme bukanlah penyakit menular, namun suatu gangguan
perkembangan yang luas yang ada pada anak. Seorang ahli
mengatakan autisme adalah dasar dari manusia yang berkepribadian
ganda (Sizhophren). Autis pada anak berbeda-beda tarafnya dari
yang ringan sampai yang berat. Autis dapat terjadi pada siapa saja
tanpa membedakan perbedaan status sosial maupun ekonomi.
26

Dengan perbandingan 4:1 pada anak laki-laki. IQ pada anak autis


bisa dari yang rendah sampai IQ yang tinggi (Gunawan, 2001).

2.4.1 Jenis-Jenis Terapi Autis


Ada beberapa terapi yang digunakan untuk penanganan anak
autis yaitu:
a. Terapi Medikamentosa adalah terapi dengan obat-obatan
bertujuan memperbaiki komunikasi, memperbaiki respon
terhadap lingkungan, dan menghilangkan perilaku aneh serta
diulang-ulang.(Widyawati dkk, 2003).
b. Terapi biomedis adalah terapi bertujuan memperbaiki
metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian suplemen.
c. Terapi Wicara adalah terapi untuk membantu anak autis
melancarkan otototot mulut sehingga membantu anak autis
berbicara lebih baik (Suryana, 2004).
d. Terapi Perilaku adalah metode untuk membentuk perilaku
positif pada anak autis, terapi ini lebih dikenal dengan nama
ABA (Applied Behavior Analysis) atau metode
Lovass.(Handojo, 2003).
e. Terapi Okupasi adalah terapi untuk melatih motorik halus
anak autis. Terapi okupasi untuk membantu menguatkan,
memperbaiki koordinasi dan keterampilan ototnya (Suryana,
2004).
f. Terapi Bermain adalah proses terapi psikologik pada anak,
dimana alat permainan menjadi sarana utama untuk
mencapai tujuan. (Sutadi dkk, 2003).
g. Terapi Sensory Integration adalah pengorganisasian
informasi melalui sensori-sensori (sentuhan, gerakan,
27

keseimbangan, penciuman, pengecapan, penglihatan dan


pendengaran) yang sangat berguna untuk menghasilkan
respon yang bermakna (Sutadi dkk, 2003).
h. Terapi Auditory Integration adalah terapi untuk anak autis
agar pendengarannya lebih sempurna (Suryana, 2004).

2.4.2 Klasifikasi Autis


Klasifikasi autisme sedang dan berat sering kali disimpulkan
setelah anak didiagnosa autisme. Klasifikasi ini dapat diberikan
melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS).(Schopler dkk
dalam Berkell, 1992)
2.4.3 Penyebab Autis
Ada beberapa penyebab autisme, dugaan penyebab autisme
dan diagnosis medisnya yaitu faktor biologis, gangguan
perkembangan susunan saraf, dan kelainan fungsi luhur otak:
(Budhiman dkk, 2002; Budhiman dalam Suryana, 2004; Yatim
dalam Suryana, 2004).
Beberapa teori penyebab autis :
1. Genetik dan heriditer
2. Teori kelebihan Opioid
- Unsur opioid-like
- Kekurangan enzyme dipeptidyl peptidase
- Dermorphin dan Sauvagine
- Opioids dan secretin
- Opioids dan glutathione
- Opioids dan immunosuppression
3. Gluten atau casein teori dan hubungan gangguan celiac
- igA urine
28

- Teori gamma interferon


- Teori metabolism sulfat
4. Kolokistokinin
5. Oksitosin dan vasopressin
6. Metilation
7. Imunitas teori autoimun dan alergi makanan
8. Zat darah penyerang kuman ke myelin protein basis dasar
9. Teori infeksi karena virus vaksinasi
10. Teori sekretin
11. \Teori kelainan saluran cerna
12. Paparan aspartame
13. Kekurangan vitamin, mineral nutrisi tertentu
14. Orphanin protein

2.4.4 Karakteristik Anak Autis


Anak Autis mempunyai karakteristik dalam bidang
komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku dan
emosi: (Suryana, 2004)
a. Komunikasi
1. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
2. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah
bicara tapi kemudian sirna.
3. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
4. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang
tidak dapat dimengerti orang lain.
5. Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi.
6. Senang meniru atau membeo (echolalia).
29

7. Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau


nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya.
8. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau
sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.
9. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk
melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin
meminta sesuatu.
b. Interaksi Sosial
1. Penyandang autistik lebih suka menyendiri.
2. Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari
untuk bertatapan.
3. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman.
4. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh.
c. Gangguan Sensoris
1. Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka
dipeluk.
2. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
3. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-
benda.
4. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
d. Pola Bermain
1. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
2. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
3. Tidak kreatif, tidak imajinatif.
4. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda
dibalik lalu rodanya diputar-putar.
5. Senang akan benda yang berputar seperti kipas angin,
roda sepeda.
30

6. Dapat sangat lekat dengan bendabenda tertentu yang


dipegang terus dan dibawa kemana-mana.
e. Perilaku
1. Dapat berperilaku (hiperaktif) atau kekurangan (deficit).
2. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti
bergoyang-goyang, mengepakan tangan, berputar-putar
dan melakukan gerakan yang berulang -ulang.
3. Tidak suka pada perubahan.
4. Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong.
f. Emosi
1. Sering marah-marah tanpa alas an yang jelas, tertawa-
tawa, menangis tanpa alasan.
2. Tempertantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang
tidak diberikan keinginannya.
3. Kadang suka menyerang dan merusak.
4. Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya
sendiri.
5. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan
orang lain.
Namun gejala tersebut diatas tidak harus ada pada setiap anak
penyandang autisme. Pada anak penyandang autism berat mungkin
hampir semua gejala ada tapi pada kelompok yang ringan mungkin
hanya terdapat sebagian saja (Suryana, 2004).

2.5 Ajax (Asynchronous JavaScript and XML)


Menurut (Desrizal, 2009) AJAX adalah singkatan dari
Asynchronous JavaScript and XML. AJAX, terdiri dari HTML,
31

Javascript, DHTML dan DOM yang kemudian digabungkan dengan


bahasa pemograman web di sisi server seperti PHP dan ASP,
sehingga membentuk suatu aplikasi berbasis web yang interaktif.
AJAX bukanlah bahasa pemograman baru, tetapi adalah teknik baru
untuk membuat aplikasi web lebih baik, lebih cepat dan lebih
interaktif. Dengan AJAX, Javascript dapat langsung berkomunikasi
dengan server dengan menggunakan objek XMLHttpRequest.
Dengan objek ini, javascript dapat melakukan transaksi data dengan
server web, tanpa harus me-reloading halaman web tersebut secara
keseluruhan.
Berikut adalah teknologi yang termasuk dalam aplikasi AJAX:
HTML yang digunakan untuk membuat Web forms dan
mengindentifikasikan filed-field yang akan digunakan dalam
aplikasi.
JavaScript adalah kode inti untuk menjalankan aplikasi AJAX
dan untuk membantu memfasilitasi komunikasi dengan aplikasi.
DHTML, atau Dynamic HTML, membantu untuk membuat form
atau web dinamis. Dalam DHTML ini akan digunakan <div>,
<span> dan elemen HTML dinamis lainnya.
DOM, Document Object Model, akan digunakan (melalui kode
JavaScript) untuk bekerja dengan kedua struktur dari HTML
dan XML yang dalam beberapa kasus berasal dari server.
Objek pertama yang harus dimengerti adalah
XMLHttpRequest. Ini adalah objek javascript dan membuatnya
sederhana seperti ditunjukkan pada Kode Program 2.1.
32

Kode Program 2.1 Membuat Objek XMLHttpRequest.


1. <script language="javascript" type="text/javascript">
2. var xmlHttp = new XMLHttpRequest();
3. </script>

Untuk mendapatkan dan mengirim data dari atau ke suatu


database atau file di server menggunakan javascript tradisional,
maka dibuat HTML Form. User harus memilih tombol submit
untuk mengirim atau mendapatkan informasi, menunggu respon dari
server, kemudian halaman yang baru berupa hasilnya akan di-load.
Server selalu memberikan halaman baru setiap user memilih tombol
submit, aplikasi web sederhana akan berjalan lambat dan akan
kurang user-friendly.

Gambar 2.4 Perbandingan Web Aplikasi Tradisional dengan AJAX


(Desrizal, 2009)
Gambar 2.4 merupakan perbedaan antara model aplikasi web
menggunakan AJAX dan tanpa AJAX. Perbedaan yang tampak
adalah pada sisi browser client dimana pada model aplikasi web
menggunakan AJAX, menggunakan Javascript, AJAX, dan XML.
33

2.6 jQuery
jQuery adalah javascript library, jQuery mempunyai
semboyan write less, do more. jQuery dirancang untuk
memperingkas kode-kode javascript. JQuery adalah javascript
library yang cepat dan ringan untuk menangani dokumen HTML,
menangani event, membuat animasi, dan interaksi ajax. JQuery
dirancang untuk mengubah cara menulis javascript. Sebelum
memulai mempelajari jQuery, harus mempunyai pengetahuan dasar
terlebih dahulu mengenai HTML, CSS dan Javascript (Desrizal,
2009).
Library jQuery mempunyai kemampuan :
Kemudahan mengakses elemen-elemen HTML
Memanipulasi elemen HTML
Memanipulasi CSS
Penanganan event HTML
Efek-efek javascript dan animasi
Modifikasi HTML DOM
AJAX
Menyederhanakan kode javascript lainnya
Sintaks jquery biasanya dibuat untuk memilih elemen-elemen HTML
dan melakukan aksi
terhadap elemen yang dipilih.
Sintaks : $(selector).action()
Keterangan :
Tanda dollar, untuk mendefinisikan jQuery
(selector), untuk menunjukkan elemen yang dipilih atau dituju
34

action(), adalah jQuery action yang akan dilakukan terhadap


elemen yang dipilih.
Contoh :
$(this).hide() : menyembunyikan elemen saat ini
$("p").hide() : menyembunyikan semua paragraf atau konten dari
tag <p>
$(".test").hide() : menyembunyikan elemen yang mempunyai
class="test"
$("#test").show() : menampilkan elemen yang mempunyai
id="test"
Karena hampir segala sesuatu yang dilakukan bila
menggunakan jQuery membaca atau memanipulasi document object
model (DOM), perlu memastikan bahwa pengguna mulai
menambahkan event segera setelah DOM siap. Untuk melakukan hal
ini, ditambahkan kode ready event untuk dokumen.
$(document).ready(function(){
//kode anda di sini
});
Kode di atas berarti jika pengguna ingin kode dijalankan apabila
halaman HTML telah dijalankan semuanya. Atau dengan kode
javascript biasanya seperti ini :
window.onload = function(){ //kode anda di sini } (e-book,
PHP Ajax Javascript jQuery Tutorial Indonesia).

2.7 PHP
Berdasarkan informasi dari situs resmi PHP, PHP.net, PHP
(PHP: Hypertext Prepocessor) merupakan bahasa pemrograman
35

web yang dapat disisipkan dalam script HTML. Banyak sintaks di


dalamnya yang mirip dengan bahasa C, Java dan Perl. Tujuan dari
bahasa ini adalah membantu para pengembang web untuk membuat
web dinamis dengan cepat.
Ketika seseorang mengunjungi web berbasis PHP, web server
akan memproses kode-kode PHP. Beberapa perintah atau kode dari
PHP tersebut selanjutnya ada yang diterjemahkan ke dalam HTML
dan beberapa ada yang disembunyikan (misalnya proses kalkulasi
dan operasi). Setelah diterjemahkan ke dalam HTML, web server
akan mengirim kembali ke web browser pengunjung tersebut. Yang
bisa dilakukan dengan PHP antara lain :
Mengurangi waktu untuk membuat web berskala besar
Mampu menciptakan web interaktif
Menciptakan berbagai tool untuk keperluan online
(http://www.hotscripts.com/PHP/Scripts_and_Programs/)
Mendukung e-commerce (shopping carts)
Untuk dapat bekerja dengan PHP, berikut ini adalah beberapa
aplikasi yang diperlukan:
Web server (Apache, IIS, Personal Web Server/PWS)
PHP server (dapat didownload di PHP.net)
Database server (MySQL, Interbase, MS SQL, dll)
Web Editor (Dreamweaver, Frontpage, dll)
Dapat pula menggunakan tool aplikasi yang di dalamnya
sudah terdapat web server (Apache), PHP server, dan MySQL yang
terintegrasi menjadi satu. Tool tersebut dapat diinstal di PC sebagai
sarana belajar PHP. Beberapa contoh tool tersebut di antaranya
adalah Easyphp (Easyphp.org), PHPTriad, AppServe, dll. PHP
36

server dapat berjalan dengan baik di beberapa OS seperti Windows,


Linux, dan Macintosh.(Yuana, 2010)

2.8 MySql
MySQL merupakan software sistem manajemen database
(Database Management System DBMS ) yang sangat populer
dalam pemrograman web. MySQL merupakan database yang paling
populer digunakan untuk membangun aplikasi web yang
menggunakan database sebagai sumber dan pengelola datanya
(Sutarman, 2006).
Database MySQL tersedia secara bebas dan boleh digunakan
oleh semua orang dengan lisensi open source. MySQL dikenal
sebagai database yang pertama kali didukung oleh bahasa
pemrograman script untuk internet-PHP.
MySQL lebih umum digunakan untuk membagun aplikasi
berbasis web, umumnya pengembangan aplikasinya menggunakan
bahasa pemrograman script PHP (Sidik, 2007).

Anda mungkin juga menyukai