Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS

MATERIAL HANDLING, TIPE-TIPE LAYOUT, METODE LAYOUT

OLEH

JULIUS PARSAORAN S 05121001084


HARDI PS 05121001088
SUCI VISTARIA S 05121001089
SINTIA PUTRI PERDANA 05121001092
NURSITTAH 05121001093
YENI SETIANINGSIH 05121001094
PANJI ILHAM RAMADHAN 05121001095
KHORTA PUTRA PRATAMA 05121001096
YANIAR TRI H 05121401018

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam tiap proses produksi diperlukan beberapa pertimbangan yang matang


menyangkut batas maksimal kerja dari suatu alat dan mesin yang digunakan selama proses
tersebut berlangsung. Hal ini menjadi sesuatu penting untuk melihat sejauh mana alat-alat
produksi mampu beroperasi. Jika dalam menjalankan fungsinya, alat tersebut dipaksakan,
maka tidak menutup kemungkinan terjadinya over load, sehingga hal tersebut menyebabkan
alat menjadi cepat aus.
Dengan demikian akan semakin membengkakkan biaya produksi. Dari gambaran
tersebut terlihat bahwa perencanaan kapasitas menjadi begitu penting. Perencanaan kapasitas
adalah suatu proses sitematis untuk menentukan tingkat kapasitasnya optimal atas dasar
permintaan pasar yang diperkirakan. Dalam perencanaan kapasitas ada pilihan-pilihan yang
tetap harus diperhatikan agar sasaran perusahaan dapat dicapai.
Perencanaan kapasitas adalah proses untuk memutuskan kebutuhan kapasitas produksi
oleh perusahaan untuk mempertemukan perubahan permintaan setiap produk.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Capacity planning). Tujuan perancanaan kapasitas adalah
pencapaian tingkat utilitas tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi, dimana
penetapan ukuran fasilitas sangatlah menentukan. Perencanaan Kapasitas dapat Dilihat dalam
tiga Horizon waktu:
A. Kapasitas jangka pendek (< 3 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka pendek dikaitkan pada proses penjadwalan harian atau
mingguan dan menyangkut pembuatan penyesuian-penyesuian untuk menghapus
variance antara keluaran yang direncanakan dan keluaran nyata . keputusan perencanaan
mencakup alternatif alternatif seperti kerja lembur, pemindahan personalia, penggantian
routing produksi.
B. Kapasitas jangka menengah (3-18 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka menengah ( intermediet range) - rencana- rencana bulanan
atau kuartalan untuk 3 sampai 18 bulan yang atau yang akan datang. Dalam hal ini, kapasitas
juga bervariasi karena alternative alternative seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan
kerja, peralatan peralatan bukan utama.
C. Kapasitas jangka panjang p (>1 tahun)
Perencanaan kapasitas jangka panjang (long time) lebih dari satu tahun. Di mana
sumber daya produktif memakan waktu lama untuk memperoleh atau menyelesaikan, seperti
bangunan, peralatan atau fasilitas. Perencanaan kapasitas jangka panjang memerlukan
partisipasi dan persetujuan manajemen puncak.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menerangkan defenisi perencanaan kapasitas
2. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam perencanaan kapasitas
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang material handling
4. Mahasiswa bisa menerangkan tipe-tipe layout
5. Mahasiswa dapat mendeskripsikan tentang metode layout yang digunakan
BAB II
PEMBAHASAN

MATERIAL HANDLING

1. Pengertian Material Handling


Menurut Assauri (2008), dalam produksi terdapat bermacam-macam proses yang
harus dilalui oleh produk tersebut untuk sampai selesai dan siap dikirim ke pasar.
Pergerakan/perpindahan bahan itu disebut material movement . Akan tetapi bahan-bahan
merupakan benda mati yang tidak dapat bergerak dengan sendirinya. Oleh karena itu
dibutuhkan kegiatan pemindahan bahan yang disebut material handling. Jadi material
handling merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut, dan meletakkan bahan-
bahan/barang-barang dalam proses di dalam pabrik sampai pada saat barang jadi/produk akan
dikeluarkan dalam pabrik.
Material handling (penanganan material) dapat diartikan sebagai menangani material
dengan menggunakan peralatan dan metode yang benar. Perencanaan sistem material
handling merupakan suatu komponen penting dalam perencanaan fasilitas terutama dalam
kaitannya dengan desain tata letak. Oleh karena itu, perencanaan tata letak dan perencanaan
penanganan material selalu saling terkait satu dengan yang lainnya. ( Eddy Herjanto ;
Manajemen Operasi Edisi 3 ; Grasindo ; 2008 ; Hal 143 )
Pengertian Material Handling menurut John A Stubin, dalam Business Management yaitu,
Material handling adalah suatu bagian yang integral dari proses produksi yang meliputi
penyimpanan, pemuatan, penuranan, dan juga bagian transportasi mengangkut material ke
pengepakan sampai barang jadi yang siap dipasarkan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa material handling adalah
kegiatan mengangkat, mengangkut, meletakkan bahan-bahan dalam proses di dalam pabrik,
kegiatan ini dimulai sejak bahan-bahan masuk, atau diterima di pabrik, sampai pada saat barang
jadi dikeluarkan dari pabrik.
Di dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan (material
handling) merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan
diperhitungkan. Pentingnya masalah pemindahan bahan ini karena tujuan utama dari
pemindahan bahan berhubungan langsung dengan suatu cakupan yang luas yang berurusan
dengan efisiensi produksi menyeluruh.
Kegiatan material handling adalah kegiatan yang tidak produktif, karena pada
kegiatan ini bahan tidak mendapat perubahan bentuk atau perubahan nilai, sehingga
sebenarnya akan mengurangi kegiatan yang tidak efektif dan mencari ongkos material
handling terkecil. Menghilangkan transportasi, tidaklah mungkin dilakukan, maka caranya
adalah dengan melakukan hand off, yaitu menekan jumlah ongkos yang digunakan untuk
biaya transportasi. Menekan jumlah ongkos transportasi dapat dilakukan dengan cara
menghapus langkah transportasi, mekanisasi, atau meminimasi jarak.

2. Tugas - Tugas Bagian Material Handling


Tugas-tugas dari bagian material handling antara lain :
1. Mengadakan penyelidikan dan analisis untuk dapat menentukan bagaimana kegiatan
material handling dilakukan sehingga dapat lebih efisien.
2. Merencanakan, mengadakan pengujian/pengetesan dari perkembangan alat-alat material
handling yang baru.
3. Memberikan rekomendasi mengenai perbaikan yang perlu dilakukan dalam cara-cara
pemindahan bahan (material handling) dan dalam pemasangan perlengkapan dan
peralatan handling yang baru.
4. Mengikuti pelaksanaan dan membuat laporan mengenai pemasangan perlengkapan atau
perlatan handling yang baru tersebut.

3. Tujuan Material Handling


Tujuan dari dilaksanakannya material handling adalah sebagai berikut ini :
1. Menyediakan atau menempatkan bahan-bahan di tempat kerja. ("Make Ready").
2. Melakukan kegiatan yang nyata dalam pengolahan atau pembuatan barang. ("Do").
3. Memindahkan barang-barang, bahan-bahan dari tempat kerja. ("Put Away ").
Pada dasamya tujuan diadakannya material handling adalah untuk menghilangkan
pemborosan atau inefisiensi. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa tujuan material handling
adalah untuk mengangkat, mernindahkan serta menempatkan material pada saat dibutuhkan, dan
untuk melancarkan proses produksi agar barang-barang dapat diseiesaikan tepat pada
waktunya, serta unutuk menekan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

4. Biaya Material Handling


Biaya yang keluar dari pelaksanaan kegiatan material handling terdiri atas, upah untuk
orang yang memindahkan bahan (material handller), biaya investasi dari berbagai alat
pemindahan bahan yang digunakan dan biaya-biaya yang tidak dapat dipisahkan dan
termasuk dalam biaya produksi untuk mengerjakan produk hasilnya. Dari biaya material
handling ada sebagian yang termasuk biaya langsung (direct cost) dan sebagian biaya tidak
langsung (indirect cost).
Biaya material handling ini sangat sulit dipisahkan dari unsur-unsur biaya produksi
lainnya, maka sangat sukar untuk menentukan besarnya biaya material handling dengan tepat.
Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan dalam suatu perusahaan / industri terdiri atas:
1. Menyediakan atau menempatkan bahan-bahan di tempat kerja yang disebut make
ready.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata dalam pengolahan atau pembuatan barang-
barang yang disebut do.
3. Memindahkan barang-barang dan bahan-bahan dari tempat kerja yang disebut put
way.

Biaya material handling ini terdiri atas:


a. Upah orang yang memindahkan bahan (material handler),
b. Biaya investasi dari berbagai alat pemindahan bahan yang digunakan
c. Biaya untuk mengerjakan produk hasilnya.

Suatu system dari material handling yang baik dan efisien akan memberikan
keuntungan-keuangan atau sumbangan kepada pabrik secara efektif dengan jalan atau cara
sebagai berikut:
Biaya handling menjadi lebih murah atau mudah.
Hasil yang dapat ditampung oleh pabrik lebih banyak.
Berkurangnya waktu yang tidak produktif.

Peralatan material handling yang biasanya dipergunakan dalam suatu perusahaan pabrik
dapat dibedakan atas 2 macam :
Fixed path equipment yaitu peralatan material handling yang sudah tetap digunakan
dalam proses produksi, dan tidak dapat digunakan untuk maksud-maksud lain.
Varied path equipment yaitu peralatan material handling yang sifatnya fleksibel dapat
dipergunakan untuk bermacam-macam tujuan dan tidak khusus untuk mengangkut
bahan-bahan tertentu.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan biaya material handling, antara lain:
1. Pengurangan jumlah dan jarak pengangkutan. Hal ini dapat ditempuh dengan
mengadakan perubahan terhadap layout.
2. Pengurangan waktu yang dibuthkan di dalam pengangkutan bahan. Hal ini dapat dicapai
dengan mengurangi atau menghilangkan sama sekali waktu-waktu menunggu (waiting
time). Dengan melakukan penghematan terhadapwaktu maka akan terdapat penghematan
berbagai macam biaya disampung itu jadwak waktupun dapat dipercepat. Penghematan
waktu berarti pula pemanfaatan alat-alat material handling secara lebih efektif.
3. Pemilihan alat pengangkutan bahan yang tepat Alat-alat pengangkutan bahan harus
dipilih agar biaya operasional dan biaya modalnya minimum, terdapat keluwesan yang
tinggi dalam pengangkutan bahan-bahan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi, dan
sebagainya.

5. Prinsip Dasar Material Handling


Beberapa prinsip dasar yang perlu mendapat perhatian di dalam perencanaan penanganan
material (material handling) adalah sebagai berikut :
1. Sistem penanganan material yang disusun harus dapat memenuhi tujuan dan persyaratan dasar,
serta mempertimbangkan keinginan masa datang.
2. Sistem kegiatan penanganan dan penyimpanan hendaknya merupakan suatu sistem operaasi
yang terintegrasi termasuk dalam penerimaan, inspeksi, penyimpanan, produksi, perakitan,
pengemasan, pergudangan, pengangkutan dan transportasi.
3. Peralatan penanganan material dan prosedurnya agar didisain sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan factor kemampuan manusia dan keterbatasannya, sehingga dapat terjadi
interaksi yang efektif dengan manusia yang menggunakan sistem.
4. Metode dan peralatan penanganan material yang dipilih harus memberikan biaya per unit
angkut yang rendah.
5. Faktor pemakaian energy dari sitem penanganan material dan prosedurnya harus
diikutsertakan dalam melakukan justifikasi ekonomi.
6. Penggunaan ruangan harus dimanfaatkan seefektif mungkin.
7. Sedapat mungkin memanfaatkan gaya berat untuk memindahkan material, dengan tetap
memperhatikan keterbatasan yang menyangkut factor keselamatan tenaga kerja, kerusakan
maupun kehilangan produk.
8. Untuk dapat meningkatkan informasi pengendalian material, sedapat mungkin menggunakan
komputerisasi dalam sistem penanganan material dan penyimpanan.
9. Dalam penanganan dan penyimpanan, arus data agar dapat diintegrasikan dengan arus fisik
material.
10. Urutan operasi dan tata-letak peralatan harus efektif dan efisien.
11. Metode dan peralatan penanganan material agar distandarisasikan sehingga terdapat kesamaan
dalam pelaksanaan dan acuan yang digunakan.
12. Peralatan penanganan material jika mungkin dimekanisasikan untuk meningkatkan efisiensi.
13. Metode dan peralatan penanganan material yang digunakan harus memiliki dampak minimal
terhadap lingkungan.
14. Metode penanganan harus sesederhana mungkin, dengan mengeliminasi, mengurangi, atau
mengkombinasikan gerakan dan atau peralatan yang tidak perlu.
15. Metode dan peralatan yang dipilih sedapat mungkin bias digunakan untuk berbagai tugas
dalam berbagai kondisi operasi.
16. Metode dan peralatan penanganan material harus sesuai dengan peraturan keselamatan yang
berlaku.
17. Sistem penanganan material harus mencakup rencana pemeliharaan dan jadwal perbaikan
untuk semua peralatan serta kebijaksanaan jangka panjang untuk penggantian peralatan dan
metode yang usang.

Beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian material (Material Handling)
antara lain:
1. Produk, bentuk dan ukuran, jumlah unit rata-rata yang harus dipindahkan, daya tahan
terhadap getaran dan benturan, bentuk dari bahan baku, dan barang setengah jadi yang harus
dipindahkan.
2. Pabrik, lokasi pintu, lokasi tangga, daya tahan lantai, letak rungan, dan jalur yang
tersedia.
3. Proses produksi, urutan, arah pemindahan material, dan perlengkapan produksi.
4. Peralatan material handling,
Manfaat yang diperoleh dari material handling adalah:
1. Penghematan biaya produksi, penurunan biaya persediaan, penggunaan ruangan lebih
efisien, serta meningkatkan produktifitas perusahaan.
2. Pengurangan sisa afval, yaitu produk-produk yang tidak sesuai standar.
3. Menaikkan luas produksi.
4. Peningkatan kondisi kerja karyawan.
5. Distribusi material akan berjalan lebih baik.
TIPE TIPE LAYOUT

Sebuah tata letak yang efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang, dan informasi di
dalam dan antar wilayah. Beberapa pendekatan dalam tata letak adalah sebagai berikut:
1. Tata letak dengan posisi tetap, guna memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek yang
besar dan memakan tempat, seperti proses pembuatan kapal laut dan gedung.
2. Tata letak yang berorientasi pada proses, berhubungan dengan produksi dengan volume
rendah, dan bervariasi tinggi.
3. Tata letak kantor, menempatkan para pekerja, peralatan, dan ruangan guna melancarkan
aliran informasi.
4. Tata letak ritel, menempatkan rak-rak dan memberikan tanggapan atas perilaku pelanggan.
5. Tata letak gudang, melihat kelebihan dan kekurangan antara ruangan dan sistem penanganan
bahan.
6. Tata letak yang berorientasi pada produk, mencari utilisasi karyawan dan mesin yang paling
baik dalam produksi yang kontinu atau berulang.

Penentuan tipe layout dilakukan setelah menganalisa jumlah mesin dan peralatan serta
area kerja yang dibutuhkan dalam proses operasi. Terdapat empat macam tipe layout secara garis
besar, yaitu :
1. tata letak fasilitas pabrik berdasarkan proses (process layout)
2. tata letak fasilitas pabrik berdasarkan aliran produk (product layout)
3. tata letak fasilitas pabrik berdasarkan posisi tetap (fixed layout)
4. tata letak fasilitas pabrik berdasarkan kelompok (group layout).
Pada prakteknya keempat tipe tersebut tidak murni diterapkan, akan tetapi berdasarkan
kombinasi yang menguntungkan.
Penjelasan secara lengkap mengenai empat tipe-tipe layout:
1. Layout proses, sering juga disebut functional layout
Mesin dan peralatan yang rnempuyai karakter atau fungsi yang sama ditempatkan dalam
satu departemen. Misalnya mesin bubut, mesin drill, dan mesin las. Layout proses dapat digunakan
sebagai suatu tipe yang menyediakan keluwesan output atau produksi berdasar pesanan, desain
produk, dan metode-metode proses pabrikasinya. Layout proses adalah karakteristik yang cocok
untuk proses manufacturing yang terputus-putus. Tata letak ini berkaitan dengan proses produksi
dengan volume rendah dan variasi tinggi, seperti mesin dan peralatan yang dikelompokkan
bersama. Tata letak yang berorientasi pada proses sangat baik untuk menangani produksi
komponen dalam batch kecil, atau disebut job-lot, dan untuk memproduksi beragam komponen
dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Kelemahan tata letak ini aada pada peralatan yang
biasanya memiliki kegunaan umum. Pesanan akan menghabiskan waktu lebih lama untuk
berpindah dalam sistem karena penjadualan sangat sulit, penyetelan mesin beruba, dan
penanganan bahan yang unik. Peralatan yang memiliki kegunaan umum membutuhkan tenaga
kerja terampil, dan persediaan barang setengah jadi menjadi lebih tinggi karena adanya
ketidakseimbangan proses produksi. Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan juga meningkat, dan
jumlah barang setengah jadi cukup tinggi sehingga mengakibatkan kebutuhan modal meningkat.

2. Layout produk, sering juga disebut line layout


Pengaturan tata letak fasilitas produksi berdasar aliran produk. Tipe ini sangat popular
dan sering digunakan pada pabrik yang menghasilkan produk secara massal (mass production),
dengan tipe produk relatif kecil dan standar untuk jangka waktu relatif lama.
Pengaturannya adalah dengan urutan operasi dari satu bagian ke bagian lain hingga produk
selesai diproses. Tujuan utama layout ini adalah mengurangi pemindahan bahan dan
memudahkan pengawasan. Misalnya pabrik perakitan mobil, lemari pendingin, dan
televisi. Layout produk adalah karakteristik yang cocok untuk proses manufacturing yang
terus menerus.

3. Layout posisi tetap, sering disebut fixed position layout


Pengaturan material atau komponen produk akan tetap pada posisinya, sedangkan
fasilitas produksi seperti peralatan, perkakas, mesin, dan pekerja yaag bergerak berpindah
menuju lokasi material tersebut. Misalnya pabrik perakitan pesawat terbang, perakitan
kapal, dan pembuatan gedung. Layout ini mengatasi kebutuhan tata letak proyek yang tidak
berpindah atau proyek yang menyita tempat yang luas.

4. Layout kelompok, sering juga disebut group layout


Pengaturan tata letak fasilitas produksi ke dalam departemen tertentu atau
kelompok mesin bagi pembuatan produk yang memerlukan proses operasi yang sama.
Setiap produk diselesaikan pada daerah tersendiri dengan seluruh urutan pengerjaan
dilakukan pada departemen tersebut.
METODE LAYOUT

Berikut adalah metode metode layout yang sering digunakan :


Cara Pertama
Mulai dengan perakitan (atau bagian proses) yang menunjukan bagaimana proses
produksi dari bahan mentah sampai produk akhir dilaksanakan.
Cara Kedua
Penentuan suatu layout baru dengan mempehatikan produk dari sudut pandang
penanganan bahan (materials handling). Apakah produk besar dan padat atau besar dan
ringan? Bagaimana tentang bentuknya? Apakah panjang dan tipis, atau lentur, atau
mudah ditumpuk?
Cara Ketiga
Mulai dengan menggambar kebutuhan lantai (ruang) yang menunjukan seluruh bagian-
bagian tetap atau semi tetap, segala sesuatu yang tidak dapat dipindah atau dipindah
dengan mudah.
Manajemen Layout (manajemen pemasangan komponen) diperlukan untuk mengatur
penenmpatan komponen di dalam frame agar bisa menghasilkan bentuk interface yang
menarik. Penggunaan layout manager dalam menggunakan letak komponen juga akan
memudahkan kita menempelkan komponen pada frame. Java menyediakan sejumlah metode
layout dalam mengatur penempelan komponen ke dalam frame. Metode Layout digunakan
untuk mengatur jenis metode yang digunakan pada saat pemasangan komponen.
A. Metode Flow Layout
Metode FlowLayout menempatkan komponen di frame berdasarkan urutan
komponen-komponen tersebut ditempelkan ke frame. Penyusunan dimulai dari kiri ke kanan
dan dari atas ke bawah. Secara default seluruh komponen yang ditambahkan dengan metode
FlowLayout akan ditampilkan dengan rata tengah, namun metode FlowLayout memiliki
konstanta LEFT, CENTER, dan RIGHT untuk mengatur perataan komponen yang
diinginkan.
B. Metode Grid Layout
Metode GridLayout akan membagi area layar menjadi sejumlah tempat dalam bentuk
matriks ukuran yang sama. Area layar dibagi dalam format baris dan kolom. Setiap kali
terjadi perubahan ukuran frame, ukuran setiap komponen juga akan berubah. Pada prinsipnya
yang dipertahankan adalah jumlah baris dan kolom yang telah ditentukan.
C. Metode BorderLayout
Metode BorderLayout menggunakan konsep arah mata angin dalam memasang
komponen. Class BorderLayout menyediakan lima konstanta yang menyatakan arah mata
angin yaitu, NORTH, EAST, SOUTH, WEST dan CENTER.
Jika salah satu tidak digunakan, maka lokasi yang berdekatan akan menggunakan lokasi
tersebut sebagai perluasan dari wilayahnya. Metode ini tidak memperhatikan urutan
pemasukan komponen.
D. Metode NoneLayout
Metode NoneLayout tidak cukup fleksibel digunakan. Kita harus mengatur lokasi tiap
objek titik demi titik. Tiap objeknya ditentukan oleh koordinat didalam window. Jika dilihat
dari hal kerapian dan kebebasan mengatur tampilan sendiri, layout ini menempati peringkat
teratas dari semua alternatif layout.
BAB III
KESIMPULAN

1. Perencanaan kapasitas adalah proses untuk memutuskan kebutuhan kapasitas produksi


oleh perusahaan untuk mempertemukan perubahan permintaan setiap produk.
2. Tujuan perancanaan kapasitas adalah pencapaian tingkat utilitas tinggi dan tingkat
pengembalian investasi yang tinggi, dimana penetapan ukuran fasilitas sangatlah
menentukan
3. Perencanaan sistem material handling merupakan suatu komponen penting dalam
perencanaan fasilitas terutama dalam kaitannya dengan desain tata letak.
4. Manajemen Layout (manajemen pemasangan komponen) diperlukan untuk mengatur
penenmpatan komponen di dalam frame agar bisa menghasilkan bentuk interface
yang menarik.
5. Sebuah tata letak yang efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang, dan informasi di
dalam dan antar wilayah
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. 2008. Material Handling. Manajemen Produksi & Operasi/Edisi Revisi 2008
: Jakarta

Asta, Gus Iswara. 2013. Material Handing, Tipe-Tipe Layout, Metode Layout. Manajemen
Operasi: Jakarta

Masyoko. 2012. Material Handling. http://masyoko.blogspot.com/2012/06/material-


handling.html

Muhammad Zidni Ramadhani. 2014. Perencanaan Kapasitas.


http://taufikep.blogspot.com/2013/06/perencanaan-kapasitas.html

Putra, Hairil. 2012. Manajemen Layout.


http://hairilmahardhika.blogspot.com/2012/12/manajemen-layout.html.

Ryan, Utomo Budi. 2013. Strategi Material Handling. http://ryan-


utomoryanbudi.blogspot.com/2013/10/strategi-material-handling.html

Anda mungkin juga menyukai