Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN AKHIR PRAKTIK TERINTEGRASI

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA PELAYANAN


KELUARGA BERENCANA
(NY. MP P1001 DENGAN PEMASANGAN KB IUD)
DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TANGGAL 30MEI S.D 10 JUNI2016

Oleh:
KELOMPOK IIB
Ni Luh Eka Sapitri P07124214 011
Maria Imakulata P07124214 012
Anak Agung Novi Anjaswari P07124214 029
Githa Dewi Sugiarto P07124214 030
Ni Kadek Yuniasih P07124214 046
Ni Made Ayu Sariani P07124214 047
Ni Kadek Dian Paramitha P07124214 056

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV KEBIDANAN KLINIK
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIK MATA KULIAH


ASUHAN KEBIDANAN PADA PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
(NY. MP P1001 DENGAN PEMASANGAN KB IUD)
DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
30 MEI S.D 10 JUNI 2016

Oleh
KELOMPOK IIB
Ni Luh Eka Sapitri P07124214 011
Maria Imakulata P07124214 012
Anak Agung Novi Anjaswari P07124214 029
Githa Dewi Sugiarto P07124214 030
Ni Kadek Yuniasih P07124214 046
Ni Made Ayu Sariani P07124214 047
Ni Kadek Dian Paramitha P07124214 056
Telah disahkan,
Denpasar,10 Juni 2016
Pembimbing Institusi Pembimbing Praktik

IGAA Novya Dewi, SST, M.Kes Septi Arina, Amd.Keb


NIP. 198011062002122002 NIP. 198809162010012028

Mengetahui
Politeknik Kesehatan Denpasar
Program Studi DIV Kebidanan Klinik
Ketua,

Ni Nyoman Suindri, S.Si.T., M.Keb


NIP. 197202021992032004
ii
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kekuatan kepada penulis untuk
menyelesaikan laporan pendahuluan praktik terintregasi mata kuliah Asuhan
Kebidanan Pada Pelayanan Keluarga Berencana dengan baik. Dalam
penyusunan laporan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuartan laporan ini, yakni
yang terhormat:

1. Ni Gusti Kompiang Sriasih, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Denpasar.
2. Ni Luh Putu Sri Erawati, S.Si.T.,MPH selaku penanggung jawab matakuliah
(PJMK) Asuhan Kebidanan Pada Pelayanan Keluarga Berencana.
3. IGAA. Novya Dewi,SST.,M.Kes selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
pendahuluan laporan praktik terintregasi ini yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan praktik terintegrasi dan meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis.
4. Ibu Septi Arina, Amd. Keb selaku CI di Puskesmas I Denpasar Timur.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu
dalam penyusunan laporan hasil praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki beberapa
kekurangan.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari para
pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini.Semoga laporan ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 5 Juni 2016

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii

PRAKARTA ................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Tujuan .................................................................................................... 2
C. Metode Praktik ....................................................................................... 3
D. Sistematika Laporan ............................................................................... 4

BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 5

A. Menerapkan Konsep Kependudukan dan KB ........................................ 5


B. Mempraktikkan Layanan KB Berbagai Metode Kontrasepsi
(Sederhana, Hormonal, Implant, dan Dalam Rahim).............................. 9
C. Mempraktikkan Layanan KB Pada Situasi Khusus
dan Gawat Darurat .................................................................................. 31
D. Mempraktikkan KIE/Konseling KB dalam Pelayanan KB ..................... 40
E. Menerapkan Evidence Based dalam Asuhan KB ................................... 42
F. Melakukan Pendokumentasian Pelayanan KB........................................ 43
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 47
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. 52

iv
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 56
A. Simpulan .................................................................................................. 56
B. Saran ......................................................................................................... 57

DAFTARPUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1)
mengindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, (3) mengatur interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, (5) menetukan jumlah
anak dalam keluarga (Hartanto, 2004). Sasaran utama dari pelayanan KB adalah
Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan
baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan
kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah
Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan
desa.

Menurut Wiknjosastro (2007) Suratun dkk (2008) Kontrasepsi berasal dari


kata kontra dan konsepsi.Kontra berarti melawan atau mencegah sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan.Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel
sperma. Jenis alat/obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB,
AKDR, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis
kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan
kader desa. Pelayanan kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan
dokter sedangkan pelayanan AKDR, implant dan vasektomi/tubektomi harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.

1
Pengalaman belajar lapangan merupakan bagian dari belajar mengajar dimana
mahasiswa diberi kesempatan untuk lebih memahami serta mampu dan terampil
menggunakan ilmu yang telah dipelajari selama di kelas, sehingga diharapkan
dapat dihasilkan lulusan bidan yang profesional dan dapat bekerja sesuai
bidangnya di Rumah Sakit dan Puskesmas untuk masyarakat luas.

Praktek ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada situasi nyata di
masyarakat dengan harapan mampu memberikan kesempatan mahasiswa untuk
bisa mencapai kompetensi yang berkaitan dengan mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan.

Dengan adanya upaya terjun langsung di lahan Rumah Sakit dan Puskesmas
dengan pasien sebagai subjek, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu
yang diperoleh dari pembelajaran akademik dan mampu mengaplikasikannya
pada situasi nyata. Sehingga dengan diadakannya praktik ini,mahasiswa mampu
meningkatkan konsistensinya, semakin bertambah ilmu pengetahuanya, serta
mampu meningkatkan mutu, ketrampilan dalam kebidanan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan praktikum ini, yaitu:
1. Menerapkan konsep kependudukan dan KB .
2. Mempraktikkan layanan KB berbagai metode kontrasepsi (sederhana,
hormonal, implant, dan dalam rahim).
3. Mempraktikkan layanan KB pada situasi khusus dan gawat darurat bencana.
4. Mempraktikkan KIE/konseling KB dalam pelayanan KB.
5. Menerapkan evidence based dalam asuhan KB.
6. Melakukan pendokumentasian pelayanan KB.

2
C. Metode Praktik
Metode praktik yang digunakan dalam pengumpulan data di Puskesmas I
Denpasar Timur, antara lain :
1. Studi Kepustakaan
Metode kepustakaan dilakukan melalui penelitian langsung ke perpustakaan,
guna mencari informasi dan teori-teori yang berkaitan dengan
penerapanAsuhan Kebidanan Pada Pelayanan Keluarga Berencanaberupa
buku-buku serta dokumen yang ada relevansinya dengan Asuhan Kebidanan
Pada Pelayanan Keluarga Berencana.
2. Observasi
Metode observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan
mengadakan pengamatan yang sistematis, pengamatan yang dimaksud bisa
secara langsung pada dokumen atau catatan khusus. Dengan metode
observasi, mahasiswa melakukan pengamatan yang sistematis terhadap
penerapan Asuhan Kebidanan Pada Pelayanan Keluarga Berencana yang
diberikan oleh bidan terhadap klien secara langsung.
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan
melakukan tanya jawab yang sistematis. Melalui proses wawancara,
mahasiswa mengobservasi dan mengidentifikasi penerapan Asuhan
Kebidanan Pada Pelayanan Keluarga Berencana yang diberikan oleh bidan
terhadap klien tentang pelayanan keluarga berencana.
4. Studi Dokumentasi
Metode studi dokumentasi merupakan metode dengan mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, agenda
dan sebagainya. Dalam metode ini mahasiswa mencari data mengenai
pelayanan yang diberikan oleh bidan dari catatan maupun buku-buku yang
ada.

3
D. Sistematika Laporan
Dalam laporan pendahuluan praktik terintegrasi ini terdiri dari 5 BAB, antara
lain BAB I yaitu Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yang mengangkat
mengenai penerapan Asuhan Kebidanan Pada Pelayanan Keluarga Berencana
yang harus diterapkan oleh bidan di lapangan praktik dalam menghadapi pasien,
tujuan praktik, metode praktik dan sistematika laporan. BAB II yang terdiri dari
tinjauan teori.BAB III merupakan Tinjauan Kasus. BAB IV yaitu Pembahasan.
Terakhir, BAB V yaitu Penutup. Dalam laporan pendahuluan ini juga terdapat
daftar pustaka.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Menerapkan Konsep Kependudukan dan KB


Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu daerah selama suatu
waktu atau jangka waktu tertentu, dengan kata lain semua orang yang berdomisili
di suatu wilayah geografis selama enam bulan atau lebih atau yang berdomisili
kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap.
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian atau peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga
kecil, bahagia dan sejahtera (UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera).
1. Dinamika Kependudukan
Penduduk dipelajari oleh ilmu kependudukan yang terdiri atas demografi dan
studi kependudukan.Fokus perhatian demografi adalah perubahan besar
komposisi dan distribusi penduduk. Sering pula demografi didefinisikan sebagai
suatu studi kuantitatif dari lima proses demografi, yaitu fertilitas, mortalitas,
perkawinan, migrasi dan mobilisasi sosial. Kelima proses ini terjadi secara terus-
menerus serta menentukan besar, komposisi dan distribusi penduduk yang
bersangkutan. Perubahan-perubahan mengenai kependudukan dan faktor-faktor
yang memengaruhinya dipelajari dalam dinamika kependudukan.Studi

5
kependudukan mempelajari sejarah penduduk.Teori-teori mengenai penduduk dan
kebijaksanaan kependudukan.
2. Faktor-faktor Demografi yang Memengaruhi Laju Pertumbuhan
Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk (growth rate) ditentukan oleh tingkat kelahiran
dan tingkat kematian. Tingkat kelahiran kasar (crude growth rate) dan tingkat
kematian kasar (crude death rate) masing-masing menunjukkan jumlah kelahiran
hidup dan jumlah kematian per 1.000 penduduk per tahun, dengan demikian ada
empat kemungkinan dari dua variable ini, yaitu (1) tingkat kelahiran tinggi dan
tingkat kematian tinggi, (2) tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian rendah,
(3) tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian rendah, (4) tingkat kelahiran
rendah dan tingkat kematian tinggi. Berdasarkan hal tersebut, kemungkinan
keempat merupakan kombinasi yang paling membahayakan.
3. Transisi Penduduk
Hal yang mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di suatu negara adalah
besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan
penduduknya.Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara sedang
berkembang nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi yang
dialaminya.Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi demografi
di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah
menurun.Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang
menurun angka kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada
fase kedua dan ketiga dalam proses kependudukan.
4. Masalah Kependudukan di Indonesia
a. Jumlah dan Pertumbuhan Pendudukan
b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
c. Struktur Umur Penduduk
d. Kelahiran dan Kematian
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia

6
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia
yaitu sosial ekonomi, budaya, pendidikan, status wanita dan agama.
a. Sosial ekonomi
b. Budaya
c. Pendidikan
d. Agama
e. Status Wanita

6. Pengertian Program KB dan Akseptor Keluarga Berencana


Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi,
spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan
yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Depkes, 1999).
Sejak Pelita V, Program KB Nasional berubah menjadi Gerakan KB Nasional,
yaitugerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan
NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia
(Sarwono, 1999).
Akseptor Keluarga Berencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
menggunakan salah satu alat atau obat kontrasepsi (BKKBN, 2007).
a. Tujuan Program KB
Tujuan umum program KB adalah mewujudkan visi dan misi program KB
yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana
program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas.
Program KB bertujuan untuk membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak,
agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.Sedangkan, tujuan program KB secara filosofis
adalah:Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
7
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia, terciptanya penduduk yang
berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan
keluarga(Mochtar, 2002).
b. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2, yaitu: Sasaran Langsung dan Sasaran
Tidak Langsung yang tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran
Langsung program KB adalah pasangan usia subur (PUS) yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan.
Sedangkan sasaran tidak langsung adalah pelaksana dan pengelola KB,
dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas,
keluarga sejahtera.Berdasarkan RPJMN (2004-2009), sasaran program KB antara
lain:
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14
persen per tahun.
2) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,2 per perempuan.
3) Menurunnya PUS yang tidak ingin mempunyai anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tanpa memakai alat atau cara
kontrasepsi (unmeet need) menjadi 6 persen.
4) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif dan
efisien.
6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan perempuan menjadi 21 tahun.
7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang
anak.
8) Meningkatnya jumlah keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan program KB Nasional.
8
c. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB meliputi:Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE), konseling, pelayanan kontrasepsi, pelayanan infertilitas, pendidikan Sex
(sex education),onsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi
genetik, tes keganasan, adopsi.
d. Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB
Strategi pendekatan dan cara operasional program pelayanan keluarga
berencana antara lain:
1) Pendekatan Kemasyarakatan (Community Approach)
2) Pendekatan Koordinasi Aktif (Active Coordinative Approach)
3) Pendekatan Integratif (Integrative Approach)
4) Pendekatan Kualitas (Quality Approach)
5) Pendekatan Kemandirian (Self Rellant Approach)
6) Pendekatan Tiga Dimensi (Three Dimension Approach)
Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB,
sebagai berikut:
1) Tahap Perluasan Jangkauan
2) Tahap Pelembagaan dan Pembudayaan
3) Pembinaan

B. Mempraktikkan Layanan KB Berbagai Metode Kontrasepsi (Sederhana,


Hormonal, Implant, dan dalam Rahim)
Metode KB Sederhana :
Metode KB sederhana adalah metode KB yang digunakan tanpa bantuan
orang lain. Metode KB sederhana hanya digunakan pada masa atau minggu subur
yang dapat diperhitungkan dan diajarkan kepada peserta KB.Metode KB
sederhana dapat dikelompokkan ke dalam metode KB sederhana dengan alat dan
metode KB tanpa alat.
1. Metode Sederhana KB dengan Alat
a. Mekanisme/Barier
9
1) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat
dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
hubungan seksual.Pada umumnya standar ketebalan kondom yaitu
0,02mm.Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun untuk
kondom wanita tidak cukup populer dengan aladan ketidaknyamanan.
a) Cara Kerja Alat Kontrasepsi Kondom
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang
pada penis, sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran
reproduksi perempuan (kanalis servikalis). Selain itu, kondom juga
mampu mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV
dan HV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain.
b) Efek Samping Penggunaan Kondom dan Penanganannya
Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan),
kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan
jika dicurigai ada kebocoran, pertimbangkan pemberian Morning After
Pill, dicurigai adanya reaksi alergi reaksi alergi meskipun jarang, dapat
sangat mengganggu dan bisa berbahaya jika keluhan menetap sesudah
berhubungan dan tidak ada gejala IMS, berikan kondom alami (produk
hewani : lamb skin atau gut) atau bantu klien memilih metode lain,
mengurangi kenikmatan hubungan seksual jika penurunan kepekaan
tidak bisa ditolerir biarpun dengan kondom yang lebih tipis, anjurkan
pemakaian metode lain.
2) Barier Intra Vaginal
Metode ini merupakan metode untuk menghalangi masuknya
spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan mematikan
spermatozoa oleh spermisidnya.
a) Keuntungan
10
Mencegah kehamilan dan mengurangi insidens penyakit akibat
hubungan seks.

b) Kerugian
Angka kegagalan relatif tinggi, aktifitas hubungan seks harus
dihentikan sementara untuk memasang alatnya, perlu dipakai
secara konsisten, hati-hati dan terus-menerus pada setiap senggama
c) Cara kerja
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini
mempunyai cara kerja sebagai berikut
Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke
uterus dan saluran telur, sebagai alat untuk menempatkan
spermisida.
d) Kap Serviks (Cervical cap)

Yaitu suatu alat yang hanya mentupi serviks saja.Dibandingkan


diafragma, kap serviks lebih dalam atau lebih tinggi kubahnya
tetapi diameternya lebih kecil, dan umumnya lebih kaku.Zaman
dahulu, kap serviks terbuat dari logam atau plastik, sekarang yang
banyak adalah dari karet.

e) Spons (Sponge)

Sponge berbentuk bantal, satu sisi dari sponge berbentuk


cekung yang dimaksudkan untuk menutupi serviks dan
mengurangi kemungkinan perubahan letak spons selama
senggama.Sisi lainnya mempunyai tali untuk mempermudah
pengeluarannya. Efek samping dan komplikasi: Iritasi atau reaksi
alergi yang umumnya disebabkan oleh spermisidnya,

11
kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar,
kemungkinan timbulnya Syindrom Syok Toksik.

f) Kondom Wanita

Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode


Barier Intra Vagina harus dipakai bersama dengan spermisid.

Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian


akseptor yang menggunakan metode ini yaitu kemungkinan
timbulnya Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrom / TSS)
bila terjadi kelalaian dalam pemakaiannya.Sindrom ini disebabkan
oleh toxin yang dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
TSS sering terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra-
vaginal) selama haid.

b. Kimiawi
1) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)
digunakan utnk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas
dalam bentuk: Aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria atau
dissolvable film, dan krim.
a) Cara kerja
Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur.
b) Pilihan
Bus (aerosol) efektif segera setelah insersi, busa spermisida
dianjurkan apabila digunkan hanya sebagai metode kontrasepsi,
12
tablet vagina, suppositoria dan film penggunaanya disarankan
menunggu 10-15 menit sesudah dimasukkan sebelum hubungan
seksual, jenis spermisid jelli biasanya hanya digunakan dengan
diafragma

c) Keterbatasan
Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per
tahun pertama), efektivitas sebagi kontrasepsi bergantung paa
kepatuhan mengikuti cara penggunaan, ketergantungan
penggunaan dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap
melakukan hubungan seksual, penggunaan harus menunggu 10-15
menit setelah plikasi sebelum melakukan hubungan seksual (tablet
vagina, suppositoria dan film), efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam

2. Metode Sederhana KB Tanpa Alat


a. KB Alamiah
ASI adalah salah satu contoh KB alamiah.Selain bermanfaat untuk
bayi, memberikan ASI eksklusif juga bisa berdampak baik untuk Anda yang
ingin mencegah kehamilan.Memberikan ASI eksklusif bisa menghambat
ovulasi dan menstruasi pada ibu yang baru melahirkan. Untuk menggunakan
cara ini, Anda harus siap menyusui si Kecil kapanpun dia membutuhkannya,
baik pada siang dan malam hari. Jeda menyusui sebaiknya tidak lebih dari
empat jam (saat siang hari) dan enam jam (saat malam hari). Cara ini tidak
bekerja jika Anda memerah ASI karena proses pengisapan bayi menjadi
penting pada metode ini. Segera gunakan metode kontrasepsi lain jika Anda
telah menstruasi karena ini berarti memberikan ASI sudah tidak bisa
mencegah kehamilan.
b. Metode Kalender
Metode kb kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
13
senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.KB kalender
adalah usaha untuk mengatur kehamilan dengan menghindari hubungan badan
selama masa subur seorang wanita.Sebab pembuahan memang hanya terjadi
pada saat masa subur, atau lebih tepatnya 12-24 jam setelah puncak masa
subur (sel telur dilepas). 12-24 jam ini dari masa hidup sel telur rata-rata.
Metode ini efektif bila dilakukan secara baik dan benar.Dengan
penggunaan sistem kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat
merencanakan setiap kehamilannya.Berbeda dengan sistem kontrasepsi
lainnya, sistem kalender menjanjikan aneka kelebihan dan karena itu banyak
yang lebih menyukainya.Sebelum menggunakan metode ini, tentunya
pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada
tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus
menstruasi.
Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa
wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali
sebulan, dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke-14
dari haid yang akan datang. Sel telur dapat hidup selama 6-24 jam, sedangkan
sel mani selama 48-72 jam, jadi suatu konsepsi mungkin akan terjadi kalau
koitus dilakukan 2 hari sebelum ovulasi. Hendaknya sebelum memakai cara
para pemakai harus diberikan penerangan medik yang jelas tentang cara ini.
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga
tahapan: Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi),
fertility phase (masa subur), post ovulatory infertility phase (masa tidak subur
setelah ovulasi).
1) Keuntungan KB kalender
Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender dilakukan secara alami dan
tanpa biaya sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli alat
kontrasepsi.
2) Kerugian KB kalender

14
Kemungkinan kegagalan yang jauh lebih tinggi.Ini terutama bila tidak
dilakukan pengamatan yang mendalam untuk mengetahui dengan pasti
masa subur, karena tidak ada yang bisa menjamin ketepatan perhitungan
sebab masa suburpun terjadi secara alami, selain itu kedua pasangan tidak
bisa menikmati hubungan suami istri secara bebas karena ada aturan yang
ditetapkan dalam sistem ini.Masa berpantang yang cukup lama dapat
membuat pasangan tidak bisa menanti dan melakukan hubungan pada
waktu berpantang.
Kerugian lain dari KB kalender adalah bahwa waktu yang tepat dari
ovulasi sulit untuk ditentukan, ovulasi umumnya terjadi 14 2 hari
sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan demikian pada
wanita dengan haid yang tidak teratur, saat terjadi ovulasi, sulit atau sama
sekali tidak dapat diperhitungkan. Selain itu, ada kemungkinan bahwa
pada wanita dengan haid teratur oleh salah satu sebab (misalnya karena
sakit) ovulasi tidak datang pada saat semestinya.
c. Metode Suhu Basal
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat atau tidur.Pengukuran suhu basal
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan
aktivitas lainnya.Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan
terjadinya masa subur atau ovulasi. Pengukuran suhu basal tubuh
menggunakan alat yang berupa thermometer basal, dimana alat tersebut dapat
digunakan secara oral, pervaginam atau melalui dubur dan ditempelkan pada
lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar
35,5-36 derajat Celsius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu
dan naik menjadi 37-38 derajat Celsius kemudian tidak akan kembali pada
suhu 35 derajat Celsius, dan pada saat itulah terjadi masa subur/ ovulasi .
Kondisi kenaikan suhu basal ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian
akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirya kembali pada suhu tubuh
normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron
15
menurun. Ovulai dipicu oleh luteinzing hormon surge yang yang terkait
dengan peningkatan suhu basal tubuh sebesar 0,5-1F (0,9-1,8 C).
pengukuran dengan termometer yang sensitive dapat dilakukan melalui mulut,
vagina, yang diukur pada pagi hari saat bangun tidur pada jam yang sama
setiap paginya, sebelum beranjak dari tempat tidur atau beraktivitas.
Setidaknya setelah tidur dalam 6 jam, maka pengukuran ini
akanakurat.Peningkatan suhu basal tubuh terjadi pada fase luteal disebabkan
oleh meningkatnya hormone progesterone. Seorang wanita usia subur
dikatakan mengalami ovulasi jika dalam pemantauan 3 hari berturut-turut
terjadi peningkatan suhu basal tubuh. Kehamilan dapat dicegah melalui
abstinensia sejak awal menstruasi sampai 3-4 hari setelah peningkatan suhu
basal tubuh. Hari lainnya sampai awal menstruasi berikutnya merupakan masa
tidak subur (Depkes , 2009).

1) Teknik Metode Suhu Badan Basal:


Umumnya digunakan untuk termometer khusus dengan kalibrasi
yang di perbesar (basal termometer), meskipun termometer biasa dapat
juga dipakai, waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan
setelah tidur nyenyak sedikitnya 3-5 jam serta masih dalam keadaan
istirahat mutlak, oral (3 menit), rektal (1 menit), vaginal
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan basal :
Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain, infeksi/penyakit-penyakit
lain yang meninggikan suhu badan, inflamasi lokal lidah, mulut atau
daerah anus, faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk, jet lag,
mengganti popok bayi pukul 6 pagi, jam tidur yang ireguler, pemakaian
minuman panas atau dingin sebelum penngambilan suhu badan basal,
pemakaian selimut elektris, kegagalan membaca termometer dengan tepat
atau balik.
d. Metode Lendir Serviks

16
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga
berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus
menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari-hari ovulasi. Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang
dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga
komponen penting yaitu: Molekul lendir, air, senyawa kimia dan biokimia
(natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).

1) Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:


Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari, melihat langsung
lendir pada waktu tertentu, pada malam harinya, hasil pengamatan ini
harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan pola kesuburan dan pola
ketidaksuburan.
2) Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain: Mudah
digunakan, tidak memerlukan biaya, metode mukosa serviks merupakan
metode keluarga berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda
kesuburan.
3) Kekurangan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini
memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain: Tidak efektif bila
digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi
lain (misal metode simptothermal), tidak cocok untuk wanita yang tidak
menyukai menyentuh alat kelaminnya, wanita yang memiliki
infeksisaluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan,
wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
e. Metode Simtotermal

Metode sim to thermal merupakan keluarga berencana alamiah (KBA)


yang mengidentifikasi masa subur dari siklus mentruasi wanita.Metode sim to
thermal mengkombinasikan metode suhu basal dan makosa serviks. Tetapi
17
ada teori lain yang mengatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator
kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan lendir serviks dan
perhitungan masa subur melalui metode kalender. Metode sim to thermal akan
lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita dari pada menggunakan
salah satu metode saja.
Manfaat Metode sim to thermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi
maupun konsepsi. Manfaat Kontrasepsi Metode sim to thermal digunakan
sebagai alat kontrasepsi atau menghindari kehamilan dengan tidak melakukan
hubungan seksual ketika berpotensi subur.Manfaat Konsepsi Metode sim to
thermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan kehamilan dengan
melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur.
1) Keuntungan
Metode simptothermal mempunyai keuntungan antara lain: Tidak ada
efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi yang
dibutuhkan, Aman saat digunakan, ekonomis, meningkatkan hubungan
kerjasama antar pasangan, dapat langsung dihentikan apabila pasangan
menginginkan kehamilan, tidak memerlukan tindak lanjut atau alat
kontrasepsi lain setelah belajar metode simptothermal dengan benar.
2) Keterbatasan
Metode simptothermal mempunyai keterbatasan antara lain: Tidak
cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit,
pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol, metode simptothermal
kurang efektif karena pengguna harus mengamati dan mencatat suhu basal
tubuh maupun perubahan lendir serviks, metode simptothermal
memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri, pengguna harus
mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar
f. Coitus Interuptus
Coitus interuptu adalah suatu metode kontrasepsi dimana sanggama
diakhiri sebelum terjadinya ejakulasi intra-vaginal.ejakulasi terjadi jauh dari
genetalia eksterna wanita.
18
1) Cara kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan
ovum, dan kehamilan dapat dicegah.
2) Keuntungan :Tidak memerlukan alat/murah, tidak menggunakan zat-zat
kimiawi, selalu tersedia setiap saat, tidak mempunyai efek samping
3) Kerugian: Angka kegagalan cukup tinggi 16-23 kehamilan per 100 wanita
per tahun, faktor-faktor yang menyebabkan akan kegagalan yang tinggi ini
adalah: adanya cairan pra-ejakulasi (yang sebelumnya sudah tersimpan
dalam kalenjar prostate, uretra, kelenjar cowper), yang dapat keluar setiap
saat, dan setiap tetes sudah dapat mengandung berjuta- juta spermatozoa,
kurangnya control-diri pria,yang pada metode ini justru sangat penting,
kenikmatan seksual berkurang bagi suami-istri, sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan perkawinan

3. Metode Kontrasepsi Hormonal :


Metode kontrasepsi hormonal adalah Menurut (Hanafi,2004) Kontrasepsi
hormonal adalah kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.
a. Jenis Oral Kontrasepsi
Jenis-jenis alat oral kontrasepsi yang sering digunakan di Indonesia antara
lain: Pil kombinasi dan Pil mini (ekskluton)
1) Jenis Pil Kombinasi
a) Monofasik 21 tab estrogen/progestin dalam dosis sama, 7 tablet
tanpa hormon aktif
b) Bifasik 21 tab estrogen/progestin dengan 2 dosis beda, 7 tablet
tanpa hormon aktif
c) Bifasik 21 tab estrogen/progestin dengan 3 dosis beda, 7 tablet
tanpa hormon aktif
2) Jenis Minipil
a) Kemasan isi 34 pil 300 g levonorgestrel / 350 g noretindron
19
b) Kemasan isi 28 pil 300 g norgestrel
Cara Kerja Oral Kontrasepsimencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan
sel telur), meningkatkan kekentalan lendir leher rahim sehingga menghalangi
masuknya sperma , membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil
pembuahan
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Pil Kombinasi : Usia reproduksi, tidak menyusui, pasca abortus,
nyeri haid hebat, siklus haid tidak teratur, anemia, riwayat kehamilan ektopik,
telah/belum memiliki anak, gemuk/kurus, menderita TBC (kecuali sedang
minum rifampicin), PRP, endometriosis, varises vena.
Indikasi Minipil : Tidak hamil, usia reproduksi, tidak/ menyusui, pasca
abortus, telah/blm memiliki anak, tidak boleh menggunakan estrogen,
perokok.
Kontraindikasi Pil Kombinasi : Dicurigai hamil, menyusui eksklusif,
perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya, hepatitis, DM > 20
Tahun, penyakit jantung, stroke, hipertensi > 180/110 mmHg, dicurigai
kanker payudara, migraine.
Kontraindikasi Minipil: Dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang
tidak diketahui penyebabnya, riwayat stroke, sering lupa minum pil, penyakit
jantung, stroke, menggunakan obat TBC, dicurigai kanker payudara, miom
uterus.
Informasi yang Diberikan Pada Klien
Minum pil setiap hari pada saat yg sama, pil diminum pada hari pertama
sampai hari ke-5 siklus haid, bila lupa minum 1 pil, sebaiknya diminum
segera, bila muntah dlm waktu 2 jam, ambil pil yg lain / gunakan alkon yg
lain, bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari/ lebih, cara penggunaan
pil mengikuti cara menggunakan pil lupa
Efek Samping: Amenore, spotting, mual, pusing
Cara Minum Oral Contraception

20
OC harus diminum tiap hari dengan cara mengikuti petunjuk nama hari
yang tertera di blisternya, untuk memulai blister pertama, mulai diminum pil
pada hari pertama haid, misalnya: klien mendapat haid pada hari rabu maka
ambil pil yang dibawahnya ada tanda rabu, kemudian berhenti minum pil
selama 7 hari (akan terjadi menstruasi), setelah 7 hari bebas pil ini, lanjutkan
minum pil dari kemasan yang baru pada hari rabu lagi, jadi untuk blister ke-2
dst, selalu ikuti siklus 21 hari minum pil +7 hari bebas tablet, lanjutkan
minum pil setiap hari sampai habis (21 hari) yang pasti jatuh pada hari selasa.
b. Kontrasepsi Suntikan/Injeksi
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal.
1) Jenis KB Suntik
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
Suntikan / bulan: cyclofem dan untikan/3 bulan: Depo provera,
Depogeston
2) Dosis Obat dan Waktu Pemberian
a) Depo Provera ( 3 ml/150 mg atau 1 ml/150 mg) diberikan setiap 3
bulan (12 minggu )
b) Noristeran ( 200 mg ) diberikan setiap 2 bulan (8 minggu)
c) Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg Estrogen
Sipionat diberikan setiap bulan.
3) Cara Kerja KB Suntik
a) Menghalangi ovulasi (masa subur)
b) Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
c) Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim
d) Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
e) Mengubah kecepatan transportasi sel telur.
4) Cara Penyimpanan
Obat disimpan dalam suhu 20-25C.
5) Waktu Pemberian
21
a) Setelah melahirkan : 6 minggu pasca salin
b) Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari
setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi)
c) Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid
6) Teknik Penyuntikan
a) Semua obat harus dihisap kedalam spuit
b) Obat harus dikocok terlebih dahulu
c) Penyuntikan harus dilakukan secara dalam pada otot
d) Jangan lakukan masase pada tempat suntikan
e) Jangan menggunakan kapas alkohol pada saat penyuntikan
7) Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain:
a) Klien menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang,
b) Klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan,
c) Klien yang tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat
melakukan sanggama,
d) Klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen, dan klien yang
sedang menyusui (Depo)
e) Klien yang mendekati masa menopause, atau sedang menunggu proses
sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik.
8) Kontraindikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain :
a) Ibu sedang hamil,
b) Ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat
kaki keluar), mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara atau
organ reproduksi, atau menderita kencing manis.
c) Ibu yang merupakan perokok berat
d) Sedang dalam persiapan operasi
e) Pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina
f) Sakit kepala sebelah (migrain)
9) Efek Samping
22
a) Pola pendarahan menjadi kacau, terutama pada bulan-bulan pertama
dan sudah 3-12 bulan umumnya berhenti dengan tuntas.
b) Seringkali berat badan bertambah sampai 2-4 kg dalam waktu 2 bulan
karena pengaruh hormonal.
c) Menurunnya gairah seksual.
d) Vagina menjadi kering, sehingga merasa sakit saat melakukan
hubungan seksual (dispareuni).
4. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
Alat kontrasepsi bawah kulit adalah suatu alat yang disusupkan di bawah
kulit lengan atas sebelah dalam yang dapat mencegah kehamilan.
a. Jenis-jenis AKBKMenurut (Setyaningrum, 2009) jenis-jenis implan ada 3
macam:
1) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga , panjang 3,4 cm dengan
diameter 2.4 mm, berisi 36 mg levonorgestrel, lama kerjanya 5 tahun.
2) Implanon
Terdiri dari 1 batang lentur, panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2
mm, berisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel, lama kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan indoplant
Terdiri dari 2 batang kapsul, Berisi 75 mg levonorgestrel lama
kerjanya 3 tahun
b. Mekanisme kerja AKBK
1) Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi
sperma dan transportasi sperma
2) Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak
cocok untuk implantasi zygote
3) Menekan terjadinya ovulasi
4) Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c. Efektivitas AKBK
23
Sangat efektif, Angka kegagalan Norplant < 1 per 100 wanita per tahun
dalam 5 tahun pertama.

d. Yang Boleh Menggunakan Implan (Berdasarkan Klasifikasi


Persyaratan Medis Dalam Penapisan Klien Menurut WHO, 2004)
1) Kategori 1
Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan
metode kontrasepsi. Dilihat dari klasifikasinya, klien yang masuk
dalam kategori ini yaitu:
Paritas: nulipara dan multipara, ibu menyusui > 6 minggu, pasca
persalinan (tanpa laktasi), pasca keguguran: TM I, TM II, dan pasca
abortus septic, pasca kehamilan ektopik, riwayat operasi pelvis
(termasuk SC), perokok aktif, obesitas (> 30 kg/m2 BMI), hipertensi
terkontrol, dismenorea berat, riwayat hipertensi dalam kehamilan,
riwayat keluarga dengan trombosis vena dalam / emboli paru, bedah
mayor tanpa (Imobilisasi lama), bedah minor tanpa imobilisasi,
tromosis vena permukaan (varises dan tromboflebitis), penyakit katup
jantung, nyeri kepala (non migrain), epilepsy, depresi, endometriosis,
tumor ovarium jinak.
2) Kategori 2
Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan
dengan risiko yang diperkirakan akan terjadi. Dilihat dari
klasifikasinya, klien yang masuk dalam kategori ini yaitu : Faktor
risiko multipel penyakit kardiovaskuler (usia tua, merokok, DM,
hipertensi), hipertensi (riwayat hipertensi yang tidak dapat dievaluasi
temasuk hipertensi dalam kehamilan), meningkat (sistolik > 160 atau
diastolik > 100), penyakit vascular, riwayat trombosit vena dalam /
emboli paru, bedah mayor (imobilisasi lama), hiperlipidemia,
perdarahan pervaginam ( irreguler banyak / lama), NIS (Neoplasia
Intra Serviks), kanker serviks, penyakit mammae (massa benjolan
24
tidak terdiagnosis), DM (Diabetes Milletus), penyakit kandung
empedu (simptomatik dan asimptomatik, terapi antiretroviral,
antibiotik (Griseofulvin).
3) Kategori 3
Resiko yang diperkirakan lebih besar dari pada manfaat
kontrasepsi. Dilihat dari klasifikasinya, klien yang masuk dalam
kategori ini yaitu: Laktasi ( < 6 minggu pascapersalinan), hipertensi (
tekanan darah sistolik 140 160 atau diastolik 90 100), trombosis
vena dalam atau emboli paru (TVD/EP saat ini), riwayat penyakit
jantung iskemik, stroke (riwayat cardiovaskuler accident), nyeri kepala
(migran), perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
(sebelum penilaian), penyakit mamae ( riwayat lampau, tidak kambuh
dalam 5 tahun), hepatitis virus (aktif), sirosis (berat), tumor hati: jinak
(adenoma), malignan (hepatoma), obat yang mempengaruhi enzim
enzim hati (rifampisin, antikonvulsan tertentu).
4) Kategori 4
Risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan
pada klien kanker mamae.
e. Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan
1) Hamil atau diduga hamil.
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3) Mioma uterus
4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
5) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
6) Gangguan toleransi glukosa.
f. Efek Samping
1) Bercak atau Haid Ringan
2) Haid Tidak Teratur
3) Tidak Ada Haid

25
5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Alat kontrasepsi dalam rahim adalah AKDR adalah suatau usaha
pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat dengan
benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005).
a. Jenis-Jenis AKDR Penguat Kontrasepsi
1) Copper-releasing: Copper T 380A, Nova T, dan Multiload 375
2) Progestin-releasing: Progestasert, LevoNova (LNG-20), dan Mirena
b. IUD Tembaga: Cara Kerja
Menurunkan motilitas sperma melalui kavum uteri, Mengentalkan lendir atau
mukus serviks, Mengganggu proses reproduksi sebelum sel telur mencapai
kavum uteri, Merubah garis/jalur endometrial.
c. IUD: Keuntungan Kontraseptif
1) Efektivitasnya tinggi: 0,6-0,81 kehamilan per 100 wanita dalam tahun
pertama penggunaan (Tembaga T 380A)
2) Segera efektif dan efek sampingnya sedikit
3) Metode jangka-panjang (perlindungan sampai 10 tahun jika
menggunakan Tembaga T 380A)
4) Tidak mengganggu proses sanggama
5) Kesuburan cepat pulih setelah AKDR dilepas
6) Tidak mengganggu produksi ASI
7) Bila tak ada masalah setelah kunjungan ulang awal, tidak perlu
kembali ke klinik jika tak ada masalah
8) Dapat disediakan oleh petugas kesehatan terlatih
9) Tidak mahal (CuT380A)
d. AKDR: Keuntungan Non Kontraseptif
1) Mengurangi kram akibat menstruasi (hanya yang mengandung
progestin)
26
2) Mengurangi darah menstruasi (hanya yang mengandung progestin)
3) Mengurangi insidensi kehamilan ektopik (kecuali Progestasert)

e. AKDR: Keterbatasan
1) Perlu pemeriksaan ginekologi dan penapisan PMS sebelum pakai
2) Insersi dan pencabutan dilakukan oleh petugas terlatih
3) Perlu deteksi benang AKDR (setelah menstruasi) jika terjadi kram,
perdarahan bercak atau nyeri
4) Meningkatkan jumlah perdarahan dan kram menstruasi dalam
beberapa bulan pertama (terutama CuT)
5) Kemungkinan terjadi ekspulsi spontan
6) Walaupun jarang (< 1/1000 kasus), dapat terjadi perforasi saat insersi
AKDR
7) Tidak mencegah semua kehamilan ektopik (khususnya Progestasert)
8) Dapat meningkatkan risiko PRP/PID dan yang berlanjut dengan
infertilitas bila pasangannya risiko tinggi PMS (misalnya: HBV, HIV/
AIDS)
f. AKDR Sesuai Untuk:
Wanita usia reproduksi yang:
1) Ingin kontrasepsi efektifitas dan jangka panjang
2) Sedang memberikan ASI
3) Pasca persalinan dan tidak memberikan ASI
4) Pasca keguguran
5) Risiko rendah terhadap PMS
6) Pelupa/tidak ingat untuk minum pil setiap hari
7) Tidak suka/tidak boleh pakai kontrasepsi hormon
8) Membutuhkan kontrasepsi darurat
g. AKDR: Tidak Sesuai (WHO Kelas 4)
Pada wanita:
1) Hamil (diketahui atau dicurigai)
27
2) Dengan perdarahan per vaginam yang sebabnya belum diketahui atau
diduga mempunyai masalah ginekologis yang serius
3) Mengidap PID (riwayat atau sedang)
4) Mengeluarkan cairan seperti pus (nanah) dan akut
5) Mengalami gangguan bentuk atau anomali kavum uteri
6) Mengidap penyakit trophoblast yang berbahaya
7) Mengidap Tuberkulosis Pelvik
8) Mengidap kanker ginekologik
9) Dengan infeksi saluran genital yang aktif (mis: vaginitis, servisitis)
h. AKDR: Kondisi yang Perlu Dipertimbangkan (WHO Kelas 3)
AKDR tidak direkomendasikan pada wanita dengan kondisi dibawah ini,
kecuali jika tak tersedia atau tidak sesuai dengan metode lain:
1) Penyakit trofoblas yang tidak berbahaya
2) Mempunyai pasangan seksual lebih dari satu
3) Pasangannya risiko tinggi PMS atau punya pasangan seksual lainnya
i. AKDR: Informasi Penting dalam Konseling
Perlu penjelasan tambahan bagi wanita dengan:
1) Stenosis Servikalis
2) Anemia (hemoglobin < 9 g/dl atau hematokrit < 27)
3) Nyeri haid
4) Infeksi ringan pada vagina (kandidiasis atau bakterial vaginosis) tanpa
servisitis
5) Gejala penyakit katup jantung katup
j. Waktu Pemasangan AKDR
1) Setiap saat selama 7 hari pertama menstruasi atau dalam siklus
berjalan bila diyakini klien tidak hamil
2) Pascapersalinan (segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama
atau setelah 4 sampai 6 minggu atau setelah 6 bulan menggunakan
MLA)

28
3) Pascakeguguran (segera atau selama 7 hari pertama) selama tidak ada
komplikasi infeksi/radang panggul
k. AKDR: Efek Samping
1) IUD dengan tembaga:
a) Darah haid lebih banyak
b) Perdarahan tidak teratur atau hebat
c) Spasme menstruasi
d) Dismenore/kram haid yang lebih dari biasanya
2) IUD dengan progestin:
a) Amenore atau perdarahan bercak (spotting)
l. AKDR: Masalah Lain yang Mungkin Timbul
1) Benang hilang
2) Risiko infeksi panggul (hingga 20 hari pasca-insersi)
3) Perforasi uterus (jarang terjadi)
4) Ekspulsi spontan
5) Kehamilan ektopik
6) Abortus spontan
7) Gangguan/rasa tak nyaman akibat benang saat sanggama
m. AKDR: Pemasangan Segera Pascaplasenta
1) Perlu pelatihan khusus bagi petugas pelaksana
2) Konseling penggunaan dimulai sejak prenatal
3) Tidak ada peningkatan risiko infeksi, perdarahan atau perforasi
4) Nyaman bagi klien
5) Efisien dari aspek biaya
n. AKDR: Petunjuk Bagi Klien
1) AKDR segera efektif setelah terpasang baik.
2) AKDR mungkin terekspulsi spontan, khususnya dalam bulan-bulan
pertama pemasangan.
3) Perdarahan atau bercak dapat terjadi dalam beberapa hari pertama
pasca-insersi.
29
4) Perubahan pola haid tergantung dari jenis AKDR yang digunakan
5) AKDR dapat dilepas setiap saat klien menginginkannya.
6) Cukup aman dan memberi efek kontraseptif 5-10 tahun (tergantung
jenis AKDR yang digunakan)
7) AKDR tidak melindungi klien PMS (misalnya: HBV, HIV/ AIDS.)
o. AKDR: Informasi Umum
1) Daya kontraseptif Tembaga T380A dapat mencapai 10 tahun
penggunaan tetapi dapat dilepas lebih cepat jika diinginkan.
2) Kembali ke petugas bila:Benang hilang atau tidak dapat dirasakan,
terasa batang AKDR, melepas AKDR, atau terlambat haid
3) Gunakan kondom jika mempunyai risiko tinggi PMS.
p. Waspada Bila Terjadi Hal-Hal Berikut:
Hubungi petugas kesehatan/ klinik jika terjadi hal-hal di bawah ini:
1) Tidak dapat haid yang disertai dengan gejala-gejala kehamilan (mual,
payudara terasa kencang, dll.)
2) Nyeri perut bawah terus menerus atau spasme, khususnya jika diikuti
dengan rasa tidak enak badan, demam atau panas dingin (mirip gejala-
gejala infeksi atau radang panggul)
3) Hilangnya benang AKDR (dapat ekspulsi/ hilang/ lepas saat
melakukan pemeriksaan benang)
4) Klien atau pasangannya mempunyai lebih dari satu teman kencan
seksual karena AKDR tidak melindungi wanita dari PMS (misalnya:
HBV, HIV/ AIDS)

q. AKDR: Penanganan Masalah Perdarahan


1) Yakinkan klien bahwa jumlah darah haid atau perdarahan diantara
haid menjadi lebih banyak pada pengguna AKDR terutama dalam
beberapa bulan pertama penggunaan.

30
2) Lakukan evaluasi penyebab-penyebab perdarahan lainnya dan lakukan
penanganan yang sesuai jika diperlukan.
3) Jika tak ditemukan penyebab lainnya, beri nonsteroidal anti-
inflamatori (NSAID, seperti ibuprofen) selama 5-7 hari.
4) Jika perdarahan masih terjadi dan klien merasa sangat terganggu,
tawarkan metode pengganti bila klien ingin menghentikan penggunaan
AKDR
r. AKDR: Penanganan Kram dan Nyeri
1) Jelaskan bahwa spasme dan dismenore dapat terjadi pada pengguna
AKDR, khususnya dalam beberapa bulan pertama.
2) Cari penyebab perdarahan dan beri penanganan yang sesuai jika
diperlukan.
3) Jika tidak ditemukan penyebab-penyebab lainnya berikan
asetaminofen atau ibuprofen setiap hari pada beberapa hari pertama
menstruasi.
4) Jika perdarahan masih terjadi dan klien merasa sangat terganggu,
tawarkan metode pengganti bila klien ingin menghentikan penggunaan
AKDR
s. AKDR: Penanganan Keluhan Benang AKDR
1) Jelaskan bahwa keluhan ini umum terjadi dan bukan masalah yang
serius. Petugas akan mencoba untuk memeriksa kembali dan mencoba
menghilangkan keluhan yang ada
2) Pastikan AKDR terpasang baik dan tidak ada bagian-bagian yang
terlepas sebagian
3) Jika AKDR terpasang baik di tempatnya, lakukan perbaikan
dengan:Menggunting benang hingga tidak menimbulkan gangguan,
atau, Melepas AKDR kalau setelah perbaikan masih ada keluhan

C. Mempraktikkan Layanan KB Pada Situasi Khusus dan Gawat Darurat


Bencana
31
1. Kontrasepsi Pasca Persalinan
Kontrasepsi pasca persalinan adalah Cara untuk menghindari / mencegah
terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma. Kontrasepsi pasca persalinan sangat penting karena : Ovulasi pertama
pasca persalinan akan terjadi <6 minggu pada wanita yang tidak menyusui dan
akan bisa menjadi lebih lama pada wanita yang menyusui, pelaksanaan
kontrasepsi pasca persalinan mempunyai pengaruh besar dalam mengatur
waktu kehamilan dan memberikan jarak yang optimal untuk persalinan
berikutnya dan pasca persalinan harus segera dilakukan kontrasepsi karena
kesuburan pasca persalinan akan kembali setelah hari ke-21 setelah
melahirkan.
a. Pemiihan kontrasepsi rasional :

1) Menunda kehamilan : pil, IUD, sederhana, suntikan, implant

2) Menjarangkan Kehamilan : IUD, suntikan, mini pil, pil, implant,


sederhana, steril

3) Tidak hamil lagi : steril, IUD, implant, suntikan, sederhana, pil

b. Contoh alat kontrasepsi sederhana : Kondom, kalender, senggama terputus


c. Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah :Menyusi Eksklusif
Menyusui minimal 8x/hari, belum menstruasi, bayi berumur kurang dari 6
bulan
d. MOW (Tubektomi) pilihan ini digunakan untuk wanita yang tidak ingin
mempunyai anak lagi. Tubektomi ini dilakukan jika seorang wanita sudah
mempunyai anak lebih dari tiga, tidak ingin punya anak lagi, dan berusia
diatas 35 tahun. Sebelum dilakukan metode ini, akan ada lembar
persetujuan yang harus ditandangi oleh pasangan suami istri.
e. IUD Pasca PersalinanUntuk perempuan yang bekerja, sebaiknya
menggunakan IUD pascapersalinan. Pada masa ini rahim berukuran
mengembang sehingga pemasangan pun lebih mudah dan segera setelah
wanita pulih, wanita itu tidak perlu lagi pusing memikirkan alat

32
kontrasepsi yang harus dipakai berulang-ulang seperti halnya suntik atau
pil, karena masa pakai IUD ini bisa sampai 8 hingga 10 tahun.
f. Implant bisa menjadi pilihan untuk wanita yang baru saja melahirkan.
Implant atau susuk kb ini berisi hormon progestin dan tidak berpengaruh
pada produksi ASI. Masa pakai implan bisa hingga 3 tahun
g. SuntikWanita yang baru saja melahirkan bisa memilih alat kontrasepsi
suntik ini dengan catatan menggunakan suntik yang 3 bulan saja. kenapa?
Karena hormon yang terkandung pada suntik 3 bulanan hanya progestin
saja, dan ini tidak akan berpengaruh pada produksi ASI.
h. Pil, Gunakan pil yang hanya mengandung hormon progestin. Biasanya
disebut minipil karena ukurannya imut-imut, dan biasanya semuanya
berwarna putih. Minipil digunakan oleh ibu yang baru saja melahirkan
karena tidak mempengaruhi produksi ASI.
2. Kontrasepsi Pasca Keguguran
Perkembangan Program KB Nasional KB Mandiri Gerakan
Pembangunan Keluarga Sejahtera meningkatkan kualitas & ketahanan
keluarga.KB sarana efektif menurunkan kematian ibu & bayi
mengurangi kehamilan risiko tinggi. Kehamilan Risiko Tinggi: terlalu muda,
terlalu tua, terlalu banyak, terlalu Dekat Jaraknya. KB pada pasca persalinan
dan pasca keguguran kegiatan terpadu (usaha bersama).Indonesia
3.159.828 persalinan/tahun(1994).Saat ini sekitar 5 juta / tahun
a. Menentukan jenis kontrasepsi :
1) Konseling
2) Tergantung dari:Pasangan Motivasi & Rehabilitasi, kesehatan
Kontraindikasi, metode Kontrasepsi Penerimaan & pemakaian
berkesinambungan
3) Memberi ASI
4) KB progestin paska persalinan tidak mengganggu pembekuan
darah
b. Kontrasepsi pasca keguguran :
33
1) AKDR tunda jika ada infeksi, trimester 2
2) Tubektomi tunda bila infeksi belum teratasi
3) Hb < 7 gr% tunda progestin (suntik, implan, oral), tubektomi
c. Metode Amenore Laktasi (MAL) :
1) Konseling yang terpenting
2) Harus melakukan pola laktasi yang tepat
3) Syarat : minimal 4 jam sekali, lama menyusi >60 menit/ 24 jam,
menyusi pada malam hari
Yang harus diketahui oleh ibu atau akseptor adalah Laktasi bukan metode
kontrasepsi yang dapat diandalkan, dengan pola laktasi yg benar 3-12%
hamil lagi sebelum haid pertama pasca persalinan.
3. Kontrasepsi Keadaan Darurat
Kontrasepsi darurat adalah Suatu metode untuk mencegah terjadinya
kehamilan pada perempuan yg telah melakukan hub seks tanpa perlindungan
alat kontrasepsi.Kontrasepsi darurat memungkinkan perempuan untuk
melindungi diri mereka dari KTD (Kehamilan tidak diinginkan),
mengendalikan kesuburan dalam keadaan darurat, memberikan hak kesehatan
reproduksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan
Kontrasepsi darurat adalah : Perempuan harus paham tentang : Mekanisme
kontrasepsi daruat, bagaimana cara memperoleh dan menggunakan
kontrasepsi darurat ( informasi, pendidikan dan komunikasi ), perempuan
harus menerima kontrasepsi darurat sebagai hak dan bermakna mencegah
KTD setelah kegagalan hub seks yg tak terlindungi ( ada kepercayaan &
ketersediaan untuk menggunakan kondar ), produk kontrasepsi darurat &
pelayanan harus tersedia, kontrasepsi darurat dapat diakses ketika diperlukan
Alat kontrasepsi darurat di gunakan bila : Perempuan korban perkosaan, hub
seks tanpa alkon, kegagalan kondom, kesalahan pemakaian diafragma, lupa
mengkonsumsi 2 buah pil kontrasepsi secara berurutan, IUD ekspulsi parsial
atau total, lupa suntik KB > dari 2 mg (suntik 3 bl) atau > dari 3 hari (
suntikan 1 bulan ).
34
a. Jenis-jenis kontrasepsi darurat :
1) IUD
IUD sebagai kontrasepsi darurat :Dipasang oleh tenaga terlatih,
dipasang dl wkt maks 5 hr pasca C, 99 % efektif utk mencegah terjadi
kehamilan, dapat digunakan sampai 10 tahun, perlu skrining PMS/HIV
secara rutin sebelum pemasangan, memerlukan follow up.
2) Pil kontrasepsi hormonal
Pil sebagai kontrasepsi darurat :Pil Kombinasi : Pil KB Schering,
Microgynon, Pil Estrogen : Lynoral, Pil Progesteron : Postino Waktu
penggunaan pil kontrasepsi darurat : Pil KombinasiDosis pertama 4
tablet diminum sesegera mungkin pasca Hub seks, Dosis kedua 4
tablet,12 jam kemdian, Pil ProgesteronPostinor 2 tablet diminum
sekaligus, Pil Estrogen :Lynoral tablet 2x1 tablet. Keuntungan dari pil
kontrasepsi darurat :
a) Aman dan mudah digunakan
b) Berisi hormon dlm dosisi kecil aman
c) Penggunaan dlm jangka pendek
d) Pengaruh hormon dapat hilang secara cepat
e) Tidak menyebabkan keguguran bila sudah terjadi kehamilan
f) Tidak menyebabkan efek pada perkembangan janin
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a) Informed choice dan informed consent sebelum pemberian
b) Klien dirujuk apabila Tidak mengalami menstruasi 3 mg setelah
pemberian obat ( 98 % penggunaan pil kontrasepsi darurat
mengalami menstruasi hari ke 2 )
Hal-hal yang perlu diingat :
a) Untuk semua perempuan
b) Hak reproduksi perempuan, legal
c) Aman melalui penelitian
d) EC bukan aborsi
35
e) Cara kerja menghambat ovulasi, fertilisasi dan nidasi
f) Mudah, bisa menggunakan pil KB biasa

4. Kontrasepsi Pada Wanita Usia di Atas 35 Tahun


Kontrasepsi Untuk Perempuan Berusia Lebih Dari 35 tahun
Perempuan berusia > 35 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif
karena kelompok ini akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas
jika mereka hamil. berbagai cara kontrasepsi pada perempuan berusia > 35 tahun.
a. Pil kombinasi/ suntikan kombinasi Sebaiknya tidak digunakan oleh
perempuan > 35 tahun yang perokok. Perokok berat (> 20 batang/ hari)
jangan menggunakan pil/ suntikan kombinasi. Dapat meningkatkan
tekanan darah dan retensi cairan, sehingga risiko stroke dan gangguan
pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat.

Pil kombinasi dosis rendah dapat berfungsi sebagai Terapi Sulih Hormon
pada masa perimenopause (keuntungan non kontrasepsi).

b. Kontrasepsi Progestin (Implan, Kontrasepsi Suntikan Progestin,


Kontrasepsi Pil Progestin). Dapat digunakan pada masa perimenopause
(usia 40 50 tahun).Dapat digunakan oleh perempuan berusia > 35 tahun
dan perokok.Implan dapat digunakan pada perempuan > 35 tahun yang
mengingnkan kontrasepsi jangka panjang, tetapi belum siap untuk
kontrasepsi mantap.
c. AKDR apat digunakan oleh perempuan > 35 tahun yang tidak terpapar
pada Infeksi Saluran Reproduksi dan IMS.AKDR Cu dan progestin:
sangat efektif, tidak perlu tindak lanjut, efek jangka panjang (Cu T-380A
efektif sampai 10 tahun).
d. Kondom satu satunya metode kontrasepsi yang dapat mencegah Infeksi
saluran reproduksi dan IMS (HBV, HIV/ AIDS). Perlu motivasi tinggi
bagi pasangan untuk mencegah kehamilan.

36
e. Kontrasepsi Mantap 1. Sangat tepat untuk pasangan yang benar
benar tidak ingin tambahan anak lagi.

5. Infeksi Menular Seksual (IMS) Dan Kontrasepsi


Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
adalah penyakit yang mendapat perhatian penting dalam kesehatan
masyarakat di seluruh dunia. Rata-rata setiap harinya ada satu juta orang
setiap hari yang terinfeksi IMS. Orang yang mengalami ISR/IMS mempunyai
resiko lebih tinggi tertular HIV.
Berbagai jenis mikroorganisme ( 20 jenis) dapat ditularkan melalui
hubungan seks dan berdampak pada organ reproduksi seseorang.bahkan ada
juga penyakit seperti infeksi Hepatitis dan AIDS yang bisa ditularkan melalui
hubungan seksual tetapi pada organ reproduksinya tidak mengalami kelainan
Istilah ISR/IMS mencakup 4 tipe infeksi yaitu :

a. Infeksi yang merusak saluran reproduksi.


b. Infeksi pada saluran reproduksi perempuan yang tidak disebabkan karena
penularan melalui hubungan seks tetapi merupakan pertumbuhan berlebih
dari bakteri yang normal ada dalam vagina ( bakteri vaginosis dan jamur).
c. Infeksi melalui hubungan seks yang memberi dampak lebih luas selain
alat reproduksi (sifilis dan HIV/AIDS)
d. Infeksi pada saluran reproduksi perempuan akibat komplikasi dari
tindakan yang dilakukan untuk membantu kasus persalinan, keguguran
dan pengguguran, insersi AKDR atau operasi obstetric ginekologi.

Beberapa jenis IMS yang banyak didapatkan di- Indonesia : Gonore,


sifilis, klamidia, kandidiasis, trikomoniasis, bacterial vaginosis, herpes
simpleks. Pelayanan kontrasepsi dapat sekaligus memberikan pelayanan
terhadap ISR maupun IMS seperti :

37
a. Pendidikan tentang pencegahan IMS dan pengenalan gejaa dan tanda
ISR/IMS serta komplikasi IMS
b. Konseling mengenai perilaku yang berisiko, alternative perilaku seksual
yang aman, kepatuhan klien untuk berobat hingga tuntas dan perlunya
pasangan klien juga ikut berobat
c. Skrining atau penapisan ISR/IMS termasuk pemeriksaan vagina (selain
dilakukan sebagai pemeriksaan rutin atau lebih ditekankan pada orang
yang beresiko)
d. Pengobatan ISR/IMS
e. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap
f. Menyediakan kontrasepsi dengan perlindungan ganda (dual action) seperti
kondom

Kontrasepsi dan Pencegahan IMS :

a. Kondom lateks merupakan metode terbaik untuk pencegahan IMS/AIDS


bila digunakan terus menerus. Tapi kondom tidak melindungi infeksi yang
berasal dari ulkus atau lesi pada selangkangan yang tertutup oleh kondom
b. Female condom (kondom perempuan). Walaupun data klinis terbatas,
kondom ini cukup efektif untuk pencegahan kontak dengan sperma
maupun bakteri penyebab IMS dan HIV. Sebagai alternartive apabila
kondom laki-laki tidak ada atau tidak bisa digunakan, terbatasnya
pemakaian kondom perempuan juga disebabkan oleh faktor harga dan
kurang nyaman
c. Spermisida tidak melindungi penularan IMS/HIV, oleh karena itu
pemakaian spermisida saja tanpa pengaman (barrier) lain tidak dianjurkan
d. Diafragma, digunakan bersama spermisida dapat mengurangi transmisi
IMS. Perlindungan terhadap HIV belum pernah dibuktikan sebagai
alternative apabila penggunaan kondom laki-laki tidak bisa dilakukan

38
e. Metode kontrasepsi lain. Seluruh metode kontrasepsi yang lain tidak dapat
melindungi klien dari IMS/HIV. Perempuan yang beresiko terhadap IMS
perlu mengunakan tambahan kondom disamping pemakaian metode
kontrasepsi yang lain.

Pengertian KB pada situasi darurat bencana merupakan pelayanan yang


diberikan pada akseptor pada kondisi bencana.Tujuan KB pada situasi darurat
bencana yaitu mengantisipasi terjadinya drop out KB dan memberikan
pelayanan KB untuk para korban bencana yang membutuhkan layanan KB.

Untuk memahami kebutuhan dan permintaan KB di kalangan populasi


terdampak, anda harus:

1. Menyelidiki kepercayaan, kebudayaan dan sikap terhadap masyarakat


kontrasepsi
2. Menilai kompetensi penyedia layanan potensial untuk menyediakan
kontrasepsi, termasuk metode-metode tradisional
3. Mengumpulkan informasi mengenai prevalensi kontrasepsi berdasarkan
metode
4. Melakukan verifikasi ketersediaan supply dan kesinambungan suply
5. Menentukan ketersediaan dan fungsi dari fasilitas yang ada.
Layanan KB berkualitas tinggi dapat memenuhi kebutuhan perorangan
dan pasangan-pasangan pada setiap tahapan kehidupan reproduksi mereka
dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi, menyediakan serangkaian metode yang bisa dipilih,
prosedur yang aman dan layanan yang berkesinambungan.Penyedia layanan
harus memberikan informasi yang akurat dan lengkap kepada klien sehingga
baik perempuan maupun laki-laki yang datang padanya dapatdengan sukarela
memilih metode yang cocok dengan kebutuhan mereka.

39
D. Mempraktikkan KIE/Konseling KB dalam Pelayanan KB

KIE adalah suatu proses penyampaian pesan informasi yang diberikan kepada
masyarakat tentang program KB baik menggunakan media seperti: radio, TV,
pers, film, penerbitan, kegiatan promosi, pameran dengan tujuan utama adalah
untuk memecahkan masalah dalam lingkungan masyarakat dalam meningkatkan
program KB atau sebagai penunjang tercapainya program KB. Jenis KIE adalah:
1. KIE Individu : suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE
dengan individu sasaran program KB.
2. KIE Kelompok : suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE
dengan kelompok (2-15 orang).
3. KIE Massa : tentang program KB yang dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah besar.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah:
1. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.
2. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu sebagaimana adanya.
3. Memberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
4. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari
kehidupan sehari-hari.
5. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaaan dan resiko yang dimiliki ibu.
Konseling Keluarga Berencana
Definisi Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan yang
dilakukan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
memecahkan masalah melalui pemahaman tentang fakta- fakta dan perasaan-
perasaan yang terlibat didalamnya. Tujuan Konseling KB yaitu
1. Meningkatkan penerimaan.
2. Menjamin pilihan yang cocok.
3. Menjamin penggunaan yang efektif.
4. Menjamin kelangsungan yang lebih lama.

40
Jenis Konseling KBKomponen penting dalam pelayanan KB dibagi 3 tahapan
yaitu :
1. Konseling Awal yaitu menentukan metode apa yang diambil.
2. Konseling Khusus yaitu memberi kesempatan klien untuk bertanya tentang
cara KB dan membicarakan pengalamannya, mendapatkan informasi lebih
rinci tentang KB yang diinginkannya dan mendapatkan bantuan untuk
memilih metoda KB yang cocok dan mendapatkan penerangan lebih jauh
tentang penggunaannya.
3. Konseling Tindak Lanjut yaitu konseling lebih bervariasi dari konseling awal,
pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yang serius yang
memerlukan rujukan dan masalah yang ringan yang dapat diatasi di tempat.
Langkah Konseling terdiri atas:
1. GATHER
G: Greet (Berikan salam, kenalkan diri dan buka komunikasi)
A: Ask (Tanya keluhan/kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/
kebutuhan sesuai dengan kondisi yang dihadapi?)
T: Tell (Beritahukan persoalan pokok yang dihadapi pasien dari hasil
tukar informasi dan carikan upaya penyelesaiannya)
H: Help (Bantu klien memahami dan menyelesaikan masalahnya)
E: Explain (Jelaskan cara terpilih telah dianjurkan dan hasil yang diharapkan
mungkin dapat segera terlihat/ diobservasi)
R: Refer/Return (visit Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan
pelayanan yang sesuai). (Buat jadwal kunjungan Ulang)
2. Langkah Konseling KB SATU TUJU
Langka SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan berurutan karena
menyesuaikan dengan kebutuhan klien.
SA : Sapa dan salam
T : Tanya
U : Uraiakan
TU : Bantu
41
J : Jelaskan
U : Kunjungan Ulang
Pesan yang disampaikan pada saat kegiatan KIE yaitu pengertian dan
manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga, proses terjadinya
kehamilan pada wanita (yang kaitannya dengan cara kerja dan metode
kontrasepsi) dan jenis alat/metode kontrasepsi, cara pemakaian, cara kerjanya
serta lama pemakaian.

E. Menerapkan Evidence Based dalam Asuhan KB


Pembaruan Kriteria Penggunaan Kontrasepsi (US MEC) Berdasarkan CDC,
2010 Revisi Metode Penggunaan Kontrasepsi Selama Masa Postpartum.
Penggunaan kontrasepsi selama masa postpartum penting dilakukan untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan memperpanjang interval
kelahiran, yang dapat menimbulkan masalah kesehatan ibu dan anak.Pada tahun
2010, CDC telah mempublikasikan U.S. Medical Eligibility Criteria for
Contraceptive Use (US MEC) yang merupakan pedoman penggunaan
kontrasepsi, yang dilengkapi dengan evidence-based sebagai pertimbangan
dalam pemilihan metode kontrasepsi.Dalam pemilihan metode kontrasepsi ini,
keamanan penggunaan menjadi hal utama yang harus diperhatikan khususnya
untuk wanita yang dengan karakteristik atau kondisi kesehatan tertentu, termasuk
wanita yang masih dalam masa postpartum.Baru ini, CDC telah melakukan
penilaian terhadap evidence yang memberikan informasi mengenai keamanan
penggunaan kontrasepsi hormonal pada masa postpartum.
Laporan ini merupakan ringkasan dari penilaian tersebut dan hasil dari revisi
pedoman penggunaan kontrasepsi. Revisi rekomendasi ini berisi bahwa wanita
post partum tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi selama
masa 21 hari setelah melahirkan oleh karena resiko tinggi untuk mendapatkan
tromboemboli vena (TEV) selama masa ini. Masa 21-42 hari postpartum, pada
umumnya wanita tanpa faktor resiko TEV dapat memulai penggunaan
kontrasepsi hormonal kombinasi, tetapi wanita yang memiliki resiko TEV

42
(riwayat TEV sebelumnya atau post melahirkan secara caesar), tidak boleh
menggunakan metode kontrasepsi ini.Nanti, setelah masa 42 hari postpartum,
barulah tidak ada pembatasan penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi yang
berdasarkan pada keadaan pasien tersebut setelah melahirkan.
Publikasi kriteria penggunaan kontrasepsi (US MEC) dilakukan pertama kali
pada tahun 2010 oleh CDC Amerika Serikat.Laporan ini diadaptasi dari Medical
Eligibility Criteria for Contraceptive Use yang dipublikasikan oleh WHO, yang
disebarluaskan secara global sebagai pedoman penggunaan kontrasepsi
berdasarkan evidence sejak tahun 1996.Meskipun demikian pedoman yang
dibuat oleh CDC ini mengadaptasi sejumlah kecil rekomendasi WHO dan
ditambahkan beberapa rekomendasi baru untuk tenaga medis di Amerika Serikat.
Namun, umumnya rekomendasi antara pedoman WHO dan US MEC adalah
sama. Rekomendasi yang diperoleh menggunakan kategori 1-4.Rekomendasi ini
berdasarkan pada pertimbangan keuntungan dan kerugian signifikan dari
keamanan penggunaan kontrasepsi itu sendiri bagi wanita dengan keadaan atau
karakteristik kesehatan tertentu. Kategori 1 mewakili kelompok pasien yang bisa
menggunakan kontrasepsi tanpa adanya pembatasan sedangkan kategori 4
merupakan kelompok yang sama sekali tidak bisa menggunakan alat kontrasepsi
apapun. CDC merevisi pedoman penggunaan kontrasepsi ini untuk menjamin
bahwa rekomendasi tersebut berdasarkan pada bukti scientific terbaik yang
tersedia berupa indentifikasi bukti baru atau berdasarkan pada update evidence-
based yang dibuat sesuai dengan pedoman WHO.

F. Melakukan Pendokumentasian Pelayanan KB


Pendokumentasian pada pelayanan KB terdiri atas:
1. Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Keluarga Berencana
Adalah suatu kegiatan mencatat dan melaporkan berbagai aspek yang
berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB, BPS,
atau tempat pelayanan lainnya. Pelayanan kelurga berencana yang bermutu
meliputi hal-hal antara lain:
43
a. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien
b. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar pelayanan
c. Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
d. Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani
e. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang
tersedia
f. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas
kesehatan dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi
g. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang di tentukan
2. Penggunaan kartu catatan pasien
a. Kartu Pendaftaran Klinik KB
b. Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB
c. Kartu peserta KB
d. Kartu status peserta KB
e. Registrasi klinik KB
f. Laporan bulanan klinik
g. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB
h. Buku bantu dokter/bidan praktek swasta dan tempat pelayanan lainnya
i. Laporan bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrasepsi oleh
dokter/bidan praktek swasta dan tempat pelayanan lain.
3. Pendokumentasian Rujukan KB
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung
jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal
maupun horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,
terjangkau, dan rasional.
a. Fasilitas pelayanan yang merujuk yaitu:
1) Mencatat penderita yang dirujuk dalam register klinik
2) Membuat surat pengiriman pemerintah

44
3) Melaporkan jumlah penderita yang dirujuk dalam laporan bulanan
klinik.
b. Fasilitas pelayanan yang menerima rujukan yaitu:
1) Membuat tanda terima penderita
2) Mencatat penderita dalam register
3) Memberikan informasi kepada fasilitas pelayanan yang merujuk tentang
pemeriksaan yang dilakukan terhadap penderita, bila penderita yang
dirujuk perlu perawatan dan pengobatans di fasilitas pelayanan yang
merujuk
4) Membuat pengiriman kembali dan memberikan informasi tentang
perawatan dan pengobatan yang diberikan kepada penderita yang
dirujuk, jika penderita memerlukan lanjutan di fasilitas pelayanan yang
merujuk.
c. Rujukan medis dapat berlangsung:
1) Internal antar petugas disatu puskesmas
2) Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
3) Antara puskesmas dan masyarakat
4) Antara satu puskesmas dan puskesmas lain
5) Antara puskesmas dan rumah sakit, lab/fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya
6) Interrnal antara bagian/unit pelayanan disatu rumah sakit
7) Antara rumah sakit/lab fasilitas pelayanan lain dirumah sakit
Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan
menyerahkan klien ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi
karena kondisi klien yang mengharuskan pamberian pelayanan yang lebih
kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan.
4. Monitoring dan evaluasi sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi
Dalam pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi masih dirasakan adanya kelebihan dan kekurangan, sehingga
45
perlu selalu dilakukan monitoring dan evaluasi. Dalam melakukan
monitoring dan evaluasi sistem dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Cakupan laporan
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan
laporannya meliputi jumlah, ketepatan pengisian dan ketepatan waktu data
yang dilaporkan, mulai dari tingkat klinik, lapangan sampai ke tingkat
pusat.
b. Kualitas data
Dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan pencatatan dan
pelaporan pelayanan kontrasepsi perlu dilihat bagaimana melakukan
laporannya, baik laporan bulanan maupun tahunan serta bagaimana
informasi yang disajikan setiap bulanan ataupun tahunan.Dalam hal ini
sering terjadi laporan atau mengenai keterlambatan dan cakupannya belum
dapat optimal dmaupun kualitas dan kuantitas datanya serta informasi
yang disampaikan belum optimal.
c. Tenaga
Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan
pelayanan kontrasepsi, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu
ketersediaan/jumlah tenaga dan kualitas tenaga.
d. Sarana
Dalam melakukan evaluasi terhadap sarana, perlu dilihat
bagaimana sarana mendukung kelancaran pelaksanaan pencatatan
pelaporan di antaranya: ketersediaan formulir dan kartu, ketersediaan
Buku Petunjuk Teknis Pencatatan dan Pelaporan Sistem Pelayanan
Kontrasepsi, ketersediaan faksimil untuk seluruh Kabupaten/Kota untuk

46
BAB III

TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Akseptor Keluarga Berencana. Ny. MP P1001 umur


20 tahun dengan Pemasanagan KB IUD CuT-380A di Puskesmas I Denpasar Timur.

Tanggal Pengkajian : 1 Juni 2016


Jam : 10.25 WITA
Tempat Pengkajian : di Puskesmas I Denpasar Timur
Pendamping Ibu : suami
Sumber Data : Pasien
Alasan Pemasangan KB : ingin menununda kehamilan

DATA SUBJEKTIF

1. Biodata/Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. MP Tn. GS
Umur : 20 thn 25 thn
Suku Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMP SMK
Pekerjaan : IBRT Pegawai Swasta
Alamat : Jln. Katrangan no Jln. Katrangan no
VB/ NO. 7 VB/ NO. 7
No.telp : 081558454XXX 085738683XXX

2. Alasan datang : Ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD

3. Keluhan : Tidak ada keluhan

47
4. Riwayat Menstruasi
Menarche Umur : 13 tahun
Siklus Haid : Teratur(28 hari)
Volume : 3-4x ganti pembalut/hari
Sifat Darah : Encer
Lama Haid : 4-6 hari

5. Riwayat Pernikahan
Menikah : Sah
Pernikahan : 1 kali
Lama menikah : 1 tahun
Jumlah anak :1

6. Riwayat Kehamilan, Persalinan, nifas Sebelumnya:


No Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Sua Hamil UK Penolong Cara Penyulit J BBL Mati Hidup
mi ke K (Kg) Umur Hari
ke 30
Men
1. 1 1 atem Bidan Nor - 2700 - 30hr
yusui
mal
ke-
30hr

7. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi


Kontrasepsi terdahulu : tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi

8. Pola makan dan minum


Makan : 3x/sehari (nasi, lauk, sayur)
Minum : 8-10 gelas/hari (air putih, susu)

48
9. Pola Aktivitas Sehari-hari
Tidur : Siang 1 jam, Malam 6 jam
Hubungan Seksual :-
Aktifitas :Melakukan aktifitas rumah tangga
(memasak, menyapu, mencuci)
Personal Hygiene : Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti
celana dalam 2x/hari
Eliminasi : BAB : 1 kali/hari (kuning kecoklatan, lembek,
tidak ada keluhan)
BAK : 3-4 kali/hari(Kuning tidak ada keluhan)

10. Riwayat Kesehatan:


a. Riwayat penyakit yang pernah diderita ibu : ibu menyatakan bahwa tidak
pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC, hepatitis),
menurun seperti (hipertensi, DM, asma), dan menahun seperti (jantung,
ginjal)
b. Riwayat penyakit yang sedang diderita ibu: ibu menyatakan bahwa tidak
pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC, hepatitis),
menurun seperti (hipertensi, DM, asma), dan menahun seperti (jantung,
ginjal)
c. Riwayat penyakit keluarga yang menurun :ibu menyatakan bahwa tidak
pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC, hepatitis),
menurun seperti (hipertensi, DM, asma), dan menahun seperti (jantung,
ginjal)

11. Data Psikologis:

Ibu mengatakan Klien mengatakan senang karena telah memiliki anak dan
sekarang dia ingin berKB untuk menunda kehamilannya dan suami mendukung
akan pemasangan KB IUD.

49
DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
BB : 62 kg TB : 160 cm TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit Suhu Aksila : 36,60C Nadi : 80x/menit
Postur : Normal
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Wajah tidak pucat dan tidak ada edema
b. Mata : Konjungtiva berwarna merah muda, sklera putih
c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pelebaran vena jugularis
d. Payudara : Bentuk payudara simetris,
puting menonjol keluar, kebersihan baik,
tidak ada nyeri tekan
e. Perut: Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada nyeri
m. Vagina : tidak ada varices, infeksi, cairan
n. Anus: tidak hemmoroid
o. Genetalia Eksterna : tidak ada kelainan, tidak oedema, tidak ada varices,
terdapat sedikit keluar darah menstruasi
p. Pemeriksaan inspekulo:
tidak terdapat erosi pada portio, tidak ada tumor/benjolan, tidak ada cairan
abnormal, terdapat sedikit darah menstruasi
q. Ekstremitas bawah : Tungkai simetris, tidak ada edema, reflek patela (+/+)tidak
ada varises, kulit normal

50
ANALISA DATA

Diagnosa : Ny. MP P1001 umur 20 tahun calon akseptor KB IUD

PENATALAKSANAAN

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada dan asuhan yang akan dilakukan


selanjutnya, ibu memahami dan menerima hasil pemeriksaan
b. Memberikan KIE pada ibu tentang keuntungan, kerugian, dan efek samping
KB IUD, ibu menggunakan KB IUD CuT-380A
c. Memberikan Informed Consent pemasangan IUD, ibu bersedia dilakukan
pemasangan KB IUD
d. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan KB IUD CuT-
380A
e. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada ibu
f. Menganjurkan ibu datang kembali untuk kontrol 1 minggu lagi

51
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan praktik Asuhan Kebidanan Pada Pelayanan Keluarga


Berencana.Ny.MP P1001 dengan Pemasanagan KB IUD CuT-380A di Puskesmas I
Denpasar Timur pada tanggal 1 Juni 2016. Data yang dikaji sesuai dengan teori dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Data Subjektif
Langkah ini melaksanakan pengkajian data untuk dapat mendapatkan data
subjektif melalui anamnesa (wawancara) kepada pasien pada saat anamnesa
diperoleh Ny. MP ingin memasang KB IUD dan tidak ada keluhan. Data subjektif
adalah data yang diperoleh dari klien dengan cara anamnesa, baik dalam bentuk
pernyataan atau keluhan. Semua data yang ditanyakan mencakup identitas klien,
riwayat persalinan saat ini, ,kecukupan nutrisi dan istirahat Dalam pengkajian
data tidak ditemukan kesenjangan
Dalam data subyektif terdiri dari biodata yang mencakup identitas klien serta
suami yang terdiri darinama yang jelas dan lengkap. Hal ini untuk mengetahui
identitas ibu dan suami. bila perlu ditanyakan nama panggilan sehari-hari hal ini
untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama. Dalam lahan pasien kami
bernamaNy. MP dan suaminya Tn GS. Dalam praktek dan teori sudah sesuai
kami melakukan anamnesa identitas ibu dan suami hal ini untuk mencegah
kekeliruan dengan pasien yang lain.
Dalam biodata juga tercantum umur dicatat dalam tahun, umur berguna
mengetahui apakah ibu boleh menggunakan KB IUD atau tidak pemasangan IUD
sebaiknya dilakukan pada masa reproduktif umur 15-49 tahun Dalam lahan kami
mendapati umur Ny. MP 20 tahun. Tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan
umur ibu jadi ibu bisa menggunakan KB IUD
Alamat perlu dicatat untuk mempermudah menghubungi ibu bila keadaan
darurat. Misalnya ibu yang dirawat memerlukan bantuan keluarga. Dengan
52
adanya alamat tersebut keluarga klien dapat segera dihubungi. Demikian juga
alamat dapat memberikan petunjuk tentang keadaan lingkungan tempat tinggal
klien. Dalam lahan kami juga menanyakan alamat ibu kami mendapati alamat ibu
Jalan Katrangan no VB/ NO. 7
Dalam teori biodata juga dilengkapi dengan pekerjaan yang dicatat untuk
mengetahui taraf sosial ekonomi ibu tersebut. Dilahan kami mencatat pekerjaan
ibu sebagai ibu rumah tangga dan suami bekerja swasta. Dengan demikian kami
dapat menilai taraf social ibu termasuk katagori menengah sehingga pembiayaan
hidup dan gizi ibu cukup baik. Tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan
karena dalam lahan pekerjaan juga ditanyakan.
Dalam teori pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya, tingkat pendidikan dan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang. Dalam lahan kami ibu pendidikan terakhirnya SMP dan suami
pendidikan terakhirnya adalah SMK sehingga hal ini dapat menjadikan acuan
bagi bidan untuk memberikan asuhan dan pengarahan sesuai tingkat pendidikan
agar mudah dimengerti. Oleh karena hal tersebut, tidak ada kesenjangan antara
teori dengan lahan karena dilahan pendidikan juga menjadi daftar pertanyaan.
Sesuai teori keluhan yang mungkin dapat terjadi dan dirasakan oleh ibu perlu
ditanyakan agar dapat memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan keluhan
ibu. Tidak ada keluhan pada Ny MP.
Status perkawinan ditanyakan pada klien untuk mengetahui sudah berapa
lama ibu menikah dan berapa kali ibu menikah. Untuk kemungkinan pengaruh
status perkawinan terhadap masalah kesehatan dan psikologis. Demikian juga
dengan status anak yang dilahirkan dan psikologis ibu selama hamil dan bersalin.
Dilahan kami menanyakan status perkawinan ibu sah dan hasilnya ibu
mengatakan Kawin 1 kali.
Riwayat persalinan yang lalu perlu ditanyakan. Untuk megidentifikasi adanya
kemungkinan komplikasi. Hasilnya ibu mengatakan ini merupakan kelahiran
anaknya yang pertama, belum pernah hamil/abortus, anaknya lahir laki-laki pada
tanggal 1 Mei 2016, jenis persalinan normal, ditolong oleh bidan di rumah sakit,
53
BB lahir 2700 gr, tidak ada komplikasi pada ibu maupun bayi, jenis kelamin bayi
laki-laki, laktasi baik/lancar. Hal ini sesuai dengan teori bahwa riwayat
persalinan yang lalu perlu ditanyakan.
Riwayat Kesehatan: Riwayat penyakit yang pernah diderita ibu, ibu
menyatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS,
TBC, hepatitis), menurun seperti (hipertensi, DM, asma), dan menahun seperti
(jantung, ginjal), Riwayat penyakit yang sedang diderita ibu: ibu menyatakan
bahwa tidak pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC,
hepatitis), menurun seperti (hipertensi, DM, asma), dan menahun seperti (jantung,
ginjal), Riwayat penyakit keluarga yang menurun, ibu menyatakan bahwa tidak
pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC, hepatitis), menurun
seperti (hipertensi, DM, asma), dan menahun seperti (jantung, ginjal), tidak ada
riwayat penyakit yang dialami ibu dan tidak ada kesenjangan dalam teori
sehingga ibu bisa untuk dipasangkan KB IUD

2. Data Objektif
Pada data objektif dilakukan pemeriksaan umum antara lain keadan umum:
baik, kesadaran: compos mentis, tekanan darah: 120/80 mmHg, suhu 36,60c,
respirasi: 20x/menit, nadi: 80x/menit, BB: 62 kg
Pemeriksaan Genetalia Eksterna : tidak ada kelainan, tidak oedema, tidak ada
varices, terdapat sedikit keluar darah menstruasi, pemeriksaan inspekulo: tidak
terdapat erosi pada portio, tidak ada tumor/benjolan, tidak ada cairan abnormal,
terdapat sedikit darah menstruasi. Tidak ada kesenjangan dalam teori Hal ini yang
memperbolehkan pasien dapat menggunkan KB IUD.

3. Analisa Data diagnosa Ny MP P1001 umur 20 tahun calon akseptor KB IUD

54
4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada dan asuhan yang akan dilakukan


selanjutnya, ibu memahami dan menerima hasil pemeriksaan
b. Memberikan KIE pada ibu tentang keuntungan, kerugian, dan efek samping
KB IUD, ibu menggunakan KB IUD CuT-380A
c. Memberikan Informed Consent pemasangan IUD, ibu bersedia dilakukan
pemasangan KB IUD
d. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan KB IUD CuT-
380A
e. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada ibu
f. Menganjurkan ibu datang kembali untuk kontrol 1 minggu lagi

5. Pada pemasangan KB IUD tersebut tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktek, dimana dalam praktek langkah-langkah tersebut disesuaikan dengan
keadaan pasien. Sehingga tujuan dilakukan asuhan kebidanan Ny. MP umur 20
tahun P1001 dengan akseptor KB IUD dapat tercapai.

55
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Ny. MP telah


menggunakan alat kontrasepsi IUD. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada
akseptor KB IUD dapat disimpulkan :

1. Pada data subjektif Data Subjektif


Langkah ini melaksanakan pengkajian data untuk dapat mendapatkan data
subjektif melalui anamnesa (wawancara) kepada pasien pada saat anamnesa
diperoleh Ny. MP ingin memasang KB IUD dan tidak ada keluhan.

2. Pada data objektif dilakukan pemeriksaan umum antara lain keadan umum: baik,
kesadaran: compos mentis, tekanan darah: 120/8 mmHg, suhu 36,60c, respirasi:
20x/menit, nadi: 80x/menit,BB : 62 kg Genetalia Eksterna : tidak ada kelainan,
vagina: tidak ada varices, infeksi dan cairankalenjar bartholini: tidak ada edema,
kista, pemeriksaan inspekulo: tidak terdapat erosi pada portio, tidak ada
tumor/benjolan, tidak ada cairan abnormal

3. Analisa Data diagnosa NyMP P1001 umur 20 tahun calon akseptor KB IUD

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada dan asuhan yang akan dilakukan


selanjutnya, ibu memahami dan menerima hasil pemeriksaan
b. Memberikan KIE pada ibu tentang keuntungan, kerugian, dan efek samping
KB IUD, ibu menggunakan KB IUD CuT-380A
c. Memberikan Informed Consent pemasangan IUD, ibu bersedia dilakukan
pemasangan KB IUD
56
d. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan KB IUD CuT-
380A
e. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada ibu
f. Menganjurkan ibu datang kembali untuk kontrol 1 minggu lagi

B.Saran

Disarankan hendaknya bidan selalu meningkatkan keterampilan, kemampuan dan


menambah ilmu pengetahuan melalui pendidikan formal/mengikuti seminar pelatihan
sehingga dapat memberikan asuhan pada akseptor KB IUD secara lebih baik dan
pada akseptor KB IUD untuk tetap menjaga kebersihan dan khususnya daerah
genetalia, kontrol secara rutin dan apabila ada keluhan segera datang ketenaga
kesehatan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Arum, Dyah Noviawati Setya, Sujiyatini. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB


Terkini.
Affandi, Biran. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

BKKBN. 2004. Panduan Upaya Peningkatan Peserta Kontrasepsi Mantap.


Jakarta:BKKBN.
BKKBN.2007. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka sinar harapan.

Depkes RI, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
Jakarta: Depkes RI.

Hartanto, Hanafi. 2004. KB dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.


Helen, Varney, dkk. 2007. Buku Asuhan Kebidanan. Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Ida Bagus Gede Fajar Manuaba, Ida Bagus Gede
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sulistyawati, Ari. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Suratun dkk, 2008.Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan


Kontrasepsi.Jakarta: Trans Info Media.

Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

58

Anda mungkin juga menyukai