PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.3. Praktek
1.4. peralatan :
1) Burden (B)
Burden merupakan jarak tegak lurus terpendek antara muatan bahan
peledak dengan bidang bebas yang terdekat atau kearah dimana batuan akan
terlempar. Jarak barden yang terlalu kecil akan menghasilkan bongkaran yang
terlalu hancur dan tergeser jauh dari dinding jenjang dan kemungkinan terjadinya
batuan terbang yang sangat besar. Sedangkan jika jarak burden terlalu besar akan
menghasilkan menghasilkan gelombang Tarik yang sangat lemah dibawah kuat
Tarik batuan, sehingga batuan dalam area burden tidak hancur. Besrnya berden
tergantung karakteristik batuan, karakteristikmbahan peledak dan diameter
lubang ledak.
Secara sistematis besarnya burden dan hubungannya dengan factor-faktor
tersebut dinyatakan sebagai berikut :
= 3,15 ( )^0,33
= [(2 + 1,5)]
= 0,67 ( )^0,33
Dengan
B = Burden
Table 3.1
factor koreksi terhadap jumlah baris lubang ledak
Table 3.3
Factor koreksi terhadap struktur geologi
Bc = Kr xKd x Ks x B
Dengan :
2) Spasi (S)
Spacing merupakan jarak diantara lubang ledak dalam suatu baris yang
sejajar dengan bidang bebas (Free Face)
Jika spacing terlalu besar akan menghasilkan fragmen yang tidak baik dan dinding
akhir yang ditinggalkan cenderung tidak rata, sebaliknya bila spacing terlalu kecil
dari jarak barden maka akan mengakibatkan tekanan sekitar stemming yang lebih
dan mengbatkan gas hasil ledakan dihamburkan ke atas atmosfer diikuti dengan
suara bising (noise)
Menentukan jarak spasi menurut konya, didasarkan pada jenis detonator
listrik yang digunakan dan beberapa besar nilai perbandingan antara tinggi jenjang
dan jarak barden. Bila perbandingan antara L/B lebih kecil dari 4 maka
digolongkan jenjang rendah dan bila lebih besar dari 4 digolongkan jenjang tinggi.
Misalkan tinggi jenjang 6 meter dan barden menurut perhitungan pernilai antara
2,3 2,7 meter, maka perbandingan L/B masih dibawa 4 . jenis detonator yang
digunakan adalah delay detonator maka persamaan yang digunakan adalah :
( + 7)
=
8
Keterangan :
S = Spacing (m)
B = burden (m)
3) Stemming
Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak diatas kolom isian bahan
peledak. Stemming yang terlalu pendek yang dapat mengakibatkan batu terbang
(fly rock) dan suara ledakan yang keras, sedangkan stemming yang terlalu
panjang akan mengakibatkan retakan kebelakang jenjang dan bongkah disekitar
dinding jenjang. Secara tektonik jenjang stemming sama dengan jenjang burden,
agar tekanan ke arah bidang bebas atasdan samping seimbang. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung jarak stemming adalah :
= 0,45 ()0,33
Keterangan :
De = Diameter Lubang Ledak, (inch)
Stv = Relative Bulk Strength (ANFO = 100)
Sgr = Berat Jenis Batuan
4) Subdrilling
Subdrilling merupakan lubang ledak yang berada dibawah garis lantai
jenjang, yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relative rata setelah
peledakan. Adapun persamaan untuk mencari jarak subdrilling menurut Konya
adalah sebagai berikut:
J = 0,3 (B)
Keterangan:
J = subdrilling (m)
B = burden (m)
5) Waktu tunda
Pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan perbedaan waktu
peledakan antara dua lubang ledak sehingga diperoleh secara beruntun.
Pengaturan waktu ini dapat diterapkan pada peledakan beruntun antar baris bang
ledak, maka persamaan waktu tundanya adalah sebagai berikut :
tr = Tr x B
keterangan :
tr = waktu tunda antara baris lubang ledak (ms)
Tr = konstanta waktu tunda
B = burden (ft)
Table 3.5. konstanta waktu tunda antara baris
Akibat yang dihasilkan Konstanta Tr
Keras , airblast berlebihan, back break, dll 2
Runtuhan tinggi dekat jenjang 23
Tinggi runtuhan cukup, airblast dan back break cukup 34
Runtuhan berpencar dengan backbreak minimum 46
Casting peledakan 7 - 14
Penentuan waktu tunda antar lubang dipengaruhi oleh tipe batuan, dan table
dibawah ini menunjukan konstanta waktu untuk tiap tipe batuan.
th = Th x S
Jumlah bahan peledak yang digunakan dalam setiap lubang ledak ditentukan
berdasarkan loading density. Loading density ditentukan berdasarkan rumus:
keterangan:
E = Pc x de x N
Keterangan :
Dalam pelaksanaannya nanti perhitungan RL. Ash ternyata selalu harus dicoba di
lapangan untuk memperoleh gambaran dan perubahan geometri yang lebih
mendekati kondisi sesungguhnya. Percobaan dilapangan dilakukan dengan cara
trial dan error sampai diperoleh geometri peledaka yang optimal.
Jika :
De = duiameter lubang ledak == diameter dodol handak
B = burden
Kb = Burden Ratio
= =
12 39,3
Bobot iisi batuan standart = 160 lb/cuft
Bahan peledak
Specific gravity bahan peledak standart (SGstd) = 1,20
Velocity standart ( Vestd atau VODstd) = 12000 fps
Kb standart = 30
Factor penyesuai (adjustment factor) :
Batuan yang akan diledakkan (Af1)
Bahan peledak yang dipakai (Af2)
Maka :
Kb Terkoreksi = 30 x Af1 XAf2
Af1 = Adjustment factor untuk bauan yang akan diledakkan
Af2 = Adjustment factor untuk handak yang dipakai
Dengan
1
3
1 = ( )
1
()2 3
2 = ( )
( )2
D = Bobot isi batuan yang akan diledakkan
SG = berat jenis bahan peledak yang dipakai
Ve = Kecepatan detonasi bahan peedak yang dipakai.
Jadi :
=
39,3
2. Spacing (S)
KS =S/B
KS = Spacing ratio (1-2)
S = Ks x B (meter)
Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan hasil
peledakan terlalu hancur. Akan tetapi apabila spacing mmelebihi ukuran yang
ditentukan maka fragmentasi hasil peledakan akan mengalami over size atau
boulder (bongkahan) dan juga akan menciptakan tonjolan (stump) diantara dua
lubang ledak setelah peledakan. Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman
penentuan spacing adalah sebagai berikut.
Peledakan serentak S = 2B
Peledakan dengan delay interval lama (Second Delay) S = B
Peledakan dengan millisecond delay S antara 1B sampai 2B
Jika terdapat kekear yang tidak saling tegak lurus, S antara 1,2B sampai
1,8B
Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang ledak dalam
baris yang sama
S = 1,15 B
3. Stemming (T)
Kt = T/B
Kt = stemming ratio (0,75-1,00)
T = Kt x B
Fungsi stemming :
o Meningktkan confining pressure dari akumulasi gas hasil peledakan
o Menyeimbangkan tekanan di daerah setemming
5. Subdrilling (J)
Kj = J/B
Kj = Subdrilling ratio (0,2-0,3)
J = Kj x B (meter)
Panjang subdrilling dipengaruhi struktur geologi, tinggi jenjang dan kemiringan
lubang ledak.
1. Produksi peledakan
Target prooduksi merupakan jumlah batuan yang diledakkan yang dihitung dari
luas area dan kedalaman lubang ledaknya. Persamaan umum yang digunakan
untuk menentukan target produksi peledakan adalah :
W = A x L x dr
Dengan
W = jumlah batuan yang diledakkan
A = luas derah yang diledakkan
L = tinggi jenjang
dr = bobot isi batuan, ton/m3
2. Memperkirakan framentasi batuan
Fragmentasi batuan hasil peledakan sangat dipengaruhi oleh faktokr batuan dan
bahan peledak yang digunakan. Kuznetsov membuat rumusan untuk
memperkirakan fragmentasi batuan hasil peledakan.
X = A x (V/Q)0,8 x Q 0,17 x (E/115)0,63
Dengan
X = ukuran rata-rata fragmentasi batuan, cm
A = factor batuan
V = volume batuan yang terbongkar, m3
Q = berat bahan peledak tiap lubang ledak, kg
E = Relative Weight Strenght (ANFO = 100)
A =0,12 BI
Dengan
D = diameter isian (mm)
B = burden (m)
W = standar deviasi pengeboran (m)
S = spacing (m)
L = panjjang isian (m)
H = tinggi jenjang
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
5NH4NO3 CH2
N =14 x 10 = 140 C= 12
H = 1 x 20 = 20 H=1x2= 2
+
O = 16 x 15 = 240 = 14
+
= 400
400 + 14 = 414
Menghitung persentase antara AN dengan FO :
400
5NH4NO3 = 414 x 100% = 96,61 %
14
CH2 = 414 x 100% = 3,38 %
3.11. Jenis Detonator
Menggunakan detonator elektrik (Listrik)
= 300,300
=
300,300
= 4,06
2 = [(2 + 1,5)]
0,85
= [(2 + 1,5)] 4
2,8
B = 8,42 Ft
3 = 0,67 ( )^0,33
100
= 0,67 . 4 ( )^0,33
2,8
B = 8,72 Ft
, + , + ,
B rata-rata = = 8,54 Ft
Table 3.1
faktor koreksi terhadap jumlah baris lubang ledak
Table 3.3
Faktor koreksi terhadap struktur geologi
Bc = Kr xKd x Ks x B
= 7,30 ft 2,22 m
b. Spasi (S)
( + 7)
=
8
(17 + 7 (2,22))
=
8
S = 4,06 m
c. Stemming (T)
= 0,45 ()0,33
100
= 0,45 4 ( 2,8 )0,33
T = 5,85 Ft 1,78 m
d. Subdrilling
J = 0,3 (B)
= 0,3 (2,22)
= 0,66 m
e. Waktu tunda
Table 3.5. konstanta waktu tunda antara baris
Akibat yang dihasilkan KonstantaTr
Keras , air blast berlebihan, back break, dll 2
Runtuhan tinggi dekat jenjang 23
Tinggi runtuhan cukup, air blast dan back break cukup 34
Runtuhan berpencar dengan back break minimum 46
Casting peledakan 7 14
tr = Tr x B
= 4 x 2,22
= 8,88 m
Table 3.5. time delay between blastholes
Rock type Th Constant (ms/ft)
Sand, loams, marls, coals 1,8 2,1
Some limestone, rock salt, shales 1,5 1,8
Compact limestones and marbles, granites, basalt, 1,2 1,5
quartzite rocks, gneisses and gabbroe
Diabase, diabaseporphyrites, compact gneisses 0,9 1,2
th = Th x S
= 1,5 x 4,06
= 6,09 m
E = Pc x de x N
= 73,42 kg (1 lubang)
= 21.735,01 kg
=
12
Kb = kb standar x 30
1
0,85 (11.300)2 3
= ( 1,2 (12.000)2 )
= 0,628 0,856
1
3
2 = ( )
1
160 3
= ( )
172
= 0,976
Kb Terkoreksi = 1 2 x 30
= 0,856 x 0,976 x 30
= 25,063
a. Burben (B)
25,063 X 4
=
12
B = 8,35 ft 2,54 m
b. Spasi (S)
S = 1,5 B
S = 1,5 x 2,54
= 3,81 m
c. Stemming (T)
T = KT x B
= 0,75 x 2,54
= 1,905 m
d. Kedalam lubang ledak (H)
Kh = H / B
=L+J
= 17 + 0,762
= 17,762 m
e. Subdrilling (J)
J = Kj x B
= 0,3 x 2,54
= 0,762 m
f. Powder Charge
PC = H-T
= 17,762 1,905
= 15,857 m
De = 71,63 De2/ SG
= 71,63 . 42 / 0,85
= 1,34 ton
De = 0,508 De2/ (SG)
= 0,508 . 42 x 0,85
= 6,90 ton
E = Pc x de
= 15,857 x 6,90
= 109,41 kg