Anda di halaman 1dari 6

Barang Dagangan Allah

Firman Allah Swt.: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa saja yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa saja yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu menjadi
seperti orang-orang yang lupa akan Allah, lalu Allah menjadikan meraka lupa akan diri mereka sendiri.
Sungguh mereka itulah orang-orang yang fasik (QS. Al-Hasyr [59] : 18-19).

Sabda Rasulullah saw adalah:

Tiga perkara yag menyelamatkan: (1) takut kepada Allah dalam keadaan ghaib dan nyata, (2) kalimat
yang adil dalam keadaan ridha maupun marah, dan (3) bersikap sederhana dalam keadaan kaya maupun
miskin. Sedangkan tiga perkara yang membinasakan adalah: (1) sifat kikir yang dipatuhi, (2) hawa nafsu
yang diikuti, dan (3) perasaan bangga pada diri sendiri.

barang siapa takut tertinggal, nescaya segera meneruskan perjalanan, dan barang siapa meneruskan
perjalanan, nescaya mencapai tempat tujuan. Ketahuilah, barang dagangan Allah amat mahal harganya.
Dan sungguh,barang dagangan Allah adalah syurga!

Dan telah berkata Abubakar Ash-Shiddiq r.a. kepada Umar bin Khattab r.a. pada saat menunjukkan
sebagai penggantinya menjabat sebagai khalifah, Bertakwalah Engkau wahai Umar, bilamana Engkau
berkuasa atas manusia! Ketahuilah, bahawasanya Allah Swt mewajibkan atas manusia: beberapa
kewajipan yang harus dikerjakan pada malam hari, yang takkan ia menerimanya apabila dikerjakan pada
siang hari. Dan juga mewajibkan beberapa kewajipan yang harus dikerjakan pada siang hari, yang takkan
ia menerimanya bilamana dikerjakan pada malam hari. Dan bahawasanya ia takkan menerima suatu
amalan yang bersifat sunnah (anjuran), sampai amalan yang bersifat fardhu telah ditunaikan
sebelumnya. Adapun beratnya neraca timbangan manusia pada hari kiamat kelak, bergantung pada
seberapa jauh mereka mengikuti kebenaran ketika masih hidup di dunia. Sedangkan ringannya neraca
timbangan mereka pada hari kiamat nanti bergantung pada seberapa jauh mereka telah mengikuti
kebatilan ketika masih hidup di dunia.

Dan telah berkata Ali bin Abi Thalib k.w. (karramallahu wajhah), Ada enam perkara yang barang siapa
mengamalkannya, tidak lagi perlu bersusah payah mencari-cari syurga dan tidak perlu pula merasa
cemas akan seksa api neraka: (1) orang yang mengenal Allah lalu takut kepada-Nya. (2) orang yang
mengenal setan lalu menentangnya. (3) Orang yang mengenal kebenaran lalu mengikutinya. (4) orang
yang mengetahui kebatilan lalu menjauhkan diri darinya. (5) orang yang mengenal kesenangan dunia lalu
menolaknya. (6) orang yang mengenal akhirat lalu mengendarinya.

Seseorang bertanya kepada seorang dari kalangan salaf (tokoh terdahulu) : Bagaimana jalan menuju
Allah?

Seandainya anda mengenal Allah, tentu anda akan mengetahui jalan menuju kepada-Nya. Jawab si
tokoh yang ditanyai.

Subhanallah! Bagaimana mungkin saya beribadat kepada sesuatu yang tidak saya kenal?. Bagaimana
pula anda melakukan maksiat kepada yang telah anda kenal?.

Seorang saleh berkata kepada seorang sufi dari kalangan abdl : Tunjukilah aku suatu amalan, yang
dengannya aku dapat menemukan hatiku bersama-sama Allah selamanya.

Jangan melihat kepada manusia, kerana melihat mereka itu, menimbulkan kegelapan di dalam hati.

Aku tidak dapat melakukan seperti itu. Kata orang itu.

Kalau begitu, jangan mendengarkan omongan mereka kerana mendengar omongan mereka
menyebabkan kekerasan hati.

Aku tidak kuasa melakukan seperti itu.

Jangan berurusan dengan mereka, kerana berurusan dengan mereka menimbulkan perasaan
keterasingan ( dari Allah).

Bagaimana mungkin aku mampu bersikap seperti itu, sedangkan aku berada di tengah-tengah mereka.

Janganlah merasa senang dan nyaman berada di tengah-tengah mereka.

Kalau ini, mudah-mudahan saja aku mampu melakukannya.

Wahai engkau ini, memandang kepada orang-orang yang lalai, mendengar perkataan-perkataan orang-
orang yang berbuat pelanggaran dan berurusan dengan orang-orang yang tak berguna, lalu masih ingin
hati anda bersama Allah selalu?!
Muhammad bin Kab Al-Qurazhi berkata: Tiga sifat, barang siapa menyandangnya, sungguh telah
sempurna imannya: apabila dalam keadaan redha, tidak menyebabkannya terseret ke dalam kebatilan;
apabila dalam keadaan marah, tidak menyebabkannya keluar dari kebenaran; dan apabila memiliki
kemampuan, tidak menyebabkannya mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Ibrahim Bin Ad-Ham (rahimahullah) berkata: Para wali Allah selalu berpesan kepadaku apabila aku
sedang bersama ahli dunia, hendaklah aku menasihati mereka dengan empat hal: Barang siapa banyak
berbicara, tidak akan merasakan kelazatan beribadah. Barangsiapa banyak tidurnya, takkan menemukan
keberkahan dalam usianya. Barang siapa mengharapkan keredhaan kebanyakkan manusia, jangan
berharap akan memperoleh keredhaan Allah. Dan barang siapa banyak bicara tentang apa yang bukan
urusannya sendiri atau menggunjingkan orang lain, takkan keluar dari dunia ini dalam keadaan
menyandang keislaman.

Seseorang bertanya kepada Htim Al-Ashamm: Dari mana anda makan ?

Dari khazanah Allah, jawab Htim.

Apakah dilimpahkan atas anda roti dari langit ? tanya orang itu lagi.

Seandainya bumi ini bukan milik-Nya, pasti akan dilimpahkan-Nya dari langit.

Anda hanya pandai mengucapkan kata-kata!

Bukankah yang turun dari langit (yakni untuk para nabi) tidak lain adalah kata-kata juga?

Ah, aku tidak sanggup berdebat dengan anda, kata orang itu.

Itu kerana kebatilan tidak akan berjalan seiring dengan kebenaran.

Telah berkata Ibrahim Al-Khawws : Ilmu itu semuanya tercakup di dalam dua kalimat: Jangan
membebani diri untuk memperoleh sesuatu yang memang telah dijaminkan sepenuhnya untuk anda
(yakni rezeki), dan jangan mengabaikan apa yang telah dituntut dari anda (yakni untuk dikerjakan).

Sahl bin Abdullah Ash-Shufi berkata: :Barangsiapa hatinya bersih dari kekeruhan, penuh kearifan dengan
pengalaman, dan telah sama baginya antara emas dan loyang, nescaya tak lagi memerlukan sesuatu apa
pun dari manusia selainnya.
Berkata Sariyy As-Saqathi : Barangsiapa mengenal Allah, akan merasakan hidup (yang
sebenarnya).Barangsiapa mencintai dunia, akan kehilangan akal. Adapun orang yang berakal, akan selalu
berkelana siang dan malam tanpa ada guna.

Berkata Abu Sulaiman Al-Drni : Apabila nafsu manusia telah terbiasa menghindar dari dosa-dosa, roh
mereka akan berkelana di alam malakut yang tinggi,dan kembali lagi kepada mereka dengan membawa
berbagai hikmah yang indah-indah, tanpa harus diajarkan kepadanya oleh ilmuwan mana pun.

Berkata Al-Junaid :Kami tidak memperoleh ilmu tasawuf dari kata si anu. Tapi kami memperolehnya dari
menahan lapar, meninggalkan dunia dan memutuskan hubugan dengan apa yang hanya berupa
kebiasaan dan kegemaran.

Seseorang dari kalangan sufi ditanya tentang apa itu tasawuf. Ia menjawab, Itu adalah keluarnya
seseorang dari setiap perilaku buruk, dan masuknya ia ke dalam setiap perilaku yang baik.

Syaikh AbdulKadir Al-Jailani (r.a) berkata : Barangsiapa benar-benar mengetahui apa yang dicari,
ringanlah baginya segala pengorbanan.

Kata beliau lagi: Jadilah engkau, ketika bersama Al-Haqq (Allah Swt), seolah-olah tidak ada seorang pun
makhluk, dan jadilah, ketika sedang bersama makhluk, seolah-olah engkau tak memiliki nafsu terhadap
apa pun. Kerana jika engkau bersama Al- Haqq seolah-olah tak ada seorang pun makhluk, nescaya
engkau akan menemukan dan mengenal dan dirimu pun sirna (fana) dari segalanya. Dan jika engkau
ketika bersama makhluk, seolah-olah tak memiliki nafsu apa pun, nescaya dirimu akan menjadi penuh
keadilan dan ketakwaan dan terhindar dari segala beban.

Syaikh Abu Al-Hasan Al-Sydzili r.a. berkata: Orang kecintaanku berpesan kepadaku: Janganlah
melangkahkan kedua kakimu kecuali ke tempat di mana kau harapkan dapat menjumpai pahala Allah di
sana. Janganlah duduk di mana pun kecuali di suatu tempat di mana engkau akan merasa aman dari
pengaruh maksiat kepada Allah. Dan janganlah bersahabat kecuali dengan seseorang yang dapat
membimbingmu kepada Allah, atau kepada perintah Allah. Namun sungguh sedikit sekali orang
semacam itu.
Dan katanya lagi: Barang siapa mengaku dirinya mengalami suatu hal (keadaan, kedudukan) bersama
Allah, tapi tampak darinya salah satu di antara lima sifat tertentu, maka ia adalah pembohong besar, atau
hilang akalnya. Kelima sifat itu adalah: (1) berpura-pura (bersikap riya) ketika melaksanakan ketaatan
kepada Allah; (2) melepaskan anggota-anggota tubuhnya terlibat dalam kemaksiatan kepada Allah; (3)
serakah terhadap milik makhluk Allah yang lain; (4) gemar memfitnah dan mengumpat orang-orang yang
taat kepada Allah; (5) tidak menaruh rasa hormat terhadap kaum Muslim sebagaimana diperintahkan
Allah s.w.t.

Syaikh Ahmad (yang dikenal dengan nama Syaikh Zarruq r.a.) berkata; Pokok-pokok jalan para sufi ada
lima: (1) bertakwa kepada Allah dalam keadaan sendirian mahupun ketika bersama orang lain. (2)
mengikuti sunnah Nabi Saw., dalam perkataan atau perbuatan. (3) berpaling dari manusia ketika datang
maupun pergi. (4) rela dan lapang dada sepenuhnya, terhadap apa yang diberikan Allah,s edikit maupun
banyak. (5) kembali kepada Allah, dalam keadaan suka dan duka.

(Semoga Allah berkenan meredhai para tokoh itu semuanya, dan menjadikan saya dan kalian semua
termasuk dari golongan mereka itu dengan kurnia-Nya, Amin!)

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan petunjuk kepada kita. Sungguh,
tiada kita akan beroleh petunjuk ,sekiranya Allah tidak berkenan memberikan petunjuk-Nya kepada kita.
Telah datang utusan-utusan Tuhan kita dengan membawa kebenaran. Apa saja rahmat yang Allah
bukakan pintunya untuk manusia, tak seorang pun mampu menahannya, dan apa saja yang Allah cegah,
tak seorang pun sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.

Salawat Allah dan salam-Nya semoga tercurahkan atas Nabi kita Muhammas Saw. Beserta keluarga dan
para sahabat beliau.


.
"AKU AKAN MEMBELIMU; MASAMU; NAFASMU; HARTAMU; HIDUPMU. HABISKAN SEMUA ITU KEPADA-
KU. PALINGKAN SEMUA ITU KEPADA-KU, DAN - KU-BAYAR DENGAN KEBEBASAN, KEAGUNGAN, DAN
KEARIFAN ILLAHIAH. ITULAH HARGAMU DI MATA-KU.

[PETIKAN PUISI MAULANA JALALUDDIN RUMI, 1207-1273]"

"Tentang ahwal (keadaan-keadaan) dan maqamat (tahap-tahap), tahap-tahap sebagai hasil usaha si
pencari. Sebaliknya, keadaan-keadaan datang sendiri ke hati; si penerima tidak berniat mendapatkannya.
Keadaan-keadaan diberikan (oleh Tuhan);Kembalilah Kepada Allah Larilah MenujuNya ,Bertaubatlah."

Hebah/Sebar/Kongsikan Buat Yang Mahu Mengambil Manfaat

Like Dan Kongsikan Page2 Di Bawah Ini:

1. www.facebook.com/maulabillah

2. www.facebook.com/tradezara

3. www.facebook.com/Allah-142023832524908

Sila tolong kongsikan.Please Do Like&Share Our Pages

Anda mungkin juga menyukai