Anda di halaman 1dari 3

Upaya-Upaya untuk

Meningkatkan Kinerja
Produksi
Untuk meningkatkan kinerja produksi, maka telah
dan sedang dilakukan upaya-upaya, antara lain:
a. Meminimalkan terjadinya unscheduled shut
down, melalui usaha-usaha :
Meningkatkan predictive dan preventive
maintenance, dengan cara melakukan
monitoring vibrasi peralatan / mesin
secara rutin, melaksanakan replacement
schedule sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan, membentuk kelompok mandiri
dan monitoring aktivitas, mereview item
preventive maintenance sesuai dengan
standard ISO.
Meningkatkan mutu setiap Turn Around,
dengan cara meningkatkan koordinasi
dan pengawasan pada waktu pelaksanaan,
pemilihan item TA yang tepat, penyiapan
suku cadang / material yang memadai,
pemanfaatan tenaga-tenaga yang ahli
dan berpengalaman serta memperbaiki
sistem manajemen dan organisasi Turn
Around. Disamping itu, jadwal TA yang
telah ditetapkan akan dilaksanakan sesuai
dengan waktunya, kecuali apabila setelah
dilakukan evaluasi / kajian yang mendalam,
baru bisa ditunda.
Mengkaji ulang repeated problem, yang
dilakukan dengan menginventarisasi dan
mengevaluasi kondisi peralatan yang
menjadi penyebab dominan unscheduled
shut down, mempedomani POB pada
waktu start up dan shut down secara baik,
menyiapkan check list pada waktu start up
dan shut down serta memperbaiki sistem
evaluasi kinerja pabrik.
Meningkatkan kehandalan / kinerja
peralatan dan sistem pengoperasian, antara

- Melakukan pemilihan bahan penolong


dan bahan kimia (terutama System Air
Pendingin) yang dapat meningkatkan
kinerja pabrik.
- Menjaga ketersediaan suku cadang dan
material dengan cara meningkatkan
frekuensi pertemuan dengan Unit
Logistik guna mengevaluasi stock
material serta lebih mengaktifkan sinergi
holding bidang Logistik terutama dalam
menyiapkan common stock.
b. Meningkatkan efisiensi pemakaian gas alam,
melalui usaha-usaha :
Melakukan plant audit dan technical audit.
Mengatur pengoperasian PGRU III dan
PGRU IV.
Meningkatkan pengawasan terhadap
kondisi operasi dan proses pabrik, sehingga
pabrik dapat beroperasi dengan on stream
days yang tinggi.
Meningkatkan kehandalan kondisi
peralatan rotating dan non rotating dengan
pengawasan dan monitoring yang terus
menerus, sehingga tidak terjadi venting gas
alam akibat shut down karena gangguan
peralatan pabrik.
Memperpendek waktu start up / shut
down dan menentukan posisi venting
gas alam yang paling efisien sehingga
bisa memperkecil jumlah gas alam yang
dibuang.
Mengurangi waktu pelaksanaan dan
memperpanjang interval waktu TA.
Melakukan penggantian steam trap
yang performancenya sudah jelek dan
penggantian isolasi yang rusak dan lepas.
Memanfaatkan semaksimal mungkin tail
gas PGRU / HRU ke Primary Reformer.

1. CO2 Cair dan CO2 Padat (Es Kering)


PUSRI mulai memproduksi CO2 pertama kali dalam
bentuk botol pada tahun 1980. Kemudian sejak
tahun 1983, PUSRI memproduksi CO2 cair dan CO2
padat atau es kering. PUSRI mampu memproduksi

CO2 cair sampai dengan kapasitas 55 Ton CO2


per hari berkat dukungan teknis dari perusahaan
Gases Industriales Buenos Aires, Argentina. Untuk
produksi es kering, kapasitas saat ini telah mencapai
4,8 ton per hari.
Proses produksi CO2 cair bermula dari gas CO2 dari
Pabrik Amoniak yang berlebih. Gas yang berlebih
tersebut kemudian dikirim ke pabrik CO2 cair.
Selanjutnya gas CO2 dimurnikan dan didinginkan
pada suhu -30 derajat Celcius sehingga berubah
bentuk menjadi cair pada tekanan 15kg/cm2.
Pembuatan es kering atau dry ice dimulai dari
CO2 cair yang diubah menjadi CO2 padat pada
temperatur -78,8 derajat Celcius. CO2 padat
kemudian ditekan dengan alat press sehingga
membentuk silinder berukuran panjang 34 cm
dengan penampang garis tengah 15 cm.
Produk CO2 cair umumnya digunakan dalam
industri minuman dan blanket. Produk es kering
yang dijual PUSRI memiliki manfaat dalam
pengawetan hasil pertanian dan perikanan untuk
mengurangi persentase kerusakan produk. Dengan
demikian, produk menjadi lebih tahan lama dan
terhindar dari kemungkinan terbuang.
Selain itu, pendinginan atau pengawetan bahan
makanan juga dapat menggunakan es kering,
namun tentunya harus dilakukan dengan teknik
yang benar. Bahan makanan tidak boleh tersentuh
langsung oleh es kering sebab akan mengakibatkan
bahan makanan tersebut rusak. Untuk beberapa
industri lainnya, es kering merupakan salah satu
bahan yang dibutuhkan dalam proses produksi inti.
2. Oksigen (O2) dan Nitrogen (N2)
PUSRI memproduksi oksigen dan nitrogen dengan
memisahkan oksigen dan nitrogen dari udara
melalui fraksinasi. Proses tersebut dilakukan dalam
Air Separation Unit di pabrik dengan teknologi dari
Process System Incorporated, New York, Amerika
Serikat. Proses produksi berawal dari udara bebas

yang dikompresi terlebih dahulu dan kemudian


kandungan H20 di udara dihilangkan. Hasil
kompresi kemudian didinginkan hingga suhu -184
derajat Celcius. Dengan titik embun yang berbeda,
Oksigen (O2) akan mencair dan memisahkan diri
dari Nitrogen (N2) pada suhu -183 derajat Celcius.
Kemudian, gas Nitrogen (N2) akan mencair pada
suhu -196,8 derajat Celcius.

Selain memiliki produk utama, yaitu pupuk urea dan


amoniak, PUSRI menghasilkan dan menjual produk
samping. Saat ini, ada 4 pabrik utama, yaitu Pusri-
IB, II, III dan IV yang memproduksi produk utama,
sedangkan produk samping dihasilkan oleh
beberapa pabrik kecil lainnya. Produk samping
PUSRI yaitu CO2 cair, CO2 padat atau es kering,
serta Nitrogen dan Oksigen yang keduanya

Anda mungkin juga menyukai