Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Efi Rulli Guswati (10215009)
2. Oktavia Eka Puspitasari (10215013)
3. Titik Pusparini (10215021)
4. Arvina Umaia Zahro (10215041)
5. Ajeng Rahma Miaji (10215047)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin dan kuasanya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Komunitas I dengan judul Asuhan Keperawatan
Keluarga Pada Ibu Hamil Dengan Hipertiroidisme sadar bahwa dalam penulisan ini tidak
sedikit masalah yang dihadapi, namun berkat kerja keras serta bantuan dari pihak, semua
masalah tadi bisa teratasi dengan baik. Oleh karena itu, kami banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis sadar bahwa ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca, baik mahasiswa maupun masyarakat sebagai tambahan wawasan pengetahuan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar .......................................................................................... i
Daftar isi ..................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 1
C. TUJUAN ............................................................................................... 2
D. MANFAAT ........................................................................................... 2
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjar endokrin yang
disebabkan karena peningkatan produksi hormone tiroid secara berlebihan oleh kelenjar
tiroid. Penyakit ini ditemukan pada 2% wanita dan 0,2% pria di seluruh populasi
dengan insiden munculnya kasus pertahun sebanyak dua puluh orang penderita tiap satu
juta populasi (Fumarola et al, 2010).
Berbagai manifestasi klinik yang muncul akibat penyakit ini dapat mengganggu
aktivitas pasien sehari-hari. Manifestasi klinik yang dirasakan pasien dapat berupa
gangguan psikiatrik seperti rasa cemas berlebihan dan emosi yang mudah berubah,
gangguan pencernaan berupa diare, hingga gangguan kardiovaskuler berupa takikardi
dan palpitasi (Bahn et al, 2011). Pada pasien hipertiroidisme, terapi yang diberikan
dapat berupa terapi konservatif dengan pemberian obat anti tiroid maupun terapi
pengurangan atau ablasi kelenjar tiroid dengan iodine radioaktif dan tiroidektomi
(pengangkatan kelenjar tiroid) yang disesuaikan dengan etiologi penyakit dan pilihan
pasien. Dari ketiga pilihan terapi tersebut, terapi dengan obat anti tiroid merupakan
salah satu terapi yang banyak digunakan. Obat anti tiroid yang digunakan secara luas
sebagai lini pertama adalah golongan thionamide, yang terdiri dari propylthiouracil dan
methimazole.
Obat anti tiroid umumnya digunakan selama lebih dari enam bulan hingga pasien
mencapai remisi dan pengobatan dapat dihentikan. Selama menggunakan obat anti
tiroid pasien dapat mengalami efek samping berupa munculnya ruam kulit, gangguan
hepar dan agranulositosis (Fumarola et al, 2010).
B. Rumusan Masalah
a Apa yang dimaksud dengan Hipertiroid ?
b Apa saja klasifikasi Hipertiroid ?
c Bagaimana etiologi dari Hipertiroid ?
d Bagaimana manifestasi klinik Hipertiroid ?
e Bagaimana patofisiologi Hipertiroid ?
f Apa saja komplikasi Hipertiroid ?
g Apa saja pemeriksaan diagnostik Hipertiroid ?
h Bagaimana penatalaksanaan Hipertiroid ?
i Bagaimana pathway Hipertiroid ?
1
j Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan penyakit
hipertiroid ?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem endokrin yaitu Hipertiroid.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi Hipertiroid
b. Klasifikasi Hipertiroid
c. Etiologi Hipertiroid
d. Manifestasi klinis Hipetiroid
e. Patofisiologi Hipertiroid
f. Komplikasi Hipertiroid
g. Pemeriksaan diagnostik Hipertiroid
h. Penatalaksanaan Hipertiroid
i. Pathway Hipertiroid
j. Asuhan keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan penyakit hipertiroid
C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi pada
asuhan keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan Hipertiroid..
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktik pelayanan keperawatan khususnya pada ibu hamil dengan
penyakit hipertiroid
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. KLASIFIKASI
Dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 2, yaitu(Schteingart, 2006) :
1. Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid
itusendiri, contohnya :
a. Penyakit grave
b. Functioning adenoma
c. Toxic multinodular goiter
d. Tiroiditis
2. Hipertiroid Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar
tiroid,contohnya :
a. Tumor hipofisis
b. Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar
c. Pemasukan iodium berlebihan
C. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya hipertiroidisme dapat dibagi menjadi beberapa kategori, secara
umum hipertiroidisme yang paling banyak ditemukan adalah Graves Disease, toxic
adenoma, dan multinodular goiter.
4
a. Graves Disease
Graves disease merupakan penyebab utama hipertiroidisme karena sekitar 80%
kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan oleh Graves disease. Penyakit ini biasanya
terjadi pada usia 20 40 tahun, riwayat gangguan tiroid keluarga, dan adanya
penyakit autoimun lainnya misalnya diabetes mellitus tipe 1 (Fumarola et al, 2010).
Graves disease merupakan gangguan autoimun berupa peningkatan kadar hormon
tiroid yang dihasilkan kelenjar tiroid Kondisi ini disebabkan karena adanya thyroid
stimulating antibodies (TSAb) yang dapat berikatan dan mengaktivasi reseptor TSH
(TSHr). Aktivasi reseptor TSH oleh TSAbmemicu perkembangan dan peningkakan
aktivitas sel-sel tiroid menyebabkan peningkatan kadar hormon tiroid melebihi
normal.
TSAb dihasilkan melalui proses respon imun karena adanya paparan antigen.
Namun pada Graves Disease sel-sel APC (antigen presenting cell) menganggap sel
kelenjar tiroid sebagai antigen yang dipresentasikan pada sel T helper melalui bantuan
HLA (human leucocyte antigen). Selanjutnya T helper akan merangsang sel B untuk
memproduksi antibodi berupa TSAb.
Salah satu faktor risiko penyebab timbulnya Graves Disease adalah
HLA. Pada pasien Graves Disease ditemukan adanya perbedaan urutan asam amino
ke tujuh puluh empat pada rantai HLA-DRb1. Pada pasien Graves Disease asam
amino pada urutan ke tujuh puluh empat adalah arginine, sedangkan umumnya pada
orang normal, asam amino pada urutan tersebut berupa glutamine (Jacobson et al,
2008).
Untuk membantu menegakkan diagnosis pasien menderita Graves disease perlu
dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Menurut Baskin et al
(2002), pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis Graves
disease yaitu TSH serum, kadar hormon tiroid (T3 dan T4) total dan bebas, iodine
radioaktif, scanning dan thyrotropin receptor antibodies (TRAb). Pada pasien Graves
disease, kadar TSH ditemukan rendah disertai peningkatan kadar hormon tiroid. Dan
pada pemeriksaan dengan iodine radioaktif ditemukan uptake tiroid yang melebihi
normal. Sedangkan pada teknik scanning iodine terlihat menyebar di semua
bagian kelenjar tiroid, dimana pola penyebaran iodine pada Graves disease berbeda
pada hipertiroidisme lainnya. TRAb ditemukan hanya pada penderita Graves disease
dan tidak ditemukan pada penyakit hipertiroidisme lainnya sehingga dapat dijadikan
sebagai dasar diagnosis Graves Disease. Selain itu TRAb dapat digunakan sebagai
5
parameter keberhasilan terapi dan tercapainya kondisi remisi pasien (Okamoto et al,
2006).
Menurut Bahn et al (2011), terapi pada pasien Graves disease dapat berupa
pemberian obat anti tiroid, iodine radioaktif atau tiroidektomi. Di Amerika Serikat,
iodine radioaktif paling banyak digunakan sebagai terapi pada pasien Graves disease.
Sedangkan di Eropa dan Jepang terapi dengan obat anti tiroid dan operasi lebih
banyak diberikan dibandingkan iodine radioaktif. Namun demikian pemilihan terapi
didasarkan pada kondisi pasien misalnya ukuran goiter, kondisi hamil, dan
kemungkinan kekambuhan.
Selain pemberian terapi di atas, pasien Graves disease perlu mendapatkan terapi
dengan beta-blocker. Beta-blocker digunakan untuk mengatasi keluhan seperti tremor,
takikardia dan rasa cemas berlebihan. Pemberian beta-blocker direkomendasikan bagi
semua pasien hipertiroidisme dengan gejala yang tampak (Bahn et al, 2011).
b. Toxic Adenoma
Pada pasien toxic adenoma ditemukan adanya nodul yang dapat memproduksi
hormon tiroid. Nodul didefinisikan sebagai masa berupa folikel tiroid yang memiliki
fungsi otonom dan fungsinya tidak terpengaruhi oleh kerja TSH (Sherman dan
Talbert, 2008).
Sekitar 2 9% kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan karena hipertiroidisme
jenis ini. Menurut Gharib et al (2007), hanya 37% pasien dengan nodul tiroid yang
tampak dan dapat teraba, dan 20 76% pasien memiliki nodul tiroid yang hanya
terlihat dengan bantuan ultra sound. Penyakit ini lebih sering muncul pada wanita,
pasien berusia lanjut, defisiensi asupan iodine, dan riwayat terpapar radiasi.
Pada pasien dengan toxic adenoma sebagian besar tidak muncul gejala atau
manifestasi klinik seperti pada pasien dengan Graves disease. Pada sebagian besar
kasus nodul ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan pemeriksaan kesehatan
umum atau oleh pasien sendiri.
Sebagian besar nodul yang ditemukan pada kasus toxic adenoma bersifat benign
(bukan kanker), dan kasus kanker tiroid sangat jarang ditemukan. Namun apabila
terjadi pembesaran nodul secara progresif disertai rasa sakit perlu dicurigai adanya
pertumbuhan kanker. Dengan demikian perlu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi
terhadap kondisi pasien untuk memberikan tatalaksana terapi yang tepat.
Munculnya nodul pada tiroid lebih banyak ditemukan pada daerah dengan
asupan iodine yang rendah. Menurut Paschke (2011), iodine yang rendah
menyebabkan peningkatan kadar hidrogen peroksida di dalam kelenjar tiroid yang
akan menyebabkan mutasi. Hal ini sesuai dengan Tonacchera dan Pinchera (2010),
6
yang menyatakan pada penderita hipertiroidisme dengan adanya nodul ditemukan
adanya mutasi pada reseptor TSH.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
toxic adenoma adalah pemeriksaan TSH, kadar hormon tiroid bebas, ultrasonography
dan fine-needle aspiration (FNA). Pemeriksaan TSH merupakan pemeriksaan awal
yang harus dilakukan untuk mengevaluasi fungsi kelenjar tiroid, serta perlu dilakukan
pemeriksaan kadar hormon tiroid (T4 dan T3). Ultrasonography merupakan
pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk
mendapatkan gambar dan bentuk kelenjar tiroid. Dengan pemeriksaan ini dapat
diidentifikasi bentuk dan ukuran kelenjar tiroid pasien. Sedangkan pemeriksaan
dengan fine-needle aspiration digunakan untuk mengambil sampel sel di kelenjar
tiroid atau biopsi. Dari hasil biopsi dengan FNA dapat diketahui apakah nodul pada
pasien bersifat benign (non kanker) atau malignant (kanker) (Gharib et al, 2010).
Tata laksana terapi bagi pasien hipertiroidisme akibat toxic adenoma adalah
dengan iodine radioaktif atau tiroidektomi. Sebelum dilakukan tindakan dengan
iodine radioaktif atau tiroidektomi pasien disarankan mendapat terapi dengan obat
anti tiroid golongan thionamide hingga mencapai kondisi euthyroid (Bahn et al,
2011). Setelah terapi dengan iodine radioaktif dan tiroidektomi perlu dilakukan
evaluasi setiap 1-2 bulan meliputi evaluasi kadar TSH, T4 bebas dan T3 total. Serta
dilakukan tes ultrasonography untuk melihat ukuran nodul (Gharib et al, 2010).
c. Toxic Multinodular Goiter
Selain Graves Disease dan toxic adenoma, toxic multinodular goiter merupakan
salah satu penyebab hipertiroidisme yang paling umum di dunia.Secara patologis
toxic multinodular goiter mirip dengan toxic adenoma karena ditemukan adanya
nodul yang menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan, namun pada toxic
multinodular goiter ditemukan beberapa nodul yang dapat dideteksi baik secara
palpasi maupun ultrasonografi. Penyebab utama dari kondisi ini adalah faktor genetik
dan defisiensi iodine.
Tatalaksana utama pada pasien dengan toxic multinodular goiter adalah dengan
iodine radioaktif atau pembedahan. Dengan pembedahan kondisi euthyroid dapat
tercapai dalam beberapa hari pasca pembedahan, dibandingkan pada pengobatan
iodine radioaktif yang membutuhkan waktu 6 bulan.
d. Hipertiroidisme Subklinis
Graves Disease, toxic adenoma, dan toxic multinodular goiter merupakan
penyebab utama hipertiroidisme utama di seluruh dunia dan termasuk dalam jenis
7
overt hyperthyroidism. Pada hipertiroidisme jenis ini, kadar TSH ditemukan rendah
atau tidak terdeteksi disertai peningkatan kadar T4 dan T3 bebas (Bahn et al, 2011).
Selain ketiga jenis di atas, sekitar 1% kasus hipertiroidisme disebabkan
hipertiroidisme subklinis. Pada hipertiroidisme sub klinis, kadar TSH ditemukan
rendah disertai kadar T4 dan T3 bebas atau total yang normal. Menurut Ghandour
(2011), 60% kasus hipertiroidisme subklinis disebabkan multinodular goiter. Pada
pasien yang menderita hipertiroidisme subklinis dapat ditemukan gejala klinis yang
tampak pada pasien overt hyperthyroidism.Menurut Bahn et al, 2011 prinsip
pengobatan hipertiroidisme sub klinis sama dengan pengobatan overt
hyperthyroidism.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Hipertiroid secara umum :
8
Peningkatan TBG menyebabkan peningkatan ikatan tiroksin, yang merupakan
faktor ketiga yang mempengaruhi fungsi tiroid selama kehamilan. Hormon tiroid
dalam serum diangkut oleh tiga protein, yaitu thyroxine binding globulin (TBG),
albumin, dan thyroxine binding prealbumin (TBPA) atau transtiretin. Dari ketiga
protein tersebut, TBG memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap tiroksin. Pada
pasien tidak hamil, sekitar 2/3 dari hormon tiroksin diikat oleh TBG. Pada
kehamilan normal, terjadi peningkatan dari konsentrasi TBG sekitar dua kali lipat
dari normal selama kehamilan sampai 6-12 bulan setelah bersalin. Hal ini
menggambarkan peningkatan kadar hormon tiroksin total (TT4) pada semua
wanita hamil, namun kadar tiroksin bebas (FT4) dan indeks tiroksin total (FTI)
normal. Untuk menjamin kestabilan kadar hormon bebas, mekanisme umpan balik
merangsang pelepasan TSH yang bekerja untuk meningkatkan pengeluaran
hormon dan menjaga kestabilan hemostasis kadar hormon bebas. Peningkatan
konsentrasi TBG merupakan efek langsung dari meningkatnya kadar estrogen
selama kehamilan.
Estrogen merangsang peningkatan sintesis TBG, memperpanjang waktu paruh
dalam sirkulasi, dan menyebabkan peningkatan konsentrasi TBG serum. Estrogen
juga merangsang hati untuk mensintesis TBG dan menyebabkan penurunan
kapasitas TBPA. Pada akhirnya, proporsi hormon tiroksin dalam sirkulasi yang
berikatan dengan TBG meningkat selama kehamilan, dan dapat mencapai 75%.
Kadangkala perubahan hormonal ini dapat membuat pemeriksaan fungsi tiroid
selama kehamilan sulit diinterpretasikan (Girling, 2006,. Cunningham, 2010).
9
E. WOC HIPERTIROID PADA IBU HAMIL
Stimulasi tiroid
hormone Pengeluaran
Infeksi &/ Tumor Induksi obat-
eksternal Tiroid autonom hormon ektopik
pada kelenjar tiroid obatan
Konginetal
Hormon tiroid
yang di produksi meningkat
G. KOMPLIKASI
1. Krisis tiroid
2. Abortus
3. Janin mati dalam kandungan
4. Premature
5. Kerusakan sistem syaraf pusat
6. BBLR
(Purwaningsih & Siti, 2010)
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik pada pasien hipertiroid secara umum adalah sebagai
berikut :
1. BMR (Basal Metabolisme Rate)
2. EKG : melihat Takikardi, Mungkin Fibrilasi Atrium
3. Scanning : memperlihatkankonsentrasi yodium radioaktif yang ditahan
tiroid bertambah
I. PENATALAKSANAAN
11
1. Kenali dan tatalaksana kehamilan dengan hipertiroid sedini dan sesegera
mungkin.
2. Lakukan terapi imunoasay kadar hormon tiroid untuk diangnosis dan
penatalaksanaan.
3. Rawat inaap untuk perawatan medikametosa dan dosis, kemudian lakukan
rawat jalan secara terjadwal untuk memelihara kondisi
4. Atasi komplikasi terhadap kehamilan maupun metabolik.
5. Penanganan abortus, janin mati persalinan preterm lakukan di RS.
6. Makanan diet tinggi kalori protein dan vitamin
7. Obat-obatan propiltiourasil 100 mg 3 x sehari
8. Obat anti tiroid : pengobatan untuk wanita hamil trimester yang ke dua
yang memerlukan antitiroid dosis besar
9. Tirah baring dilakukan untuk mengurangi aktifitas aktifitas yang
berlebihan dan kestabilan emosi
(Purwaningsih & Siti, 2010)
12
BAB III
PEMBAHASAN
A. CONTOH KASUS
Ny. B 25 tahun, suku Jawa, Beragama islam diantarkan Tn. A 27 tahun
ke Rumah Sakit. Tn A menuturkan jika Ny.B merasakan nyeri pada
dadanya, merasa lemas, sering mengalami mual muntah, nafsu makan
menurun pada 3 hari terakhir, serta mengalami sedikit demam. Karena
kondisi ini akhirnya Tn. A membawa Ny.B ke Rs. Sebelumnya pada
awal kehamilan Tn. A mengatakan jika Ny. B sangat menyukai cumi-
cumi, sehingga saat pulang berlayar Tn.A selalu membawa cumi-cumi
untuk dijadikan lauk keluarga mereka. Tn. A mengaku baru kali ini
memeriksakan istrinya ke dokter, sebelumnya Ny.B pernah diperiksa
oleh bidan yang datang ke posyandu setiap minggu pada pada 1 bulan
lalu, tepatnya pada kehamilan Ny B usia 2 minggu, pada pemeriksaan
tersebut bidan mengatakan jika kondisi Ny.B dan janin yang
dikandungnya dalam kondisi yang baik. Saat pengkajian terlihat Tn.A
dan Ny.B cemas menghadapi kondisi ini karena tidak mengetahui
penyakit apa yang diderita Ny.B
13
Fasilitas Yankes Rumah sakit No. Registrasi
Nama perawat yang mengkaji SS Tanggal Pengkajian
B. FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
081********* RS 10 Km
Agama dan Suku Islam & Jawa Alat transportasi Motor
No Nama Hub dgn KK Umur JK Suku Pendidikan Pekerjaan Saat Status TTV Status Alat
14
Gizi (TB, (TD, N, Imunisa Bantu /
terakhir ini
BB, BMI) S, RR) si Dasar Protesa
1.
Tn. A Kepala Keluarga 27 L Jawa SMA Nelayan Baik Normal -
Membantu Ny.
2. Kurang Tidak
Ny. B Istri 25 P Jawa SMA Membuat ikan -
Baik Normal
asin
15
Penampilan Status Kesehatan Riwayat
No Nama Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU
Umum Saat ini Penyakit / Alergi
16
4. Genogram
Keterangan
50
Wanita
27 25 Pria
Meninggal
Meninggal
Garis
Keturunan
Klien
5. Type Keluarga :
a) Jenis Type Keluarga : Keluarga ekstended
b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut adalah : Ny. B (Istri Tn. A) mengalami
nyeri pada dadanya, lemas dan nafsu menurun, mual muntah, demam.
6. Suku Bangsa :
a) Asal suku bangsa : Tn. A dan Ny. b keduanya dari suku jawa. Bahasa yang
digunakan dalam keseharian adalah bahasa jawa ngoko. Dalam keluarga Tn. K
tidak ada pantangan atau kebiasaan yang mengikat, terutama kaitannya dengan
kesehatan.
b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : percaya adanya adat istiadat yang
mengikat dan memegang teguh tradisi yang ada di wilayah tempat tinggalnya.
7. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Islam
8. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. A + Ny. C
b) Penghasilan : Rp 2.500.000
c) Upaya lain : -
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) : motor, radio, televisi.
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : 1.500.000
9. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga sesekali pergi ke kota untuk berbelanja ke kota menjelang lebaran dan
menonton tv bersama di rumah dianggap sudah berekreasi.
17
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan keluarga baru
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tugas keluarga yang belum terpenuhi tidak ada.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Semua anggota keluarga sudah mendapat Imunisasi lengkap saat mereka
masih kecil.
2) Riwayat penyakit keturunan :
Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga Tn. A.
3) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :
Biasanya kalau Ny.C / Tn.A sakit seperti flu dan panas , Tn. A ke puskesmas
tetapi jarang kontrol, jika penyakitnya parah baru di bawa ke RS.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : -
18
Keluarga mempunyai fasilitas pembuangan Ya / Tidak*
limbah berupa saptic tank
Jika tangan terlalu kotor keluarga mencuci
Sumber Air Bersih : tangan dengan sabun
Ya / Tidak*
Ya / Tidak*
19
Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya /
Tidak*
20
transportasi umum yang ada yaitu angkutan umum dan ojek. Sedang untuk
mobilitas, keluarga menggunakan sepeda Motor. Jarak rumah ke puskesmas 1
km. Sedangkan jarak rumah Ke RS 10 km.
(3) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn. A biasa berkumpul pada pagi setelah menjual ikan ke pengepul dan
sore hari selepas ashar. Di lingkungan rumah ada kegiatan rutin seperti pengajian
ibu-ibu, pertemuan RT , kamling, posyandu dan kebersihan lingkungan. Kadang-
kadang Tn. A ikut pertemuan RT. Keluarga Tn. A menyadari pentingnya
puskesmas dan rumah sakit untuk memantau kesehatan. Tetapi kendalanya adalah
Puskesmas yang terdekat dengan tempat tinggal mereka jarang ada petugas
medisnya dan jika ingin ke Rs mereka harus menempuh jarak sekitar 10 km
menuju ke pusat kecamatan tempat Rs berada.
V. FUNGSI KELUARGA
Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan Anggota Keluarga
21
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya : Ya / Tidak
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya : Ya / Tidak
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya bila tidak diobati / dirawat : Ya / Tidak
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya : Keluarga / Tetangga / Kader / Tenaga kesehatan
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya :
Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya / Perlu berobat ke fasilitas
yankes / Tidak terpikir
Tn. A membawa Ny.B ke RS setelah mendapati Ny.B mengalami demam, penurunan
nafsu makan dan mual muntah selama 3 hari terakhir.
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota
keluarganya secara aktif : Ya / Tidak, jelaskan
anggota keluarga belum mengetahui penyakit yang diderita Ny.B sehingga mereka
belum tau upaya apa yang harus mereka lakukan untuk peningkatan kesehatan Ny. B.
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang
dialaminya yang dialami anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan
keluarga belum mengetahui kebutuhan pengobatan yang diperlukan karena keluarga
belum mengetahui masalah yang terjadi pada keluarga tersebut.
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah
kesehatan yang dialaminya : Ya / Tidak,
keluarga belum mengerti apa yang harus dilakukan terkait masalah kesehatan anggota
keluarga yang sakit karena keluarga masih belum mengenal masalah kesehatan terkait
Hipertiroid
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya : Ya / Tidak,
keluarga belum mampu melakukan pencegahan masalah kesehatan karena masih
belum mengenal masalah terkait hipertiroid
Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan : Ya / Tidak, keluarga
belum mampu melakukan pencegahan masalah kesehatan karena masih belum
mengenal masalah terkait hipertiroid
12) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan
Terkadang saat anggota keluarga keluarga sakit dan sudah tidak dapat diobati dengan
obat dari toko keluarga membawa Anggota yang sakit ke puskesmas.
a. Fungsi afektif
22
Keluarga Tn. A termasuk keluarga harmonis, interaksi dalam keluarga terjalin
baik. Antar anggota keluarga saling memperhatikan, menghormati, dan
menyayangi sehingga tidak ada istilah pilih kasih.
b. Fungsi sosialisasi
Dalam keluarga Tn. A ditanamkan kedisiplinan. Hubungan dengan tetangga baik,
Tn. A juga anggota keluarga yang lain selalu berusaha melakukan sosialisasi
dengan lingkungan jika ada waktu senggang.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan
keluarganya : keluarga tau jika Ny.B mengalami mual muntah, kelelahan,
demam serta penurunan nafsu makan ,namun mereka mengira jika beberapa
hal tersebut timbul karena efek dari kehamilan Ny. B yang masih dalam
tahap Trimester I
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Jika dalam keluarga ada yang sakit biasanya disuruh istirahat serta
mendorong keluarga yang sakit tersebut untuk tetap makan
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
Dalam keluarga tersebut anggota keluarga telah mampu merawat keluarga
yang sakit seperti menyarankan untuk beristirahat.
4) Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat :
Kondisi rumah rapi, tidak kotor, dan penataan ruangan serasi.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :
Tn.A mengatakan kebiasaan keluarga akan membeli obat ke apotek atau ke
toko yang menjual obat-obat dan akan membawa keluarga mereka ke Rs jika
kondisi mereka semakin memburuk dengan memanfaatkan kartu sehat BPJS.
d. Fungsi reproduksi :
(1) perencanaan jumlah 2 anak
(2) akseptor : -
(3) Keterangan lain : -
e. Fungsi ekonomi
Semua pendapatan yang ada digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari.
Dari makan, listrik, air, dan hal-hal lain yang tidak terduga. Dengan pendapatan
yang pas-pasan tersebut keluarga tidak dapat menabung dalam jumlah yang
sangat banyak.
23
Keluarga khawatir dengan keadaan Ny. B yang mengalami demam, mual muntah dan
mengalami kelelahan 3 hari terakhir ini dan mengkhawatirkan bayi yang sedang
dalam kandungan Ny.B
2. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Stressor
Keluarga Tn. A mampu membawa Ny. B ke Rumah Saki
3. Strategi Koping Konstruktif Yang Digunakan
Keluarga Tn. A membawa Ny. B ke Rumah sakit karena meyakini bahwa dengan
membawa Ny.B ke Rumah sakit akan membuat kondisi Ny.B membaik
4. Strategi Adaptasi Fungsional
Di keluarga Tn. A tidak ada yang bersifat kekerasan di dalam membina rumah
tangganya.
a. Keadaan Umum
Lemah, lesu, mengalami peningkatan suhu tubuh
b. Sirkulasi / Cairan
TD tidak normal.
c. Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan normal, tidak ada gangguan eliminasi urine
d. Sistem Pernapasan
Suara Nafas Normal, tidak ada pernafasan cuping hidung klien
e. Sistem Pencernaan
Mengalami gangguan pada sistem pencernaan berupa mual muntah
f. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada gangguan pada sistem muskululo skeletal
g. Sistem Neurosensori
Kesadaran compos mentis
h. Tidur dan Istirahat
Klien tidur rata rata 7 jam dalam sehari dan jarang tidur pada siang hari.
i. Mental
Kondisi mental klien baik
j. Komunikasi dan Budaya
24
Klien mampu berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa jawa dan sedikit
bahasa indonesia
k. Kebersihan Diri
Klien mampu menjaga kebersihan diri karena sudah dewasa.
l. Perawatan Diri Sehari-hari
Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
25
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. DS : Kurangnya pemerataan Ketidakefektifan
. Selama kehamilan Tn. A mengatakan bahwa Ny. B menerima pemeriksaan terkait pelayanan kesehatan pemeliharaan kesehatan
kehamilan baru 1 kali di posyandu karena jarak Rumah sakit dengan kediaman Tn. A jauh (ANC)
sehingga Tn.A dan Ny. B lebih memilih untuk memeriksakan kehamilan apabila usia
kehamilan sudah mulai 4 bulan.
DO :
Ny. B baru sekali melakukan pemeriksaan Kehamilan, tetapi hanya di posyandu sehingga
belum melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait kehamilan.
Ny. B tampak malaise, lemas, BB dan LILA tidak sesuai dengan usia kehamilan. Nyeri
dada skor 3-4, kulit pucat, T = 37,80C, RR 27, T4 dan T3 serum : meningkat (normal : T3
= 80-180 ng/dl, T4 = 4,5-12,5 ng/dl), T4 dan T3 bebas serum : meningkat, TSH : tertekan
dan tidak bereson pd TRH, Tiroglobulin : meningkat, ikatan protei iodiun : meningkat
2. DS : Ketidakmampuan Kurangnya
Tn. A mengatakan saat awal tahu bahwa istrinya hamil ia membawakan cumi cumi karena keluarga merawat pengetahuan tentang
istrinya sangat suka cumi-cumi. Tn. A mengatakan Ny. B tiga hari terakhir lemas, nafsu anggota keluarga yang penyakit
26
makan menurun, dada nyeri, demam, mual muntah. Tn. A dan keluarga menyarankan Ny. sakit karena kurangnya
B untuk beristirahat karena Tn. A dan keluarga beranggapan bahwa hal tersebut normal keluarga mengenal
saat hamil. Tn. A mengatakan saat istrinya lemas hanya dibelikan obat dari toko (minyak masalah kesehatan terkait
kayu putih). hipertiroid
DO :
Tn. A tidak mengetahui bahwa cumi-cumi mengandung kadar iodium yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan hormon tiroid.
Pada saat diberikan Pendidikan kesehatan Tn. A dan Ny. B masih terlihat kebingungan. Tn.
A dan Ny. B terus bertanya terkait masalah yang terjadi
No Diagnosa Keperawatan
1 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (ANC) b.d Kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan
2 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit : kurangnya keluarga mengenal
masalah kesehatan terkait hipertiroid
27
1. Sifat masalah : Minimnya ketersediaan pelayanan kesehatan
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 terdekat menyebabkan keluarga Tn. A
1
Ancaman kesehatan 2 2/3 x 1 kurang mempergunakan fasilitas kesehatan
Keadaan sejahtera 1 = 2/3 sehingga dapat mengancam kesehatan Ibu
dan janin saat terlambat dalam penanganan
Kemungkinan masalah dapat diubah : Bidan datang ke daerah Tn. A tinggal
Skala : Mudah 2 2 1/2 x 2 seminggu sekali, dan Rumah sakit jauh dari
Sebagian 1 =1 tempat tinggal
Tidak dapat 0
Potensial masalah untuk dicegah : Tn. A mau membawa istri ke RS meski
Skala : Tinggi 3 1 3/3 x 1 letaknya jauh apabila Tn. A merasa penyakit
Cukup 2 =1 tersebut sudah tidak bisa ditangani keluarga.
Rendah 1
Menonjolnya masalah : Keluarga mengerti bahwa masalah tersebut
Skala : harus segera ditangani karena Ny. A terlihat
Masalah berat, harus segera 2 1 2/2 x 1 lemas dan nafsu makan kurang baik
ditangani 1 =1
Ada masalah, tetapi tidak perlu 0
ditangani
Masalah tidak dirasakan
28
No Kriteria Skor Bobot Nilai Total Pembenaran
Dx
2 Sifat masalah : Keluarga belum mengetahui tentang
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1 2/3 x 1 penyakit hipertiroid pada ibu hamil
Ancaman kesehatan 2 = 2/3
Keadaan sejahtera 1
Kemungkinan masalah dapat diubah : Keluarga berusaha membawa Ny. B ke
Skala : Mudah 2 2/2 x 2 rumah sakit setelah tidak berhasil diberikan
Sebagian 2 =2 perawatan sederhana di rumah
Tidak dapat 1
0
Potensial masalah untuk dicegah : Keluarga berusaha bertanya apa yang dapat
Skala : Tinggi 3 1 3/3 x 1 dilakukan agar tidak memperparah keadaan
Cukup 2 = 2/3 klien meskipun anggota keluarga yang sehat
Rendah 1 kurang percaya dengan petugas kesehatan.
Menonjolnya masalah : Keluarga mengatakan penyakit ny. B
Skala : mengganggu aktifitas sehari-hari karena
Masalah berat, harus segera 1 2/2 x 1 tampak lelah, lesu, nafsu makan turu, tetapi
ditangani 2 =1 keluarga tetap memberikan makanan yang
Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 tinggi iodium karena keluarga tidak
ditangani 0 mengerti jika iodium yang tinggi
Masalah tidak dirasakan mempeburuk keadaan Ny. A
29
TOTAL SKOR 3 4/3
2 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
3 4/3
kurangnya keluarga mengenal masalah kesehatan terkait hipertiroid
No Dx Tujuan Kriteria
Intervensi
Umum Khusus Intervensi Standart
30
1. Ketidakefektifan Setelah Setelah dilakukan 1 x Respon Verbal Keluarga mampu 1.1. Berikan penjelasan terkait
pemeliharaan dilakukan 4 x 20 menit setiap menjelaskan ANC, pentingnya dilakukan
kesehatan (ANC) kunjungan kunjungan, diharapkan pentingnya ANC, ANC,
b.d Kurangnya diharapkan keluarga mampu : pentingnya
1.2. penjelasan terkait pentingnya
pemerataan manajemen pemanfaatan
1. mengenal masalah pemanfaatan pelayanan
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
pentingnya kesehatan selama kehamilan
kesehatan keluarga selama kehamilan,
kesehatan ibu dan
terhadap ANC
janin khususnya
membaik
pada kasus
hipertiroid.
31
2. Mengambil Respon Afektif Keluarga mau 2.1. Jelaskan kepada keluarga
tindakan yang tepat berusaha mengunjungi untuk tetap berusaha
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan membawa Ny. B ke pelayanan
perilaku mencari meski jauh letaknya, medis apabila didapati tanda
pelayanan keluarga dan klien tanda menurunnya status
kesehatan, mau memperbaiki kesehatan pada Ny. B (lemah,
memperbaiki perilaku kesehatan letih, nfsu makan turun, nyeri
perilaku kesehatan : Prenatal. dada) meskipun jarak yang
prenatal, mampu ditempuh jauh
mengontrol
2.2. Jelaskan kepada keluarga
kesehatan Ny. A dan
terkait identifikasi resiko pada
janin
ibu hamil.
32
3. Mampu Keluarga mampu 5.1. Edukasi keluarga agar
memanfaatkan memanfaatkan berkonsultasi dengan tim
fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan / pelayanan kesehatan terdekat
terdekat puskesmas terdekat (bidan di posyandu) jika ada
jika anggota keluarga maalah kesehatan yang
sakit kurang dimengerti
33
2. Kurangnya Setelah Setelah dilakukan 1 x Respon Verbal Keluarga mampu 1.1. Kaji sejauh mana
pengetahuan dilakukan 3 x 20 menit setiap menjelaskan : pengetahuan keluarga
tentang penyakit kunjungan kunjungan, diharapkan pengertian hipertiroid, terhadap hipertiroid pada ibu
b.d diharapkan keluarga mampu : hipertiroid pada ibu hamil.
Ketidakmampuan pengetahuan hamil, pentingnya
1. mengenal masalah 1.2 Berikan penjelasan kepada
keluarga merawat keluarga dapat manajemen
terkait pentingnya klien dan keluarga terkait
anggota keluarga membaik Hipertiroid pada ibu
penanganan hipertiroid, hipertiroid pada
yang sakit : hamil dengan benar,
Hipertiroid pada ibu kehamilan, tanda tanda
kurangnya
hamil hipertiroid pada ibu hamil,
keluarga
mengenal 1.3 Berikan edukasi terkait
34
1. Mengambil Respon Afektif Keluarga mau 2.4. Jelaskan kepada keluarga agar
tindakan yang tepat memeriksakan Ny. B keluarga mau memeriksakan
untuk memperbaiki ke pelayanan dan bertanya kepada tim
kesehatan Ny. B kesehatan terdekat medis apabila tidak tau apa
dengan apabila terdapat yang harus dilakukan terkait
memeriksakan Ny. masalah gejala-gejala yang timbul.
B ke pelayanan
2.5. Jelaskan kepada keluarga cara
kesehatan
mengambil keputusan yang
tepat sesuai dengan masalah
sehingga dapat meminimalisir
resiko pada Ny. B
35
2. Memberikan Respon Keluarga mempu 3.1 Bantu keluarga untuk
perawatan kepada Psikomotor merawat Ny. B meningkatkan asupan nutrisi
Ny. B dengan dengan cara yang tepat kepada Ny. B agar
tindakan yang benar memberikan nutrisi hipertiroid dapat diatasi
dan diet yang tepat
3.2 Bantu Keluarga meningkatkan
untuk menekan
kemampuan dalam memilah
tingginya kadar tiroid
makanan yang tepat (jenis
pada Ny. B
makanan apasaja yang dapat
mempercepat / memperlambat
peningkatan kadar hormon tiroid
36
3. Mampu Keluarga mampu 4.1 Bantu anggota keluarga untuk
memodifikasi memodifikasi mengkaji makanan apasaja
lingkungan lingkungan Ny. B yang disukai (tidak
sehingga dapat mengandung yodium ) Ny. B
meningkatkan sehingga nafsu makan dan
kesehatan Ny. B kebutuhan Nutrisi Ny. B dan
janinnya dapat terpenuhi .
37
4. Mampu Keluarga mampu 5.1. Edukasi keluarga agar
memanfaatkan memanfaatkan membawa/ merujuk anggota
fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan / keluarga yang sakit ke
terdekat posyandu terdekat jika pelayanan kesehatan yang
terjadi penurunan terdekat dengan segera
status kesehatan
5.2. Edukasi keluarga agar
berkonsultasi dengan tim
pelayanan kesehatan terdekat
jika ada masalah kesehatan
yang kurang dimengerti
38
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertiroid pada kehamilan ( morbus basodowi )adalah hiperfungsi kelenjartiroid
ditandai dengan naiknya metabolisme basal 15-20% kadang kala disertai haid ataupun
kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam
masa kehamilan (wilson, 2015).
Keluarga Baru (pasangan baru) merupakan salah satu tahap perkembangan
keluarga yang masih awal. Keluarga berperan penting dalam pengendalian proses
penyakit terutama pada ibu hamil dengan hipertiroid. Keluarga dapat menggantikan
peran perawat dalam memperbaiki kesehatan pada ibu hamil yang memiliki hipertiroid.
B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penanganan masalah
keperawatan keluarga khususnya pada ibu hamil dengan hipertiroid harus dibekali
dengan pengetahuan yang luas dan tindakan yang di lakukan harus rasional sesuai
masalah yang timbul dalam keluarga.
39
DAFTAR PUSTAKA
Bahn, R.S et.al. 2011. Hyperthyroidism and Other Causes of Thyrotoxicosis: Management
Guidelines of The American Thyroid Association and American Association of Clinical
Endocrinologists,Endocr Pract. 17 (No.3)
Baskin, H.J, et.al. 2002. Medical Guidelines for Clinical Practice for the Evaluation and
Treatment of Hyperthyroidism and Hypothyroidism. American Association of Clinical
Endocrinologists Endocr Pract 8(No.6), 457469.
Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. USA : The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Fumarola, A et.al. 2010. Medical treatment of hyperthyroidism: state of the art. Exp. Clin.
Endocrinol. Diabetes., 118(10), 678.
Girling, J.C., 2006. Thyroid Disorders in Pregnancy. Current Obstetrics & Gynaecology,
16:4753.
Jacobson, E.M., Huber, A., dan Tomer, Y., 2008, The HLA Gene Complex in Thyroid
Autoimmunity: From Epidemiology to Etiology, Journal of Autoimmunity 30, 58 -62.
Okamoto, et.al. 2006. TSH Receptor Antibody Measurements and Prediction of Remission in
Graves Disease Patients Treated with Minimum Maintenance Doses of Antithyroid
Drugs,Endocrine Journal 53(4), 467472.
40
Riasmini, Ni Made et.al. 2017. Panduan asuhan keperawatan individu, keluarga, dan
komunitas dengan modifikasi Nanda, ICNP, NOC, NIC di puskesmas dan masyarakat.
Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Sherman, S.I. dan Talbert, R.L., 2008, Thyroid Disorders dalam DiPiro et
al,Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 7th Edition, McGraw Hill.
Tonacchera, M., dan Pinchera, A., 2010, Assesment of Nodular Goiter, Best Practice &
Research Clinical Endocrinology & Metabolism 24, 51 61.
41