dengan hasil pengukuran yang masih berada didalam batas toleransi yang
belitan trafo pada tap 1 pada trafo dengan acuan manufaktur SPLN 50 : 1997.
22.000
Tap _ 1 95,262
400 / 3
miminal trafo, batas maksimal dikalikan dengan 1,005 sedangkan batas minimal
batas maksimal dan batas minimal pada masing-masing tap pada saat pengukuran.
Tabel berikut ini merupakan hasil perhitungan rasio normal dan toleransi rasio
43
44
Ohm Meter
adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui berapa nilai tahanan listrik
pada kumparan yang akan menimbulkan panas bila kumparan tersebut dialiri arus.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran tahanan belitan yang besar (Primer) /
1 ohm adalah Wheatstone Bridge seperti yang digunakan pada alat pengukuran
Ohm Meter, sedangkan untuk tahanan yang kecil (Sekunder) / 1 Ohm (Mili
keterbatasan peralatan yang dimiliki unit-unit operasional PLN pengujian ini sulit
untuk dilakukan.
Dengan konsep dasar bahwa nilai rasio perbandingan belitan trafo normal
jika berada diambang batas toleransi 0,5% permasing-masing phase, maka nilai
pula. hal inilah yang dijadikan dasar pemikiran bahwa apabila diketahui nilai
tahanan belitan disisi primer dan sekunder adalah sama pada masing-
masing phase maka rasio perbandingan tegangan pun akan sama pula.
Berikut ini merupakan hubungan antara tegangan, jumlah lilitan dan tahanan
belitan trafo, seperti yang terdapat pada persamaan (1), (2), (3) dan (4) berikut ini.
.(1)
.(2)
oleh tahanan dalam keadaan tanpa beban (Non Load Resistance Drop) sangat
46
kecil, dan GGL induksi e1 hampir sama persis dengan tegangan yang di gunakan
v1. sehingga :
.. (3)
. (4)
selain itu lilitan primer dan sekunder terdiri dari kawat tembaga yang
(5)
(6)
Dimana :
Berikut ini merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam proses substitusi
1. Nilai tahanan belitan disisi primer maupun sekunder harus rata, tidak ada
Tabel 4.2 Contoh hasil pembacaan belitan trafo dengan menggunakan Ohm Meter
Dengan tidak adanya perbedaan tahanan belitan berarti tidak ada perbedaan
2. Pada saat pengukuran tahanan belitan trafo, nilai tahanan yang diperoleh
apakah kondisi belitan trafo masih berada dalam keadaan baik atau tidak.
tahanan belitan sisi primer adalah berbeda-beda (tergantung dari kapasitas trafo,
merk, dan jenis trafo). sedangkan disisi sekunder nilai tahanan belitannya adalah
sama yaitu 0.1 - 0.5 tergantung dari besarnya tahanan kabel yang digunakan
saat pengujian. Untuk nilai tahanan belitan disisi sekunder sebenarnya bukanlah
nilai Real, nilai tahanan disisi sekunder sebenarnya sangatlah kecil dalam satuan
(m) sehingga tidak terbaca dengan menggunakan Ohm Meter yang skala
Akan tetapi dengan diketahui hasil pengukuran awal sebesar 0.1 - 0.5
karena apabila kondisi belitan trafo disisi sekunder tidak baik (rasionya tidak
normal) maka nilai tahanan yang awalnya kecil (m) kurang dari 0.1 tadi akan
terbaca di peralatan, karena nilainya akan meningkat menjadi satuan Ohm dengan
pengukuran menunjukkan pengukuran phasa U-V, V-W, W-U (Sisi Primer) nilai
tahanan belitannya adalah sama, misal 8.8 dan disisi sekunder akan didapat
Namun apabila saat pengukuran Trafo 400 KVA terdapat perbedaan nilai
tahanan sedangkan dalam kondisi normal nilai tahanan belitannya sebesar 8.8 ,
misal disisi sekunder pengukuran antar phasa U-V hasilnya 18 , phasa V-W
hasilnya 8.8 , phasa W-U hasilnya 3 dan sisi sekunder didapat nilai tahanan
pengukuran antar phasa 2n-2u hasilnya 5 , phasa 2n-2v hasilnya 0.1 , phasa
Tabel 4.4 Contoh Hasil Pengukuran belitan Trafo yang Tidak Baik
4.3 Analisa Perbandingan Pengukuran dengan TTR dan Ohm Meter Pada
Merk :UNINDO
Berikut adalah hasil pengujian pada trafo 400 KVA dengan posisi Tap Trafo
ada di Tap 3. Nilai M_Ratio menunjukan pembacaan pada ratio belitan yang
terukur pada trafo tersebut, C_Ratio Merupakan batas dari rasio belitan pada
Phasa 1 (R-T)
50
Phasa 2 (R-S)
Phasa 3 (S-T)
Phasa 1 (R-T)
Phasa 2 (R-S)
Phasa 3 (S-T)
Perbedaan rasio perbandingan jumlah belitan lebih dari 0.05 pada setiap
bermsalaha/rusak.
51
Phasa 3 = (16.5 ) 24 %
Perbedaan rasio perbandingan jumlah belitan lebih dari 0.05 pada setiap
bermsalah/rusak.
dibandingkan ternyata dapat mewakili dan masih dalam kategori normal. Adanya
peralatan Ohm Meter yang digunakan. Jika tingkat ketelitian Ohm Meter yang
digunakan tinggi, hasil yang didapat seperti pada phase 3 hasilnya akan lebih
mendekati. Contoh hasil nilai 24 % akan berkurang apabila Ohm Meter tingkat
dengan phasa yang lainnya. Sehingga nilai yang muncul dari hasil pengukuran
hasil pembacaan nilai tahanan belitan dengan Ohm Meter karena kedua peralatan
tersebut menunjukan perbedaan rasio pada masing-masing phasa lebih dari 0.05
masalah pada phasa 1 dan 3. Berikut gambar yang menunjukkan hasil pengukuran
4.4 Analisa Perbandingan Pengukuran dengan TTR dan Ohm Meter Pada
Merk :SCNEIDER
Berikut adalah hasil pengujian pada trafo 630 KVA dengan posisi Tap Trafo
ada di Tap 3. Nilai M_Ratio menunjukan pembacaan pada ratio belitan yang
terukur pada trafo tersebut, C_Ratio Merupakan batas dari rasio belitan pada
Phasa 1 (R-T)
54
Nilai 0.005 pada TTR dibulatkan sehingga yang tampil pada Priont Out TTR
menjadi 00.01 %
Phasa 2 (R-S)
Nilai -0.002 pada TTR dibulatkan sehingga yang tampil pada Priont Out TTR
menjadi 00.00 %
Phasa 3 (S-T)
Nilai -0.015 pada TTR dibulatkan sehingga yang tampil pada Priont Out TTR
menjadi 00.02 %
Phasa 1 (R-T)
Hasil yang didapat dari perhitungan diatas mendekati dengan hasil menggunakan
TTR. Pembacaan pada TTR adalah 00.01 %, sedangkan dengan Ohm Meter
hasilnya 0 %.
Phasa 2 (R-S)
Hasil yang didapat dari perhitungan diatas mendekati dengan hasil menggunakan
TTR. Pembacaan pada TTR adalah 00.00 %, sedangkan dengan Ohm Meter
hasilnya 0 %.
55
Phasa 3 (S-T)
Hasil yang didapat dari perhitungan diatas mendekati dengan hasil menggunakan
TTR. Pembacaan pada TTR adalah 00.02 %, sedangkan dengan Ohm Meter
hasilnya 0 %.
Perbedaan rasio perbandingan jumlah belitan tidak lebih dari 0.05 pada
setiap phasanya. Perbedaan yang tidak lebih dari 0.05 % masuk dalam kategori
baik/normal.
Perbedaan rasio perbandingan jumlah belitan tidak lebih dari 0.05 pada
setiap phasanya. Perbedaan yang tidak lebih dari 0.05 % masuk dalam kategori
baik/normal
56
belitan , telah didapatkan hasil yang hampir mendekati. Apabila kedua hasilnya
dibandingkan ternyata dapat mewakili dan masih dalam kategori normal. Adanya
peralatan Ohm Meter yang digunakan. sehingga nilai yang muncul dari hasil
dengan hasil pembacaan nilai tahanana belitan dengan Ohm Meter karena kedua
lebih dari 0.05 %. Sehingga sama-sama dapat disimpulkan bahwa trafo dalam
perhitungan dengan kedua peralatan tersebut bahwa trafo dalam kategori normal/
tidak rusak.
4.5 Perbandingan Ohm Meter Dan TTR dari Sisi Kecepatan Instalasi dan
Kemudahan Operasional
di lapangan
58
ganguan atau tidak harus memerlukan waktu yang sesegera mungkin dalam
pada saat terjadi gangguan trafo tidak mengeluarkan tegangan dan jarang
dari sumber lain karena tidak ada sumber apabila gardu padam.
dan tahanan isolasi, apabila akan melakukan enegize apakah trafo rusak atau
tidak perlu peralatan TTR yang mahal / harus dibawa ke workshop untuk
Maka dari 2 faktor diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ohm Meter dapat
a.) Ohm Meter tidak butuh power supply seperti TTR dapalam
b.) Pengoperasian yang lebih mudah menggunakan Ohm Meter karena proses
waktu yang relatif cepat dalam pengambilan keputusan kondisi trafo (rusak
atau baik) sebagai dasar percepatan recovery time. mengingat, selama ini
tahanan isolasi trafo saja karena keterbatasan alat. Dimana kondisi ini belum
apakah trafo bisa dioperasikan kembali, trafo rusak dinyatakan bila peralatan
proteksi (Fuse link / HRC Fuse) selalu putus setelah trafo dioperasikan
kembali.
Dengan penggunaan Ohm Meter (Tang Amper Meter) Merk Kyoritsu type :
Kew Snap 2002PA untuk pengujian tahanan belitan, biaya yang dikeluarkan
(TTR) Merk Megger Type TTR 310 memerlukan biaya sebesar Rp.
83.750.000,00