Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masker Wajah
Masker wajah adalah masker kecantikan yang berwujud sediaan gel,
pasta dan serbuk yang dioleskan untuk membersihkan dan mengencangkan
kulit, terutama kulit wajah. Secara sistematik, masker wajah bertindak
merangsang sirkulasi aliran darah maupun limpa, merangsang dan
memperbaiki kulit melalui percepatan proses regenerasi dan memberikan
nutrisi pada jaringan kulit. Masker wajah juga berfungsi sebagai pembawa
bahan-bahan aktif yang berguna bagi kesehatan kulit, seperti ekstrak
tumbuhan, minyak esensial, atau rumput laut yang dapat diserap oleh
permukaan kulit untuk dibawa ke dalam sirkulasi darah (Novita Widya, 2009).
Pemakaian kosmetika merupakan hal yang sangat diperlukan oleh
seseorang sejak usia bayi sampai usia lanjut, tidak terkecuali pria maupun
wanita dengan tujuan untuk mendapatkan kulit yang sehat, wajah yang cantik,
penampilan pribadi yang baik dan kepercayaan pada diri sendiri. Kosmetik
dikenal oleh manusia sejak berabad-abad yang lalu, sehingga seiring
berkembangnya ilmu tentang kosmetologi banyak ilmuan yang
menggembangkan tentang ilmu dermatologi agar dapat mengetahui efek dari
suatu bahan terhadap kulit, karena saat ini banyak kasus penyakit baru yang
muncul karena pemilihan bahan kosmetik yang ternyata dapat mengiritasi kulit
seperti bercak merah, rasa panas dan terbakar jika terkena paparan sinar
matahari langsung ( Tranggono Retno Iswari, 2007).
Masker wajah saat ini memiliki banyak bentuk seperti serbuk, pasta, ada
juga yang berbentuk gel. Berbagai perusahaan kosmetik besar saat ini banyak
mengeluarkan produk yang berbahan alami atau back to nature. Masyarakat
saat ini banyak yang beralih pada produk yang berbahan alami, k eistimewaan
masker dari bahan alami ini adalah tidak menimbulkan iritasi dan efek
samping. Karena produk yang terbuat dari bahan alamiah lebih murah, aman,
tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan bagi kulit
(Surtiningsih, 2005).

3
4

B. Bahan Baku Pembuatan Masker Wajah


Menurut peraturan menteri kesehatan RI No. 220/ Menkes/ Per/XI/76,
tanggal 6 September 1976 menyatakan bahwa: Kosmetik adalah bahan atau
campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau
disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau
bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,
menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat.
Kosmetika wajah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya
dalam bentuk masker. Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat di pasaran
adalah bentuk pasta, gel dan serbuk. Masker serbuk sudah ada sejak jaman
nenek moyang karena cara pembuatannya yang mudah dengan mengeringkan
bahan hingga menjadi serbuk kemudian kemudian dapat diaplikasikan dengan
beberapa bahan lainnya sehingga dapat digunakan untuk wajah dengan
penambahan sedikit air ( ID creative, 2003 ).
1. Beras Hitam

Gambar 1. Beras Hitam


a. Klasifikasi Beras Hitam sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Glumiflorae
5

Famili : Poaceae/Gramineae
Subfamili : Oryzoideae
Suku : Oryzeae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L
Sub Spesies : Japonica / sinica
(Vaughan et al.,2009)
b. Nama Umum Beras Hitam
Beras hitam dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-
beda. Penduduk di Solo mengenal beras ini dengan nama Beras
Wulung, sedangkan di Cibeusi, Jawa Barat lebih dikenal dengan beras
Gadog, di Sleman dikenal dengan beras Cempo Ireng atau beras
Jlitheng, dan di Bantul dikenal sebagai beras Melik (Bala i Besar
Penelitian Tanaman Padi, 2010).
Penanaman beras hitam tidak disemua wilayah Indonesia
menanamnya, salah satunya seperti di Dusun Barak, Margoluwih,
Seyegan, Kabupaten Sleman masih ada kelompok tani yang menanam
beras hitam dengan nama cempo ireng yang berumur kurang lebih 5
bulan. Di daerah Kedon, Ganjuran, Bantul juga ada seorang petani yang
dengan sabar melakukan perbanyakan benih beras hitam dari gabah
yang tercampur pada beras pecah kulit dari beras hitam yang
dimilikinya (dibelinya dari pasar). Penanaman ini bekerjasama dengan
Balai Pengkajian Teknologi (BPTP) Yogyakarta sebagai lembaga
penelitian yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(Kristamtini, 2009).
c. Morfologi Tanaman Padi Beras Hitam
Batang tanaman padi mempunyai bentuk beruas-ruas, rangkaian
ruas-ruas pada batang tanaman padi mempunyai panjang yang berbeda-
beda. Pada ruas batang bawah pendek, semakin ke atas semakin
panjang. Ciri khas daun tanaman padi yaitu adanya sisik dan telinga
daun, hal ini yang menyebabkan daun tanaman padi dapat dibedakan
dari jenis rumput yang lain (Sucipto, 2009).
6

Adapun bagian daun padi menurut Sucipto (2009) yaitu:


1) Helaian daun terletak pada batang padi, bentuk memanjang seperti
pita.
2) Pelepah daun menyelubungi batang yang berfungsi memberi
dukungan pada ruas bagian jaringan.
3) Lidah daun terletak pada perbatasan antara helian daun dan leher
daun.
4) Bunga padi merupakan bunga telanjang yang mempunyai satu
bakal buah, 6 benang sari, serta 2 tangkai putik. Gabah atau buah
padi terdiri dari embrio, endosperm dan bekatul (Sucipto, 2009).
Diluar sekali biji beras diliputi oleh kulit padi atau sekam. Sekam
merupakan 20 % dari berat seluruh bulir, nama ilmiahnya adalah
epicarp. Di bawah epicarp ada lapisan kulit dalam yang disebut
pericarp, terdiri atas 2-3 lapis sel-sel dan lapisan ini dibatasi oleh
aleuron. Bagian dalam biji disebut endosperm, merupakan bagian
terbesar ialah sekitar 80% dari seluruh biji. Pada bagian pangkal biji
melekat lembaga, yaitu bakal benih tanaman. Lembaga ini juga sangat
kaya akan protein, lemak dan berbagai vitamin (Sediaoetama, 2004).
Beras hitam beda dengan ketan hitam, yang selama ini mudah
dijumpai di pasar, karena ketan (sticky rice), karbohidratnya lengket,
sedangkan beras hitam tidak selengket ketan, meskipun masih sedikit
lengket, sehingga bisa dikonsumsi menggunakan sumpit. Tanaman
beras hitam dapat dengan mudah diamati, tubuhnya tegap dan tinggi,
rata-rata mencapai 2 meter, sedangkan ketan hitam, tidak berbeda jauh
dengan padi Cere hanya sekitar 30-60 sentimeter. Beras hitam adalah
varietas padi javanica (asli nusantara), memerlukan waktu 6 bulan
sebelum matang dan siap dipanen, sedangkan ketan hitam hampir sama
dengan padi subtropis atau varietas japonica yang hanya memerlukan
waktu 3 bulan untuk dipanen (Hendra, 2013).
d. Kandungan Beras Hitam
Beras hitam bisa menjadi sumber antosianin atau zat warna alami
yang bisa berfungsi sebagai antioksidan untuk menggurangi garis halus
7

di wajah dan beras hitam juga mengandung protein peptida yang


membuat kulit tanpak lebih cerah. Menurut (Zhimin Xu et al, 2005),
Pengajar Ilmu Pangan di University of Agricultural Center di Baton
Rouge, Louisiana, Amerika Serikat melaporkan bahwa selain
antioksidannya tinggi, beras hitam juga lebih banyak mengandung serat
dan vitamin E tetapi lebih sedikit mengandung gula.
Beras hitam (Oryza sativa L.indica) memiliki perikarp, aleuron dan
endosperm yang berwarna merah-biru- ungu pekat, warna tersebut
menunjukkan adanya kandungan antosianin. Beras hitam mempunyai
kandungan serat pangan (dietary fiber) dan hemiselulosa masing-
masing sebesar 7,5% dan 5,8%, sedangkan beras putih hanya sebesar
5,4% dan 2,2%. Beras hitam berasal dari tanaman padi hitam yang
termasuk langka karena hanya ada di asia (Ide Pangkalan, 2010).
2. Tepung sagu

Gambar 2. Tepung Sagu


a. Klasifikasi Tepung Sagu (Metroxylon sp) adalah sebagai berikut :
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Arecales
Family : Palmae
Subfamili : Lepidocaroideae(Calamoideae)
Genus : Metroxylon
Spesies : Eumetroxylon spp
Sumber (Anonim, 2011)
8

Sagu yang siap dipanen dapat dilakukan mulai umur 6-7


tahun, atau bila ujung batang mulai membengkak disusul keluarnya
selubung bunga dan pelepah daun berwarna putih terutama pada bagian
luarnya. Tinggi pohon 10-15 m, diameter 60-70 cm, tebal kulit luar 10
cm, dan tebal batang yang mengandung sagu 50-60 cm. Ciri pohon sagu
siap panen pada umumnya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi
pada daun, duri, pucuk dan batang (Soekarto,ST. dan S. Wijandi, 1983).

b. Nama Umum Tepung Sagu


Tepung sagu dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-
beda. Di jawa barat sering disebut aci kawung, jika dijawa tengah biasa
disebut aci sagu. Tepung sagu merupakan tanaman rumpun dan
berkembang biak menggunakan anakan, banyak ditanam di Provinsi
Maluku dan Papua mencapai 31.360 ha. Batang sagu ditebang
menjelang tanaman berbunga, saat kandungan patinya tertinggi. Setelah
pohon ditebang, empulur batang diolah untuk mend apatkan tepung (pati)
sagu.
c. Kandungan Tepung Sagu
Tepung sagu mengandung amilosa 27% dan amilopektin 73%.
Kandungan kalori, karbohidrat, protein, dan lemak tepung sagu setara
dengan tepung tanaman penghasil karbohidrat lainnya (Sianturi et
al., 2008). Seratus gram sagu kering setara dengan 355 kalori. Dalamnya
rata-rata terkandung 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram
serat, 10mg kalsium, 1,2mg besi, dan lemak, karoten, tiamin, dan asam
askorbat dalam jumlah sangat kecil. Tepung sagu memiliki ciri fisik
yang mirip dengan tepung tapioka. Tepung sagu biasanya digunakan
sebagai bahan pengental karena tepung ini bersifat lengket (Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, 2007).
Tepung sagu merupakan bahan pembersih alami yang dapat
mengangkat kotoran dan mengencangkan kulit wajah. Bahan ini juga
bersifat astrigensia atau yang sering disebut mengecilkan pori
menjadikan kulit lebih halus dan tekstur yang merata. Tepung sagu
biasanya digunakan untuk mencampuri bahan-bahan yang bisa menutrisi
9

dan membersihkan kulit, tepung jenis lain seperti tepung gandum atau
oat, tepung jagung, dan tepung beras juga biasa digunakan dalam
pembuatan produk kecantikan terutama pembuatan masker (Thomas
Tessa 2006).
Pentingnya nilai kesehatan dan kepedulian terhadap lingkungan
hidup telah mendorong masyarakat untuk kembali menggunakan bahan
organik. Alasannya seperti berhenti mengkonsumsi bahan-bahan kimia,
melindungi generasi selanjutnya, penggunaan organik lebih baik/lebih
enak, mendukung petani lokal berskala kecil, melindungi kualitas air
dan udara, mencegah erosi tanah, melindungi kesehatan, hemat energi,
mempromosikan keanekaragaman hayati, harganya relatif tidak mahal,
dan bebas dari bahan-bahan hasil rekayasa genetik (Sudrajat dan
Surahman 2007).
3. Biji klabet

Gambar 3. Biji Klabet


a. Klasifikasi Biji Klabet
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Trigonella
Spesies : Trigonella Foenum-graecum L.
10

b. Morfologi Tumbuhan Biji Klabet


Biji klabet Papilionaceae (Leguminoceae) merupakan tumbuhan
tahunan. Memiliki cara tumbuh yang tegak, tinggi 30 cm sampai 60 cm.
Daun berbentuk bundar telur terbalik sampai bentuk baji. Bunga tunggal
atau sepasang, keluar di ketiak daun, mahkota berwarna kuning terang.
Buah polong gundul, memanjang atau berbentuk lanset. Buah berisi 10
sampai 20 biji (Redaksi Agromedia, 2008).
c. Kandungan Biji Klabet
Biji Klabet merupakan sumber yang kaya dengan polisakarida
(polysaccharide) dan galaktomannan( galactomannan). Biji klabet juga
sumber dari senyawa saponin seperti diosgenin, yamogenin, gitogenin,
tigogenin, dan neotigogens. Konstituen aktif lainnya adalah mucilago
(mucilage), minyak atsiri (volatile oil), tanin dan alkaloid seperti choline
dan trigonelline. Klabet dikenal sebagai salah satu bahan obat di daratan
Cina dengan nama Hu Lu Ba, yang diyakini berkhasiat sebagai
penghangat dan penguat ginjal, penghilang demam dan pereda sakit
(Gall et al., 2009).
Tanin menurut Robinson (1995) berfungsi sebagai adstringen yang
dapat menyebabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras kulit,
menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, sehingga mampu
menutupi luka dan mencegah pendarahan yang biasa timbul pada luka.
Simes (1959) menyatakan bahwa tanin dapat mengubah kulit
hewan menjadi kulit samak karena kemampuannya menyambung silang
protein. Tanin bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap,
yang tidak larut dalam air. Pada tumbuhan letak tanin terpisah dari
protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak akan terjadi
reaksi penyamakan. Beberapa saponin menurut Harbone (1987) bekerja
sebagai antimikroba. Saponin memiliki kemampuan sebagai pembersih
dan antiseptik yang berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak
mengalami infeksi yang berat.
11

Menurut (Keen, 2012) bahwa masker bermanfaat untuk


mencerahkan kulit wajah, mengecilkan pori-pori, mengurangi kadar
minyak pada kulit berminyak dan mengurangi jerawat serta
menyamarkan noda hitam pada kulit wajah. Perawatan adalah dilakukan
secara teratur. Bila tidak teratur akan dapat menimbulkan efek yang
negatif seperti ditumbuhi jerawat, figmentasi dan kelainan lainnya. Oleh
karena itu perawatan harus dilakukan secara bertahap. Selain beras
hitam dan tepung sagu maka klabet juga termasuk campuran dari masker
beras hitam. Lebih lanjut menurut (Evans 2002) menyatakan biji klabet
mengandung minyak lemak 20-30 % yang baik, maka ekstraknya
minyak biji klabet sangat bermanfaat untuk kulit wajah.
Budidaya klabet sangat mudah, panen dilakukan pada saat tanaman
berumur 3-4 bulan. Tanaman klabet mampu tumbuh di daerah tropis,
dengan syarat tumbuh ketinggian kurang lebih dari 500 mdpl. Tanaman
ini membutuhkan suhu udara 22-30 C kelembaban sedang 70-90% dan
penyinaran matahari yang cukup. Jenis tanah yang paling baik yaitu
jenis lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, memiliki drainase
baik dan pH antara 6,8-7,3 (Waluyo, 2007).
Langkah pertama dalam persiapan sebelum tanam pada tanaman
klabet dengan menyiapkan tempat penyemaian. Buat bedengan dengan
lebar 1,5 meter dan tinggi 20 cm. Bedengan dibuat dari campuran tanah
dan kompos dengan perbandingan 2:1. Pemeliharaan tanaman biji klabet
dengan melakukan penyiraman 3 hari sekali. Panenan dapat dilakukan
setelah buah polong masak, tanaman dicabut dan dijemur sampai
buahnya kering. Buah yang kering ditumbuk untuk mengelua rkan
bijinya. Setelah itu memisahkan dari kotorannya yang masih terbawa,
kemudian dijemur hingga kering dan disimpan. Hama yang menyerang
tanaman ini salah satunya adalah uret (pemakan akar), ulat penggulung
daun, ulat grayak, dan ulat jengkal. Pengendalian hama dengan
melakukan olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang
sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, membersihkan
gulma (Zahroni, 2005).

Anda mungkin juga menyukai