Anda di halaman 1dari 67

i

KARYA TULIS ILMIAH

FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR WAJAH


MENGGUNAKAN KULIT BUAH SEMANGKA (Citrullus
vulgaris) DENGAN KOMBINASI SURFAKTAN NATRIUM
LAURIL SULFAT DAN POLISORBAT

Oleh :

NIKE YANTI MARAMIS


F.11.072

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
KENDARI
2014

i
ii

KARYA TULIS ILMIAH

FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR WAJAH


MENGGUNAKAN KULIT BUAH SEMANGKA (Citrullus
vulgaris) DENGAN KOMBINASI SURFAKTAN NATRIUM
LAURIL SULFAT DAN POLISORBAT

Oleh :

NIKE YANTI MARAMIS


F.11.072

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
KENDARI
2014

ii
iii

iii
iv

iv
v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini

berjudul Formulasi Sediaan Sabun Cair Wajah Menggunakan Kulit Buah

Semangka (Citrullus Vulgaris) Dengan Kombinasi Surfaktan Natrium Lauril

Sulfat Dan Polisorbat. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk

melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Pendidikan

Ahli Madya Farmasi, Akademi Farmasi Bina Husada.

Karya ini secara khusus penulis persembahkan untuk Ayahanda tercinta

IPTU.Drs. Abdul Muis Dedy Mal.M.pd dan Ibunda tercinta Juhaerah,S.Pd yang

telah merawat dan memberikan kasih sayangnya. Serta kakak dan Adikku yang

tersayang dan saya cintai yang telah memberikan motivasi dan doa yang tulus

demi kesuksesan penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Musdalipah,

S.Farm.,MPH.,Apt dan ibu Hasnawati, S.Si.,M.Sc selaku pembimbing yang

dengan keikhlasan dan kesungguhan telah meluangkan waktu, memberikan

arahan, dan bimbingan hingga selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah, serta

kepada ibu Mus Ifaya, S.Farm.,M.Si.,Apt, Ibu Ervianingsih,

S.Farm.,M.Si.,Apt dan Eny Nurhikma, S.Si.,MPH.,Apt yang telah banyak

memberikan saran.

v
vi

Ungkapan terima kasih tulus juga penulis haturkan kepada berbagai pihak

yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, khususnya kepada :

1. Ketua Yayasan Bina Husada Kendari bapak H.K. Ones Balaka, SKM

2. Direktur Akademi Farmasi Bina Husada Kendari Ibu Dra. Francisca Pandean,

Apt

3. Ketua Prodi DIII Farmasi ibu Hasnawati, S.Si.,M.Sc

4. Kepala Laboratorium dan Laboran khususnya Laboratorium Teknologi

Farmasi Akademi Farmasi Bina Husada Kendari (Muh. Sadam Safutra, AMF

dan kawan-kawan) yang telah banyak membantu selama penelitian

5. Dosen-dosen Jurusan Farmasi, Analis, Gigi dan Para Asisten-Asisten.

6. Nopiyana pujiastuti, Ummi aulia sari, Tiara, Fahmi fahmi, dan Yuni yang

slalu membantu penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dan tak

pernah lelah memberikan saran-saran dan motivasi, serta Sahabatku Vinny

dan Fheri Hamid, atas segala motivasi dan doa yang membuat penulis selalu

bersemangat, juga sahabat-sahabatku ( Ahmad Sucipto, Yohanes Paimbonan,

Dedy Kurniawan, Ilmin, Hilda Liambo, Linda Sari, Anty, Suliis, Anina,

Nirma, Didin, Sair, Imam, Raja, Pandi, Ferdin, Uta, Kak Sany, Kak Ayu, Kak

Kadek, Kak Amma, Kak Anty, Kak Uya, Kak Fany, Kak Har, Kak Tia, Kak

Agus Dll) yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis.

7. Sahabat-sahabat seperjuanganku Farmasi Bina Husada Kendari Angkatan

2011: Isra, jein, irma, jeti, safir, ryan, naning, nur, dwi, erik, mukhtar, jayatri,

lina, niar, nina, masna, maya, nurhikma, nurul hikma, ijal, ismi ningsih,

vi
vii

nining 1, nining 2, iman, afi, bunda lisna, una, asdiana, pipit, salim, yanti,

hasnawati dan kak unge (yang turut membantu dalam penelitian ini), dll yang

tidak saya sebutkan namanya terima kasih atas dukungan, motivasi, dan

doanya, masing-masing kalian mempunyai kesan tersendiri bagi penulis.

Semoga sukses menanti kita semua, amin.

8. Kakak-kakak senior Farmasi Bina Husada Kendari 2006, 2007, 2008 dan

2009 terimah kasih atas bimbingannya.

9. Adik-adik Angkatan 2012 dan angkatan 2013, terima kasih atas doa dan

dukungannya selama ini.

10. Serta seluruh pihak yang ikut membantu terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah

ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan usaha maksimal dari penulis dan masih

banyak keterbatasan dan kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik dari

semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaannya kelak.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil karya ini dapat bermanfaat. Amin.

Kendari, Agustus 2014

Penulis

vii
viii

INTISARI

NIKE YANTI MARAMIS (F.11.072). Formulasi Sediaan Sabun Cair


Wajah Menggunakan Kulit Buah Semangka (Citrullus Vulgaris) Dengan
Kombinasi Surfaktan Natrium Lauril Sulfat Dan Polisorbat . di bawah bimbingan
Musdalipah sebagai pembimbing I dan Hasnawati sebagai pembimbing II.
(xv + 40 halaman + 3 halaman + 7 tabel + 7 lampiran)
Sabun cair wajah merupakan salah satu jenis kosmetik kulit yang
diguanakan untuk membersihkan wajah dari kotoran, melepaskan sisa keringat
dan menjaga kelembaban kulit. Salah satu tumbuhan tradisional yang dapat
digunakan adalah kulit buah semangka yang mengandung senyawa alami likopen
yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan yang berfungsi untuk
mengencangkan kulit wajah dan mencegah timbulnya keriput pada wajah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kulit buah semangka dapat
diformulasikan sebagai sediaan sabun cair wajah.
Penelitian dilakukan secara eksperimen, sampel diambil dengan cara
penyarian untuk mendapatkan sari kulit buah semangka. Sari yang diperoleh
digunakan sabagai zat aktif pada konsentrasi 20% dan menggunakan kombinasi
surfaktan natrium lauril sulfat dan polisorbat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen, pada
pH 6, dan tinggi busa berkisar 5 cm sampai 6 cm. Hasil pengujian organoleptik
menunjukkan bahwa formula yang paling stabil adalah formula A dengan
penambahan natrium lauri sulfat 20% dan polisorbat 3%.
.

Kata kunci : sabun cair wajah, sari kulit buah semangka, surfaktan natrium
laurel sulfat dan polisorbat
Daftar bacaan : 40 ( 1989 2014 )

viii
ix

ABSTRACT

NIKE YANTI MARAMIS ( F.11.072 ). Formulation of face soap liquid


providing use watermelon bark (Citrullus Vulgaris) with the combination of
surfaktan natrium lauril of sulphate and polisorbat. Under guiding by Musdalipah
as advisor 1 and Hasnawati as advisor 2.
(xv + 40 pages + 3 pictures + 7 tables + 7 appendixes)
Facial liquid soap is one kind of bark cosmetics which used to clean face
from the dirty, released sweats and keep the skin moist. One of traditional plants
which used is waterwelon bark which contains natural compound likopen which
used as antioxidant to tighten face bark and prevent wizened face bark. This
research is to know is watermelon bark can formulated as facial liquid soap
preparation.
The research experimently, sample taken by its concantrate to get
watermelon bark concantrate. Concantrate which retrieved is used as active
substance on concentration 20% and use combination of surfactan natrium lauril
of sulphate and polisorbat.
The result of the research shows that preparation made by homogenous,
pH 6 and the high bubles about 5 cm until 6 cm. the result of the organoleptic
testing shows that formula which stabilized is formula A with addition natrium
laurilof sulphate 20% and polisorbat 3%.

Keywords : Facial liquid soap, watermelon bark concantrate, surfactan


natrium lauril of sulphate, and polisorbat.
List of reading : 40 ( 1989 2014 ).

ix
x

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ...ii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... ..iii
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ......................... ..iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ...v
HALAMAN KATA PENGANTAR.............................................................. ..vi
INTISARI ....................................................................................................... ..ix
ABSTRACT .................................................................................................... ...x
DAFTAR ISI .................................................................................................. ..xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. .xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Semangka .................................................................... 5
B. Kulit ............................................................................................ 7
C. Sabun .......................................................................................... 13
D. Surfaktan .................................................................................... 16
E. Formulasi Sabun Cair Wajah ...................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .................................................................. 24
B. Waktu Dan Tempat Penelitian ..................................................... 24
C. Populasi Dan Sampel ................................................................... 25
D. Variabel Penelitian ....................................................................... 25

x
xi

E. Definisi Operasional .................................................................... 25


F. Kerangka Konseptual .................................................................. 26
G. Alat Dan Bahan Penelitian .......................................................... 26
H. Prosedur Penelitian ..................................................................... 27
I. Diagram Alir ................................................................................ 31
J. Analisis Data ................................................................................ 32
K. Jenis Data ..................................................................................... 32
L. Teknik pengumpulan Data ........................................................... 32
M. Pengolahan data .......................................................................... 32
N. Pengujian data .............................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ............................................................................ 33
B. Pembahasan .................................................................................. 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 40
B. Saran ............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1. Master Formula ........................................................................................ 18
Tabel 2. Modifikasi Formula ................................................................................. 19
Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik ............................................................................. 33
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas ............................................................................ 34
Tabel 5. Uji pH Sediaan ......................................................................................... 34
Tabel 6. Uji Tinggi Busa ........................................................................................ 35

xii
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1. Anatomi Kulit...................................................................................... 11
Gambar 2. Kerangka Konseptual.......................................................................... 26
Gambar 3. Diagram Alir....................................................................................... 31

xiii
xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
Lampiran 1. Perhitungan Bahan
Lampiran 2. Gambar Buah Semangka
Lampiran 3. Gambar Sediaan
Lampiran 4. Gambar Alat pH Universal
Lampiran 5. Gambar Tinggi Busa
Lampiran 6. Gambar Homogenitas
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit merupakan salah satu bagian terpenting dari tubuh manusia yang

berfungsi untuk melindungi bagian dalam tubuh dari gangguan fisik maupun

mekanik, gangguan panas, dingin, kuman dan bakteri. Kulit adalah organ tubuh

yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia

(Wasitaatmadja, 1997). Melihat pentingnya kulit sebagai pelindung jaringan dan

organ, maka diperlukan adanya perlindungan dan perawatan terhadap kulit

(Nagao et al., 2000). Perawatan kulit utamanya kulit pada wajah dapat dilakukan

menggunakan bahan kosmetik khusus perawatan kulit wajah, misalnya

menggunakan sabun khusus wajah.

Menurut Tranggono et al. (2007) yang dimaksud dengan sabun adalah

produk campuran garam natrium dengan asam stearat, palmitat, dan oleat yang

berisi sedikit komponen asam miristat dan lauret. Jenis sabun wajah yang umum

beredar di masyarakat berwujud padat dan cair. Kebanyakan konsumen saat ini

lebih tertarik pada sabun wajah berbentuk cair dibandingkan dengan sabun wajah

padat. Sabun wajah cair efektif untuk mengangkat kotoran yang menempel pada

pemukaan kulit baik yang larut air maupun larut lemak. Sabun cair merupakan

sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang terbuat dari bahan sabun dengan

penambahan bahan-bahan yang diinginkan (Standar Nasional Indonesia, 1996).

Produk sabun wajah cair berbahan alami masih jarang ditemukan di

pasaran, kebanyakan masih menggunakan bahan sintetik sebagai bahan aktifnya.

Bahan aktif sintetik yang banyak disorot karena berbahaya bagi kulit antara lain:
2

diethanolamine, sodium lauryl sulfate, serta triclosan yang terdapat hampir di

semua sabun wajah cair yang beredar di pasaran. Triclosan yang terakumulasi

dalam lemak di tubuh manusia, maka akan berpotensi menimbulkan disfungsi

tiroid. Oleh sebab itu banyak produsen yang melirik pada bahan alam untuk

dijadikan bahan pembuatan sabun wajah. Tujuan digunakannya bahan alami ini

adalah karena aman bagi kulit, lebih mudah didapatkan, dan lebih hemat. Selain

itu penggunaan asam anorganik yang pekat dalam pembuatan sabun mempunyai

kelemahan yaitu dapat merusak jaringan kulit/iritasi kulit. Sehingga produsen

sabun wajah saat ini beralih pada asam organik yang berasal dari alam yaitu

hewan dan tumbuhan (Nurama dan Suhartiningsih, 2014).

Salah satu bahan alam yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun

wajah cair ini adalah buah semangka. Buah semangka selain rasanya enak saat

dikonsumsi langsung, juga dapat dimanfaatkan untuk merawat kulit wajah.

Menurut Daniel (2012) dalam Anjani (2013), bahwa kulit semangka memiliki

kandungan nutrisi yang memiliki banyak kegunaan, kulit buah semangka dapat

dijadikan pengobatan untuk beberapa jenis penyakit misalnya diabetes mellitus,

gatal karena tanaman beracun, kulit kasar dan luka bakar, mencegah kerontokan

rambut, dan menghaluskan kulit. Kulit buah semangka mengandung banyak

likopen (lychopene) yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan untuk

mengencangkan kulit wajah dan mencegah timbulnya keriput pada wajah.

Sabun yang baik tidak hanya ditentukan oleh bahan dasarnya saja tetapi

juga ditentukan oleh jenis surfaktan yang digunakan pada saat pembuatan sabun

tersebut. Menurut Noor dan Nurdyastuti (2009) bahwa sabun wajah yang baik

bukan hanya dapat membersihkan wajah dari kotoran termasuk debu, melepaskan
3

sisa keringat yang mengering, atau sisa kosmetik dan lemak saja, tetapi juga

dapat melindungi kulit dari iritasi serta menjaga kelembaban kulit. Iritasi, seperti

kemerahan di kulit, dapat terjadi akibat penggunaan jenis surfaktan tertentu pada

sabun yang dapat membuat kulit menjadi kering karena hilangnya lemak di

permukaan kulit.

Natrium lauril sulfat dan polisorbat adalah salah satu jenis surfaktan

yang telah diteliti dan dapat digunakan dalam pembuatan sabun cair wajah.

Natrium lauril sulfat termasuk surfaktan anionik yang berfungsi sebagai

pembersih dan meningkatkan busa (Wasitaatmadja, 1997), sedangkan polisorbat

termasuk surfaktan nonionik yang berguna untuk mengurangi iritasi yang

disebabkan dari surfaktan anionik (Jellinek, 1970 dalam Noor dan Nurdyastuti,

2009).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

sebuah karya tulis ilmiah dengan judul FORMULASI SEDIAAN SABUN

CAIR WAJAH MENGGUNAKAN KULIT BUAH SEMANGKA (Citrullus

vulgaris) DENGAN KOMBINASI SURFAKTAN NATRIUM LAURIL

SULFAT DAN POLISORBAT

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dapat

dirumuskan adalah apakah kulit buah semangka dapat digunakan dalam

formulasi sediaan sabun cair wajah dengan kombinasi surfaktan Natrium lauril

sulfat dan Polisorbat.


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui cara pembuatan formulasi sediaan sabun cair wajah

menggunakan kulit buah semangka dengan kombinasi surfaktan Natrium

lauril sulfat dan Polisorbat.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk membuat formulasi sediaan sabun cair wajah menggunakan kulit

buah semangka dengan kombinasi surfaktan Natrium lauril sulfat dan

Polisorbat.

b. Untuk mengetahui formulasi sediaan sabun cair wajah yang lebih baik

menggunakan kulit buah semangka dengan kombinasi surfaktan Natrium

lauril sulfat dan Polisorbat.

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberi informasi kepada masyarakat mengenai formulasi

sediaan sabun cair wajah menggunakan kulit buah semangka dengan

kombinasi surfaktan Natrium lauril sulfat dan Polisorbat.

2. Dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

3. Dapat menjadi informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Semangka

1. Morfologi Tanaman

Menurut Rukmana (1994) bahwa semangka adalah tanaman perdu

semusim anggota dari famili Cucurbitaceae. Tanaman semangka termasuk

jenis tanaman menjalar atau merambat dengan alat pemegang berbentuk pilih.

Sistem perakarannya menyebar ke samping dan dangkal. Batang tanaman

semangka bersegi dan berambut. Panjang batang antara 1,5-5,0 meter dan

sulurnya bercabang menjalar di permukaan tanah atau dirambatkan pada turus

dari bilah bambu. Helai daun bercangap menyirip kecil-kecil, permukaan

berbulu, bentuk daun mirip jantung di bagian pangkalnya, ujungnya

meruncing, tepinya bergelombang dan berwarna hijau tua. Letak daun

berseberangan satu sama lainnya dan tersusun dalam tangkai berukuran relatif

panjang. Tanaman semangka menghasilkan tiga macam bunga, yaitu bunga

jantan, betina dan sempurna (Rukmana, 1994)

Umur buah semangka siap panen tergantung varietasnya, tetapi

umurnya berkisar antara 80-90 hari setelah tanam benih atau 65-75 hari

setelah pindah tanam, bahkan ada pula yang pada kisaran 95-100 hari setelah

tanam benih. Bentuk buah semangka bervariasi yakni oval, bulat memanjang

dan silinder. Berdasarkan klasifikasi warna kulit buah dibedakan menjadi tiga

macam warna yakni hijau muda, hijau tua dan kuning, baik yang polos

ataupun bergaris-garis (Rukmana, 1994).

5
6

2. Taksonomi Tanaman

Secara taksonomi tanaman semangka dapat digolongkan sebagai

berikut (Rukmana, 1994):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Citrullus

Spesies : Citrullus vulgaris Schard.

3. Kandungan Tanaman

Buah semangka memiliki daya tarik khusus. Buahnya tergolong

mengandung banyak air ( sekitar 92 %) dan mengandung likopen sebesar

48,8% (Tadmor, 2005). Nilai gizi buahnya termasuk rendah, hanya

mengandung 7% karbohidrat dalam bentuk gula (Sobir, 2010).

Menurut Daniel (2012) dalam Anjani (2013), kandungan kulit buah

semangka terdiri dari vitamin, mineral, enzim dan klorofil. Vitamin-vitamin

yang terdapat pada kulit buah semangka meliputi vitamin A, vitamin B dan

vitamin C.

4. Manfaat Tanaman

Kulit buah semangka mengandung banyak likopen (lychopene)

yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan untuk mengencangkan kulit


7

wajah dan mencegah timbulnya keriput pada wajah (Daniel, 2012 dalam

Anjani, 2013).

Likopen merupakan suatu hidrokarbon polien dengan rantai asiklik

terbuka tak jenuh, mempunyai 13 ikatan rangkap, 11 diantaranya ikatan

rangkap konjugasi yang tersusun linier, likopen tidak mempunyai aktivitas

provitamin A karena tidak memiliki cincin -ionone (Clinton,1998). Senyawa

ini di alam, berada dalam bentuk trans yang secara termodinamika

merupakan bentuk yang stabil. Larut dalam CHCl3 dan benzene, sangat

mudah larut dalam eter dan n-heksan (ONeil, 2006). Likopen bersifat

hidrofobik kuat dan dapat mengalami degradasi melalui proses isomerisasi

dan oksidasi karena cahaya, oksigen, suhu tinggi, teknik pengeringan, proses

pengelupasan, penyimpanan dan asam (Shi & Maguer, 2000).

Likopen berfungsi sebagai pelindung dari gelombang cahaya UV

pada kulit agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit (Murray et al., 2007).

Dalam plasma kulit manusia ditemukan likopen yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan -karoten (Agarwal dan Rao, 2000). Pada kulit terdapat

0.42 Nmol/g berat basah likopen (Mercado et al., 1995).

B. Kulit

1. Anatomi

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya

sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya

sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm

sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis
8

terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial

lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,

punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis

yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel

berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm

adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat

(Perdanakusuma, 2007).

a. Epidermis

Dari sudut kosmetik epidermis merupakan bagian kulit yang

menarik karena kosmetik dipakai dari bagian tersebut. Meskipun ada

beberapa jenis kosmetik yang digunakan ke dermis, namun tetap

penampilan epidermis yang menjadi tujuan utama. Dengan kemajuan

teknologi dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik. Lapisan

lapisan epidermis dari permukaan sampai dalam (Davis, 1984 dalam

Handayani, 2009), adalah sebagai berikut:

1) Lapisan Tanduk (Startum corneum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak

memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak bewarna

dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri

atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat

resisten terhadap bahan-bahan kimia, hal ini berkaitan dengan fungsi

kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-

sel yang sudah mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri untuk
9

bergenerasi. Permukaan stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan

pelindung lembab tipis yang bersifat asam, disebut mantel asam kulit.

2) Lapisan jernih (Stratum lucidum)

Terletak di bawah stratum corneum merupakan lapisan

yang tipis, jernih, mengandung eleiden, sangat tampak jelas pada

telapak tangan dan kaki. Antara stratum lucidum dan stratum

granulosum terdapat lapisan keratin yang disebut reins barier yang

tidak bisa tembus.

3) Lapisan berbutir-berbutir (Stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel keratinosid yang berbentuk poligonal,

berbutir kasar, berinti mengkerut, stratum granulosum adalah

penghasil keratin, glikoprotein dan lemak.

4) Lapisan Malphigi (Stratum spinosum atau malphigi layer)

Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.

Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil

yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan

mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi.

5) Lapisan Basal (Stratum germinativum)

Lapisan basal adalah lapisan terbawah epidermis. Didalam

lapisan stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu

sel-sel yang tidak mengalami keratinase dan fungsinya hanya

membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel

keratinosid melalui dendrit-dendritnya satu sel melanosit melayani


10

sekitar 36 sel keratinosit. Kesatuan ini diberi nama unit melanin

epidermal.

Bagian epidermis inilah yang mempunyai mekanisme

proteksi yang sangat penting (Elias et al., 2003) antara lain:

1. Mensintesis mediator inflamasi seperti prostaglandins,

eocosanoids, leucotriene, histamin, sitokin.

2. Sintesis antioksidan termasuk glutation, oksidase, katalase, sitokron

P450, vitamin C dan E.

3. Heat-shock protein.

4. Molekul-molekul yang mengabsorbsi radiasi sinar ultra violet,

seperti : melanin, trans urocanic acid.

5. Molekul pengikat air sebagai natural moisturizing factors

6. Ensim-ensim untuk glukoronidasi, mekanisme hidroksilasi dan

sulfation.

7. Sistem anti mikrobial seperrti lemak permukaan kulit, lapisan asam

kulit (surface acidification), ironbinding proteins, komplemen dan

peptida anti microbial.

b. Dermis

Dermis terdiri dari jaringan ikat yang ada dibawah epidermis,

berfungsi sebagai penopang struktur dan nutrisi melalui pembuluh darah

yang ada didalam jonjot-jonjot yang menjorok ke atas, disebut papila

dermis. Didalam dermis terdapat serabut-serabut kolagen, serat-serat

elastin, serabut serabut otot dan substansia dasar dari mukopolisakarida.

Ini semua membantu kelenturan kulit yang pada proses penuaan akan
11

mulai berkurang. Pada lapisan ini didapatkan sel-sel fibroblas, makrofag,

sel mast dan limfosit dengan fungsinya masing-masing. Disamping itu

didapatkan pula kelenjar-kelenjar sebagai appendixes kulit seperti

kelenjar keringat ekrin, sel keringat apokrin, kelenjar sebasea (lemak)

dan folikel rambut (Elias et al., 2003).

c. Lapisan Subkutan

Lapisan di bawah dermis adalah lapisan sub kutan, terdiri dari

jaringan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan lain-lain

struktur. Jaringan lemak berfungsi sebagai bantalan dan cadangan

makanan serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh, juga kontur.

Sebagai contoh, injury pada epidermis menyebabkan kaskade sitokin

yang akan menimbulkan inflamasi, dan sejalan dengan itu terjadi

pembentukan jaringan parut sebagai mekanisme repair (Elias et al.,

2003).

2. Jenis kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit umumnya terdiri atas

tiga jenis, dengan tambahan jenis kombinasi dan kulit yang bermasalah

(Wasitaatmadja, 1997), yaitu sebagai berikut:

a. Kulit normal, merupakan kulit ideal yang sehat, tidak mengkilap atau

kusam, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
12

b. Kulit berminyak, kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit

yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor dan kusam, biasanya

pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

c. Kulit kering, kulit yang mempunyai kurang lemak pada permukaan kulit

atau sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak

lapisan kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah

terlihat kerutan.

d. Kulit campuran atau kombinasi, yaitu kulit seseorang yang sebagian

normal sebagian lagi kering atau berminyak.

e. Kulit sensitif, yaitu kulit yang peka terhadap aplikasi zat kimia diatasnya.

f. Kulit berjerawat, yaitu kulit yang disertai adanya jerawat, biasanya

berminyak.

g. Kulit hiperpigmentasi, yaitu kulit dengan banyak bercak hitam.

C. Sabun

1. Definisi

Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari

asam- asam lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, namun

dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih

rendah (Fessendent, 1982). Yang dimaksud sabun disini adalah pecampuran

garam natrium dengan asam stearat, palmitat dan oleat yang berisi sedikit

komponen asam miristat dan laurat. Sabun merupakan kosmetik paling tua

sudah sejak berabad-abad yang silam (Tranggono et al., 2007).

Menurut dewan standardisasi nasional, sabun mandi adalah

senyawa natrium dan kalium dengan asam lemak dari minyak nabati dan atau
13

lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai

pembersih, dengan menambahkan zat pewangi dan bahan lainnya yang tidak

membahayakan kesehatan (Standar Nasional Indonesia, 1994).

Sabun yang biasa digunakan dibuat melalui reaksi saponifikasi

dari minyak dan lemak dengan NaOH atau KOH. Sabun yang dibuat

menggunakan NaOH disebut sabun keras sementara sabun yang dibuat

menggunakan KOH dikenal sebagai sabun lembut atau sabun lembek, sabun

mandi biasanya termasuk jenis sabun keras (Mitsui, 1997).

2. Mekanisme Kerja Sabun

Tiga elemen penting dalam mekanisme kerja sabun adalah tempat

susbstratnya berasal (kulit manusia, pakaian, alat gelas dan perkakas lainya),

jenis kotoran yang akan dibersihkan (padat atau minyak, kepolaran, sifat

elektrolit, dan lainya), serta kemampuan membersihkan dari sabun itu sendiri

(Handayani, 2009).

Sabun berfungsi untuk memindahkan kotoran dari permukaan seperti

kulit, lantai, atau kain. Kotoran biasanya merupakan campuran dari bahan

berlemak dan partikel padat. Lemak dapat berupa sebum yang dihasilkan oleh

kulit, dan bertindak sebagai pengikat kotoran yang baik, misalnya terhadap

debu (Parasuruam, 1995).

Untuk membersihkan kotoran yang berupa minyak, pembilasan

dengan air saja tidak cukup. Dibutuhkan zat lain untuk menurunkan tegangan

antar muka antara minyak dengan air. Dengan adanya sifat surfaktan pada

sabun, terjadi proses emulsifikasi sehingga bagian yang polar (hidrofilik)

berikatan dengan air dan bagian non polar (lipofilik) berikatan dengan
14

minyak. Bagian non polar dari sabun memecah ikatan antar molekul minyak

sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan. Akibatnya air dapat

menyebar membasahi seluruh permukaan dan mengangkat kotoran (Brady,

1999).

3. Reaksi Penyabunan

Pada umumnya metode pembuatan sabun dapat dibagi menjadi dua,

yaitu reaksi penyabunan (saponifikasi) dan reaksi netralisasi. Pada reaksi

saponifikasi, prinsipnya yaitu tersabunkannya asam lemak dengan alkali, baik

asam lemak yang terdapat dalam keadaan bebas atau asam lemak yang terikat

sebagai minyak atau lemak (gliserida) dengan cara minyak dan lemak

direaksikan dengan alkali menghasilkan sabun dan gliserin. Pada reaksi

netralisasi, sabun dihasilkan oleh reaksi asam lemak langsung dengan alkali.

Secara umum prinsip pembuatan sabun ada dua macam (Mitsui 1997), yaitu

sebagai berikut:

a. Reaksi saponifikasi, yaitu reaksi antara minyak atau lemak dengan alkali

kuat menghasilkan gliserol dan asam lemak (sabun). Pada reaksi

saponifikasi, larutan alkali kuat (misalnya natrium hidroksida) akan

mengubah minyak dan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Asam

lemak lalu bereaksi dengan alkali kuat menghasilkan garam asam

lemak yaitu sabun dan gliserol.

b. Reaksi netralisasi, yaitu minyak dan lemak sebelumnya dipecah menjadi

asam lemak dan gliserol, lalu asam lemak dinetralkan melalui reaksi

dengan larutan alkali kuat menghasilkan sabun.


15

4. Jenis-Jenis Sabun

Terdapat dua jenis sabun yang dikenal, yaitu sabun padat (batangan)

dan sabun cair. Keberadaan sabun mandi cair (body foam) sedikit banyak

telah menggeser sabun mandi padat, dikarenakan beberapa kelebihan dari

sabun mandi cair dibanding sabun mandi padat (Lubis, 2013) yaitu sebagai

berikut :

a. Praktis, karena sabun mandi cair dapat dikemas dalam kemasan botol,

sehingga mudah dibawa kemana saja.

b. Mudah larut dalam air (misalnya bathtube), diaduk sebentar, langsung

berbusa dan digunakan untuk mandi berendam.

c. Kesehatan, kontaminasi terhadap kuman bisa dihindari, dan menjamin

bila dibandingkan sabun mandi padat yang dipegang banyak orang alias

dipakai bersama. Hal ini juga mencegah orang yang sudah berpenyakit

kulit seperti alergi, menderita penyakit kulit lebih parah lagi.

D. Surfaktan

Surfaktan merupakan zat yang ditambahkan pada cairan untuk

meningkatkan sifat penyebaran atau pembasahan dengan menurunkan tegangan

permukaan cairan, khususnya air. Surfaktan mempunyai struktur molekul yang

terdiri dari gugus lyophobic dan lyophilic. Dalam bidang komersial, surfaktan

diklasifikasikan berdasarkan kegunaannya. Secara ilmiah surfaktan terdiri dari

beberapa jenis yang dibagi berdasarkan jenis dari headnya, yaitu surfaktan

anionik, surfaktan kationik, surfaktan nonionik, dan surfaktan amfoterik.

Mengikuti namanya masing-masing, surfaktan anionik adalah surfaktan

yang bagian headnya bermuatan negatif, surfaktan kationik adalah surfaktan


16

dengan head bermuatan positif, surfaktan nonionik mempunyai head yang tidak

bermuatan, dan surfaktan amfoterik bagian headnya bermuatan positif dan

negatif.

Surfaktan banyak digunakan dalam industri minyak, industri mineral,

industri kimia, farmasi, penyamakan kulit, pengeboran, penggalian, dan

pengecoran. Selain itu, surfaktan manjadi salah satu bahan utama pada deterjen,

sabun, sampo, cat, lem, tinta, dan kosmetik (Denli et al., 2010).

Telah diketahui pula bahwa campuran surfaktan tertentu memiliki sifat

yang lebih baik dibandingkan surfaktan tunggal dalam berbagai aplikasinya.

Sinergisme dalam surfaktan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana

campuran surfaktan memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan surfaktan

tunggalnya. Umumnya sinergisme ditunjukkan oleh campuran surfaktan anionik-

nonionik yang diakibatkan oleh gaya columbik, interaksi ion-dipol atau ikatan

hidrogen yang terjadi diantara gugus polar. Surfaktan nonionik dengan interaksi

antarmolekular yang minimum memiliki sinergisme terkecil dari semua

campuran surfaktan (Rosen, 1989 dan 1992).

Penelitian mengenai pembuatan sabun dengan menggunakan jenis

surfaktan tertentu telah banyak dipublikasikan, diantaranya adalah surfaktan alkil

poliglikosida (Aisyah et al., 2011); surfaktan natrium alkil benzen sulfonat dan

natrium lauril eter sulfat (Tang dan Suendo, 2011); Surfaktan Kokamide DEA

(Indrawati dan Wulandari, 2011); dan Surfaktan Lauret-7-Sitrat (Noor dan

Nurdyastuti, 2009).
17

E. Formulasi Sabun Cair Wajah

1. Master Formula

Tabel 1. Master formula sabun cair berdasarkan Departemen Kesehatan RI,


tahun 1978

Nama Bahan Konsentrasi (g)


Oleum Sesami 65
KOH 35% 35
Aqua Destillata Ad 100

Tabel 2. Master formula pembersih dan pelembab wajah berdasarkan


Guardian Laboratories (formulasi anjuran)

Nama Bahan Konsentrasi (%)


Lubrajel DV 61,70
Deionized Water 30,54
Sodium Laureth Sulfate (28%) 7,50
Polysorbate 20 0,25
Fragrance 0,01

Tabel 3. Master formula sabun cair berdasarkan hasil penelitian Noor dan
Nurdyastuti (2009)

Formula, Bobot (%)


Bahan
I (Kontrol) II III IV
Susu kedelai 15 15 15 15
Lauret-7-sitrat 0 1 2 3
Na lauret sulfat 10 10 10 10
Kokamid DEA 5 5 5 5
5-bromo-5-nitro-1,3-dioksan 0,1 0,1 0,1 0,1
HPMC 2 2 2 2
BHA 0,01 0,01 0,01 0,01
Propilen glikol 5 5 5 5
Dinatrium EDTA 0,1 0,1 0,1 0,1
Parfum 1 1 1 1
Larutan asam sitrat/ kalium 0,5 1 1 1,5
bifphtalat sampai pH 5,0
Air suling sampai 100 100 100 100
18

2. Modifikasi Formula

Tabel 4. Modifikasi formula sabun cair wajah sari kulit buah semangka

Formula Formula Formula


Nama Bahan Fungsi Bahan
A B C
Sari kulit buah
Zat aktif 20 20 20
semangka
Natrium lauril
Pembusa 10 15 20
sulfat
Emulgator fase
Polisorbat 80 3 5 8
air
Emulgator fase
Span 80 2 5 7
minyak
Pengawet fase
Metil Paraben 0,12 0,12 0,12
air
Pengawet fase
Propil Paraben 0,02 0,02 0,02
minyak
- tokoferol Antioksidan 0,5 0,5 0,5
Oleum rosae Pengaroma 0,5 0,5 0,5
Propilenglikol Pelarut 10 10 10
Peningkat
Na-CMC 5 5 5
viskositas
Aquades Pelarut Ad 100 Ad 100 Ad 100

3. Monografi Bahan

1) Natrium lauril sulfat

Natrium lauril sulfat adalah campuran garam natrium dari

senyawa normal alkil sulfat primer, terutama terdiri dari natrium dodekil

sulfat. Mengandung tidak kurang dari 85% natrium alkil sulfat, dihitung

sebagai C12H25OSO3Na. Berbentuk serbuk berwarna putih atau kuning

pucat; bau lemah dan khas. Sangat mudah larut dalam air, larutan

berkabut; larut sebagian dalam etanol 95%.

2) Polysorbatum 80 (Tween 80)

Polisorbat 80 atau tween 80 adalah hasil kondensasi oleat dari

sorbitol dan anhidridanya dengan etilenoksida. Tiap molekul sorbitol dan


19

anhidridanya berkondensasi dengan lebih kurang 20 molekul etilenoksida.

Polisorbat 80 berupa cairan kental seperti minyak; jernih; kuning; bau

asam lemak; khas. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, dalam

etanol (95%) P, dalam etil asetat P dan dalam metanol P, sukar larut

dalam paraffin cair P dan dalam minyak biji kapas P (Depkes, 1979).

3) Sorbitan 80 (Span 80)

Sorbitan 80 atau span 80 adalah termasuk salah satu jenis

surfaktan nonionik yang mempunyai nilai keseimbangan hidrofil-lipofil

(HLB) 4,3. Sorbitan 80 merupakan larutan berminyak, tidak berwarna,

bau khas dari asam lemak dan sebagai emulsifier yang berasal dari

sorbitan dan asam stearat dan kadang-kadang disebut sebagai lilin sintetis,

sering digunakan dalam pembuatan produk makanan dan kesehatan.

Praktis tidak larut dalam air tetapi terdispersi dalam air dan dapat

bercampur dengan alkohol. Sorbitan 80 fungsi sebagai emulgator fase

minyak (Depkes, 1979).

4) Na-CMC (Carboxymethylcellulose Sodium)

Natrium Karboksimetilselulosa putih sampai hampir putih, tidak

berbau, serbuk granul. Kelarutannya praktis tidak larut dalam aseton,

etanol (95%), eter dan toluen. Sangat mudah mendispersi dalam air pada

semua suhu, berbentuk jernih, larutan koloid. Berguna sebagai peningkat

viskositas (Rowe, 2006). Konsetrasi 3-7% (Kibbe, 2000).

5) Methylen parabenum (Metil paraben)

Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak

lebih dari 101,0% C8H8O3. Metil paraben berupa serbuk hablur halus;
20

putih; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa; kemudian agak

membakar diikuti rasa tebal. Metil paraben larut dalam 500 bagian air,

dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan

dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan

alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40

bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih

dengan suhu lebur 125 C sampai 128 C (Depkes, 1979). Penyimpanan

metil paraben dalam wadah tertutup baik dan berkhasiat sebagai zat

pengawet untuk menghambat tumbuhnya mikroorganisme dengan

konsentrasi 0,12-0,18% (Kibbe, 2000).

6) Propylis parabenum (Propil paraben)

Propil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak

lebih dari 101,0% C10H12O3. Metil paraben berupa serbuk hablurputih;

tidak berbau; tidak mempunyai rasa. Propil paraben sangat sukar larut

dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton

P; dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak,

mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dengan suhu lebur 95 C

sampai 98 C (Depkes, 1979). Penyimpanan dalam wadah tertutup baik

dan berkhasiat sebagai pengawet yang berkonsentrasi 0,02%-0,05%

(Kibbe, 2000).

7) -Tokoferol

Tokoferol adalah bentuk -tokoferol C29H50O2. Tokoferol tidak

berbau atau sedikit berbau; tidak berasa atau sedikit berasa. -

tokoferol dan -tokoferil asetat, cairan seperti minyak kuning, jernih. dl-
21

tokoferil asetat pada suhu dingin bentuk padat. -tokoferil asam

suksinat, serbuk, putih; dl-isomernya melebur pada suhu lebih kurang

70C. Dan dl_resimisnya melebur pada suhu lebih kurang 70C.

Sediaannya, cairan seperti minyak kuning hingga merah kecoklatan,

jernih. bentuk esternya stabil di udara dan cahaya, tetapi tidak stabil

dalam alkali; bentuk asam suksinatnya, tidak stabil jika dilebur. -

tokoferol tidak stabil di udara dan cahaya, terutama dalam suasana alkalis.

Kelarutan -tokoferol adalah -tokoferil asam suksinat praktisd tidak

larut dalam air; sukar larut dalam larutan alkali; larut dalam etanol (95%)

P, dalam eter P, dalam aseton P dan dalam minyak nabati; sanagat mudah

larut dalam kloroform P bentuk lain tokoferol praktis tidak larut dalam

air; larut dalam etanol (95%) P dan dapat campur dengan eter P dengan

aseton P, dengan minyak nabati dan dengan kloroform. Penyimpanan -

tokoferol dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan

digunakan sebagai antioksidan dan vitamin E dengan konsentrasi 0,001

0,05 % (Depkes, 1979; Kibbe, 2000).

8) Oleum rosae (Minyak mawar)

Minyak Mawar, kelarutannya larut dalam 1 bagian kloroform,

larutan jernih. Berguna sebagai pengaroma

9) Propylenglikol

Propilenglikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna.

Tidak berbau, rasa agak manis dan higroskopik. Dengan kelarutan dapat

campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform, larut

dalam 6 bagian eter dan tidak dapat campur dengan eter minyak tanah
22

dan dengan minyak lemak. Propilenglikol berfungsi sebagai humektan

(pelembab) dengan konsentrasi 0 80 % (Depkes, 1979; Kibbe, 2000)

10) Aquades (Aqua destillata)

Aqua destillata atau air suling dibuat dengan menyuling air yang

dapat diminum. Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik digunakan

sebagai pelarut (Depkes, 1979).


23

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di Laboratorium

Teknologi Farmasi Bina Husada Kendari.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah buah semangka (Citrullus

vulgaris) yang dijual di pasar panjang Kelurahan Bonggoeya Kecamatan

Wua-Wua Kota Kendari .

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah kulit buah semangka

menggunakan metode penyarian yang menghasilkan cairan kental.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Sabun cair wajah sari kulit buah semangka

2. Variabel Terikat : Parameter uji sabun cair wajah sari kulit buah

semangka

23
24

E. Definisi Operasional

1. Sabun cair adalah suatu sediaan pembersih berbentuk cair yang dibuat dari

bahan dasar atau deterjen dengan penambahan bahan lain yang diijinkan

dan digunakan sebagai pencuci dan pembersih.

2. Sari kulit buah semangka adalah cairan yang diperoleh melalui proses

penyarian kulit buah semangka.

3. Natrium lauril sulfat adalah surfaktan anionik yang berfungsi sebagai

pembersih dan meningkatkan busa.

4. Polisorbat adalah surfaktan nonionik yang berguna untuk mengurangi

iritasi yang disebabkan oleh surfaktan anionik.

F. Kerangka Konseptual

Formula A
Evaluasi :
Kulit buah Formula B -pH
semangka -Organoleptik
Formula C -Tinggi busa
-Homogenitas

G. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat
a. Batang pengaduk
b. Blender
c. Cawan porselin
d. Erlenmeyer
e. Gelas beaker
f. Gelas ukur
25

g. Gegep kayu
h. Hot plate
i. Indikator universal
j. Kain flannel
k. pH meter
l. Pisau
m. Plat tetes
n. Sendok tanduk
o. Thermometer
p. Timbangan analitik
q. Wadah sabun
2. Bahan
a. Sari kulit buah semangka
b. Natrium lauril sulfat 20
c. Polisorbat/ Tween 80
d. Span 80
e. Propilenglikol
f. Oleum rosae
g. Na-CMC
h. Metil Paraben
i. Propil Paraben
j. - tokoferol
k. Aquades

H. Prosedur Penelitian

1. Proses penyiapan sampel bahan

Buah semangka yang telah matang, dikupas untuk diambil kulit

buahnya. Selanjutnya dibersihkan dari benda-benda asing (debu) atau


26

kotoran lainnya. Kulit buah semangka yang telah bersih selanjutnya di

cacah untuk memudahkan pada saat bahan diblender.

2. Proses penyarian

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Dihaluskan kulit buah semangka menggunakan blender

c. Sari kulit buah semangka kemudian disaring dengan kainflannel,

filtrat yang diperoleh ditampung

3. Pembuatan Sabun Cair

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Ditimbang bahan-bahan fase air yaitu sari kulit buah semangka,

propilenglikol, metil paraben, polisorbat 80 dan aquadest sesuai

perhitungan bahan.

c. Ditimbang bahan-bahan fase minyak seperti span 80 dan propil

paraben sesuai perhitungan bahan.

d. Ditimbang Na-CMC sesuai perhitungan bahan lalu ukur aqua panas

10 ml kemudian masukkan dalam mortir, dan didiamkan selama 15-20

menit (campuran I).

e. Dilebur fase minyak yaitu span 80 dan propil paraben dalam cawan

porselin sampai suhu 70C (campuran II), kemudian memanaskan

bahan fase air yaitu propilenglikol, polisorbat 80, metil paraben dan

aquadest di cawan porselin sampai suhu 70C (campuran III)


27

f. Dimasukkan sebagian campuran III serta semua campuran I dan II

secara bersamaan dalam wadah panas lalu diaduk perlahan sampai

homogen.

g. Selanjutnya ditambahkan sisa campuran III dan diaduk perlahan

sampai homogen.

h. Diteteskan - tokoferol lalu diaduk sampai homogen.

i. Dimasukkan sari kulit buat semangka dengan konsentrasi sesuai

perlakuan serta ditambahkan oleum rosae secukupnya kemudian

diaduk hingga homogen.

j. Dicukupkan dengan aquadest sampai 100 mL.

k. Dimasukkan ke dalam wadah bersih yang telah disiapkan.

l. Dilakukan uji evaluasi sediaan yaitu uji organoleptik, uji pH, uji

homogenitas dan uji viskositas sediaan sabun cair yang telah dibuat.

4. Uji kualitas Sabun Cair

a. Organoleptik

Uji organoleptik meliputi uji warna bau dan bentuk (konsistensi)

sabun cair untuk mengetahui secara fisik keadaan sabun cair.

Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan mendeskripsikan warna, bau

dan bentuk dari sediaan sabun cair, sediaan yang dihasilkan sebaiknya

memiliki warna yang menarik bau yang menyenangkan dan kekentalan

yang cukup agar nyaman dalam penggunaan (Voigt, 1994).

b. pH
28

Pada uji pH sediaan digunakan untuk mengetahui apakah pH

sabun cair sesuai dengan pH kulit. Adapun cara pengukuran pH pada

sediaan sabun cair wajah ini adalah dengan menggunakan pH meter

dengan cara, diambil sedikit sediaan sabun cair lalu dimasukkan ke dalam

gelas kimia dan diencerkan dengan aquadest pH meter dicelup ke dalam

larutan tersebut, pada pH meter akan muncul angka yang merupakan nilai

pH masing-masing sediaan tersebut.

c. Homogenitas

Pada uji homogenitas, sabun cair yang akan diuji masing-masing

dioleskan pada 3 buah obyek gelas untuk dilihat homogenitasnya. Bila

tidak terdapat butiran-butiran kasar di atas ketiga gelas obyek tersebut

maka sabun cair yang diuji homogen. Pengujian homogen ini dilihat

dengan mikroskop, pengulangan sebanyak 3 replikasi. Pengujian pertama

dilakukan setelah sehari sediaan sabun cair dibuat. Sediaan sabun cair

kemudian disimpan selama satu minggu dan diuji lagi homogenitasnya,

ada cara lain untuk menguji homogenitas sabun cair dengan cara melihat

keseragaman warna dalam basis yang sudah bercampur secara visual. Jika

warna sabun cair merata maka diasumsikan sabun cair tersebut homogen

begitu seterusnya setiap minggu selama satu bulan (Voigt, 1994).

d. Tinggi busa

Pada uji tinggi busa dilakukan dengan cara dilarutkan 1 gram

setiaan sabun cair wajah dalam 10 ml aquadest dalam tabung reaksi,

dikocok dengan kecepatan konstan selama 20 detik, diukur tinggi busa

menggunakan mistar ukur dan catat hasil yang diperoleh.


29
30

I. Diagram Alir

Buah semangka

Kulit buah semangka

Penyarian zat aktif

Pembuatan sabun cair wajah dengan variasi kadar sari kulit buah semangka

Formula A Formula B Formulasi C


a.sari kulit buah semangka 20 %
b.Natrium Lauril Sulfat 10 % a.sari kulit buah semangka 20 % a.sari kulit buah semangka 20 %
c.Polisorbat 3 % b.Natrium Lauril Sulfat 15 % b.Natrium Lauril Sulfat 20 %
c.Polisorbat 5 % c.Polisorbat 8 %

Evaluasi fisik sediaan

Uji PH Uji organoleptik Uji tinggi busa Uji homogenitas

Temuan

Hasil

Pembahasan

Kesimpulan
31

J. Analisis Data

1. Jenis data

Jenis data yang disajikan ada 2 macam yaitu:

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil pengujian.

b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari literatur yang

mendukung penelitian.

2. Teknik pengumpulan data

Data penelitian ini diperoleh dari hasil evaluasi fisik sediaan

sabun cair wajah sari kulit buah semangka.

3. Pengolahan data

Pengolahan data pada penelitian ini khusus dilakukan dengan

menggunakan metode deskriptif.

4. Pengujian Data

Data yang telah di peroleh dari hasil penelitian disajikan dalam

bentuk tabel kemudian dijabarkan dalam bentuk narasi.


32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Uji Evaluasi Fisik Formula

1. Uji Organoleptik

Hasil pengamatan uji organoleptik tiga formula sediaan sabun cair

wajah selama 4 minggu yang terdiri dari pengamatan bau, bentuk dan

warna disajikan pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Hasil pengamatan uji organoleptik (bau, bentuk, dan warna) pada
tiga formula sediaan sabun cair wajah

Pengamatan ( Minggu ke - )
Pengamatan
Formula
Organoleptik
1 2 3 4
Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas
A
Mawar Mawar Mawar Mawar
Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas
Bau B
Mawar Mawar Mawar Mawar
Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas
C
Mawar Mawar Mawar Mawar
Agak Agak Agak Agak
A
padat padat Cair Cair
Agak Agak
Bentuk B Cair Cair
padat Cair
C Cair Cair Cair Cair
Putih Kuning
A Putih Putih
kekuningan Pucat
Putih Kuning
Warna B Putih Putih
kekuningan Pucat
Putih Kuning
C Putih Putih
kekuningan Pucat
Keterangan:
A = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 10% dan Polisorbat 3%
B = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 15% dan Polisorbat 5%
C = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 20% dan Polisorbat 8%

32
33

2. Uji Homogenitas

Hasil pengamatan uji homogenitas tiga formula sediaan sabun cair

wajah selama 4 minggu disajikan pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Hasil pengamatan uji homogenitas pada tiga formula sediaan sabun
cair wajah
Homogenitas ( Minggu ke - )
Formula
1 2 3 4
A Homogen Homogen Homogen Homogen
B Homogen Homogen Homogen Homogen
C Homogen Homogen Homogen Homogen
Keterangan:
A = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 10% dan Polisorbat 3%
B = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 15% dan Polisorbat 5%
C = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 20% dan Polisorbat 8%

3. Uji pH

Hasil pengamatan uji pH tiga formula sediaan sabun cair wajah

selama 4 minggu disajikan pada tabel 8 berikut.

Tabel 8. Hasil pengamatan uji pH pada tiga formula sediaan sabun cair wajah
pH ( Minggu ke - )
Formula
1 2 3 4
Formula A 6 6 6 6
Formula B 6 6 6 6
Formula C 6 6 6 6
Keterangan:
A = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 10% dan Polisorbat 3%
B = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 15% dan Polisorbat 5%
C = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 20% dan Polisorbat 8%

4. Uji Tinggi Busa

Hasil pengamatan uji tinggi busa tiga formula sediaan sabun cair

wajah selama 4 minggu disajikan pada tabel 9 berikut.


34

Tabel 9. Hasil pengamatan uji tinggi busa pada tiga formula sediaan sabun
cair wajah
Tinggi Busa ( Minggu ke - )
Formula
1 2 3 4
Formula A 5,0 cm 5,0 cm 5,0 cm 5,0 cm
Formula B 5,0 cm 5,5 cm 5,5 cm 5,5 cm
Formula C 5,5 cm 6,0 cm 6,0 cm 6,0 cm
Keterangan:
A = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 10% dan Polisorbat 3%
B = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 15% dan Polisorbat 5%
C = Sari kulit buah semangka 20%, Natrium Lauril Sulfat 20% dan Polisorbat 8%

C. Pembahasan

Formulasi sediaan sabun cair wajah menggunakan sari kulit buah

semangka dengan penambahan surfaktan Natrium Lauril Sulfat dan Polisorbat.

Natrium lauril sulfat yaitu surfaktan anionik yang berfungsi sebagai pembersih

dan meningkatkan busa. Namun penggunaan surfaktan anionik dalam

konsentrasi yang tinggi dikuatirkan dapat mengiritasi kulit sehingga digunakan

pula surfaktan lain yang dapat menetralisir efek negatif dari surfaktan anionik,

yaitu polisorbat yaitu surfaktan nonionik dan berguna untuk mengurangi iritasi

yang disebabkan dari surfaktan anionik. sari kulit buah semangka yang diperoleh

dengan menyaring kulit buah semangka yang sebelumnya telah dihaluskan

terlebih dahulu. Sehingga diperoleh sari kulit buah semangka sebanyak 20 ml.

Selanjutnya dibuat formula sabun cair wajah dengan variasi konsentrasi natrium

lauril sulfat dan polisorbat ( Lihat tabel 4. Hal. 19 ). Selanjutnya uji evaluasi

sediaan dilakukan dengan cara :


35

1. Uji Organoleptik

Pengamatan organoleptik bertujuan untuk mengamati adanya

perubahan bau, bentuk maupun warna yang mungkin terjadi selama dalam

penyimpanan. Berdasarkan hasil pengamatan organoleptik sediaan sabun cair

wajah (Tabel 6) menunjukkan bahwa secara umum ketiga formula yang diuji

memberikan bau yang sama yaitu bau khas semangka dan tidak mengalami

perubahan bau sejak awal hingga akhir pengamatan. Ketiga formula yang

diuji tersebut menunjukkan perbedaan pada bentuknya. Bentuk dari ketiga

formula yang diuji sejak awal pengamatan sudah menunjukkan perbedaan,

yaitu formula A dan B berbentuk agak padat sedangkan formula C berbentuk

cair.

Bentuk dari formula C tersebut tidak mengalami perubahan

hingga pengamatan minggu keempat, sedangkan formula B terlihat

mengalami perubahan bentuk dari agak padat menjadi agak cair pada

pengamatan minggu kedua dan akhirnya berubah menjadi cair pada minggu

selanjutnya. Formula A merupakan formula yang dianggap cukup stabil

karena mampu mempertahankan konsistensi bentuknya yaitu agak padat

selama dua minggu pengamatan, walaupun pada pengamatan minggu

berikutnya mengalami perubahan bentuk menjadi agak cair.

Selain perubahan bau dan bentuk, dalam uji organoleptik juga

diamati perubahan warna ketiga formula sediaan yang diuji. Umumnya ketiga

formula tersebut memberikan warna yang sama pada awal pengamatan yaitu

warna putih yang bertahan hingga minggu kedua, namun pada minggu ketiga,

warna ketiga formula berubah menjadi putih kekuningan dan minggu


36

berikutnya menjadi kuning pucat sehingga secara umum perubahan warna

yang terjadi akibat terjadinya reaksi oksidasi oleh udara sehingga perlu

ditingkatkan konsentrasi zat pengoksidasi. Berdasarkan pengamatan

organoleptik, dapat diketakan bahwa ketiga formula yang diuji cukup stabil.

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas bertujuan untuk melihat apakah masing-

masing formula sudah homogen dengan tidak meninggalkan partikel-partikel.

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel dioleskan pada kaca

transparan dan diamati apakah masih mengandung partikel-partikel.

Berdasarkan hasil pengamatan keadaan homogenitas (Tabel 7) menunjukkan

bahwa sediaan ketiga formula yang diuji dalam keadaan homogen karena

tidak ditemukan adanya butiran-butiran kasar pada ketiga formula hingga 4

minggu penyimpanan. Hal ini disebabkan karena sediaan yang dibuat

mengandung surfaktan. Selain sebagai zat pembersih, surfaktan juga berguna

sebagai zat pengemulsi untuk menstabilkan sediaan.

3. Uji pH

Pengamatan pH bertujuan untuk mengamati adanya perubahan pH

yang mungkin terjadi selama penyimpanan, yang dilakukan dengan

mengukur pH sediaan menggunakan alat pH meter. Keadaan pH ini erat

hubungannya dengan stabilitas zat aktif, efektifitas pengawet dan keadaan

kulit. Hasil pengamatan pH menunjukkan bahwa ketiga formula memberikan

pH yang sama yaitu pH 6,0 dan tidak mengalami perubahan selama 4 minggu

penyimpanan yang mengindikasikan bahwa zat aktif bersifat stabil dalam


37

penyimpanan. Selain itu, pH 6,0 dianggap aman untuk penggunaan pada kulit

manusia karena sesuai dengan standar pH kulit normal, yaitu antara 4,5-6,5.

4. Uji Tinggi Busa

Uji tinggi busa dilakukan untuk mengetahui kemampuan sabun

cair untuk menghasilkan busa terhadap air suling, yang dilakukan dengan

cara melarutkan 1 gram sediaan sabun cair wajah dalam 10 ml aquadest

dalam tabung reaksi, kemudia dikocok dengan kecepatan konstan selama 20

detik, lalu diukur tinggi busa yang terbentuk.

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 9 menunjukkan bahwa

formula A tidak menunjukkan perubahan tinggi busa sejak dari minggu

pertama hingga minggu keempat penyimpanan sehingga dianggap memiliki

tinggi busa yang stabil. Perubahan tinggi busa hanya terlihat pada formula B

dan C, yang terjadi pada minggu kedua hingga keempat. Perbedaan

kemampuan membusa pada ketiga formula yang diuji tidak terlepas oleh

adanya perbedaan konsentrasi surfaktan yang digunakan khususnya Natrium

lauril sulfat, dimana dalam penelitian ini konsentrasi Natrium lauril sulfat

tertinggi terdapat pada formula C.

Hasil pengukuran tinggi busa ini mencerminkan kemampuan suatu

deterjen untuk menghasilkan busa. Pengukuran tinggi busa merupakan salah

satu cara untuk pengendalian mutu suatu produk deterjen agar sediaan

memiliki kemampuan yang sesuai dalam menghasilkan busa. Tidak ada

syarat tinggi busa minimum atau maksimum untuk suatu sediaan, karena

tinggi busa tidak menunjukkan kemampuan dalam membersihkan. Hal ini


38

lebih terkait pada persepsi psikologis dan estetika yang disukai oleh

konsumen.

Berdasarkan serangkaian hasil pengujian stabilitas sediaan sabun

cair wajah sari kulit buah semangka dapat diketahui bahwa sari kulit buah

semangka dapat diformula menjadi sabun cair wajah dengan penambahan

surfaktan Natrium lauril sulfat dan Polisorbat.


39

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Sari kulit buah semangka dapat diformulasi menjadi sabun cair wajah dengan

penambahan surfaktan Natrium lauril sulfat dan Polisorbat.

2. Sediaan sabun cair wajah sari kulit buah semangka yang paling baik adalah

formula A dengan penambahan natrium lauril sulfat 10% dan polisorbat 3%

dibandingkan formula B dan C.

B. Saran

1. Perlu dilakukan uji kesukaan produk sabun cair wajah sari kulit buah

semangka.

2. Perlu dilakukan uji efektivitas antioksidan sabun cair wajah sari kulit buah

semangka dengan menggunakan metode peredaman DPPH.

38
40

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, S. dan AV. Rao. 2000. Tomato Likopen and its Role in Human Health and
Chronic Diseases. Can Med Assoc J. Vol. 163

Aisyah, S., A. Suryani, dan TC. Sunarti. 2011. Produksi Surfaktan Alkil
Poliglikosida (APG) dan Aplikasinya pada Sabun Tangan Cair. Jurnal Tek.
Ind. Pert., Vol. 20(2),

Anjani, S. 2013. Pengaruh Proporsi Kulit Semangka dan Tomat terhadap Hasil Jadi
Masker Wajah Berbahan Dasar Tepung Beras. e-Journal, Volume 02 Nomor
03 Tahun 2013.

Brady, JE. 1999. Kimia Universitas: Asas dan Structure. Jilid 1 Edisi Kelima.
Binarupa aksara. Jakarta.

Clinton, SK. 1998. Lycopene: Chemistry, Biology, and Implications for Human
Health and Disease. J.Nutr. Vol. 56

Davis, RH. 1984. Extraction of Avocado Oil from Avocados. United Sates Patent
No. 4,444.763.

Denli, RS., Adha, dan DN. Rahman. 2010. Konversi Lignin Menjadi Surfaktan.
PKM-Penelitian, Institut Teknologi Bandung.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Elias, PM., KR. Feingold, and JW. Fluhr, 2003. Skin as an Organ of Protection in
Freedberg et al (eds). Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 6th
ed. Mc.Graw-Hill Med Publ. Dev. Vol 1.

Faizatun, Kartiningsih, Liliyana. 2008. Formulasi Sediaan Sampo Ekstrak Bunga


Chamomile dengan Hidroksi Propil Metil Selulosa sebagai Pengental. Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia, April 2008,.

Fessenden, RJ., and JS. Fessendent. 1982. Kimia Organik. Jilid II. Erlangga.

Hambali, E., A. Suryani, dan M. Rifai, 2005, Membuat Sabun Transparan untuk Gift
dan Kecantikan, Penebar Swadaya, Jakarta.

Handayani, H.C.A.P. 2009. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol 96%


Biji Alpukat (Perseae americana Mill) terhadap Formulasi Sabun Padat
Transparan. [Skripsi] Program Studi Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Indrawati, T., dan Wulandari. 2011. Stabilitas Sabun Cair Wajah yang Mengandung
Susu Kambing dengan Variasi Kokamide DEA. Program Studi Farmasi,
Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila. Jakarta.
41

Kibbe, A.H. 2000. Hand Book Of Pharmaceutical Exipient. American


Pharmaceutical Association : Washington.

Lubis, N. 2013. Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Buah Mahkota Dewa


(Phaleria macrocarpa) sebagai Antiseptic Pada Sabun Mandi Cair (Body
Foam). Prosiding SNYuBe.

Mahataranti, N., I.Y. Astuti, dan B. Asriningdhiani. 2012. Formulasi Shampo


Antiketombe Ekstrak Etanol Seledri (Apium graveolens L.) dan
Aktivitasnya terhadap Jamur Pityrosporum ovale. Jurnal Pharmacy, Vol.09
No. 02 Agustus 2012.

Mercado, JDR., G. Marjan, BA. Gilchrest, and RM. Russell. 1995. Skin Lycopene is
Destroyed Preferentially Over -Carotene During Ultraviolet Irradiation in
Humans. American Institute of Nutrition. Vol. 95

Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Elsevier Science B.V. Amsterdam-


Netherlands.

Murray, AC., J. Thomas, P. Cassidy, K. Robinette, N. Jenkins, RF. Scott, SL.


Wolfram, E. Samlowski and D. Grossman. 2007. N-Acetylcysteine Protects
Melanocytes Against Oxidative Stress/Damage and Delays Onset of UV-
Induced Melanoma in Mice. Clin Cancer Res, Vol. 19.

Nagao, T., N. Ikeda, and S. Warnakulasuriya. 2000. Serum Antioxidant


Micronutrients and the Risk of Oral Leukoplakia among Japanese. Oral
Oncology. Vol. 36.

Noor, SU., dan D. Nurdyastuti. 2009. Lauret-7-Sitrat sebagai Detergensia dan


Peningkat Busa pada Sabun Cair Wajah Glysine soja (Sieb.) Zucc. Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia.

Nurama, Y. dan Suhartiningsih. 2014. Pengaruh Penambahan Sari Belimbing Wuluh


terhadap Sifat Fisik Sediaan Sabun Wajah Berbentuk Cair. e- Journal.
Volume 03 Nomer 01 Tahun 2014,

ONeil, MJ. 2006. The Merck Index. An Encyclopedia of Chemicals, Drugs and
Biologicals. 14th Edition. N.J., USA : Merck & Co., Inc,.

Parasuruam, KS. 1995. Soap and Detergents. Publising company : New Delhi.

Perdanakusuma, DS. 2007. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Plastic
Surgery Departement, Airlangga University School of Medicine.

Rosen, M.J. 1989. Surfactants anda Interfacial Phenomena, 2nd Ed. Wiley, New
York.

Rosen, M.J. 1992. Mixed Surfactant Systems, P.M.Holland and D.N.Rubingh, eds.
American Chemical Society, Washington D.C.
42

Rowe, C.R., Paul J.S. dan Marian E.Q. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Edisi Keenam. Washington: Pharmaceutical Press

Rukmana, I. H. R. 1994. Budi Daya Semangka Hibrida. Kanisius

Shi, J., and M. Le Maguer. 2000. Lycopene in Tomatoes: Chemical and Physical
Properties Affected by Food Processing. J.Biotech. Vol. 20(4).

Standar Nasional Indonesia 06-3532-1994. 1994. Sabun Mandi. Dewan


Standarisasi Nasional. Jakarta.

Standar Nasional Indonesia 06-4085-1994. 1995. Sabun Mandi Cair. Dewan


Standarisasi Nasional. Jakarta.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Semangka Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.

Sobir, F. 2010. Budidaya Semangka. Bogor : Penebar Swadaya.

Tadmor, Y. 2005. Comparative Fruit Colouration in Watermelon and Tomato.


J.Food Int. Vol. 38

Tang, M., dan V. Suendo. 2011. Pengaruh Penambahan Pelarut Organik terhadap
Tegangan Permukaan Sabun. Prosiding Simposium Nasional Inovasi
Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011) 22-23 Juni 2011, Bandung,
Indonesia.

Tranggono, RI., Latifah, dan Fatma. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta. Gramedia pustaka Utama.

Voigt. R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadah Mada University Press:
Yogyakarta.

Wasitaatmadja, SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas


Indonesia.
23
24

Lampiran 1. Perhitungan bahan kombinasi sari buah semangka


a. Formulasi A konsentrasi 20%
20
Sari kulit buah semangka = 100 x 100 = 20 ml

10
Natrium lauril sulfat = 100 x 100 = 10 ml

Tween = X

Span =5X

(X*15) + (5-X) x 4,3 =10 x 5

(X*15) + 21,5 4,3x = 50

(X*15) - 4,3x 50 -21,5

15x 4,3x = 28,5

10,7x = 28,5

28,5
X = 10,7 = 2,66 gram (tween)

Span = 5 2,66 = 2,34 gram


0,12
Metil paraben = x 100 = 0,12 gram
100

0,02
Propil paraben = x 100 = 0,02 gram
100

0,5
tolxoferol = 100 x 100 = 0,5 gram

0,5
Oleum rosae = 100 x 100 = 0,5 gram

10
Propilenglikol = 100 x 100 = 10 gram

5
Na-CMC = 100 x 100 = 5 gram

Aquadest = 100 - (20+ 10 + 3 + 2 + 0,12 + 0,02 + 0,5 + 0,5 + 10 + 5)

= 100 51,14

= 48,86 ml
25

b. Formulasi B konsentrasi 20%


20
Sari kulit buah semangka = 100 x 100 = 20 ml

15
Natrium lauril sulfat = 100 x 100 = 15 gram

Tween = x

Span = 10 x

(x*15) + (10 x) x 4,3 = 10 x 10

(x*15) + 43 - 4,3 = 100

(x*15) - 4,3 = 43 100

15x 4,3x = 57

10,7x = 57

57
X = 10,7 = 5,32 gram (tween)

Span = 10 5,32 = 4,68 gram


0,12
Metil paraben = x 100 = 0,12 gram
100

0,02
Propil paraben = x 100 = 0,02 gram
100

0,5
tolxoferol = 100 x 100 = 0,5 gram

0,5
Oleum rosae = x 100 = 0,5 gram
100

10
Propilenglikol = 100 x 100 = 10 gram

5
Na-CMC = 100 x 100 = 5 gram

Aquadest = 100 (20 + 15 + 5 + 5 + 0,12 + 0,02 + 0,5 + 0,5 + 10 + 5)

= 100 61,14

= 38,86 ml
26

c. Formulasi C konsentrasi 20%


20
Sari kulit buah semangka = 100 x 100 = 20 ml

20
Natrium lauril sulfat = 100 x 100 = 20 gram

Tween = x

Span = 15 x

(x*15) + (15 x) x 4,3 = 10 x 15

(x* 15) + 64,5 4,3x = 150

(x*15) 4,3x = 150 64,5

15 x 4,3x = 85,5

10,7x = 85,5

85,5
X= = 7,99 gram (tween)
10,7

Span = 15 -7,99 = 7,01 gram


0,12
Metil paraben = x 100 = 0,12 gram
100

0,02
Propil paraben = x 100 = 0,02 gram
100

0,5
- tolxoferol = 100 x 100 = 0,5 gram

0,5
Oleum rosae = 100 x 100 = 0,5 gram

10
Propilenglikol = 100 x 100 = 10 gram

5
Na-CMC = 100 x 100 = 5 gram

Aquadest = 100 ( 20 + 20 + 8 + 7 + 0,12 + 0,02 + 0,5 + 0,5 + 10 + 5)

= 100 71,14

= 28,86 ml
27

Lampiran 2. Gambar Buah Semangka (Citrullus Vulgaris)

Lampiran 3. Gambar Sediaan


28

Lampiran 4. Gambar Alat pH Universal

Lampiran 5. Gambar Tinggi Busa


29

Lampiran 6. Gambar Homogenitas

Lampiran 7. Gambar Dokumentasi Penelitian


30

YAYASAN BINA HUSADA KENDARI


AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI
Jalan Sorumba No.11c Kendari Sulawesi Tenggara 93117/Tlp./Fax. 0401-3190193

LAPORAN HASIL UJI


NAMA : NIKE YANTI M.
NIM : F.11.072
JUDUL : Formulasi Sediaan Sabun Cair Wajah Menggunakan Kulit Buah
Semangka (Citrullus Vulgaris) Dengan Kombinasi Surfaktan
Natrium Lauril Sulfat Dan Polisorbat

TANGGAL : JUNI - JULI 2014

1. Uji Organoleptik
Pengamatan Pengamatan Minggu ke...
Formulasi
Organoleptik 1 2 3 4
Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas
A
Mawar Mawar Mawar Mawar
Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas
Bau B
Mawar Mawar Mawar Mawar
Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas
C
Mawar Mawar Mawar Mawar
Agak Agak Agak Agak
A
padat Padat cair Cair
Bentuk Agak Agak
B Cair Cair
padat Cair
C Cair Cair Cair Cair
Putih Kuning
A Putih Putih
kekuningan pucat
Putih Kuning
Warna B Putih Putih
kekuningan pucat
Putih Kuning
C Putih Putih
kekuningan pucat
(sumber : Data Primer, 2014)
31

2. Uji pH

Formula Ph
(Minggu ke)
I II III IV

A 6 6 6 6
B 6 6 6 6
C 6 6 6 6
(Sumber : Data Primer, 2014)

3. Uji Homogenitas
Homogenitas
Formula (Minggu ke)
I II III IV
A Homogen Homogen Homogen Homogen
B Homogen Homogen Homogen Homogen
C Homogen Homogen Homogen Homogen
(Sumber : Data Primer, 2014)

4. Uji Tinggi Busa

Formula Tinggi busa


(Minggu ke)
I II III IV

A 5 cm 5 cm 5 cm 5 cm
B 5 cm 5,5 cm 5,5 cm 5,5 cm
C 5,5 cm 6 cm 6 cm 6 cm
(Sumber : Data Primer, 2014)
32

Data yang terlampir diatas merupakan data yang benar-benar diperoleh pada

waktu melakukan penelitian di Laboratorium Tekhnologi Farmasi Akademi

Farmasi Bina Husada Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kendari, 15 Juli 2014

Menyetujui , Mengetahui ,
Laboran Laboratorium Farmasetika Kepala Laboratorium Farmasetika

Muh. Sadam Safutra, Amf Drs. Adami


33

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Nike Yanti Maramis

Tempat tanggal Lahir : Kendari, 27 Maret 1993

Agama : Islam

Alamat : Btn. Batu Marupa

Pendidikan :

SD Negeri 3 Baruga Kendari : Tahun 1999 - 2005

SMP Negeri 9, 1 lasolo & 10 Kendari : Tahun 2005 - 2008

SMA Negeri 2 Kendari : Tahun 2008 2011

Pengalaman :
- Telah mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 10 hari di, PT. Sari

Ayu, PT. Kalbe, PT. Lafial Jakarta, PT. Sanbe, Rumah Sakit Umum Provinsi

(RSUP) Dr.Hasan Sadikin Bandung dan PT. Sido Muncul Semarang

- Telah Mengukuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 2 minggu di Apotek,

Puskesmas, Rumah Sakit Bayangkara, PBF Kimia Farma, Gudang Farmasi,

Dan Balai POM Provinsi Sulawesi Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai