Anda di halaman 1dari 11

BAB III

PEMBAHASAN

A. Produk Layanan Kiriman Internasional PT. Pos Indonesia (Persero)


Dalam menghadapi ketatanya persaingan pada bisnis pelayanan jasa, PT.
Pos Indonesia dituntut untuk bisa melayani keperluan penggiriman barang
pelanggan secara maksimal, karena semakin banyak perusahaan pelayanan
jasa seperti JNE, JNT, TIKI yang semakin memberikan inovasi produk
layanan yang beragam.. Maka kantor pos harus bisa bersaing dengan
memberikan kualitas dan produk layanan penggiriman yang lebih baik. PT.
Pos Indonesia (Persero) memiliki dua produk layanan kiriman internasional
yaitu; produk layanan prioritas dan produk layanan non prioritas.
1. Produk Layanan Prioritas
a. Express Mail Service (EMS)
Layanan pengiriman dokumen dan barang dengan waktu
tempuh kiriman H+3 sampai dengan H+5, ke 227 negara
tujuan.
Tingkat berat kiriman yang dapat diterima sampai dengan 100
kg.
Layanan ini tersedia Kantorpos tertentu.
Jejak lacak status kiriman.
b. Paket Cepat Internasional
Layanan pengiriman barang dengan waktu tempuh kiriman
H+6 sampai dengan H+10.
Tingkat berat yang dilayani sampai dengan 30 kg ke 211
negara tujuan
Layanan ini telah tersedia di seluruh Kantorpos di Indonesia.
Jejak lacak status kiriman.
c. Pos Ekspor

13
14

Layanan pengiriman barang ke luar negeri khusus untuk


pengusaha UKM, yang telah melakukan kerjasama dengan PT.
Pos Indonesia (Persero).
Waktu tempuh kiriman H+4 sampai dengan H+8
Menjangkau 277 negara
Tingkat berat kiriman yang diterima diatas 10kg sampai
dengan 300kg
Diberikan layanan khusus antara lain : packaging, fumigasi,
pick-up service, pengurusan dokumen ekspor
Jejak lacak status kiriman
d. Pos Tercatat Internasional
Layanan pengiriman dokumen dan barang dengan waktu
tempuh kiriman H+6 sampai dengan H+10, ke 215 negara
tujuan.
Tingkat berat yang dilayani sampai dengan 3 kg
Layanan ini telah tersedia di seluruh Kantorpos di Indonesia.
Jejak lacak status kiriman.
2. Produk Layanan Non Prioritas
a. Paket Biasa Internasional
Layanan pengiriman barang dengan waktu tempuh kiriman
H+30 sampai dengan H+90
Tingkat berat yang dilayani sampai dengan 30 kg ke 167
negara tujuan
Layanan ini telah tersedia di seluruh Kantorpos di Indonesia.
b. Pos Udara Internasional
Layanan pengiriman dokumen dengan waktu tempuh kiriman
H+5 sampai dengan H+10, ke 189 negara tujuan
Tingkat berat yang dilayani sampai dengan 2 kg
Layanan ini telah tersedia di seluruh Kantorpos di Indonesia.
15

Pelunasan pengiriman menggunakan prangko


Tidak disediakan fitur lacak status kiriman.
B. Ketentuan Bea Cukai Impor Barang Kirimian Internasional.
Kantor Pos melayani pengiriman paket pos dari dan ke luar daerah pabean
Indonesia oleh sebab itu Kantor Pos harus memenuhi persyaratan tertentu agar
menjadi Kantor Pos Lalu Bea. Persyaratan itu antara lain menyediakan tempat
khusus untuk pemeriksaan paket pos oleh Otoritas Bea Cukai dan diawasi
oleh Bea Cukai. Menurut Dasar Hukum: UU No.17 Tahun 2006 (UU No.17
Tahun 2006), Barang Kiriman dari Luar Negeri dilakukan pemeriksaan
barang oleh Petugas Bea dan Cukai disaksikan Pegawai Kantor Pos. Tempat
pemeriksaan pada Kantor Pos Lalu Bea adalah bertemunya kewajiban Kantor
Pos dibidang fiskal dengan Otoritas Bea Cukai dan ditempat itu Bea Cukai
melakukan pemeriksaan dengan Pencacahan Paket Kantor Pos (PPKP) dan
mengelola dokumen pabean lainnya seperti PP22A (sebagai Pemberitahuan
Umum Pabean) dan PP22B sebagai rekapitulasi PPKP yang diserahkan ke
Kantor Pos untuk diserahkan ke alamat tujuan paket pos dan menerima
pembayaran bea masuk dan pajak pajak lainnya.
Kantor Bea Cukai pada Kantor Pos disamping melakukan pemeriksaan
kiriman barang paket pos juga berkewajiban melakukan monitoring realisasi
penerimaan bea masuk dan pajak pajak lainnya. Monitoring dilakukan untuk
memastikan realisasi pembayaran bea masuk dan pajak pajak lainnya dan
memonitor kemungkinan penolakan si penerima (alamat tujuan paket)
menerima paket pos karena alasan tidak sanggup bayar bea masuk dan pajak
pajak lainnya dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut bila dikirim kembali
atau dimusnahkan (karena alasan rusak atau busuk). Untuk membantu
pencegahan penyelundupan narkoba atau barang sejenisnya Bea Cukai
menggunakan alat bantu dalam bentuk mesin pemindai (scanner).
1. Pungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor :
a. Bebas pungutan bea masuk dan pajak atas kiriman pos dari luar
negeri dengan nilai barang kiriman dibawah FOB 100 USD.
16

b. Dipungut bea masuk dan pajak apabila nilai barang kiriman lebih
dari FOB 100 USD FOB 1500 USD. Tarif bea masuk ditetapkan
sebesar 7,5%
(Dasar Hukum: Peraturan Menteri Keuangan, Nomor
182/PMK.04/2016)
2. Pembatasan BKC (Rokok, Minuman Beralkohol, dan Etil Alkohol)
a. Minuman beralkohol maksimal 350 ml
b. Sigaret maksimal 40 batang
c. Hasil tembakau lainnya maksimal 40 gram dan selebihnya harus
dimusnahkan
d. Cerutu maksimal 10 batang
(Dasar Hukum: Peraturan Menteri Keuangan 109/PMK.04/2010)
3. Kiriman / importasi yang dilarang :
a. Narkotika dan Psikotropika.
Narkotika, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (UU 35/2009), adalah zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-
Undang ini.
Sedangkan, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika (UU 5/1997), pengertian
psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
17

b. Kosmetika, Suplemen yang telah memiliki edar di Indonesia, dan


Suplemen selain untuk pengobatan (misalnya suplemen
pelangsing, penambah stamina, pembentuk otot, dll)
c. Barang Pornografi. Misalnya CD, DVD, Film, Buku, Sex Toys dan
sebagainya.
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai moral, etika, akhlak mulia, dan kepribadian luhur
bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menghormati kebinekaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta melindungi
harkat dan martabat setiap warga negara. Globalisasi dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi, telah memberikan
andil terhadap meningkatnya pembuatan, penyebarluasan,
dan penggunaan pornografi yang memberikan pengaruh
buruk terhadap moral dan kepribadian luhur bangsa
Indonesia sehingga mengancam kehidupan dan tatanan
sosial masyarakat Indonesia. Berkembangluasnya
pornografi di tengah masyarakatjuga mengakibatkan
meningkatnya tindak asusila dan pencabulan. Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah
mengisyaratkan melalui Ketetapan MPR RI Nomor
VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa
mengenai ancaman yang serius terhadap persatuan dan
kesatuan bangsa dan terjadinya kemunduran dalam
pelaksanaan etika kehidupan berbangsa, yang salah satunya
disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila,
pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, sehingga
18

diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk mendorong


penguatan kembali etika dan moral masyarakat Indonesia.
Pengaturan pornografi yang terdapat dalam peraturan
perundangundangan yang ada, seperti Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Nomor
43 Tahun 1999 tentang Pers, Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2002 tentang Penyiaran, dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak kurang
memadai dan belum memenuhi kebutuhan hukum serta
perkembangan masyarakat sehingga perlu dibuat undang-
undang baru yang secara khusus mengatur pornografi.
Pengaturan pornografi berasaskan Ketuhanan Yang Maha
Esa, penghormatan terhadap harkat dan martabat
kemanusiaan, kebinekaan, kepastian hukum,
nondiskriminasi, dan perlindungan terhadap warga negara.
Hal tersebut berarti bahwa ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini adalah:
1. menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang bersumber pada
ajaran agama;
2. memberikan ketentuan yang sejelas-jelasnya tentang
batasan dan larangan yang harus dipatuhi oleh setiap warga
negara serta menentukan jenis sanksi bagi yang
melanggarnya; dan
3. melindungi setiap warga negara, khususnya perempuan,
anak, dan generasi muda dari pengaruh buruk dan korban
pornografi. Pengaturan pornografi dalam Undang-Undang
ini meliputi (1) pelarangan dan pembatasan pembuatan,
penyebarluasan, dan penggunaan pornografi; (2)
perlindungan anak dari pengaruh pornografi; dan (3)
pencegahan pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan
19

pornografi, termasuk peran serta masyarakat dalam


pencegahan. Undang-Undang ini menetapkan secara tegas
tentang bentuk hukuman dari pelanggaran pembuatan,
penyebarluasan, dan penggunaan pornografi yang
disesuaikan dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan,
yakni berat, sedang, dan ringan, serta memberikan
pemberatan terhadap perbuatan pidana yang melibatkan
anak. Di samping itu, pemberatan juga diberikan terhadap
pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi dengan
melipatgandakan sanksi pokok serta pemberian hukuman
tambahan. Untuk memberikan perlindungan terhadap
korban pornografi, Undang-Undang ini mewajibkan kepada
semua pihak, dalam hal ini negara, lembaga sosial,
lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, keluarga,
dan/atau masyarakat untuk memberikan pembinaan,
pendampingan, pemulihan sosial, kesehatan fisik dan
mental bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku
pornografi. Berdasarkan pemikiran tersebut, Undang-
Undang tentang Pornografi diatur secara komprehensif
dalam rangka mewujudkan dan memelihara tatanan
kehidupan masyarakat Indonesia yang beretika,
berkepribadian luhur, dan menjunjung tinggi nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan
martabat setiap warga negara. (Dasar Hukum: UU
Pornografi No.44 Tahun 2008)
d. Barang-barang bekas
20

4. Barang-Barang yang pemasukannya ke Indonesia diatur khusus oleh


intansi terkait.
a. Handphone / alat dan perangkat telekomunikasi sejenisnya
diizinkan masuk ke Indonesia paling banyak 2 unit dan tidak untuk
diperdagangkan.
(Dasar Hukum Permendag Nomor 82/M-DAG/PER/12/2012)
b. Benih/biji, tumbuhan, hewan dan sejenisnya, harus dilengkapi
dengan sertifikat
Phytosanitary dari negara asal dan izin dari Menteri
pertanian.
Pengeluaran atas benih/ biji melalui pemeriksaan karantina
(Dasar Hukum: UU No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,
Ikan dan Tumbuhan)
c. Obat tradisional, suplemen, produk olahan, kosmetik, dan alat
kesehatan memerlukan izin dari BPOM/Kemenkes
d. Senjata Api (asli maupun mainan tertentu) dan bagiannya.
(Dasar Hukum: Perpu No. 20 Tahun 1960 Dan Kep. Kapolri No.
Skep 82/11/2004 Jo.R/13/I/2005)
e. SNI dari Kementerian Perindustrian untuk jenis barang tertentu
seperti : mainan, velg, ban
f. Pakaian jadi paling banyak 10 pcs
C. Pendistribusian Barang Kiriman Impor
Proses kegiatan dalam pendistribusian barang kiriman impor. Proses ini
dimulai dari datangnya barang kiriman impor dan pemberian pajak putusan
yang dilakukan oleh pihak bea cukai yang terdapat di kantor pos sampai
barang tersebut siap atau ready diambil oleh penerima barang (konsumen)
atau kurir antaran kantor pos. Berikut langkah-langkah dalam pendistribusian
barang kiriman internasional.
1. Pemindahan barang dari loading ke tempat pos lalu bea
21

Tahap pertama dalam pendistribusian barang kiriman internasional


adalah pemindahan barang dari tempat loading ke tempat pos lalu bea.
Disini barang kiriman dari Kantor Pos Pasar Baru Jakarta atau Kantor Pos
Besar Surabaya masuk ke tempat loading barang yang ada di Kantor Pos
Malang. Setelah barang masuk, kemudian dilakukannya sortir barang.
Sortir barang dilakukan dengan tujuan untuk membedakan apakah barang
tersebut termasuk produk layanan EMS (Express Mail Service), Paket,
Register, atau Bungkusan. Lalu setelah barang disortir langsung dibawa ke
tempat Pos Lalu Bea.
2. Sortir Barang dan Proses Penimbangan Barang.
Setelah barang masuk ke tempat Pos Lalu Bea, barang tersebut
ditimbang apakah berat barang sesuai dengan berat barang aslinya ketika
berada di Kantor Pos Pusat sebelum masuk ke Kantor Pos Malang. Disini
tujuan dari penimbangan barang adalah untuk mengetahui apakah barang
masih memiliki berat yang sesuai dalam informasi data barang. Banyak
kasus yang terjadi ketika barang sampai di Kantor Pos Malang, namun
barang tersebut dalam kondisi berat yang tidak sesuai dengan informasi
data barang yang diperoleh. Setelah barang ditimbang lalu dilakukannya
kemabali sortir barang untuk membedakan layanan pengiriman barang
tersebut.
3. Melakukan Input Data
Setelah barang melalu proses sortir dan penimbangan, kemudian data
barang tersebut akan di input melalui aplikasi kiriman impor kantor pos.
Tujuan dilakukannya Input Data adalah untuk mengetahui data-data
penerima barang kiriman, untuk memberikan bea masuk pada kiriman,
dan sebagai data untuk pengambilan barang. Setelah selesai dalam
melakukan input data, kemudian petugas pos melakukan cetak kertas
invoice. Invoice adalah berupa kertas pemberitahuan kepada si penerima
barang untuk melakukan konfirmasi/crosscheck pada barang yang
bersangkutan antara lain seperti; biaya, isi, dan barang.
22

4. Pemeriksaan Bea Cukai


Setelah barang melalui proses Input Data, kemudian barang tersebut
diperiksa oleh pihak bea cukai. Dalam pemeriksaan menggunakan 2 cara
yaitu; pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dengan mengunakan alat bantu
mesin pemindai (scanner). Pada pemeriksaan fisik, barang yang diperiksa
cenderung memiliki ukuran yang cukup besar karena perlu adanya
pemeriksaan secara detail, sedangkan pemeriksaan dengan alat bantu
mesin pemindai (scanner) cenderung barang yang memilik ukuran yang
kecil atau sedang. Pemeriksaan menggunakan mesin penindai (scanner)
untuk membantu pencegahan penyelundupan narkoba atau barang
sejenisnya.
5. Pembungkusan Barang, Pemberian Label dan Kertas Invoice.
Ini merupakan bagian terakhir dalam pendistribusian impor barang
kiriman internasional. Pada bagian ini barang yang sudah dilakukan
pemeriksaan oleh petugas bea cukai kemudian dikembalikan lagi kepada
petugas pos untuk dilakukannya pembungkusan barang. Namun sebelum
barang dibungkus, petugas pos menuliskan barcode yang tertera pada
barang tersebut ke label putih yang bertujuan untuk memudahkan ketika
melakukan pencarian barang. Setelah barcode itu ditulis pada label
kemudian barang tersebut dibungkus menggunakan shield dan lebel
beserta kertas cetak invoice untuk menandakan barang tersebut sudah
ready atau siap untuk diambil oleh si penerima barang. Barang yang sudah
ready biasanya bisa langsung di ambil oleh si penerima barang di loket
pengambilan barang atau bisa diberikan kepada kurir antaran atau bisa
juga diberikan ke KPC (Kantor Pos Cabang).
D. Hambatan yang terjadi di PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Malang
Bagian Pos Internasional.
Masalah yang sering dihadapi pada bagian Pos Internasional adalah
kurangnya tenaga kerja yang berada disana, karena ketika barang kiriman
internasional yang datang teralu banyak atau overload tenaga kerja yang
23

berada disana sangat kesulitan dalam pendistribusian barang sehingga bisa


memakan waktu yang cukup lama, padahal barang tersebut seharusnya sudah
siap atau ready. Masalah ini sering terjadi ketika hari libur panjang. Di bagian
Pos Internasional hanya mempunyai empat karyawan saja.

Anda mungkin juga menyukai