Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

K OMUNIKASI PEMBANGUNAN

Keputusan Kolektif, Keputusan Kekuasaan dan Konesekuen si Inovasi

Oleh :
Kelas: D
Kelompok: 9

Khansa Nabila 200110160271


Clara E.B Sagala 200110160272
Vina Ristiani Nurmalia 200110160273
Himat Maulana Agnan 200110160274
M Ghaisan Fatul B 200110160275

Umar Fadli Ibrahim 200110260276

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul Keputusan Kolektif,
Keputusan Kekuasaan, Dan Konsekuensi Inovasi dapat tersusun. Salawat serta
salam tak lupa penyusun sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang
mengubah dari zaman kejahilan hingga zaman penuh ilmu dan kecerdasan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada matakuliah komunikasi
pembangunan. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak (nama dosaen). selaku dosen pembimbing matakuliah
komunikasi pembangunan dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Semoga dengan disusunnya makalah ini, bisa memberikan manfaat bagi
pembacanya. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penyusun agar
penyusun dapat membuat makalah lebih baik lagi.

Sumedang, November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................1

BAB II
PEBAHASAN........................................................................................................................
2.1 Keputusan Kolektif...............................................................................................
2.2 Keputusan Kekuasaan..........................................................................................
2.3 Konsekuensi Inovasi.............................................................................................

BAB III
PENUTUP...............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

ii
I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya ilmu pengetahuan membuat terciptanya penemuan-


penemuan baru. Penemuan tersebut bisa berupa teknologi, budaya dan
sebagainya. Penemuan baru tersebut lebih dikenal dengan inovasi. Inovasi
tersebut akan dimulai dari timbulnya ide-ide baru sampai ide-ide tersebut dapat
diterima dimasyarakat. Proses pengenalan inovasi sampai diterimanya inovasi
tersebut di masyarakat sangatlah panjang dan kompleks.

Inovasi yang diperkenalkan akan menimbulkan keputusan dari masyarakat


apakah inovasi tersebut ditolak atau diterima. Ditolak atau diterimanya sebuah
inovasi sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, tingkat pendidikan dari anggota
masyarakatnya. Semakin anggota masyarakatnya memiliki orientasi kedepan
maka semakin mudah inovasi diterima.

Dalam peternakan inovasi yang masuk sangat banyak, tetapi inovasi


tersebut tidak semua peternak menerima, beberapa peternak memilih tidak
menerima inovasi karena inovasi dianggap akan mengganggu kebiasaan turun
temurun. Selain itu inovasi akan diterima atau ditolak bergantung juga pada
kebijakan dari pemerintah. Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh maka
inovasi yang diperkenalkan akan melewati beberapa tahap penyeleksian. Setelah
inovasi tersebut masuk dalam peternak akan ada konsekuensi dari inovasi yang
diterapkan tersebut apakah berdampak baik atau buruk. Oleh karena itu
banyaknya inovasi yang masuk dalam dunia peternakan kita harus memahami,
mengaplikasikan mengenai materi keputusan kolektif, keputusan kekuasaan, dan

1
konsekuensi inovasi agar kita tidak terjebak atau salah menerapkan inovasi yang
akan digunakan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu keputusan kolektif dan bagaimana prosesnya?

2. Apa itu keputusan kekuasaan dan bagaimana prosesnya?

3. Apa itu keputusan konsekuensi inovasi dan bagaimana prosesnya?

4. Bagaimana hubungan materi dengan kasus dalam kehidupan masyarakat?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian keputusan kolektif dan prossesnya

2. Untuk mengetahui pengertian keputusan kekuasaan dan prossesnya

3. Untuk mengetahui pengertian konsekuensi inovasi dan prossesnya

4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan materi dengan kasus dalam


kehidupan masyarakat.

2
II

PEMBAHASAN

2.1 Keputusan Kolektif

Keputusan inovasi kolektif adalah keputusan untuk menerima atau


menolak inovasi yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial
melalui konsensus. Proses ini melibatkan lebih banyak individu. Pengambilan
keputusan inovasi kolektif ini prosesnya lebih panjang atau banyak memakan
waktu.

Misalnya, atas kesepakatan warga masyarakat di setiap RT untuk tidak


membuang sampah di sungai, yang kemudian disahkan pada rapat antar ketua RT
dalam suatu wilayah RW. Maka konsekuensinya semua warga RW tersebut harus
mentaati keputusan yang telah dibuat tersebut, walaupun mungkin secara pribadi
masih ada beberapa individu yang masih merasa keberatan. Dalam tahap ini
seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah yang diambilnya, dan
menarik keputusannya sendiri jika diperoleh informasi yang bertentangan dengan
informasi semula. Orang yang merasa didalam dirinya terdapat sesuatu yang tidak
sesuai atau tidak selaras disebut disonansi,dalam hubungannya dengan difusi
inovasi, usaha mengurangi disonansi dapat terjadi:

1 Apabila seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha


mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.

2 Apabila seseorang mengetahui tentang inovasi dan bersikap menyenangi


inovasi tersebut, tetapi belum memutuskan keputusan untuk menerima
inovasi tersebut.
3 Setelah seseorang menetapkan menerima atau menolak inovasi tersebut.

3
2.2.1 Tahap-tahap dalam proses keputusan inovasi kolektif

1. Stimulasi, merupakan minat ke arah kebutuhan akan ide-ide baru.

2. Inisiasi, yaitu ide-ide baru ke dalam sistem sosial.

3. Legitimasi, yaitu ide-ide baru yang ditimbulkan oleh pemegang


kekuasaan.

2.2.2 Partisipasi Dalam Keputusan Kolektif

Partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam proses


pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi tersebut berhubungan positif dengan
kepuasan mereka terhadap keputusan inovasi kolektif. ini berarti semakin tinggi
partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan, semakin besar pula
tingkat kepuasan mereka terhadap keputusan.

Anggota sistem sosial lebih puas dengan keputusan kolektif jika mereka
merasa terlibat dalam pembuatan keputusan itu karena:

a. Dengan ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, anggota itu


mengetahui bahwa sebagian besar anggota dalam sistem juga ingin
melaksanakan keputusan itu. Jika seseorang anggota tahu bagaimana
dukungan kelompok terhadap keputusan, dia mungkin menjadi lebih puas.

b. Keputusan untuk menerima atau menolak lebih sesuai dengan kebutuhan


anggota sistem jika mereka ikut ambil bagian dalam pembuatan keputusan
tersebut.

c. Partisipasi yang luas memungkinkan para pemuka pendapat di dalam


sistem dapat menduga apa yang diinginkan oleh sebagian besar anggota
terhadap keputusan yang akan di ambil. dengan demikian posisi para

4
pemuka pendapat lebih mantap dan para anggota terdorong untuk mentaati

keputusan dengan rasa puas.

2.2.3 Penerimaan Anggota Terhadap Keputusan Inovasi Kolektif

Penerimaan anggota terhadap keputusan inovasi kolektif berhubungan


positif dengan tingkat partisipasi mereka, semakin banyak mereka berpartisipasi
dalam proses pembuatan keputusan kolektif semakin besar penerimaan mereka
terhadap keputusan. Penerimaan anggota terhadap keputusan inovasi kolektif juga
berhubungan positif dengan kohesi anggota dengan sistem sosial. Kohesi adalah
tingkat keterikatan anggota dengan sistem sosial menurut persepsinya sendiri.
Orang yang merasa sangat terikat atau punya ikatan kuat dengan kelompok akan
merasa lebih terdorong untuk merubah kepercayaan atau tingkah lakunya jika
kelompok menginginkan.

2.2.4 Paradigma Pengambilan Keputusan Inovasi Kolektif

1. Stimulasi minat kearah kebutuhan akan ide-ide baru (oleh stimulator).

2. Inisiasi ide-ide baru ke dalam system social (oleh inisiator).

3. Legitimasi ide baru (oleh pemegang kekuasaan atau legitimator).

4. Keputusan untuk melaksanakan penggunaan ide baru (oleh anggota sistem


sosial).

5. Tindakan atau pelaksanaan penerapan ide baru di masyarakat (oleh


anggota sistem sosial).

a. Stimulasi

- Ada orang yang sadar bahwa sistem sosial membutuhkan inovasi


tertentu.

5
- Anggota sistem sosial belum anggap penting inovasi.

- Stimulator biasanya orang dari luar sistem atau anggota sistem yang
berorientasi ke luar.

- Stimulator lebih kosmopolit.

- Keahlian stimulator terletak pada kompetensinya mengenai inovasi dan


berorientasi pada pesan.

b. Inisiator

- Ide baru mulai diperhatikan oleh anggota sistem sosial dan disesuaikan
dengan kebutuhan sistem.

- Inisiator membuat rancangan penggunaan inovasi dalam sistem sosial


dengan menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

- Inisiator lebih mengenal liku-liku sistem dan berorientasi pada sistem


(penerima pesan inovasi).

- Antara inisiator dan stimulator harus ada jalinan komunikasi yang baik
(dalam beberapa kasus stimulator bertindak pula sebagai inisiator).

c. Legitimasi

- Inovasi disetujui oleh orang-orang yang secara informal mewakili


sistem sosial dalam norma-norma dan nilai-nilainya dan dalam
kekuasaan sosial yang mereka miliki.

- Peranan legitimator sebagai penyaring ide yang akan dikukuhkan1.

- Kecepatan adopsi inovasi kolektif berhubungan positif dengan tingkat


keterlibatan legitimator sistem sosial itu dalam proses pengambilan
keputusan.

6
- Status sosial legitimator lebih tinggi daripada anggota sosial lainnya.

d. Partisipasi

- Tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam proses pengambilan


keputusan.

- Warga masyarakat mengambil keputusan untuk bertindak (menerima


atau menolak inovasi) bisa melalui referendum, pengajuan petisi, rapat
umum atau dengar pendapat, dsb.

2.2 Keputusan Kekuasaan

Keputusan kekuasaan adalah keputusan yang dihasilkan oleh organisasi


formal misalnya birokrasi pemerintahan, pabrik, sekolah dan sebagainya. Proses
ini menyangkut penyebaran suatu inovasi ke dalam suatu organisasi formal yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada organisasi tersebut. Keputusan
kekuasaan adalah tekanan terhdap seseorang oleh orang lain yang berada dalam
posisi atasan. Seseorang (unit adopsi) diperintah oleh seseorang yang lebih tinggi
kekuasaannya untuk menerima atau menolak inovasi. Di sini seseorang tidak lagi
bebas menentukan pilihannya dalam proses keputusan inovasi. Jadi struktur
kekuasaan sistem sosial berpengaruh terhadap seseorang agar ia mengikuti
keputusan yang telah diambil oleh atasan.

a. Penerimaan anggota terhadap keputusan inovasi kolektif berhubungan


positif dengan partisipasi dan dengan kohesi anggota dengan sistem sosial.

b. Kohesi adalah tingkat keterikatan anggota dengan sistem sosial menurut


persepsinya sendiri.

7
Ada dua macam unit yang terlibat dalam proses keputusan kekuasaan,

yaitu :

a. Unit adopsi, yakni seseorang, kelompok atau unit yang mengadopsi


inovasi.

b. Unit pengambil keputusan, yakni seseorang, kelompok atau unit yang


posisi kekuasaannya lebih tinngi dari unit adopsi dan yang membuat
keputusan akhir apakah unit adopsi harus menerima atau menolak
inovasi.

2.2.1 Paradigma Pengambilan Keputusan Inovasi Kekuasaan

Terdiri dari dua tahap/fase dalam pengambilan keputusan inovasi


kekuasaan, yaitu:

1. Fase pembuat keputusan:

- Pengenalan kebutuhan untuk berubah dan inovasi.

- Persuasi dan penilaian terhadap inovasi oleh unit pengambilan


keputusan.

- Keputusan berupa penerimaan atau penolakan oleh unit pengambilan


keputusa.

2. Fase implementasi keputusan:

- Komunikasi keputusan kepada unit-unit adopsi dalam organisasi

- Tindakan atau implementasi keputusan pengadopsian atau penolakan


inovasi oleh unit adopsi.

8
2.2.2 Ciri-ciri yang membedakan keputusan kekuasaan dengan bentuk

keputusan lainnya

1. Seseorang tidak bebas menentukan pilihannya dalam menerima atau


menolak inovasi.

2. Pembuatan keputusan dan pengadopsiannya dilakukan oleh orang atau unit


yang berbeda.

3. Unit pengambil keputusan menduduki posisi kekuasaan lebih tinggi dalam


sisitem sosial daripada unit adopsi.

4. Karena hubungan hirarkhis, unit pengambil keputusan dapat memaksa unit


adopsi untuk neyesuaikan diri dengan keputusan.

5. Keputusan inovasi kekuasaan lebih sering terjadi dalam organisasi formal.

2.2.3 Proses Keputusan Kekuasaan

a. Tahap Pengenalan

Ini merupakan tahap paling penting dalam proses keputusan kekuasaan.

Pada tahap ini pengambil keputusan mengetahui adanya inovasi. Pengenalan


terhadap suatu inovasi itu mungkin karena dikomunikasikan oleh bawahan
kepada atasan. Bawahan kemudian menunggu persetujuan resmi dari unit
pengambil keputusan. Unit pengambil keputusan juga dapat memperoleh
pengetahuan mengenai inovasi dari sumber di luar orgnisasi seperti konsultan
yang memainkan peranan yang menentukan dalam membangkitkan kebutuhan
untuk berubah dalam sistem formal.

- Unit pengambilan keputusan mengetahui adanya inovasi (bisa karena


informasi dari bawahan atau arus inovasi ke atas).

9
- Penyaringan informasi ke atas sering terjadi pada organisasi yang
otokratis.

- Sumber-sumber luar dapat menjadi katalis bagi perubahan organisasi


formal.

b. Persuasi

Tahap persuasi ditandai dengan pencarian informasi lebih banyak lagi

termasuk penilaian terhadap biaya, kelayakan, kemungkinan pelaksanaan, dan


sebagainya yang hakikatnya pada tahap ini organisasi sedang mengadakan
suatu percobaan hipotetis.

Jika dapat menaksir lebih tepat konsekuensi-konsekuensi inovasi, maka


akan dapat lebih baik dalam memutuskan manakah inovasi yang akan diambil
dan mana yang akan dibuang.

- Ditandai dengan pencarian informasi lebih banyak termasuk penilaian


terhadap biaya, kelayakan dan kemungkinan pelaksanannya

- Lambatnya organisasi menerima inovasi karena keuntungan ekonomis


atau psikologis tidak segera tampak dan data hasil adopsi sulit dicari.

c. Keputusan

Setelah unit mengambil keputusan mencari tahu lebih jauh mengenai

inovasi itu dan telah menilainya berdasarkan kemamfaatan yang tampak,


kelayakannya dan konsekuensi- konsekuensi yang diharapkan, pada tahap ini
unit menetapkan untuk menerima atau menolak inovasi itu.

10
d. Komunikasi

Tahap komunikasi merupakan suatu tahap yang menentukan, karena

pengadopsian atau penolakan suatu inovasi tidak dapat dilaksanakan sebelum


ada perintah kepada unit adopsi untuk melaksanakannya.

- Keputusan unit untuk menerima atau menolak inovasi

- Unsur yang terpenting adalah tingkat partisipasi unit adopsi dalam


pembuatan keputusan

- Penerimaan seseorang terhadap keputusan kekuasaan berhubungan


positif dengan partisipasinya dalam pembuatan keputusan

- Penyampaian keputusan unit yang telah memilih alternatif inovasi


yang diterima kepada bawahan

- Informasi harus dioperasikan melalui arus turun dari atasan ke


bawahan mengikuti pola kekuasaan dalam posisi hirarkhi unit adopsi

- Dalam organisasi yang otritatif pesan-pesan ke bawah diterima dengan


penuh kecurigaan, kesalahpahaman, dan penolakan

- Dalam organisasi yang partisipatif komunikasi ke bawah lebih mudah


diterima

e. Tindakan

Yang dimaksud tindakan dalam hal ini yaitu tahap dimana penggunaan

inovasi mulai dilaksanakan oleh unit adopsi juga merupakan tahap akhir
dalam keputusan inovasi kekuasaan. Pada tahap ini akan tampak jelas
konsekuensi yang berupa tingkah laku baik itu menyenangkan maupun
mengecewakan.

11
Seiring dengan berjalannya waktu, ada kecenderungan seseorang untuk
merubah sikap mereka (suka atau tidak suka) yang tidak cocok dengan
tindakan yang dituntut oleh organisasi atau melanjutkan pengadopsian atau
penolakan inovasi tetapi menyelewengkan atau merubah inovasi itu
sedemikian rupa sehingga cocok dengan sikap mereka. Kecenderungan yang
terakhir ini seseorang tetap mempertahankan sikapnya semula.

- Tahap di mana pengguanaan inovasi oleh unit pengadopsi mulai


dilaksanakan. Akan tampak tingkah laku disonan dan konsonan

- Disonansi inovasi: ketidakcocokan sikap anggota terhadap inovasi


(menerima atau menolak inovasi) yang dituntu oleh unit pengambilan
keputusan

- Konsonan: sikap anggota yang selaras dengan tuntutan atasan

- Dalam keputusan inpovasi kekuasaan ada situasi kompliansi seseorang


menerima pengaruh orang lain, mau mengikuti orang lain, karena
mengharapkan memperoleh imbalan dari orang tersebut.

12
Alur Proses Keputusan Kekuasaan

1. PENGENALAN tentang kebutuhan


untuk berubah dan inovasi.

2. PERSUASI dan penilaian terhadap


Fase pembuatan
inovasi oleh unit pengambilan keputusan.
keputusan

3. KEPUTUSAN berupa penerimaan atau


penolakan inovasi oleh unit pengambil
keputusan

4. KOMUNIKASI keputusan kepada unit-


unit adopsi dalam organisasi

Fase implementasi
5. TINDAKAN atau impelementasi keputusan
keputusan: pengadopsian atau penolakan
inovasi oleh unit adopsi

2.2.4 Pendekatan dalam Perubahan Organisasional

a. Konsekuensi dari keputusan inovasi kekuasaan adalah terjadinya


perubahan pada organisasi formal yang bersangkutan

b. Ada dua pendekatan yang berbeda:

- Otoritatif (instruksi): keputusan dibuat oleh penguasa secara sepihak.


Biasa dibuat oleh pucuk pimpinan

- Partisipatif: di mana terdapat interaksi dua arah antara pihak eksekutif


yang memprakarsai perubahan dengan orang-orang yang terkena
perubahan. Kekuasaan untuk membuat keputusan dialokasi kepada
pihak yang terlibat dalam perubahan organisasional sesuai dengan level

13
dalam struktur organisasi, yang berarti disini ada pendelegasian
wewenang, tidak terpusat pada pimpinan tertinggi.

3.1 Konsekuensi Inovasi

Konsekuensi inovasi adalah suatu dampak yang mengikuti proses adopsi


suatu inovasi (Purwanto, 2000). Dalam mempekirakan konsekuensi atau akibat
dari inovasi adalah pekerjaan sulit. Ide-ide baru di masyarakat seringkali diterima
berdasar kepercayaan atau keyakinan bukannya berdasarkan alasan-alasan
rasional atas dasar pertimbangan tentang konsekuensinya. Akibatnya telah dapat
diduga, bahwa walaupun banyak inovasi dalam berbagai bidang telah diupayakan,
tetapi hanya sedikit terjadi perubahan. Banyak ide-ide baru yang dipromosikan
dan diadopsi, tetapi pembaharuan atau perbaikan di berbagai bidang tetap belum
nampak hasilnya. Banyak inovasi di masyarakat memilki tingkat keuntungan
relatif yang rendah. Meskipun inovasi demikian diadopsi oleh banyak orang,
namun kemudian ditinggalkan.

Penyebarluasan inovasi biasanya didasarkan asumsi bahwa konsekuensi


atau akibat inovasi itu akan positif. Para agen pembaharuan berasumsi bahwa
inovasi itu merupakan kebutuhan klien atau masyarakat, oleh karena itu
penyebarluasan atau diseminasinya dianggap sebagai hal yang wajar, dan ia
menaruh harapan bahwa difusinya akan berhasil.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial sebagai hasil
dari adopsi atau penolakan inovasi.

1. Konsekuensi fungsional (yang diinginkan) x konsekuensi fungsional (tidak


diinginkan)

2. Konsekuensi langsung x konsekuensi tidak langsung

14
3. Konsekuensi yang tampak (manifest x konsekuensi yang tidak tampak
(latent)

Agen pembaharu dan pengambilan keputusan inovasi perlu tahu tentang


unsur-unsur pokok inovasi:

1. Bentuk inovasi: sesuatu yang dapat diamati langsung dalam penampilan


fisik

2. Fungsi inovasi: kegunaan suatu inovasi

3. Makna inovasi: persepsi anggota-anggota sistem sosial terhadap inovasi.

Tanggung jawab atas konsekuensi inovasi:

1. Pengambilan keputusan harus jeli terhadap inovasi yang akan disampaikan

2. Agen pembaharu perlu memberikan masukan yang sebanyak mungkin


kepada pengambil keputusan

3. Anggota masyarakat harus peka terhadap inovasi yang diberikan.

2.3.1 Klasifikasi Konsekuensi Inovasi

Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi pada individu atau sistem


sosial sebagai akibat dari mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Terdapat tiga
klasifikasi dari konsekuensi, masing-masing klasifikasi tersebut merupakan suatu
kontinum yang memiliki dua kutub berlawanan. Klasifikasi berbagai konsekuensi
inovasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
1. Konsekuensi diharapkan dan tidak diharapkan

Konsekuensi yang diharapkan adalah suatu inovasi mempunyai pengaruh

fungsional sesuai dengan keinginan individu atau sistem sosial. Sedangkan

15
konsekuensi yang tidak diharapkan adalah suatu dampak yang timbul padahal
hal tersebut tidak dikehendaki.

Konsekuensi fungsional adalah akibat-akibat dari penyebaran suatu


inovasi dalam suatu sistem sosial yang sesuai dengan keinginan dari
pengadopsi. Akibat-akibat itu memiliki konotasi yang positif. Sebaliknya
konsekuensi disfungsional adalah akibat-akibat dari pengadopsian inovasi
yang tidak diinginkan oleh pengadopsi.
2. Konsekuensi langsung dan tidak langsung

Konsekuensi langsung adalah suatu inovasi mempunyai pengaruh yang

segera terhadap individu atau suatu sistem sosial, sedangkan konsekuensi


tidak langsung adalah inovasi yang memberikan pengaruh yang tidak
segera.Konsekuensi langsung suatu inovasi menghasilkan perubahan-
perubahan sistem sosial yang terjadi sebagai respon segera penyebaran suatu
inovasi.

Konsekuensi tidak langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem


sosial yang terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung suatu inovasi yang
masih memerlukan upaya tambahan dan prosesnya masih memerlukan waktu
yang lebih lama.

Konsekuensi langsung sebuah inovasi merupakan perubahan pada individu


atau sistem sosial yang terjadi secara langsung dari sebuah inovasi. Sedangan
konsekuensi atau akibat tidak langsung merupakan perubahan pada individu
atau sistem sosial yang terjadi sebagai hasil dari konsekuensi langsung suatu
inovasi.

16
3. Konsekuensi diantisipasi dan tidak diantisipasi

Konsekuensi yang diantisipasi adalah konsekuensi yang telah diperkirakan

sebelumnya, sedangkan konsekuensi yang tidak diantisipasi adalah dampak


ikutan yang muncul kemudian setelah adopsi atau menolak inovasi.
Konsekuensi yang tidak diantisipasi bisa bersifat positif, bisa pula bersifat
negatif. Konsekuensi ini juga disebut sebagai konsekuensi yang nampak dan
yang latent.

Konsekuensi yang nampak adalah perubahan-perubahan yang terlihat dan


dikehendaki oleh anggota sistem sosial yang mengadopsi suatu inovasi.
Contoh yang tanpak dari suatu pengadopsian suatu inovasi misalnya : adanya
pengembangan keterampilan kerja baru bagi orang yang menerapkan
penggunaan gergaji mesin untuk memotong kayu. Sedangkan konsekuensi
yang latent adalah perubahan-perubahan yang tidak tampak dan tidak
dikehendaki oleh anggota suatu sistem sosial. Semakin maju dan modern suatu
inovasi, akan semakin banyak pula menghasilkan konsekuensi baik
konsekuensi yang nampak maupun yang tidak tampak.

Konsekuensi yang terantisipasi merupakan perubahan yang berkenaan


dengan inovasi yang diketahui dan diingingkan atau dimaksud oleh para
anggota sistem sosial. Konsekuensi yang tidak terantisipasi merupakan
perubahan dari sebuah inovasi yang tidak diketahui dan diinginkan atau
dimaksud oleh para anggota sistem sosial.

2.3.2 Mengantisipasi berbagai Konsekuensi Inovasi

Suatu peubahan sosial terjadi melalui proses mulai dari penemuan,


penyebaran, dan akibat atau konsekuensi. Meskipun masalah inovasi penting,

17
tetapi ternyata penelitian tentang akibat-akibat inovasi ini masih sedikit sekali,
meneliti apalagi memperkirakan konsekuensi atau akibat inovasi termasuk
pekerjaan yang sulit. Meskipun sulit bukan berarti hal itu tidak mungkin
dilakukan, hanya saja untuk melakukannya diperlukan keterampilan, ketekunan,
dan kerja keras.

Ide-ide baru di masyarakat seringkali diterima berdasar kepercayaan atau


keyakinan dan bukannya berdasarkan atas alasan-alasan rasional atas dasar
pertimbangan tentang konsekuensinya. Akibatnya telah dapat diduga, bahwa
walaupun banyak inovasi dalam berbagai bidang telah diupayakan, tetapi hanya
sedikit terjadi perubahan kearah yang positif. Banyak ide-ide baru yang
dipromosikan dan diadopsi, tetapi pembaharuan atau perbaikan di berbagai bidang
tetap belum nampak hasilnya, atau justru merugikan. Kebanyakan inovasi itu
hanya aneh-aneh dan mengada-ada, dan setelah pengadopsiannya meluas, timbul
kesulitan dalam mengukur pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas kehidupan
di masyarakat. Banyak inovasi di masyarakat memiliki tingkat keuntungan yang
relatif rendah. Meskipun inovasi demikian diadopsi oleh orang banyak, namun
kemudian biasanya segera ditinggalkan setelah masyarakat menyadari pengaruh
negatifnya.

Pada umumnya penyebarluasan suatu inovasi didasarkan pada asumsi


bahwa konsekuensi atau akibat inovasi itu akan positif. Para agen pembaharuan
berasumsi bahwa inovasi itu merupakan kebutuhan klien, karena itu
penyebarluasan atau diseminasinya adalah dianggap sebagai hal yang wajar atau
bahkan keharusan. Agen pembaharuan mengharapkan pemasyarakatan ide baru
yang dilakukannya akan berhasil. Mereka umumnya berharap bahwa konsekuensi

18
inovai itu terjadi dalam jangka waktu yang sesegera mungkin, dan dengan hasil

nyata.

1. Mengantisipasi Konsekuensi yang Tidak Diharapkan/disfungsional


Apabila inovasi membawa konsekuensi fungsional maka akibat-akibat dari

penyebaran suatu inovasi dalam suatu sistem sosial yang sesuai dengan
keinginan dari pengadopsi. Akibat-akibat yang dirasakan dari adopsi inovasi
tersebut memiliki konotasi yang positif, menguntungkan atau berguna.
Sebaliknya konsekuensi disfungsional adalah akibat-akibat dari pengadopsian
inovasi yang tidak diinginkan oleh pengadopsi.

Konsekuensi disfungsional, perlu diantisipasi sebelum terjadi. Apabila


setelah beberapa waktu kemudian sesuatu inovasi dapat dirasakan akibatnya
yang negatif maka pihak inovator perlu segera memperoleh masukan untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya. Biasanya diperlukan suatu
penelitian yang cermat utnuk memperoleh bahan masukan untuk membuat
keputusan terus atau tidaknya kegiatan difusi.

2. Mengantisipasi Konsekuensi yang Tidak Langsung

Konsekuensi langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem sosial

yang terjadi sebagai respon segera setelah penyebaran suatu inovasi.


Konsekuensi tak langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem sosial
yang terjadi sebagai hasil konsekuensi tak langsung atau tidak segera terjadi
setelah suatu inovasi diadopsi.

Suatu hal yang terpenting disadari oleh inovator dan agen pembaharuan
adalah bahwa sebelum semua dampak jangka panjang dari suatu inovasi

19
terjadi, semuanya telah dikaji, diteliti, dan disiapkan solusi atau jalan
keluarnya.

3. Mengantisipasi Konsekuensi yang Tidak Dapat Diantisipasi


Konsekuensi ada yang nampak nyata dan ada pula yang tidak segera
nampak. Konsekuensi yang nampak atau manifest adalah perubahan-

perubahan yang telihat dan dikehendaki oleh anggota sistem sosial yang

mengadopsi suatu inovasi.

Semakin penting, semakin maju, dan semakin modern suatu inovasi, akan
semakin banyak menghasilkan konsekuensi, sebagian adalah konsekuensi
yang tampak (nyata) dan sebagian lagi yang tidak nampak. Di dalam suatu
sistem sosial terjadinya suatu perubahan pada suatu bidang akan
mempengaruhi keseluruhan komponen sistem sosial tersebut. Suatu inovasi
yang canggih dalam suatu bidang tak lagi akan membawa dampak atau
konsekuensi yang akan mempengaruhi bidang-bidang yang lain dalam sistem
sosial tersebut.

20
III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Keputusan inovasi kolektif adalah keputusan untuk menerima atau


menolak inovasi yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem
sosial melalui konsensus.

2. Keputusan kekuasaan adalah keputusan yang dihasilkan oleh organisasi


formal misalnya birokrasi pemerintahan, pabrik, sekolah dan sebagainya.
Proses ini menyangkut penyebaran suatu inovasi ke dalam suatu organisasi
formal yang menyebabkan terjadinya perubahan pada organisasi tersebut.

3. Konsekuensi inovasi adalah suatu dampak yang mengikuti proses adopsi


suatu inovasi. Dalam mempekirakan konsekuensi atau akibat dari inovasi
adalah pekerjaan sulit. Ide-ide baru di masyarakat seringkali diterima
berdasar kepercayaan atau keyakinan bukannya berdasarkan alasan-alasan
rasional atas dasar pertimbangan tentang konsekuensinya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. 1988 . Inovasi Pendidikan. Depdikbud Dirjendikti. Jakarta.


Purwanto. 2000. Difusi Inovasi. STIA-LAN. Jakarta
Rogers, Everet M. 2003 Diffusion of Innovation. Free Press. New York Wibowo,
Sigit . 2011. Silabus Difusi dan Inovasi Pembelajaran. UIA. Jakarta. Yunasaf,
Unang. 2013. Komunikasi Pembangunan Suatu Rangkuman. Universitas
Padjadjaran: Sumedang.

22

Anda mungkin juga menyukai