Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Memahami prinsip analisa dengan menggunakan UV-VIS
Mampu mengoperasikan alat UV-VIS
Mampu mempersiapkan sampel dengan cermat
Menganalisa sampel seperti kadar besi dalam air

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Spektrofotometri
Suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacum
phototube atau tabung foton hampa. Dengan menggantikan mata manusia dengan detektor-
detektor radiasi lain, dimungkinkan studi absorbsi (serapan) diluar daerah spektrum
tampak, dan seringkali eksperimen spektrofotometri dilakukan secara automatik. Dalam
penggunaan dewasa ini, istilah spektrometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan
energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi,
demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang
tertentu. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang digunakan
untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi.

1.2.2 Spektrofotometri UV-Visible


Spektrofotometri UV-Visible adalah bagian teknik analisa spektroskopi yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak
(380-780 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer (Mulja, Muhammad ; 1995).
Prinsip kerja dari spektrofotometri UV-Visible adalah penyerapan cahaya oleh
molekul-molekul. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Visible
(tampak) karena mereka mengandung elektron, baik berpasangan maupun sendiri yang
dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, panjang gelombang bila mana absorpsi
itu terjadi, bergantung pada kekuatan elektron itu terikat dalam molekul. Elektron dalam
suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan diperlukan radiasi berenergi tinggi
atau panjang gelombang rendah untuk eksitasinya.
Spektrofotometri UV-Visible dapat menentukan penentuan terhadap sampel yang
berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan
beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain:
1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada
struktur molekulnya dan tidak berwarna
2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisa
3. Kemurniannya harus tinggi untuk dianalisa
Spektrofotometri UV-Visible melibatkan energi elektromagnetik cukup besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga Spektrofotometri UV-Visible lebih banyak dipakai
untuk analisa kuantitatif dibanding analisa kualitatif.

1.2.3 Hukum Lambert Beer


Analisis dengan spektrofotometri UV Visible selalu melibatkan pembacaan
absorbansi radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnetik yang
diteruskan. Keduanya dikenal sebagai absorbansi (A) tanpa satuan dan transmitansi dengan
satuan persen (% T ). (Mulja, Muhammad;1995).
Apabila suatu radiasi elektromagnetik dikenakan pada suatu larutan dengan
intensitas radiasi semula (I0), maka sebagian radiasi tersebut akan diteruskan (I),
dipantulkan (Ip) dan diabsorpsi (Ia) sehingga :
I0 = Ip + Ia + I
Harga Ip ( 4 % ) dengan demikian dapat diabaikan karena pengerjaan dengan metode
spektrofotometri UV Visible dipakai larutan pembanding sehingga :
I0 = Ia+ I
Bouguer, Lambert dan Beer membuat formula secara matematik hubungan antara
transmitansi atau absorbansi terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang akan
dianalisa dan tebal larutan yang mengabsorpsi sebagai :
A=bC
It
T = I0 = 10 bC
1
A = log T = b C
Dimana:
T = persen transmitansi
I0 = intensitas radiasi yang datang
It = intensitas radiasi yang diteruskan
= absorsivitas molar ( L mol-1cm-1)
C = konsentrasi
b = tebal larutan
A = absorbansi

1.2.4 Proses Pengabsorbsian Cahaya


Proses pengabsorbsian cahaya, baik UV maupun Visible, terutama terjadi karena
pengeksitasi elektron-elektron yang terikat, sehingga panjang gelombang dari puncak
absorpsi akan sangat ditentukan oleh jenis ikatan yang ada dalam molekul yang diamati.
Pengasorbsian pada daerah UV dan Visible, terutama sekali terbatas untuk gugus-gugus
fungsi yang mempunyai elektron-elektron valensi dengan energi eksitasi rendah.
Spektra serapan dapat diperoleh dengan mengunakan sampel dalam berbagai bentuk:
gas, lapisan tipis cairan, larutan dalam berbagai pelarut, dan bahkan zat padat. Kebanyakan
kerja analitis melibatkan larutan, dan mengembangkan pemberian kuantitatif dari
hubungan antara konsentrasi suatu larutan dan kemampuan menyerap radiasi. Tingkat
kejadian absorbsi juga bergantung pada jarak yang dilewati radiasi melewati larutan itu.
Serapan juga bergantung pada panjang gelombang radiasi dan sifat dasar spesies molekul
dalam larutan.

1.2.5 Instrumentasi Spektrofotometer UV-Visible


Spektrofotometri adalah alat untuk mengukur transmitansi atau penyerapan suatu
contoh sebagai fungsi dari panjang gelombang. Selain itu juga digunakan untuk
pengukuran sederetan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal. Secara blok diagram
dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber Monokromator Sampel Detektor

Radiasi

Pengganda

Display

Gambar 1.1 Bagan optis instrumentasi UV-Visible

a. Sumber
Sumber radiasi yang digunakan untuk analisa spektrofotometri harus memenuhi
beberapa persyaratan antara lain:
1. Sumber radiasi harus menghasilkan berkas sinar dengan daya yang cukup untuk
deteksi dan pengukuran.
2. Sumber radiasi harus memberikan radiasi kontinu, yaitu bahwa spektrumnya
harus mencakup semua panjang gelombang pada daerah yang digunakan.
3. Sumber radiasi harus stabil, daya berkas radiasi harus tetap konstan pada
periode yang diperlukan untuk mengukur I dan Io.
Ada dua macam sumber radiasi :
1. Sumber radiasi sinar tampak
Sebagian besar sumber radiasi sinar tampak pada umumnya adalah lampu
tungsten. Lampu tungsten menghasilkan spektrum kontinu pada daerah antara
320 2500 nm.
2. Sumber radiasi ultra lembayung
Pada umumnya digunakan lampu deuterium yang menghasilkan intensitas
radiasi kontinu yang tinggi.Lampu deuterium kontinu pada daerah 180 375
nm.
b. Monokromator
Monokromator adalah peralatan optik yang dapat mengisolasi suatu berkas
radiasi dari sumber kontinu dengan kemurniaan spektral yang tinggi untuk
panjang gelombang manapun. Alat ini bisa diatur secara manual maupun secara
otimatik sampai diperoleh setiap panjang gelombang yang dikehendaki.
Unsur-unsur terpenting sebuah monokromatis adalah sistem celah dan unsur
dispersif.
Celah (slit)
Celah monokromator merupakan bagian yang penting dalam menentukan
unjuk kerja karakteristik dan kualitasnya. Setiap monokromator selalu dilengkapi
sepasang celah, yaitu celah masuk dan celah keluar. Keduanya berperan
menentukan sifat monokromatis sinar yang dihasilkan dan resolusi panjang
gelombang. Celah ini terdiri dari dua buah pelat logam yang telah diasah ujung-
ujungnya dengan menggunakan mesin sehingga sisi-sisinya tajam.
Harus diperhatikan bahwa kedua sisi celah benar-benar sejajar satu sama lain
dan berada pada bidang yang sama. Ada dua jenis monokromator, yang satu
menggunakan grating (kisi) sebagai pendispersi radiasi dan yang menggunakan
prisma.
Monokromator prisma
Komponen ini terbuat dari bahan kuarsa untuk daerah ultraviolet, tampak dan
infra merah dekat. Gelas menghasilkan pemilihan (resolution) yang baik pada
daerah panjang gelombang antara 350-2500 nm.
Prinsip bekerjanya suatu prisma, apabila seberkas sinar melewati antar
medium yang berbeda, seperti udara dan gelas, pembelokkan berlangsung yang
disebut rekraksi. Besarnya pembelokkan tergantung pada indeks bias gelas.
Indeks bias ini berubah-ubah dengan panjang gelombang cahaya, cahaya biru
lebih dibelokkan dari pada yang merah.
Kemurniaan spektral dari radiasi yang keluar dari monokromator tergantung
pada daya dispersif prisma dan lebar celah keluar. Pada dugaan pertama, bahwa
monokromatis dapat dideteksi dengan hanya mempersempit celah. Ternyata tak
demikian, karena celah yang sedemikian sempit mengakibatkan difraktif pada
tepinya. Hal ini hanya menciptakan suatu kehilangan energi radiasi tanpa
peningkatan kemurnian spektral.
Gambar 1.2 Dispersi Cahaya pada Prisma

Monokromator grating (kisi) dispersi radiasi ultraviolet dan tampak dapat


diperoleh dengan menjatuhkan sinar polikromatis pada grating transmisi atau pada
permukaan grating refleksi yang lebih praktis banyak digunakan. Tahap pertama
pada pembuatan grating refleksi yaitu penyediaan master grating yang dari bahan
ini dapat dibentuk banyak replika grating. Master grating terdiri dari lekukan
paralel dengan jarak rapat disusun pada permukaan keras yang telah dilapisi dengan
peralatan seperti intan.

c. Wadah Sampel (Kuvet)


Pada umumnya spektrofotometer melibatkan larutan, dengan demikian
memerlukan suatu wadah atau sel untuk menempatkan larutan di dalam sinar
spektrofotometer. Sel atau kuvet tersebut harus terbuat dari bahan yang dapat
meneruskan sinar dari daerah spektrum yang dipakai. Kaca silika biasa dapat
digunakan antar 350 3,6 nm.pada daerah 100 nm sampai daerah tampak dapat
menggunakan sel dari bahan kaca corex. Tetapi bahan demikian tidak boleh
digunakan untuk daerah ultra violet, karna bersifat menyerap sinar ultraviolet.
Sehingga untuk pengukuran daerah ultra violet dibawah 350 nm,sel harus terbuat
dari bahan kuarsa dan leburan silikat. Kedua bahan tersebut dapat digunakan juga
didaerah tampak sampai 3,6 nm, tetapi harganya cukup mahal. Bahan yang murah
seperti plastik dapat digunakan hanya untuk daerah tampak.

d. Detektor
Prinsip detektor pada spektrofotometer adalah energi foton sinar yang jatuh
mengenai dan mengubah energi tersebut menjadi suatu besaran yang dapat diukur.
Salah satu jenis detektor yang sering digunakan adalah detector foto listrik, yang
mengubah energi sinar menjadi energi listrik. Detektor yang digunakan mempunyai
beberapa sifat : mempunyai kepekaan yang tinggi, perbandingan sinyal dan noise
tinggi, dan mempunyai respon tetap pada daerah panjang gelombang pengamatan.
Disamping itu sinyal listrik yang dihasilkan oleh pengubahan harus berbanding
lurus dengan energi radiasi. (Mulja,Muhammad;1995)

1.2.6 Metode yang digunakan Dalam Analisa Kuantitatif


a. Metode satu standar
Pengukurannya berdasarkan hukum Beer, namun standar yang dipakai hanya satu,
jika tidak bisa didapatkan suatu grafik yang baik atau sesuai. Kelemahan sistem ini,
jika standar salah maka hasil analisa yang dilakukan semua akan salah.
Rumus pada larutan standar :
As = bCs
Rumus pada larutan sampel :
Ax = bCx

A
Jadi, Cx= Ax cs
s

Keterangan :
Cx = Konsentrasi sampel
As = Absorbansi larutan standar
Ax = Absorbansi sampel
Cs = Konsentrasi larutan standar
b. Metode kurva kalibrasi
Metode kurva kalibrasi/standar yaitu dengan membuat kurva antara konsentrasi
larutan standar (sebagai absis) lawan absorbansi (sebagai ordinat) di mana kurva
tersebut berupa garis lurus. Kemudian dengan cara menginterpolasikan absorbansi
larutan sampel ke dalam kurva standar tersebut dan akan diperoleh konsentrasi
larutan sampel.
Absorbansi
A= a + bC
sampel
A= Absorbansi

Absorbansi C = Konsentrsai
larutan standar
a = Intersep

Konsentrasi b = Slope
sampel

Konsentrasi larutan standar

Gambar 1.3 Kurva kalibrasi

1.2.7 Kegunaan Spektrofotometer UV-Visible


Spektrofotometer UV-Visible dapat digunakan untuk menentukan kandungan zat
organik maupun anorganik dalam suatu larutan. Absorbsi energi radiasi pada daerah
spektrum UV dan Visible tergantung terutama pada jumlah dan susunan elektron pada
molekul-molekul atau ion- ion penyerap. Pada senyawa anorganik penyerapan terjadi
bilamana ada energi level yang kosong tertutup oleh energi level yang penuh, biasanya
terbentuk dengan koordinat kovalen dengan atom lain. Absorbsi pada molekul-molekul
organik tergantung pada sebaran elektron-elektron pada molekul. Senyawa organik jenuh
tidak menunjukkan adanya absorbsi untuk daerah UV dan Visible. Senyawa dengan ikatan
ganda menyerap dengan kuat pada daerah UV. Ikatan rangkap terkonjugasi menyerap
panjang gelombang yang lebih panjang. Sistem terkonjugasi sempurna dalam sebuah
senyawa disebut chromophor dari senyawa itu.

1.2.8 Besi-Ortophenantroline
Reagensia Orto (1,10) Penantroline
Larutan besi (II) adalah senyawa anorganik, oleh karena itu maka ditambahkan
dengan larutan Orto-phenantroline untuk membentuk senyawa kompleks Fe-
Ortophenatroline sebagai reaksi berikut :
+ Fe2+ [Fe(C18H8N2)3]2+
N
N
..
..
Larutan ini berwarna jingga, dengan Orto-phenantroline sendiri bereaksi pada
konsentrasi 1 : 500.000. Sementara itu Pewarna merah yang disebabkan oleh kation
kompleks [Fe(C18H8N2)3]2+ dalam larutan yang sedikit asam (pH 2,5-3,0).
Besi (III) tak mempunyai efek dan harus direduksi dulu menjadi keadaan bivalen
dengan hidroksiamina jika reagensia hendak dipakai untuk menguji besi.
Reaksi yang terjadi pada reduksi besi (III) menjadi besi (II) dengan hidroksilamina pada
suasanan asam adalah sebagai berikut :
4 Fe3+ + 2NH2OH 4Fe2+ + N2O + H2 + 4H+
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan
Spektrofotometer UV-Visible DR/2400
Botol semprot
Bulp
Gelas kimia 100 ml, 1 L
Indikator universal
Labu ukur 50 ml, 100 ml
Pipet tetes
Pipet volume 5 ml, 10ml, 25 ml
Tabung reaksi dan rak tabung
2.1.2 Bahan yang digunakan
Aquadest
Larutan Induk Fe2+ 100 ppm
Larutan Orto phenantroline
Larutan Buffer asetat
Hidroksilamin
Sampel air

2.2 Prosedur Kerja


Pembuatan Larutan Fe2+ 10 ppm
Memipet 10 ml larutan induk Fe2+100 ppm ke dalam labu ukur 100 mL.
Menambahkan aquadest hingga tanda batas, lalu mengocoknya sampai
larutan menjadi homogen.

Pembuatan Larutan Standar Fe2+ (0,2 ppm ; 0,5 ppm ; 0,8 ppm; 1,1 ppm; dan 1,4
ppm)
Mengambil masing-masing 1 mL, 2,5 mL, 4 mL, 5,5 mL, dan 7 mL larutan
Fe2+ 10 ppm ke dalam labu ukur 100 mL.
Menambahkan masing-masing 5 mL larutan Hidroksolamin.
Menambahkan masing-masing 5 mL larutan buffer asetat dan 5 mL O-
phenantroline.
Menambahkan aquadest hingga tanda batas, lalu mengocoknya sampai
larutan menjadi homogen.
Memindahkan larutan ke dalam gelas kimia.

Pembuatan Larutan Sampel


Mempipet 25 mL air sampel dan memasukkan kedalam labu ukur 100 mL
Menambahkan 5 mL larutan Hidroksolamin.
Menambahkan 5 mL larutan buffer asetat dan 5 mL O-phenantroline.
Menambahkan aquadest hingga tanda batas, lalu mengocoknya sampai
larutan menjadi homogen.
Memindahkan larutan ke dalam gelas kimia.

Pembuatan larutan Blanko


Mempipet 5 mL larutan Hidroksolamin kedalam labu ukur 100 mL.
Menambahkan 5 mL larutan buffer asetat dan 5 mL O-phenantroline.
Menambahkan aquadest hingga tanda batas, lalu mengocoknya sampai
larutan menjadi homogen.
Memindahkan larutan ke dalam tabung reaksi.

Menentukan Absorbansi ( = 510 nm )


Menghubungkan spektrofotometer UV Visible DR/2400 dengan sumber
listrik.
Menghidupkan alat dengan menekan tombol power.
Menekan single wavelenght.
Menunggu hingga tampil dan absorbansi pada display.
Memasukkan nilai (510 nm).
Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke dalam alat uv vis dan
menutupnya sampai rapat agar tidak ada cahaya yang masuk dam
mempengaruhi analisis..
Menekan tombol zero lalu menunggu sampai muncul angka 0,000 A
(Absorbansi) dan %T = 100% pada display.
Mengeluarkan kuvet yang berisi larutan blanko lalu mengganti dengan
larutan stndar dengan konsentrasi 0,2 ppm (sebelum memasukan larutan
standar, sebaiknya kuvet dibilas dengan sedikit larutan standar yang akan
dianalisa).
Memasukkan kedalam alat uvvisible dan menutupnya, lalu menekan
Read.
Menunggu nilai absorbansi dan %T muncul pada display.
Mencatat hasil pembacaan.
Melakukan prosedur yang sama pada point 6 11 untuk larutan standar
selanjutnya(0,5;0,8;1,1;1,4 ppm).

Menentukkan Absorbansi Sampel Air pada maks


Menginput nilai maks larutan yang telah diperoleh pada alat Uv-Vis.
Memasukkan kuvet yang berisi larutan sampel pada alat Uv-Vis lalu
menekan read dan ditunggu hingga muncul nilai absorbansinya dan % T.
Mencatat hasil pembacaan.
Melakukan point 2-3 untuk sampel yang lain.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


Tabel 3.1.1 Absorbansi Larutan Standar
No. Larutan Absorbansi

Blanko 0,000
1.

Standar 0,2 ppm 0,107


2.

Standar 0,5 ppm 0,241


3.

Standar 0,8 ppm 0,360


4.

Standar 1.1 ppm 0,545


5.

Standar 1,4 ppm 0,617


6.

Tabel 3.1.2 Absorbansi Sampel


Volume Volume
No. Sampel Sampel Labu Ukur Absorbansi
(mL) (mL)
Air Sumur
25 50 0,217
1. Bor
Air s.m di
25 50 0,077
2. Loa Duri
Air s.m di
25 50 0,116
3. Samarinda
3.2 Hasil Perhitungan
Tabel 3.2.1 Konsentrasi sampel
No. Sampel Kadar Besi (ppm)

Air Sumur Bor 0,9134


1.

Air s.m di Loa Duri 0,2926


2.

Air s.m di Samarinda 0,4656


3.

3.3 Pembahasan
Pada praktikum ini, yaitu penentuan kadar Fe2+ dalam sampel air dengan metode
spektrofotometri UV-Visible, digunakan alat spektrofotometer UV-Visible DR/2400
SPEKTROFOTOMETRI. Merupakan alat yang berfungsi untuk menentukan konsentrasi
suatu zat dalam suatu sampel, berdasarkan panjang gelombang maksimum. Prinsip dasar
alat ini adalah spektrofotometri, yaitu metode analisa kimia berdasarkan serapan oleh
molekul terhadap gelombang elektromagnetik (cahaya). Sehingga, berhubungan erat
dengan absorbansi dan transmitansi. Absorbansi adalah cahaya yang dapat diserap oleh
sampel, sedangkan transmitansi adalah cahaya yang diteruskan, berarti tidak terserap.
Hubungan Absorbansi dan Transmitansi :
A = - log T
Langkah-langkah dasar yang dilakukan pada percobaan ini adalah mempersiapkan
larutan standar, larutan blanko, dan sampel dengan cermat. Kemudian mengatur panjang
gelombang maksimum yang digunakan, mengukur absorbansi dari masing-masing larutan
yang telah di persiapkan. Selanjutnya membuat kurva standar dari larutan standar yang
telah diukur absorbansinya dengan panjang gelombang maksimum dan menentukan
konsentrasi sampel yang dianalisa.
Dalam praktikum ini, langkah awal yang dilakukan adalah pembuatan larutan standar
dan larutan sampel. Larutan standar yang dibuat dari larutan larutan Fe3+ 10 ppm yaitu
sebesar 0,2 ppm, 0,5 ppm, 0,8 ppm, 1,1 ppm, dan 1,4 ppm. Sedangkan sampel yang
digunakan adalah Air Sumur Bor ; Air Sungai Mahakam di Loa Duri dan Air Sungai
Mahakam di Samarinda. Pembuatan larutan sampel diawali dengan memipet sebanyak 25
mL sampel, kemudian dimasukan kedalam labu ukur 50 mL. Selanjutnya ditambahkan
reagen-reagen. Reagen-reagen yang digunakan adalah hidroksilamin klorida, larutan buffer
asetat, dan orto phenantroline yang masing-masing volumenya sebanyak 5 mL. Kemudian
ditambahkan aquadest sampai tanda batas Penambahan reagen-reagen pada larutan sampel
dan larutan standar bertujuan sebagai berikut. Hidroksilamin klorida bertujuan untuk
mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+, buffer asetat bertujuan untuk mempertahankan pH larutan,
dan orto phenantroline berfungsi untuk pembentukan senyawa kompleks Fe phenantrolin.
Pada saat pengompleksan Fe2+ dengan orto phenantrolin yang ditandai dengan warna
merah jingga yang berarti menunjukan pembentukan kompleks Fe phenantrolin akan
distabilkan oleh buffer asetat dimana diketahui kestabilan senyawa kompleks Fe
phenantrolin berada pada pH 2-9.

Reaksi pengompleksan yang terjadi adalah sebagai berikut :

+ Fe2+ [ Fe(C18H8N 2) 3] 2+

N N
Pada percobaan ini, dilakukan pengukuran panjang gelombang maksimum dari
kompleks Fe phenantrolin. Hal ini agar kesalahan dapat diperkecil, sehingga didapatkan
hasil yang akurat dari penyerapan maksimum. Panjang gelombang yang diatur sebesar 510
nm.
Pada pengukuran absorbansi dilakukan dari langkah membuat baseline, mengukur
absorbansi larutan standar dan terakhir mengukur absorbansi larutan sampel. Baseline
dibuat dengan cara menolkan nilai absorbansi pada larutan blanko. Kemudian dilanjutkan
dengan mengukur absorbansi dari masing-masing larutan standar yang telah diukur seperti
pada Tabel 3.1.1. Dari data tersebut terlihat bahwa konsentrasi larutan standar berbanding
lurus dengan nilai absorbansinya. Dimana semakin besar konsentrasi suatu larutan,
semakin besar pula nilai absorbansinya, artinya semakin besar nilai konsentrasi larutan
maka warna yang di hasilkan akan semakin tajam dan intensitas cahaya yang diserap oleh
larutan berwarna akan semakin besar sehingga nilai absorbansinya menjadi bertambah
besar. Kurva kalibrasi larutan standar hasil pengukuran spektrofotometer Uv-Vis
ditunjukan pada gambar 1.4. Pada gambar 1.4 dapat dilihat bahwa hubungan antara
absorbansi terhadap konsentrasi akan menghasilkan garis lurus melalui titik nol. Hal ini
sesuai dengan hokum Lambert Beer.
Pada pembacaan absorbansi larutan sampel terdapat larutan yang nilai
absorbansinya dibawah absorbansi minimum yaitu sampel Air Sungai Mahakam di Loa
Duri yakni sebesar 0,077. Padahal pada larutan standar absorbansi minimumnya adalah
sebesar 0,107 (standar 0,2 ppm). Hal ini dikarenakan, pada saat preparasi larutan sampel,
sampel tersebut mengandung konsentrasi Fe yang kecil. Sehingga pada saat pengenceran
sampel, konsentrasi Fe pada larutan sampel menjadi semakin kecil. Oleh karena itu
didapatkan nilai absorbansi yang dibawah absorbansi larutan standar minimum.
Dan dengan menggunakan regresi linier diperoleh persamaan linier pada kurva
kalibrasi yaitu Y= 0,4511X + 0,011 . Dari persamaan inilah didapatkan konsentrasi Fe2+
dalam sampel air sumur bor sebesar 0,9134 ppm ; air sungai Mahakam di Loa Duri sebesar
0,2926 ppm dan air sungai makaham di Samarinda sebesar 0,4656 ppm. Berdasarkan
analisa larutan sampel yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang
memiliki konsentrasi tertinggi yaitu sampel air sumur bor dan sampel yang memiliki
konsentrasi terendah yaitu sampel air sungai Mahakamm di Loa Duri.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Persamaan kurva kalibrasi : y = 0,4511 + 0,011x , R2=0,9919
2. Konsentrasi Sampel yaitu : Air Sumur Bor = 0,9134 ppm
Air s.m Loa Duri = 0,2926 ppm
Air s.s Samarinda = 0,4656 ppm
DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J., R.C Denney. G.H. Jeffery. J. Mendham.1994.Buku Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik Edisi 4. Surabaya : EGC.
Mulja, Muhammad & Suharman. 1995. Analisis Instrumental Surabaya : Erlangga
University Press.
Tim Penyusun. 2014. Modul Ajar Praktikum Analisa Instrumen. Samarinda : Politeknik
Negeri Samarinda.
Anonim. 2019. www.academia.edu. 16 Desember 2014. 16:20
LAMPIRAN

1. Kurva Kalibrasi

Kurva Kalibrasi
0.7

0.6

0.5
Absorbansi

0.4

0.3 y = 0.4511x + 0.011


R = 0.9919
0.2

0.1

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Konsentrasi (ppm)

2. Perhitungan
2.1 Pembuatan Larutan Baku 10 ppm
V1.M1 = V2.M2
V2.M2
V1 =
M1
100 .10
=
100

= 10 mL

2.2 Pembuatan Larutan Standar


0,2 ppm
V1.M1 = V2.M2
V2.M2
V1 =
M1
50 .0,2
=
10

= 1 mL
0,5 ppm
V1.M1 = V2.M2
V2.M2
V1 =
M1
50 .0,5
=
10

= 2,5 mL
0,8 ppm
V1.M1 = V2.M2
V2.M2
V1 =
M1
50 .0,8
=
10

= 4 mL

1,1 ppm
V1.M1 = V2.M2
V2.M2
V1 =
M1
50 .1,1
=
10

= 5,5 mL
1,4 ppm
V1.M1 = V2.M2
V2.M2
V1 =
M1
50 .1,4
=
10

= 7 mL

2.3 Menentukan Konsentrasi Sampel


Persamaan garis : y = 0,4511x + 0,011
a. Sampel Air Sumur Bor
0,217 = 0,4511x + 0,011
x = 0,4567
Konsentrasi Fe(II) = x.fp
= 0,4567.2
= 0,9134 ppm
b. Sampel Air s.m Loa Duri
0,077 = 0,4511x + 0,011
x = 0,1463
Konsentrasi Fe(II) = x.fp
= 0,1463.2
= 0,2926 ppm
c. Sampel Air s.m Samarinda
0,116= 0,4511x + 0,011
x = 0,2328
Konsentrasi Fe(II) = x.fp
= 0,2328.2
= 0,4656 ppm

Anda mungkin juga menyukai