Uv-Vis 1
Uv-Vis 1
PENDAHULUAN
Radiasi
Pengganda
Display
a. Sumber
Sumber radiasi yang digunakan untuk analisa spektrofotometri harus memenuhi
beberapa persyaratan antara lain:
1. Sumber radiasi harus menghasilkan berkas sinar dengan daya yang cukup untuk
deteksi dan pengukuran.
2. Sumber radiasi harus memberikan radiasi kontinu, yaitu bahwa spektrumnya
harus mencakup semua panjang gelombang pada daerah yang digunakan.
3. Sumber radiasi harus stabil, daya berkas radiasi harus tetap konstan pada
periode yang diperlukan untuk mengukur I dan Io.
Ada dua macam sumber radiasi :
1. Sumber radiasi sinar tampak
Sebagian besar sumber radiasi sinar tampak pada umumnya adalah lampu
tungsten. Lampu tungsten menghasilkan spektrum kontinu pada daerah antara
320 2500 nm.
2. Sumber radiasi ultra lembayung
Pada umumnya digunakan lampu deuterium yang menghasilkan intensitas
radiasi kontinu yang tinggi.Lampu deuterium kontinu pada daerah 180 375
nm.
b. Monokromator
Monokromator adalah peralatan optik yang dapat mengisolasi suatu berkas
radiasi dari sumber kontinu dengan kemurniaan spektral yang tinggi untuk
panjang gelombang manapun. Alat ini bisa diatur secara manual maupun secara
otimatik sampai diperoleh setiap panjang gelombang yang dikehendaki.
Unsur-unsur terpenting sebuah monokromatis adalah sistem celah dan unsur
dispersif.
Celah (slit)
Celah monokromator merupakan bagian yang penting dalam menentukan
unjuk kerja karakteristik dan kualitasnya. Setiap monokromator selalu dilengkapi
sepasang celah, yaitu celah masuk dan celah keluar. Keduanya berperan
menentukan sifat monokromatis sinar yang dihasilkan dan resolusi panjang
gelombang. Celah ini terdiri dari dua buah pelat logam yang telah diasah ujung-
ujungnya dengan menggunakan mesin sehingga sisi-sisinya tajam.
Harus diperhatikan bahwa kedua sisi celah benar-benar sejajar satu sama lain
dan berada pada bidang yang sama. Ada dua jenis monokromator, yang satu
menggunakan grating (kisi) sebagai pendispersi radiasi dan yang menggunakan
prisma.
Monokromator prisma
Komponen ini terbuat dari bahan kuarsa untuk daerah ultraviolet, tampak dan
infra merah dekat. Gelas menghasilkan pemilihan (resolution) yang baik pada
daerah panjang gelombang antara 350-2500 nm.
Prinsip bekerjanya suatu prisma, apabila seberkas sinar melewati antar
medium yang berbeda, seperti udara dan gelas, pembelokkan berlangsung yang
disebut rekraksi. Besarnya pembelokkan tergantung pada indeks bias gelas.
Indeks bias ini berubah-ubah dengan panjang gelombang cahaya, cahaya biru
lebih dibelokkan dari pada yang merah.
Kemurniaan spektral dari radiasi yang keluar dari monokromator tergantung
pada daya dispersif prisma dan lebar celah keluar. Pada dugaan pertama, bahwa
monokromatis dapat dideteksi dengan hanya mempersempit celah. Ternyata tak
demikian, karena celah yang sedemikian sempit mengakibatkan difraktif pada
tepinya. Hal ini hanya menciptakan suatu kehilangan energi radiasi tanpa
peningkatan kemurnian spektral.
Gambar 1.2 Dispersi Cahaya pada Prisma
d. Detektor
Prinsip detektor pada spektrofotometer adalah energi foton sinar yang jatuh
mengenai dan mengubah energi tersebut menjadi suatu besaran yang dapat diukur.
Salah satu jenis detektor yang sering digunakan adalah detector foto listrik, yang
mengubah energi sinar menjadi energi listrik. Detektor yang digunakan mempunyai
beberapa sifat : mempunyai kepekaan yang tinggi, perbandingan sinyal dan noise
tinggi, dan mempunyai respon tetap pada daerah panjang gelombang pengamatan.
Disamping itu sinyal listrik yang dihasilkan oleh pengubahan harus berbanding
lurus dengan energi radiasi. (Mulja,Muhammad;1995)
A
Jadi, Cx= Ax cs
s
Keterangan :
Cx = Konsentrasi sampel
As = Absorbansi larutan standar
Ax = Absorbansi sampel
Cs = Konsentrasi larutan standar
b. Metode kurva kalibrasi
Metode kurva kalibrasi/standar yaitu dengan membuat kurva antara konsentrasi
larutan standar (sebagai absis) lawan absorbansi (sebagai ordinat) di mana kurva
tersebut berupa garis lurus. Kemudian dengan cara menginterpolasikan absorbansi
larutan sampel ke dalam kurva standar tersebut dan akan diperoleh konsentrasi
larutan sampel.
Absorbansi
A= a + bC
sampel
A= Absorbansi
Absorbansi C = Konsentrsai
larutan standar
a = Intersep
Konsentrasi b = Slope
sampel
1.2.8 Besi-Ortophenantroline
Reagensia Orto (1,10) Penantroline
Larutan besi (II) adalah senyawa anorganik, oleh karena itu maka ditambahkan
dengan larutan Orto-phenantroline untuk membentuk senyawa kompleks Fe-
Ortophenatroline sebagai reaksi berikut :
+ Fe2+ [Fe(C18H8N2)3]2+
N
N
..
..
Larutan ini berwarna jingga, dengan Orto-phenantroline sendiri bereaksi pada
konsentrasi 1 : 500.000. Sementara itu Pewarna merah yang disebabkan oleh kation
kompleks [Fe(C18H8N2)3]2+ dalam larutan yang sedikit asam (pH 2,5-3,0).
Besi (III) tak mempunyai efek dan harus direduksi dulu menjadi keadaan bivalen
dengan hidroksiamina jika reagensia hendak dipakai untuk menguji besi.
Reaksi yang terjadi pada reduksi besi (III) menjadi besi (II) dengan hidroksilamina pada
suasanan asam adalah sebagai berikut :
4 Fe3+ + 2NH2OH 4Fe2+ + N2O + H2 + 4H+
BAB II
METODOLOGI
Pembuatan Larutan Standar Fe2+ (0,2 ppm ; 0,5 ppm ; 0,8 ppm; 1,1 ppm; dan 1,4
ppm)
Mengambil masing-masing 1 mL, 2,5 mL, 4 mL, 5,5 mL, dan 7 mL larutan
Fe2+ 10 ppm ke dalam labu ukur 100 mL.
Menambahkan masing-masing 5 mL larutan Hidroksolamin.
Menambahkan masing-masing 5 mL larutan buffer asetat dan 5 mL O-
phenantroline.
Menambahkan aquadest hingga tanda batas, lalu mengocoknya sampai
larutan menjadi homogen.
Memindahkan larutan ke dalam gelas kimia.
Blanko 0,000
1.
3.3 Pembahasan
Pada praktikum ini, yaitu penentuan kadar Fe2+ dalam sampel air dengan metode
spektrofotometri UV-Visible, digunakan alat spektrofotometer UV-Visible DR/2400
SPEKTROFOTOMETRI. Merupakan alat yang berfungsi untuk menentukan konsentrasi
suatu zat dalam suatu sampel, berdasarkan panjang gelombang maksimum. Prinsip dasar
alat ini adalah spektrofotometri, yaitu metode analisa kimia berdasarkan serapan oleh
molekul terhadap gelombang elektromagnetik (cahaya). Sehingga, berhubungan erat
dengan absorbansi dan transmitansi. Absorbansi adalah cahaya yang dapat diserap oleh
sampel, sedangkan transmitansi adalah cahaya yang diteruskan, berarti tidak terserap.
Hubungan Absorbansi dan Transmitansi :
A = - log T
Langkah-langkah dasar yang dilakukan pada percobaan ini adalah mempersiapkan
larutan standar, larutan blanko, dan sampel dengan cermat. Kemudian mengatur panjang
gelombang maksimum yang digunakan, mengukur absorbansi dari masing-masing larutan
yang telah di persiapkan. Selanjutnya membuat kurva standar dari larutan standar yang
telah diukur absorbansinya dengan panjang gelombang maksimum dan menentukan
konsentrasi sampel yang dianalisa.
Dalam praktikum ini, langkah awal yang dilakukan adalah pembuatan larutan standar
dan larutan sampel. Larutan standar yang dibuat dari larutan larutan Fe3+ 10 ppm yaitu
sebesar 0,2 ppm, 0,5 ppm, 0,8 ppm, 1,1 ppm, dan 1,4 ppm. Sedangkan sampel yang
digunakan adalah Air Sumur Bor ; Air Sungai Mahakam di Loa Duri dan Air Sungai
Mahakam di Samarinda. Pembuatan larutan sampel diawali dengan memipet sebanyak 25
mL sampel, kemudian dimasukan kedalam labu ukur 50 mL. Selanjutnya ditambahkan
reagen-reagen. Reagen-reagen yang digunakan adalah hidroksilamin klorida, larutan buffer
asetat, dan orto phenantroline yang masing-masing volumenya sebanyak 5 mL. Kemudian
ditambahkan aquadest sampai tanda batas Penambahan reagen-reagen pada larutan sampel
dan larutan standar bertujuan sebagai berikut. Hidroksilamin klorida bertujuan untuk
mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+, buffer asetat bertujuan untuk mempertahankan pH larutan,
dan orto phenantroline berfungsi untuk pembentukan senyawa kompleks Fe phenantrolin.
Pada saat pengompleksan Fe2+ dengan orto phenantrolin yang ditandai dengan warna
merah jingga yang berarti menunjukan pembentukan kompleks Fe phenantrolin akan
distabilkan oleh buffer asetat dimana diketahui kestabilan senyawa kompleks Fe
phenantrolin berada pada pH 2-9.
+ Fe2+ [ Fe(C18H8N 2) 3] 2+
N N
Pada percobaan ini, dilakukan pengukuran panjang gelombang maksimum dari
kompleks Fe phenantrolin. Hal ini agar kesalahan dapat diperkecil, sehingga didapatkan
hasil yang akurat dari penyerapan maksimum. Panjang gelombang yang diatur sebesar 510
nm.
Pada pengukuran absorbansi dilakukan dari langkah membuat baseline, mengukur
absorbansi larutan standar dan terakhir mengukur absorbansi larutan sampel. Baseline
dibuat dengan cara menolkan nilai absorbansi pada larutan blanko. Kemudian dilanjutkan
dengan mengukur absorbansi dari masing-masing larutan standar yang telah diukur seperti
pada Tabel 3.1.1. Dari data tersebut terlihat bahwa konsentrasi larutan standar berbanding
lurus dengan nilai absorbansinya. Dimana semakin besar konsentrasi suatu larutan,
semakin besar pula nilai absorbansinya, artinya semakin besar nilai konsentrasi larutan
maka warna yang di hasilkan akan semakin tajam dan intensitas cahaya yang diserap oleh
larutan berwarna akan semakin besar sehingga nilai absorbansinya menjadi bertambah
besar. Kurva kalibrasi larutan standar hasil pengukuran spektrofotometer Uv-Vis
ditunjukan pada gambar 1.4. Pada gambar 1.4 dapat dilihat bahwa hubungan antara
absorbansi terhadap konsentrasi akan menghasilkan garis lurus melalui titik nol. Hal ini
sesuai dengan hokum Lambert Beer.
Pada pembacaan absorbansi larutan sampel terdapat larutan yang nilai
absorbansinya dibawah absorbansi minimum yaitu sampel Air Sungai Mahakam di Loa
Duri yakni sebesar 0,077. Padahal pada larutan standar absorbansi minimumnya adalah
sebesar 0,107 (standar 0,2 ppm). Hal ini dikarenakan, pada saat preparasi larutan sampel,
sampel tersebut mengandung konsentrasi Fe yang kecil. Sehingga pada saat pengenceran
sampel, konsentrasi Fe pada larutan sampel menjadi semakin kecil. Oleh karena itu
didapatkan nilai absorbansi yang dibawah absorbansi larutan standar minimum.
Dan dengan menggunakan regresi linier diperoleh persamaan linier pada kurva
kalibrasi yaitu Y= 0,4511X + 0,011 . Dari persamaan inilah didapatkan konsentrasi Fe2+
dalam sampel air sumur bor sebesar 0,9134 ppm ; air sungai Mahakam di Loa Duri sebesar
0,2926 ppm dan air sungai makaham di Samarinda sebesar 0,4656 ppm. Berdasarkan
analisa larutan sampel yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang
memiliki konsentrasi tertinggi yaitu sampel air sumur bor dan sampel yang memiliki
konsentrasi terendah yaitu sampel air sungai Mahakamm di Loa Duri.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Persamaan kurva kalibrasi : y = 0,4511 + 0,011x , R2=0,9919
2. Konsentrasi Sampel yaitu : Air Sumur Bor = 0,9134 ppm
Air s.m Loa Duri = 0,2926 ppm
Air s.s Samarinda = 0,4656 ppm
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J., R.C Denney. G.H. Jeffery. J. Mendham.1994.Buku Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik Edisi 4. Surabaya : EGC.
Mulja, Muhammad & Suharman. 1995. Analisis Instrumental Surabaya : Erlangga
University Press.
Tim Penyusun. 2014. Modul Ajar Praktikum Analisa Instrumen. Samarinda : Politeknik
Negeri Samarinda.
Anonim. 2019. www.academia.edu. 16 Desember 2014. 16:20
LAMPIRAN
1. Kurva Kalibrasi
Kurva Kalibrasi
0.7
0.6
0.5
Absorbansi
0.4
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Konsentrasi (ppm)
2. Perhitungan
2.1 Pembuatan Larutan Baku 10 ppm
V1.M1 = V2.M2
V2.M2
V1 =
M1
100 .10
=
100
= 10 mL
= 1 mL
0,5 ppm
V1.M1 = V2.M2
V2.M2
V1 =
M1
50 .0,5
=
10
= 2,5 mL
0,8 ppm
V1.M1 = V2.M2
V2.M2
V1 =
M1
50 .0,8
=
10
= 4 mL
1,1 ppm
V1.M1 = V2.M2
V2.M2
V1 =
M1
50 .1,1
=
10
= 5,5 mL
1,4 ppm
V1.M1 = V2.M2
V2.M2
V1 =
M1
50 .1,4
=
10
= 7 mL