Anda di halaman 1dari 23

Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan

bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama. Proses
pembentukan (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang
menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit.

Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak
di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan
batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur
Tersier Bawah dan Tersier Atas.

Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera,
sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi.

Tahapan Penambangan Batu Bara


Potensi Tambang Batu Bara memiliki kriteria/ batas dasar tertentu untuk dieksplorasi berkaitan
dengan usia dan teknik eksploitasinya. Hal tersebut sangat penting diperhatikan demi efektifitas
pemakaian, kualitas hasil yang diharapkan, maupun Kelangsungan ketersediaan untuk masa-masa
mendatang.

Langkah-langkah Baku sebelum melakukan Tindakan Penambangan :


1. Survei Tinjau
Untuk mengetahui apa daerah ini mengandung batubara
Peta dasar Skala sekurang - kurangnya 1 : 100.000
Informasi yang harus di dapatkan :
- Kondisi Geografi
- Tata guna Lahan
- Kesampaian daerah

2. Prospeksi
Mengetahui sebaran Endapan batubara
Informasi yang harus di dapatkan :
- Pemetaaan Geologi 1 : 50.000
- Penampang stratigrafi
- Buat parit, Sumuran, Pemboran uji
- Percontohan, Analysis
- Eksplorasi Geofisika kalo di perlukan

3. Eksplorasi Pendahuluan
Membuat Gambaran Awal 3 Dimensi
Informasi yang harus didapatkan :
- Ketebalan lapisan
- Kuantitas
- Bentuk
- Struktur
- Sebaran
- Kualitas
- Korelasi
- Pemetaan Geologi 1 : 10.000

4. Eksplorasi Rincian
Kuantitas dan Kualitas serta model 3 dimensi Rinci
Informasi yang harus didapatkan
- Pemetaan Geologi 1 : 2000
- Logging
- Pengkajian Geohidrologi
- buat rencana Penambangan

http://geoenviron.blogspot.co.id/2011/12/batu-bara-minyak-bumi.html

Evaluasi dan Optimasi Cadangan Batubara ini merupakan pekerjaan (tahap) lanjutan dari hasil Pemodelan
Sumberdaya Batubara. Pada tahapan ini mulai diterapkan (diidentifikasikan) batasan-batasan teknis maupun
ekonomis yang dapat menjadi pembatas dari model sumberdaya batubara yang telah diterapkan (dimodelkan)
sebelumnya.

Selain itu, pada tahapan Evaluasi dan Optimasi Cadangan Batubara ini diharapkan telah dapat dikuantifikasi
jumlah batubara yang realistis dan layak yang dapat diperoleh melalui penambangan dengan metoda & sistem
penambangan yang dipilih sesuai dengan model sumberdaya yang telah diketahui.

Secara umum, aspek-aspek penting yang akan diuraikan & dipelajari dalam sesi (modul) ini adalah sebagai
berikut :

Penentuan & pemilihan pit potensial

Konsep nisbah kupas (stripping ratio)

Faktor-faktor pembatas dan losses

Metoda-metoda perhitungan cadangan batubara

Konsep optimasi jumlah cadangan tertambang.

Beberapa pengertian/definisi dasar yang berhubungan dengan evaluasi cadangan batubara (diadopsi dari
: geological survey circular 891, 1983) adalah :

Coal (batubara) : suatu batuan yang dapat terbakar yang tersusun lebih dari 50% berat (lebih dari 70%
volume) material karbonan (carbonaceous), termasuk inherent moistureyang terbentuk material
(bagian) tumbuhan yang telah mengalami kompaksi, perubahan fisik-kimia oleh panas & tekanan dalam
skala waktu geologi.

Coal bed (seam) : seluruh lapisan (batubara dan parting) yang terdapat diantara batas roof(atap)
dan floor (lantai).

Bone coal (bone) : impure coal yang mengandung banyak lempung atau material-material detrital
berukuran halus dan kadang-kadang dikonotasikan dengan istilah silty coal ataushally coal atau sandy
coal.

Impure coal (coaly) : suatu batubara (coal) yang mengandung lebih dari 33% berat abu dan dapat
diasosiasikan sebagai parting dalam suatu lapisan (seam) batubara.

High ash coal : batubara yang mengandung lebih dari 15% abu dalam basis as-received.

High sulfur coal : batubara yang mengandung lebih dari 3% sulfur dalam basis as-received.

Recoverable coal : batubara yang dapat/bisa diekstrak dari suatu lapisan batubara pada saat
penambangan. Term Recoverable ini biasanya dikombinasikan dengan sumberdaya (resources) bukan
dengan cadangan (reserve).

Mineable coal : kapasitas (jumlah) cadangan batubara yang dapat ditambang (tertambang) pada kondisi
teknologi penambangan sekarang, dengan telah mempertimbangkan faktor lingkungan, hukum &
perundang-undangan serta peraturan yang berlaku (legalitas), serta kebijakan pemerintah yang
diterapkan.

Untuk ketebalan, penyebaran lapisan batubara, serta evaluasi cadangan, beberapa catatan khusus yang perlu
diperhatikan adalah :

a. Suatu penentuan ketebalan batubara belum dapat dikatakan komplit (valid) jika :

Pengukuran tebal dilakukan pada singkapan dimana batuan disekitarnya memperlihatkan gejala
slumping,

Pengukuran tebal dilakukan pada suatu singkapan batubara yang lapuk (tidak segar),

Pengukuran tebal dilakukan pada titik bor yang tidak menembus dengan baik roof & floor lapisan
batubara,

Pengukuran tebal dilakukan pada daerah yang diketahui mengalami erosi bidang pada roof/floor
lapisan batubara,

Pengukuran tebal dilakukan dengan cara membuat channel pada suatu lapisan batubara, namun
diketahui lapisan tersebut telah mengalami perubahan letak (perpindahan) atau pada bongkah.

b. Tingkat keyakinan geologi terhadap model sumberdaya yang dikonstruksi :


Jarak antar titik informasi,

Konsep dalam pengkorelasian batubara,

Tingkat ketelitian (detil) dalam mengidentifikasikan struktur geologi.

c. Derajad kelayakan ekonomis suatu pembukaan tambang batubara dipengaruhi oleh :

ketebalan lapisan batubara & overburden,

rank dan kualitas batubara,

biaya (cost) penambangan,

perkiraan harga jual batubara,

serta perkiraan (target) keuntungan.

3. KONSEP NISBAH KUPAS (STRIPPING RATIO)

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa ketebalan lapisan batubara dan ketebalan tanah penutup
(overburden) merupakan faktor utama yang mengontrol kelayakan suatu pembukaan tambang batubara.

Pengetahuan jumlah (kuantitas) batubara dan jumlah batuan penutup yang harus dipindahkan untuk
mendapatkan perunit batubara sesuai dengan metoda penambangan merupakan konsep dasar dari Nisbah
Kupas (Stripping Ratio). Secara umum, Stripping Ratio (SR) didefinisikan sebagai Perbandingan jumlah
volume tanah penutup yang harus dipindahkan untuk mendapatkan satu ton batubara.

Faktor rank, kualitas, nilai kalori, dan harga jual menjadi sangat penting dalam perumusan nilaiStripping Ratio.
Batubara dengan harga jual yang tinggi akan memberikan Nisbah Kupas yang lebih baik daripada batubara
dengan harga jual yang rendah.

Dalam pemodelan sumberdaya, faktor ini dapat direfleksikan sebagai dasar untuk perhitungan (penaksiran)
jumlah cadangan batubara. Dalam Geological Survei Circular 891, 1983., ada beberapa konsep mendasar yang
dapat dipahami, antara lain :

a. Ketebalan batubara minimum yang dapat diperhitungkan sebagai cadangan :

Untuk batubara antrasit & bituminous : ketebalan minimum adalah 70 cm dengan kedalaman
maksimum 300 m.
Untuk batubara sub-bituminous : ketebalan minimum adalah 1,5 m dengan kedalaman maksimum
300 m.

Untuk lignit : ketebalan minimum adalah 1,5 m dengan kedalaman maksimum 150 m.

Kedalaman maksimum ini telah memasukkan pertimbangan jika penambangan diteruskan dengan
metoda penambangan bawah tanah.

b. Interval ketebalan overburden yang disarankan untuk pelaporan perhitungan cadangan, adalah :

Tonase batubara dengan ketebalan overburden 0 30 m,

Tonase batubara dengan ketebalan overburden 30 60 m,

Tonase batubara dengan ketebalan overburden 60 150 m,

c. Recovery factor : suatu angka yang menyatakan perolehan batubara yang dapat ditambang (dengan metoda
stip mining, auger mining, atau underground mining) terhadap jumlah cadangan yang telah
diperhitungkan sebelumnya.

Konsep-konsep di atas perlu dipahami dengan tujuan konservasi sumberdaya batubara (alam), karena kalau
dalam pertimbangan ekonomis hanya dengan memperhatikan stripping ratio saja, maka jumlah cadangan yang
dapat diekstrak hanya terbatas, sedangkan sebagai follow-up perlu dipertimbangkan juga penggunaan metoda
auger-mining.

Beberapa parameter ekonomi yang diperlukan untuk penentuan stripping ratio yang masih ekonomis (Break
Even Stripping Ratio), adalah :

Biaya eksplorasi, bangunan, pembuatan jalan, peralatan tambang


Investasi
utama, peralatan penunjang, peralatan stockpile, kendaraan.

Upah tenaga kerja

Biaya
Penambangan batubara, pengupasan tanah penutup, pengangkutan
produksi
batubara, pengolahan, lingkungan, gantirugi lahan, royalti.
batubara

Harga jual batubara

Analisis aliran kas : IRR, NPV, dan PBP


Namun secara umum, faktor utama untuk penentuan nilai ekonomis stripping ratio ini adalah : jumlah
cadangan batubara (marketable), volume tanah penutup (BCM), serta umur tambang.

Secara sederhana (Rule of thumb) penentuan harga Stripping Ratio yang masih ekonomis adalah sebagai
berikut :

Perkirakan unit cost penambangan untuk penggalian & pengangkutan batubara ke stockpile.

Perkirakan unit cost transportasi batubara dari stock pile sampai ke pelabuhan.

Perkirakan unit cost penambangan untuk penggalian & pengangkutan overburden ke waste dump.

Perkirakan volume tanah penutup, untuk total cost.

Perkirakan recoverable reserve, untuk total revenue.

Perkirakan harga jual batubara per ton, untuk total revenue.


Perkirakan biaya investasi & eksplorasi.

Perkirakan biaya lain-lain.

Perkirakan umur tambang.

Maka perbandingan nilai jual batubara terhadap total cost harus lebih besar daripada 1 (revenue > total cost).

4. FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS DALAM PENENTUAN CADANGAN TERTAMBANG

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa tidak mungkin akan diperoleh cadangan tertambang 100%
dari cadangan insitu, dimana akan terjadi dilution sepanjang tahap penambangan. Sebelum mulai menghitung
suatu nilai cadangan tertambang, maka ada 2 (dua) faktor utama yang harus dikuantifikasi, yaitu Faktor
Pembatas Cadangan dan Faktor Losses.

a. Faktor-faktor pembatas suatu cadangan :

Minimum ketebalan lapisan batubara, hal ini berhubungan dengan teknik penambangan & stripping
ratio.

Maksimum ketebalan tanah penutup, hal ini berhubungan dengan nilai stripping ratio.

Maksimum stripping ratio, hal ini berhubungan dengan nilai atau tingkat kelayakan penambangan.

Maksimum kemiringan lapisan batubara, hal ini akan berhubungan dengan teknologi penambangan
dan nilai stripping ratio.

Minimum (%) yield proses untuk mendapatkan batubara bersih, yaitu kalau diperkirakan akan
dilakukan proses pencucian.
Maksimum kandungan abu, yaitu sesuai dengan standar pasar yang akan dimasuki.
Maksimum kandungan sulfur, yaitu sesuai dengan standar pasar yang akan dimasuki.
Batasan alamiah geografis, yaitu berhubungan dengan batasan-batasan alam yang harus
diperhatikan, seperti adanya sungai besar, daerah konservasi alam, atau adanya jalan negara, atau
adanya suatu areal tertentu yang tidak mungkin dipindahkan.

Batasan alamiah geologi, yaitu berhubungan dengan batasan-batasan geologi, seperti adanya sesar,
intrusi, dll.

b. Faktor Losses

Yaitu faktor-faktor kehilangan cadangan akibat tingkat keyakinan geologi maupun akibat teknis
penambangan. Beberapa faktor losses adalah :

Geological Losses, yaitu faktor kehilangan akibat adanya variasi ketebalan, parting, maupun pada saat
pengkorelasian lapisan batubara.

Mining Losses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis penambangan, seperti faktor alat, faktor safety,
dll.

Processing Losses, yaitu faktor kehilangan (recovey yield) akibat diterapkannya metoda pencucian
batubara atau kehilangan pada proses lanjut di Stockpile.

Faktor-faktor pembatas pada umumnya sudah cukup jelas. Dalam penerapannya, faktor-faktor pembatas
tersebut akan menjadi Pit Limit dalam panambangan.

Sedangkan faktor-faktor losses diterapkan pada saat proses perhitungan cadangan, dan dapat dikuantifikasi
besar nilai losses tersebut. Berikut akan diuraikan contoh cara pengkuantifikasian faktor losses tersebut.

Geological Losses

Biasanya untuk kemudahan, langsung diambil nilai umum yaitu 5 10%.

Namun dapat juga dengan memperhatikan pola variasi ketebalan batubara, yaitu dengan bantuan
analisis statistik. Parameter statistik yang dapat digunakan adalah : standard deviasi, koefisien
variasi, atau standard error.

Rata-rata = ; Standard Deviasi =

Koef. variasi =

Mining Losses
Secara umum, untuk metoda Strip Mining digunakan mining losses sebesar 10%, sedangkan untuk
tambang bawah tanah digunakan mining losses sebesar 40-50% yaitu (metoda Long Wall
mempunyai Recovery 60-70%, metoda Room & Pillar mempunyai Recovery 50-60%), untuk auger
mining digunakan mining losses sebesar 60-70% (atau Recovery 30-40% sesuai dengan spesifikasi
perlatannya).

Untuk metoda Strip Mining (open pit), kadang-kadang juga digunakan pendekatan ketebalan lapisan
yang akan ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof & 10 cm pada floor. Jika ketebalan lapisan hanya 1
m, maka Mining Losses = 20%., sedangkan jika ketebalan lapisan adalah 2 m maka Mining Losses =
10%., dan jika ketebalan lapisan adalah 5 m maka Mining Losses = 4%.

Processing Losses (yield), sangat tergantung pada hasil uji ketercucian (washability test), dimana harga
perolehan (yield) ditentukan dari hasil uji tersebut.

http://artikelbiboer.blogspot.co.id/2009/12/evaluasi-dan-optimasi-cadangan-batubara.html

3. PERTIMBANGAN DASAR PERENCANAAN TAMBANG

Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang bijih nikel terdapat dua pertimbangan
dasar yang perludiperhatikan, yaitu:3.1 Pertimbangan EkonomisPertimbangan ekonomis ini
menyangkut anggaran. Data untuk pertimbanganekonomis dalam melakukanperencanaan
tambang batubara,yaitu:1.

Nilai (value) dari endapan per ton batubara2.

Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produk berupa bijih nikel
diluar ongkosstripping.3.

Ongkosstripping of overburdendengan terlebih dahulu mengetahui stripping rationya.4.

Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui Economic Stripping Ratio.5.


Kondisi pasar3.2 Pertimbangan TeknisYang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis
adalah:1.

Menentukan Ultimate Pit Slope (UPS)2.

Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada akhir operasi penambangan yang tidak
menyebabkankelongsoran atau jenjang masih dalam keadaan stabil. Untuk menentukan UPS
ada beberapa hal yang harusdiperhatikan yaitu:

Stripping ratio yang diperbolehkan

Sifat fisik dan mekanik batuan

Struktur Geologi

Jumlah air dalam di dalam batuan

3.

Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi4.
Dimensi jenjang/benchCara-cara pebongkaran atau penggalian mempengaruhi ukuran jenjang.
Dimensi jenjang juga sangattergantung pada produksi yang diinginkan dan alat-alat yang
digunakan. Dimensi jenjang harus mampumenjamin kelancaran aktivitas alat mekanis dan
faktor keamanan. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi, lebar,dan panjang jenjang.5.

Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah hujan daerah
penambangan.1.

Kondisi geometrik jalanKondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain
lebar jalan, kemiringan jalan, jumlahlajur, jari-jari belokan,superelevasi,cross slope, dan jarak
terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut.2.

Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi:

Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai

Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.3.

Kondisi geografi dan geologi

TopografiTopografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem penambanganyang


digunakan. Darifaktor topografi ini,dapat ditentukan cara penggalian, tempat penimbunan
overburden, penentuan jenis alat, jalur-jalur jalan yang dipergunakan,dan sistem penirisan
tambang.

Struktur geologiStruktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan dan
gerakan-gerakan tektonis.

Penyebaran batuan

Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan rekahan.Adanya air dalam massa ini
akanmenimbulkan tegangan air pori.

https://www.academia.edu/6849158/Konsep_Perencanaan_Tambang

https://www.academia.edu/9539316/MAKALAH_KEBIJAKAN_PEMERINTAH_INDONESIA_TERHADAP_IN
DUSTRI_TAMBANG_DAN_BATUBARA

Manfaat Batubara
Batubara menjadi salah satu sumber energi terbaik yang bisa didapatkan dengan sumber yang lebih
mudah. Selain itu ketersediaan batubara bersifat panjang dan bertahan dalam waktu lama sehingga
mendukung berbagai macam proyek industri dan juga ekonomi. Berikut ini adalah beberapa manfaat
batubara yang perlu kita ketahui.

1. Sumber Tenaga Pembangkit Listrik


Batubara menjadi salah satu bahan bakar utama pada pembangkit listrik di beberapa negara seperti
China, India, Australia, Jepang, Jerman dan beberapa negara lain. Batubara menjadi bahan bakar yang
dikonversikan ke dalam bentuk uap panas dan menjadi sumber tenaga pembangkit listrik. Batubara akan
dihancurkan dengan mesin penggiling dan berubah menjadi bubuk halus kemudian akan dibakar dalam
sebuah mesin dengan sistem ketel uap. Uap akan ditampung dalam sebuah tempat khusus dan
disalurkan ke turbin yang berisi kumparan magnet. Selanjutnya kumparan magnet yang bergerak cepat
akan menghasilkan listrik. Bahkan proses ini akan diulang sebanyak dua kali sehingga sangat hemat.
Tenaga listrik yang dihasilkan mencapai tegangan sekitar 400 ribu Volt.

2. Industri Produksi Baja


Sebuah industri yang menghasilkan baja bergantung sepenuhnya pada ketersediaan sumber batubara.
Baja memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan kita seperti berbagai macam perlengkapan
industri yang terbuat dari baja, produk kesehatan seperti perlengkapan kesehatan, peralatan pertanian,
model transportasi dan berbagai macam produk lain yang membutuhkan baja.

Produksi baja mentah banyak memakai metalurgi batubara dari bahan batubara kokas. Produksi baja
melibatkan karbon dan bahan besi. Karbon diperlukan untuk memanaskan bahan besi dan mengolahnya
menjadi baja. Karbon dari batubara menghasilkan panas tinggi sehingga mendukung produksi batubara.
Seperti halnya manfaat tembaga dan manfaat bauksit, pemanfaatan batu bara pada produksi baja juga
akan menimbulkan efek samping.

3. Bahan Bakar Cair


Batubara ternyata juga bisa dirubah dalam bentuk bahan bakar cair dan sangat efektif untuk
menggantikan bahan bakar minyak. Pada dasarnya pengolahan batubara menjadi bahan bakar cair akan
merubah batubara bubuk atau bongkahan yang di larutkan dalam suhu tinggi. produk batubara cair dapat
dimurnikan dengan proses ulang dan bisa menghasilkan bahan bakar minyak dengan kualitas yang lebih
baik dari bahan bakar minyak yang didapatkan dari kilang minyak secara langsung. Negara yang sudah
memakai sistem ini adalah Afrika. Afrika bisa mengatasi kekurangan sumber minyak dengan
memanfaatkan batubara.

4. Industri Produksi Semen


Batubara menjadi salah satu bahan bakar utama dalam produksi semen. Semen merupakan salah satu
material untuk pembuatan produk kontruksi seperti rumah, gedung atau produk lain. Semen terbuat dari
campuran antara kalsium karbonat, oksida besi, oksida aluminum dan silica. Batubara menjadi bahan
bakar untuk mengolah berbagai bahan mentah tersebut dan merubahnya menjadi semen. Batubara
terbukti bisa menghasilkan suhu tinggi hingga 1500 derajat Celcius.

5. Industri Produk Aluminum


Batubara menjadi bahan bakar yang mendukung industri aluminum. Bahan ini diperoleh sebagai hasil
sampingan dari proses oksidasi besi pada industri baja. Batubara mendukung proses pengolahan
oksidasi besi yang menghasilkan panas tinggi. Baja yang dihasilkan dari olahan besi akan dipisahkan
sesuai dengan kualitas. Dan selanjutnya produk yang tidak memiliki syarat baja tertentu akan diolah
kembali menjadi aluminum. Gas dan panas kokas dari batubara bisa memisahkan beberapa produk baja
sehingga bisa mendapatkan produk aluminum yang dipakai untuk berbagai industri seperti pertanian,
peralatan dapur, kontruksi dan berbagai industri lain.

6. Batubara Menghasilkan Produk Gas


Batubara yang masih berada dalam tanah ternyata juga bisa menghasilkan gas secara langsung. Proses
ini memakai sebuah teknologi canggih untuk mengambil gas yang dihasilkan oleh batubara murni.
selanjutnya produk gas yang dihasilkan akan diolah di tempat pertambangan dan bisa menjadi beberapa
produl seperti untuk bahan bakar industri, pembangkit listrik tenaga gas, produk gas hidrogen dan solar.
China, Australia, India, Jepang dan Indonesia menjadi negara yang menggunakan metode teknologi
perubahan gas batubara murni ke beberapa aplikasi industri.

7. Industri Pabrik Kertas


Batubara juga menjadi bahan bakar utama untuk menjalankan sebuah industri kertas. Kertas terbuat dari
komponen utama berupa sel serat dari kayu. Sel serat dari kayu hanya bisa didapatkan dari proses rumit
yang mampu memisahkan bagian serat dengan ukuran tertentu. Batubara menghasilkan panas yang
stabil dalam sebuah mesin pengolahan serat untuk industri bahan baku kertas. Jadi tanpa batubara
mungkin beberapa produk dari kertas tidak akan bisa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

8. Industri Bahan Kimia


Batubara yang telah melewati berbagai macam proses bisa menghasilkan industri sampingan yang
ternyata berguna untuk kehidupan manusia. Hasil olahan batubara menjadi sumber energi bisa
menghasilkan produk bubuk batubara yang sangat halus dengan ukuran skala kecil. Produk sampingan
ini bisa digunakan untuk memproduksi beberapa bahan lain seperti cairan fenol dan benzena. Produk ini
penting untuk beberapa industri kimia.

9. Industri Farmasi
Batubara ternyata juga memiliki peran yang sangat penting dalam industri farmasi. Berbagai macam
produk kimia yang dihasilkan dari olahan sampingan batubara bisa menjadi bahan utama dalam produksi
obat-obatan. Berbagai macam bentuk bahan kimia telah melewati proses pemurnian dengan teknologi
canggih sehingga bisa dimanfaatkan menjadi obat-obatan. Industri ini telah melewati berbagai macam
sertifikasi sehingga sangat aman untuk mendukung produks farmasi.

10. Produksi Bahan Metanol


Metanol merupakan salah satu bahan bakar cair yang sangat penting untuk menggerakkan berbagai
macam industri. Hasil dari metanol sebenarnya didapatkan dari proses pemurnian batubara yang masih
berada dalam tanah menjadi gas. Hasil sampingan berupa zat cair tertentu kemudian akan dimurnikan
kembali hingga mampu membuat produk metanol.

11. Produksi Naftalen


Naftalen adalah sejenis bahan kimia cair khusus yang didapatkan dari hasil olahan batubara. Ini adalah
hasil kedua dari pengolahan batubara dalam bentuk bongkahan. Batubara yang telah dihancurkan akan
menghasilkan bahan sampingan berupa bubuk yang sangat halus. Kemudian bubuk ini akan dimurnikan
dengan proses ulang sehingga bisa menghasilkan produk naftalen.

12. Produksi Fenol


Fenol merupakan salah satu produk bahan bakar minyak yang didapatkan dari hasil pengolahan
batubara. Fenol dihasilkan dari tar batubara yang berbentuk bubuk halus. Berbagai macam industri kimia
memakai produk fenol untuk menjalankan industri mereka. Fenol mampu menghemat pemakaian
komposisi bahan kimia yang biasanya didapatkan dari minyak murni. Jadi hasil sampingan olahan
batubara sangat mendukung proses industri fenol dan industri bahan kimia lain.

13. Produksi Benzena


Benzena menjadi salah satu komponen bahan bakar cair yang sangat penting dalam menggerakkan
transportasi dunia. Benzena didapatkan dari hasil pengolahan ulang batubara yang bisa menghasilkan
bubuk halus. Pengolahan benzena biasanya akan didaur ulang dari batubara yang didapatkan dari
pertambangan atau pembangkit listrik.

14. Produksi Garam Amoniak


Garam amoniak dihasilkan dari sebuah industri pengolahan batubara. Uap atau gas yang dikeluarkan
dari oven untuk menampung kokas menghasilkan garam amoniak. Produk ini penting untuk menjadi
bahan khusus dari beberapa industri kimia seperti pupuk pertanian atau produk bahan kimia lain. Jadi
uap pembakaran batubara sangat berperan untuk menghasilkan produk garam amoniak.

15. Produksi Asam Nitrat


Asam nitrat menjadi komponen bahan kimia dalam pengolahan produk industri bahan kimia. Asam nitrat
adalah hasil olahan sampingan lain yang didapatkan dari produk gas oven kokas batubara. Batubara
yang melewati proses pembakaran pada beberapa industri akan menghasilkan bahan kokas batubara.
Uang kokas inilah yang akan dirubah menjadi asam nitrat untuk industri kimia.

Baca juga : Manfaat asam sitrat

16. Produksi Produk Pupuk Pertanian


Produksi pupuk pertanian selalu membutuhkan gas khusus atau pembakaran khusus dari batubara.
Bahkan beberapa macam produk kimia yang digunakan untuk membuat pupuk pertanian adalah hasil
olahan sampingan dari sisa pembakaran batubara. Berbagai produk olahan sampingan akan dimurnikan
dengan perlengkapan khusus sehingga bisa membentuk produk atau bahan pembuatan pupuk kimia.
Beberapa zat penting seperti asam nitrat dan garam amoniak.

17. Komponen Bahan Sabun


Pabrik yang mengolah produk sabun juga membutuhkan bahan khusus yang didapatkan dari hasil olahan
sampingan batubara. Produk ini didapatkan dari hasil sampingan olahan batubara yang telah melewati
proses pembakaran, pemurnian hingga produk akhir. Proses ini memang tidak secara langsung
menghasilkan produk khusus komponen sabun. Beberapa produk ini juga penting untuk produksi
beberapa zat pelarut dan pengikat aroma pada produk sabun.

18. Komponen Produk Aspirin


Aspirin menjadi salah satu jenis produk farmasi yang sangat penting dalam dunia medis. Berbagai jenis
obat yang mengandung aspirin mampu meredakan rasa sakit dan meringankan berbagai keluhan
terhadap penyakit. Dalam proses pengolahan aspirin ternyata memerlukan beberapa komponen yang
didapatkan dari hasil pembakaran batubara. Proses pengolahan produk khusus ini biasanya dilakukan
oleh pabrik bahan kimia dan bukan oleh pabrik farmasi.

19. Produksi Zat Pelarut


Beberapa jenis zat pelarut memiliki peran yang penting dalam produksi bahan sabun, bahan kimia dan
farmasi. Zat pelarut ternyata juga didapatkan dari proses pengolahan batubara seperti proses gasifikasi
atau pengambilan gas secara langsung dari sumber batubara. Zat ini didapatkan dari uap khusus yang
dihasilkan dalam proses pengambilan gas. Zat pelarut yang digunakan dalam beberapa industri saat ini
ternyata hanya bisa didapatkan dari proses pengolahan batubara.

20. Produksi Zat Pewarna


Zat pewarna sintetis yang digunakan oleh beberapa industri seperti garmen, bahan kimia dan pewarna
khusus untuk produk kimia ternyata juga didapatkan dari hasil pengolahan batubara. Zat pewarna
didapatkan dari proses batubara yang telah digiling hingga menjadi bubuk berukuran kecil. Produk bubuk
ini akan diolah kembali dan dicampur dengan beberapa bahan pembuat warna khusus. Bubuk pewarna
yang digunakan oleh produksi zat pewarna sintetis dan didapatkan dari pengolahan batubara terbukti
memiliki tingkat keamanan dan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan bahan komponen lain.

21. Produksi Plastik


Batubara memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung industri plastik. Batubara menjadi bahan
khusus yang digunakan untuk pembakaran beberapa komponen biji plastik. Bahan bakar dari batubara
memiliki panas khusus sehingga sangat baik untuk mendukung produk dan kualitas plastik. Beberapa
pewarna untuk plastik juga didapatkan secara langsung dari produk olahan batubara.

22. Produksi Serat ( Bahan Rayon dan Nilon)


Produksi serat seperti rayon dan nilon memiliki peran yang sangat penting dalam industri plastik.
Batubara menghasilkan panas khusus pada yang bisa mendukung proses pengolahan biji plastik. Hasil
sampingan dari pengolahan ini bisa membentuk serat khusus yang didapatkan dari limbah plastik.
Selanjutnya serat akan diolah menjadi rayon dan nilon yang banyak digunakan dalam industri produk
kemasan plastik.

23. Produksi Karbon Aktif


Karbon aktif merupakan produk yang didapatkan dari sisa hasil pembakaran batubara dalam industri
pembangkit listrik, produk pembakaran untuk menjalankan industri dan sisa bahan bakar batubara.
Karbon aktif yang dihasilkan dalam pengolahan ini berguna untuk mendukung sistem kerja filter yang
digunakan pada mesin pengolah kualitas udara dan juga mesin untuk cuci darah.

24. Produksi Bahan Pengeras


Produksi bahan pengeras seperti jenis baja ringan dan aluminum dihasilkan dari pembakaran baja oleh
tenaga batubara. Panas yang dihasilkan oleh batubara mampu membuat produk baja akan terpisah
sesuai dengan kualitas kekerasan. Setelah itu hasil sampingan dari bahan baja akan diolah dengan
batubara untuk menghasilkan baja ringan dan aluminum. Sehingga produk pengeras ini berperan penting
untuk industri kontruksi alat transportasi dan olahraga lain.

25. Produksi Logam Silikon


Pernahkah Anda mendengar logam silikon. Logam silikon merupakan salah satu hasil sampingan dari
pengolahan baja oleh batubara. Produk ini bisa menghasilkan beberapa jenis komponen yang berperan
untuk mendukung industri produksi bahan bakar cair seperti pelumas mesin, resin dan berbagai macam
produk kosmetik. Proses pengolahan silikon untuk membuat produk tertentu harus diolah dengan proses
pemurnian sehingga tidak bisa digunakan secara langsung.

26. Batubara Mendukung Ekonomi Negara


Negara yang memiliki sumber melimpah batubara akan menerima keuntungan dan berpotensi untuk
meningkatkan nilai ekonomi. Batubara bisa menjadi komoditi ekspor untuk negara yang tidak memiliki
sumber batubara. Secara umum hasil dari kerjasama batubara bisa meningkatkan penghasilan negara
melalui penerimaan pajak dan biaya pengiriman. Sehingga batubara akan meningkatkan kerjasama
antarnegara dan mendukung proses regenerasi bahan bakar minyak dunia.

27. Batubara Meningkatkan Ekonomi Rakyat


Batubara membutuhkan proses pengolahan yang sangat panjang dengan rantai produksi khusus.
Dengan cara ini batubara akan membutuhkan tenaga kerja dari berbagai bidang ilmu. Jadi, batubara
akan meningkatkan penghasilan masyarakat karena bisa mendukung menciptakan lapangan kerja dan
beberapa pendukung ekonomi lain.

28. Batubara Membuka Daerah Terisolasi


Penemuan batubara biasanya didapatkan di kawasan yang masih tertutup. Kawasan ini memang
memiliki penduduk yang tinggal di tempat tersebut. Pengolahan batubara bisa mendukung pembukaan
wilayah terisolasi sehingga meningkatkan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebuah pertambangan di
kawasan pedalaman akan mendukung pembukaan wilayah dengan beberapa dukungan seperti jalan
raya, fasilitas transportasi, fasilitas kesehatan dan berbagai fasilitas lain.

http://manfaat.co.id/manfaat-batu-bara-dalam-kehidupan-sehari-hari

Batubara Ditinjau Dari Sudut Petrografi


Batubara pada prinsipnya memiliki karakteristrik dan kimiawi tertentu. Ditinjau secara petrografi, batubara dapat
dikelompokan menjadi lythotype, microlithotype danmaceral. Secara kimiawi, batubara disusun terutama oleh bahan
organik pembentuk batubara disebut maceral. Maceral pada batubara adalah analog dengan mineral pada batuan
(anorganik). Maceral terbagi atas tiga group, yaitu; Vitrinite, Liptinite, (atau Exinite) dan inertinite. Maceral
Vitrinite dan liptinite kaya kandungan unsure oksigen (H) dan hidrogen (H), sedangkan inertinite umumnya hanya
mengandung unsur carbon (C).
Identifikasi karakteristrik batubara dapat diberikan berdasarkan pada dua konsep utama yang berbeda, yaitu type
batubara (coal type) dan rank batubara (coal rank). Type batubara adalah berkaitan dengan jenis tumbuhan asal
(komposisi maceral), lingkungan pengendapan dan pengubahan bahan organic yang terjadi pada proses
pembatubaraan tahap biokimia (biochemical coalification stage). Sedangkan rank batubara adalah posisi relatif
pembatubaraan atau derajat kematangan pengubahaan (transformation) bahan organic pada proses pembatubaraan
(geochemical coalification) yang dimulai dari seri tahapan gambut - batubara lignit subbituminus dan bituminous
antrasit dan meta antrasit sampai akhirnya ke semigrafit dan grafit.
Aplikasi Petrogafi Batubara

Dalam penerapannya, petrografi batubara antara lain dapat digunakan untuk hal hal sebagai berikut:

1. Penentuan rank batubara dapat dilakukan dengan cara mengukur reflektan vitrinite. Pemilihan vitrinite sebagai
maceral penentu rank batubara adalah karena maceral ini umumnya selalu hadir dalam betubara dengan proporsi
terbanyak dan memiliki perubahan reflektan dan relative linier terhadap pembatubaraan jika dibanding maceral
maceral lainnya. Metoda penggunaan reflektan vitrinite dalam menentukan rank batubara memiliki keunggulan
dibanding cara konvensional (analisa kimia) oleh karena : memiliki ketelitian tinggi dan akurat, tidak memerlukan
contoh dalam jumlah besar serta lebih mudah dan cepat.
2. Penentuan komposisi maceral batubara dan prediksi prilaku dan keteknikan dari batubara sehingga tersedia
karakteristik data yang sesuai dengan kebutuhan industri yang memerlukannya. Dengan demikian akan tercapai
efisiensi yang tinggi dan ekonomis bagi industri pemanfaatan batubara. Sebagai ilustrasi, beberapa penelitian
memperlihatkan bahwa batubara dengan komposisi maceral yang berbeda (mis.batubara kaya liptinite dengan
batubara kaya intertinite) akan memiliki perbedaan dalam kecepatan pembakaran dan sisa pembakarannya pada
tanur pembakaran. Meskipun kedua batubara tersebut memiliki rank (nilai kalori) yang sama.
3. Dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi, batubara dapat digunakan untuk mengidentifikasi kandungan
unsur organic yang terdapat dalam batuan induk (source rock) serta menentukan derajat kematangan batuan
tersebut. Berdasarkan penelitian dan penemuan minyak bumi yang dilakukan Indonesia dan Negara Negara
lainnya, telah diketahui bahwa batubara mempunyai peranan penting didalan pembentukan minyak dan gas bumi.
Optimasi Pemanfaatan Petrografi Batubara

Upaya pemanfaatan batubara sebagai sumber energi utama pengganti minyak bumi semakin intens diusahakan dan
dikembangkan. Berbagai penelitian untuk pengembangan pemanfaatan batubara yang efisien, bersih (berwawasan
lingkungan) dan ekonomis serta keaneka ragamannya terus diusahakn. Studi petrografitelah dilibatkan dalam usaha
usaha tersebut diatas dengan hasil yang memuaskan. Tidak dapat disangsikan bahwa petrografi batubara telah
memberi sumbangan pengetahuan bagi kemajuan industri batubara dan industri lainnya seperti industri petro kimia,
kimia dasar dan metalurgi.

Penelitian petrografi batubara di Indonesia telah cukup banyak dilakukan oleh oleh lembaga riset dan universitas,
tapi hasil penelitian ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak industri. Untuk lebih meningkatkan
peran petrografi batubara dalam industri diperlukan koordinasi dan kerjasama yang terpadu antar lembaga riset,
perguruan tinggi dan instansi terkait serta industri.

http://www.pusdiklat-minerba.esdm.go.id/index.php/pengumuman/item/66-peranan-petrografi-untuk-
pemanfaatan-batubara
Penelitian petrografi batubara memiliki manfaat yang cukup banyak, di antaranya adalah untuk membantu
memecahkan permasalahan geologi, seperti struktur geologi, korelasi lapisan batubara, sejarah termal,
penentuan lingkungan pengendapan dan masukan dalam pengklasifikasian batubara. Dalam penelitian ini
petrografi batubara hanya digunakan untuk menentukan peringkat (rank) dan lingkungan pengendapan
batubara, masing-masing menggunakan metode analisis reflektansi dan analisis komposisi maseral.
Penentuan peringkat batubara dengan metode analisis reflektansi maseral didasarkan pada konsep bahwa
pertambahan tingkat kematangan (peringkat) suatu lapisan batubara akan diikuti oleh peningkatan
reflektansi maseralnya, sehingga analisis reflektansi maseral (vitrinit) dapat digunakan untuk menentukan
peringkat batubara. Sedangkan penentuan lingkungan pengendapan batubara dengan metode analisis
komposisi maseral didasarkan pada konsep bahwa komposisi maseral di dalam suatu lapisan batubara erat
kaitannya dengan jenis tumbuhan asal dan kondisi lingkungan pengendapan pada saat pembentukan
batubara, atau dengan kata lain adanya perubahan lingkungan akan menyebabkan perbedaan tipe dan
maseral batubara, sehingga analisis komposisi maseral dapat digunakan untuk menentukan lingkungan
pengendapan batubara. Dari hasil analisis reflektansi vitrinit terhadap conto-conto batubara daerah Bukit
Kendi, Muara Enim, Sumatera Selatan, diperoleh nilai reflektansi batubara tersebut antara 0,30% - 1,88%
atau berperingkat lignite hingga low volatile bituminous. Data peringkat batubara di daerah penelitian
menunjukkan pola peringkat dari arah timur ke arah barat semakin tinggi, demikian juga dari bagian atas
(Lapisan Batubara Gantung) ke bagian bawah (Lapisan Batubara Kladi). Pola penyebaran peringkat batubara
tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh panas yang berasal dari intrusi di bawah permukaan, selain
dipengaruhi oleh faktor tekanan, gradien geotermal dan waktu. Berdasarkan hasil analisis komposisi
maseral dengan menggunakan model Diessel (1986) dan pengujian (cross check) melalui analisis struktur
sedimen dengan menggunakan model Allen (1985), disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan batubara
di daerah penelitian adalah lingkungan "dataran delta bagian atas" (upper delta plain).

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-edwinadara-34142

http://kampungminers.blogspot.co.id/2013/10/pengenalan-batubara.html

Pengklasifikasian batubara di dasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara tersebut, yaitu :
1. Gambut / Peat
Golongan ini sebenarnya termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar. Hal ini disebabkan
karena masih merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara. Endapan ini masih
memperlihatkan sifat awal dari bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan).
2. Lignite / Brown Coal
Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala pelapisan.
Apabila dikeringkan, maka gas dan airnya akan keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan secara terbatas
untuk kepentingan yang bersifat sederhana, karena panas yang dikeluarkan sangat rendah.
3. Sub-Bituminous / Bitumen Menengah
Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan sudah
mengandung lilin. Endapan ini dapat digunakan untuk pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan
temperatur yang tidak terlalu tinggi.
4. Bituminous
Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan membentuk
bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. Endapan
ini dapat digunakan antara lain untuk kepentingan transportasi dan industri.
5. Anthracite
Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya memperlihatkan pecahan chocoidal.
Pada proses pembakaran memperlihatkan warna biru dengan derajat pemanasan yang tinggi.
Digunakan untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan temperatur tinggi.

Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan
oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah, seperti lignite dan sub-bituminous, memiliki
tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga energinya juga
rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya
akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar
karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.

Ada 3 macam Klasifikasi yang dikenal untuk dapat memperoleh beda variasi kelas / mutu dari
batubara yaitu :

1. Klasifikasi menurut ASTM


Klasifikasi ini dikembangkan di Amerika oleh Bureau of Mines yang akhirnya dikenal dengan Klasifikasi
menurut ASTM (America Society for Testing and Material). Klasifikasi ini berdasarkan rank dari
batubara itu atau berdasarkan derajat metamorphism nya atau perubahan selama proses coalifikasi
(mulai dari lignit hingga antrasit). Untuk menentukan rank batubara diperlukan data fixed carbon
(dmmf), volatile matter (dmmf) dan nilai kalor dalam Btu/lb dengan basis mmmf (moist, mmf). Cara
pengklasifikasian :

Untuk batubara dengan kandungan VM lebih kecil dari 31% maka klasifikasi didasarkan atas FC nya,
untuk ini dibagi menjadi 5 group, yaitu :

FC lebih besar dari 98% disebut meta antrasit


FC antara 92-98% disebut antrasit
FC antara 86-92% disebut semiantrasit
FC antara 78-86% disebut low volatile
FC antara 69-78% disebut medium volatile

Untuk batubara dengan kandungan VM lebih besar dari 31%, maka klasifikasi didasarkan atas nilai
kalornya dengan basis mmmf.

3 group bituminous coal yang mempunyai moist nilai kalor antara 14.000 13.000 Btu/lb yaitu :
o High Volatile A Bituminuos coal (>14.000)
o High Volatile B Bituminuos coal (13.000-14.000)
o High Volatile C Bituminuos coal (<13.000)
3 group Sub-Bituminous coal yang mempunyai moist nilai kalor antara 13.000 8.300 Btu/lb yaitu :
o Sub-Bituminuos A coal (11.000-13.000)
o Sub-Bituminuos B coal (9.000-11.000)
o Sub-Bituminuos C coal (8.300-9.500)
Untuk batubara jenis Lignit
2 group Lignit coal dengan moist nilai kalor di bawah 8.300 Btu/lb yaitu :
o Lignit (8.300-6300)
o Brown Coal (<6.300)
2. Klasifikasi menurut National Coal Board (NCB)
Klasifikasi ini dikembangkan di Eropa pada tahun 1946 oleh suatu organisasi Fuel Research dari
departemen of Scientific and Industrial Research di Inggris.
Klasifikasi ini berdasarkan rank dari batubara, dengan menggunakan parameter volatile matter (dry,
mineral matter free) dan cooking power yang ditentukan oleh pengujian Gray King. Dengan
menggunakan parameter VM saja NCB membagi batubara atas 4 macam :
Pembagian NCB menurut parameter VM
1. Volatile dibawah 9,1%, dmmmf dengan coal rank 100 yaitu Antrasit
2. Volatile diantara 9,1-19,5%,dmmmf dengan coal rank 200 yaitu Low Volatile/Steam Coal
3. Volatile diantara 19,5-32%,dmmf dengan coal rank 300 yaitu Medium Volatile Coal
4. Volatile lebih dari 32 %, dmmmf dengan coal rank 400-900 yaitu Haigh Volatile Coal

Masing masing pembagian di atas dibagi lagi menjadi beberapa sub berdasarkan tipe coke Gray King
atau pembagian kecil lagi dari kandungan VM.

Untuk High Volatile Coal dibagi berdasarkan sifat caking nya :

1. Very strongly caking dengan rank code 400


2. Strongly caking dengan rank code 500
3. Medium caking dengan rank code 600
4. Weakly caking dengan rank code 700
5. Very weakly caking dengan rank code 800
6. Non caking dengan ring code 900
3. Klasifikasi menurut International
Klasifikasi ini dikembangkan oleh Economic Commision for Europe pada tahun 1956.
Klasifikasi ini dibagi atas dua bagian yaitu :

Hard Coal

Di definisikan untuk batubara dengan gross calorific value lebih besar dari 10.260 Btu/lb atau 5.700
kcal/kg (moist, ash free).
International System dari hard coal dibagi atas 10 kelas menurut kandungan VM (daf). Kelas 0 sampai
5 mempunyai kandungan VM lebih kecil dari 33% dan kelas 6 sampai 9 dibedakan atyas nilai kalornya
(mmaf) dengan kandungan VM lebih dari 33%.
Masing-masing kelas dibagi atas4 group (0-3) menurut sifat cracking nya dintentukan dari Free
Swelling Index dan Roga Index. Masing group ini dibagi lagi atas sub group berdasarkan tipe dari
coke yang diperoleh pengujian Gray King dan Audibert-Arnu dilatometer test. Jadi pada International
klasifikasi ini akan terdapat 3 angka, angka pertama menunjukkan kelas, angka kedua menunjukkan
group dan angka ketiga menunjukkan sub-group.
Sifat caking dan coking dari batubara dibedakan atas kelakuan serbuk batubara bila dipanaskan. Bila
laju kenaikan temperature relative lebih cepat menunjukkan sifat caking. Sedangkan sifat coking
ditunjukkan apabila laju kenaikan temperature lambat.

Brown Coal

International klasifikasi dari Brown coal dan lignit dibagi atas parameternya yaitu total moisture dan
low temperature Tar Yield (daf).

Pada klasifikasi ini batubara dibagi atas 6 kleas berdasarkan total moisture (ash free) yaitu :

1. Nomor kelas 10 dengan total moisture lebih dari 20%, ash free
2. Nomor kelas 11 dengan total moisture 20-30%, ash free
3. Nomor kelas 12 dengan total moisture 30-40%, ash free
4. Nomor kelas 13 dengan total moisture 40-50%, ash free
5. Nomor kelas 14 dengan total moisture 50-60%, ash free
6. Nomor kelas 15 dengan total moisture 60-70%, ash free
Kelas ini dibagi lagi atas group dalam 4 group yaitu :
1. No group 00 tar yield lebih rendah dari 10% daf
2. No group 10 tar yield antara 10-15 % daf
3. No group 20 tar yield antara 15-20 % daf
4. No group 30 tar yield antara 20-25 % daf
5. No group 40 tar yield lebih dari 25% daf
https://indah4din4t4.wordpress.com/category/batubara/

Anda mungkin juga menyukai