Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN I

BAB 5
PROSES KEWIRAUSAHAAN

NAMA KELOMPOK:

1. ARISKA DIANA SAFITRI (11150427)


2. DINA PUTRININGTHIAS (11150446)
3. INDAH PUTRI HARDIYANI (11150479)
4. INTAN WIDIYAH (11150484)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Awal Kewirausahaan


Seseorang yang memiliki kemauan berusaha biasanya diawali dengan adanya suatu
tantangan. Ada tantangan, maka ada usaha untuk berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Ada
usaha pasti ada tantangan. Bila tidak ada tantangan, tidak akan ada usaha, yaitu berfikir
kreatif dan bertindak inovatif. Sebenarnya, dalam kehidupan kita, banyak tantangan yang
akan dihadapi , ada yang dapat diatasi atau dicari pemecahannya, ada yang tidak dapat
diatasi, bergantung pada kemauan dan kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
mengatasi tantangan tersebut. Kekurangan, ketidaksempurnaan, kesulitan, ketinggalan,
ketiadaan kesempatan (peluang), ketidakpuasan, dan persaingan merupakan tantangan dalam
hidup yang pasti muncul kapan pun dan dimana pun.
Dengan adanya tantangan tersebut, seseorang akan berpikir kreatif untuk melahirkan
ide-ide, gagasan-gagasan, khayalan-khayalan, dan dorongan untuk berinisiatif. Khayalan-
khayalan (dreams) ini memang penting untuk melahirkan gagasan. Gagasan, ide, dan
dorongan muncul apabila kita berpikir kreatif. Dengan demikian, bila tidak ada tantangan,
kita tidak akan kreatif. Semua tantangan pasti memiliki risiko, yaitu kemungkinan berhasil
atau tidak berhasil. Oleh sebab itu wirausahawan adalah orang yang berani menghadapi risiko
dan menyukai tantangan.
Pada hakikatnya manusia berkembang dari pengalaman, belajar dan berpikir. Ide
kreatif dan inovatif wirausahawan kadang kala muncul melalui proses imitasi (peniruan) dan
duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan, dan berujung pada proses
penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda (inovasi). Kemampuan berinovasi wirausahawan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari diri pribadi maupun dari lingkungan.
Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah dorongan untuk berprestasi, komitmen
yang kuat, nilai-nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman yang dimiliki (terinternalisasi).
Inovasi ini akan dipicu oleh faktor pemicu yang berasal dari lingkungan pada waktu inovasi,
yaitu peluang, model peran, dan aktivitas. Kewirausahaan muncul apabila memiliki motivasi,
komitmen (kesungguhan), nilai-nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Faktor-faktor
pribadi akan berkembang bila dipicu oleh lingkungan, seperti peluang, peran, aktivitas,
persaingan, sumber daya, inkubator, kebijakan pemerintah, pesaing, pelanggan, pemasok
(supplier) investor, dan banker lainnya.
Berikut adalah proses menuju kewirausahaan yang sukses yang diawali dengan
tantangan dan diakhiri dengan keberhasilan.
Pertama, dengan ada tantangan, seorang wirausahawan akan berpikir kreatif dan
berusaha inovatif. Orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif adalah orang yang
produktif. Oleh sebab itu, orang yang memiliki tantangan selalu berfikir kreatif, produktif,
dan inovatif.
Kedua, dengan ada tantangan, akan ada usaha dan setiap usaha pasti ada tantangan.
Sekali menemukan tantangan, maka tantangan berikutnya akan tumbuh. Tantangan
merangsang wirausahawan berpikir kreatif dan bangkit, mengkhayal (dreams) menggagas,
mencari jalan keluar dari tantangan. Proses kreatif inilah yang oleh Zimmerer (1996)
didefinisikan sebagai berpikir sesuatu yang baru (thinking new things). Hasil berpikir
(kreatif ) adalah gagasan, khayalan, imajinasi, dan ide-ide, yang kemudian diimplementasikan
dalam bentuk tindakan nyata (inovasi), yaitu melakukan sesuatu yang baru (doing new
things) untuk menghasilkan produk-produk inovatif. Kreativitas dan inovasi dilakukan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dikenal dengan nilai tambah. Nilai tambah
akan menghasilkan daya saing, dan daya saing akan menghasilkan peluang.
Ketiga, seseorang berpikir (kreatif) dan bertindak (inovatif) merupakan orang yang
produktif. Orang yang produktif adalah orang yang selalu berpikir dan bertindak untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda (somethings new and different). Sesuatu yang
baru dan berbeda tidak lain merupakan nilai tambah. Nilai tambah memproyeksikan kualitas,
dan kualitas memproyeksikan keunggulan. Keunggulan menghasilkan daya saing. Daya saing
merupakan peluang. Dengan demikian, orang kreatif dan inovatif adalah orang yang
produktif untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, bernilai tambah, unggul, berkualitas,
berdaya saing, memiliki banyak peluang, dan identik dengan kesuksesan.
Bila anda ingin berwirausaha, pertama yang harus muncul adalah ide. Akan tetapi, ide
itu muncul jika ada tantangan. Bila ide muncul, harus ada kemauan. Untuk menjadi
wirausahawan, ide dan kemauan saja tidak cukup, harus memilik kemampuan (pengetahuan
dan keterampilan). Wirausahawan akan berhasil dan tangguh, bila ada semangat dan kerja
keras. Semangat dan kerja keras inilah modal utama yang menentukan wirausahawan akan
mengalami keberhasilan ataupun kegagalan berwirausaha. Usaha dan pekerjaan yang tidak
ditekuninya tersebut harus sungguh-sungguh jangan hanya bersifat asal-asalan, sampingan,
atau sambilan, tetapi harus betul-betul ditekuni. Keseriusan dan ketekunan inilah yang
disebut dengan loyalitas, komitmen, dan tanggung jawab.
Ide berwirausaha juga bisa muncul dari pengalaman. Hasil survei yang dikemukakan
oleh Pegy Lambing (2000: 90) menunjukkan: hampir setengah (43%) dari responden
menjawab bahwa mereka mendapatkan ide untuk berbisnis berasal dari pengalaman yang
diperoleh ketika mereka bekerja di beberapa perusahaan dan bidang profesional lainnya.
Mereka mulai mengenal cara mengoperasikan usaha dan cara-cara membuat kontak-kontak
jaringan kerja.

B. Proses Perkembangan Kewirausahaan


Menurut carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996: 3), proses perkembangan
kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu internal dan eksternal, seperti aspek pendidikan, sosiologi, organisasi,
kebudayaan, dan lingkungan (Bygrave, 1996: 3). Faktor-faktor tersebut membentuk locus of
control, kreativitas, inovasi, implementasi yang dapat membuat seseorang berkembang
menjadi wirausahawan besar (Soeharto Prawirokusumo, 1977: 5). Secara internal, inovasi
dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-
nilai, pendidikan, pengalaman. Sementara itu, faktor yang berasal dari lingkungan yang
mempengaruhi di antaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu,
kewirausahaan berkembang, maju, dan tumbuh melalui proses yang dipengaruhi oleh
lingkungan, organisasi, dan keluarga.
Menurut Srie Sulastri (2008), pengembangan kewirausahaan di awali dari proses
sebagai berikut :
1. Proses Inovasi yaitu faktor yang mendorong terjadinya inovasi,yaitu keinginan
berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan menanggung resiko, dan pengalaman.
2. Proses Pemicu yaitu faktor yang mendorong seseorang terjun ke dunia bisnis yaitu
adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang ada, terjadinya pemutusan hubungan
kerja,keberanian menanggung resiko, dan komitmen yang tinggi terhadap bisnis.
3. Proses Pelaksanaan yaitu faktor yang mendorong pelaksanaan dari sebuah bisnis
yaitu kesiapan mental wirausaha secara total, adanya manager sebagai pelaksana
kegiatan, dan adanya visi jauh kedepan untuk mencapai keberhasilan.
Dalam bagan tersebut Carol Noore mengemukakan faktor-faktor pemicu
kewirausahaan dan model proses kewirausahaan kedalam empat fase sebagai berikut.
Pertama, Fase Inovasi. Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya
inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi dan lingkungan. Faktor individu yang
memengaruhi inovasi adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-
nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Sementara itu, faktor eksternal yang berasal dari
lingkungan yang mempengaruhi inovasi adalah peluang, model peran, dan aktivitas.
Kedua, Fase kejadian Pemicu. Setelah berinovasi semakin merangsang untuk terus
berproses dan timbulah kejadian pemicu. Kejadian pemicu dipengaruhi oleh faktor pribadi,
sosiologi, dan lingkungan. Faktor pribadi yang mempengaruhi kejadian pemicu meliputi
pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan,
pengalaman, keberanian menghadapi risiko, ketidakpuasan dan usia.sementara itu, faktor
lingkungan yang memicu terdiri peluang, model peran, aktivitas, persaingan, kebijakan
pemerintah. Faktor sosiologi memicu terdiri atas jaringan, kelompok, orang tua, keluarga.
Ketiga, Fase Implementasi. Implementasi dipengaruhi oleh faktor pribadi,
lingkungan, dan sosiologi. Faktor pribadi mempengaruhi implementasi terdiri atas visi,
komitmen, manajer, pemimpin, dan wirausahawan. Faktor lingkungan mempengaruhi
implementasi terdiri atas pesaing, pelanggan, pemasok, investor, bankir, incubator, sumber
daya, dan kebijakan pemerintah. Faktor jaringan mempengaruhi implementasi meliputi:
jaringan, kelompok, orang tua, keluarga, dan model peran.
Keempat, Fase pertumbuhan. Implementasi mendorong pertumbuhan. Fase
pertumbuhan dipengaruhi oleh pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor pribadi yang
mempengaruhi pertumbuhan terdiri atas visi, komitmen, manajer pemimpin, dan
kewirausahaan. Faktor organisasi yang mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan meliputi:
kelompok, strategi, struktur, budaya, dan produk. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi
yang berasal dari lingkungan terdiri atas: pesaing, pelanggan, pemasok, investor, dan bankir.
Orang yang berhasil dalam kewirausahaan adalah orang yang dapat menggabungkan
nilai, sifat utama (pola sikap), dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan praktis. Jadi, pedoman, pengharapan, dan nilai, baik yang berasal dari pribadi
maupun kelompok, berpengaruh untuk membentuk perilaku kewirausahaan.

C. Proses Pertumbuhan Kewirausahaan


Proses pertumbuhan didorong faktor organisasi,yaitu adanya tim yang kompak dalam
menjalankan usaha, adanya strategi yang mantap, adanya struktur dan budaya organisasi yang
baik dan adanya produk yang menjadi unggulan.
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha terdiri dari :
1. Tahap Memulai
Tahap ini dimana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala
seuatu yang diperlukan,di awali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin,apakah
membuka usaha baru atau melakukan franchising. Juga memilih usaha yang akan dilakukan
apakah di bidang pertanian,industri atau manufaktur, maupun produksi atau jasa.
2. Tahap melaksanakan usaha
Tahap ini seseorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya.
Mencakup aspek-aspek : Pembiayaan, SDM, Kepemilikan, Organisasi, Kepemimpinan yang
meliputi bagaimana pengambilan resiko dan mengambil keputusan pemasaran dan
melakukan evaluasi.
3. Mempertahankan usaha
Tahap ini dimana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai untuk ditindak lanjuti
sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
4. Mengembangkan usaha
Tahap dimana jika hasil yang diperoleh tergolong psitif atau mengalami perkembangan atau
dapat bertahan maka perluasan usaha yang menjadi salah satu pilihan yang mungkin di ambil.

D. Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan


David C. McClelland (1961:207), mengemukakan bahwa kewirausahaan
(entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi (achievement), optimisme (optimism),
sikap-sikap nilai (value attitude) dan status kewirausahaan (entrepreneurial status) atu
keberhasilan. Sedangkan menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau
tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action) merupakan fungsi dari property right (PR),
competency/ability(C), incentive(I), dan external environment (E).

Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu
adalah hak kepemilikan (property right, PR), kemampuan/kompetensi (competency/ability,
C), dan insentif (incentive), sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan
(environment, E).

Kemampuan berwirausaha (entreprenerial) merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan


dalam mengkombinasi kreativitas, inovasi, kerja keras, keberanian menghadapi risiko untuk
memperoleh peluang. Kewirausahaan, Suryana (2000: 34)

E. Model Proses Kewirausahaan


Proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi adalah kegiatan kreatif untuk
menciptakan suatu konsep yang baru untuk keperluan baru untuk diwujudkan dan
diimplementasikan menjadi bisnis yang sukses. Inovasi adalah suatu fungsi khusus dari
kewirausahaan, kegiatan yang membawa sumber daya dengan kapasitas baru untuk
menciptakan kesejahteraan. Hal terpenting dari inovasi adalah gagasan, penerapan, dan
kegunanaan. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Secara internal
inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu seperti: locus of control, toleransi,
nilai-nilai, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan secara eksternal seperti: pendidikan,
sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan.

Pada tahap perintisan kewirausahaan, maka pertmbuhan kewirausahaan sangat tergantung


pada kemampuan pribadi, organisasi dan lingkungan. Faktor yang berasal dari pribadi ialah
komitmen, visi, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial. Faktor yang berasaal dari
organisasi antara lain: kelompok, struktur budaya dan strategi. Faktor lingkungan antara lain:
pesaing, pelanggan, pemasok dn lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu dana.
Mengembangkan Spirit Entrepreneur Muda Indonesia, Arman, Bustanul dan Muh. Noer (1-
23)

F. Proses Kewirausahaan

Proses kewirausahaan meliputi hal-hal yang lebih dari sekedar melaksanakan kegiatan
pemecahan masalah dalam sebuah posisi manajemen. Seorang wiausaha perlu mencari,
mengevaluasi serta mengembangkan peluang-peluang dangan jalan mengatasi sejumlah
kekuatan yang menghalangi penciptaan sesuatu hal yang baru.

Proses aktual itu sendiri memiliki empat fase khusus, yaitu:

1) Identifikasi dan Evaluasi Peluang Yang Ada


Evaluasi peluang merupakan elemen yang paling kritikal dari proses kewirausahaan karena
memungkinkan seorang wirausaha apakah produk atau servis khusus dapat menghasilkan
hasil yang diperlukan untuk sumber-sumber yang bermanfaat bagi seorang wirausaha guna
mengidentifikasi peluang-pelung bisnis:
a) para konsumen
b) serikat dagang
c) para anggota sistem distribusi
d) orang-orang yang berkecimpung dalam bidang teknik

2) Kembangkan Rencana Bisnis


Dalam hal mempersiapkan rencana bisnis adalah penting untuk memahami persoalan-
persoalan inti yang terlibat di dalamnya. Karakteristik-karakteristik dan besarnya segmen
pasar, syarat-syarat produksi, rencana finansial, rencana organisasi, dan syarat finansial.

3) Sumber-sumber Daya Yang Diperlukan


Sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan peluang yang ada perlu di ketahui
proses tersebut diawali dengan tindakan penilaian sumber-sumber daya wirausaha yang
dimiliki. Dalam konteks ini buakn saja perlu diidentifikasi para pensuplai alternatif sumber-
sumber daya tersebut. Tetapi pula kebutuhan serta keinginan mereka. Melalui pemahaman
kebutuhan para pensuplai sumber-sumber daya tersebut, seorang wirausaha dapat
menstruktur sebuah persetujan (a deal) yang memungkinkannya mendapatkan sumber-
sumber daya tersebut dengan biaya serendah mungkin.

4) Laksanakan Manajemen Usaha Tersebut


Setelah sumber-sumber daya dicari, maka sang wirausaha perlu mengaktifkannya melalui
implementasi rencana bisnisnya. Hal tersebut mencakup kegiatan yang mengimplementasi
sebuah gaya dan struktur manajemen. Winardi, Entrepreneur& Entrepreneurship (188-193)

G. Ciri-ciri Penting Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan

Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan berkembang melalui tiga proses, yaitu:

(1) Proses imitasi dan duplikasi (imitating and duplicating). Pada tahap ini, wirausaha mulai
meniru ide-ide orang lain, misalnya: memulai usaha barunya diawali dengan meniru usaha
orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang dihasilkan meniru yang sudah ada.
(2) Proses duplikasi dan pengembangan (duplicating and development). Pada tahap ini,
wirausaha mulai mengembangkan ide barunya. Dalam tahap duplikasi produksi, wirausaha
mulai mengembangkan produksinya melalui deversifikasi dan diferensiasi denagn model
sendiri.

C. Proses penciptaan (creating) atau disebut proses inovasi dan kreasi yang diawali dengan
teknik produksi baru, mencari bahan baku baru, organisasi usaha baru, dan metode
pemasaran baru seperti halnya proses inovasi dari schumpeter(1934)

D. Dilihat prosesnya, Zimmerer (1996: 15-16) membagi tahap perkembangan wirausaha


menjadi dua, yaitu: (a) Tahap awal (perintisan) (b) Tahap pertumbuhan

H. Langkah Menuju Keberhasilan Wirausaha

Untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis
(business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko
baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, lngkah berikutnya
adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usaha
berhasil, selain harus kerja keras sesuai urgensinya, wiarausaha harus mampu
mengembangkan hubungan, baik dengan mitrausaha maupun dengan semua pihak yang
terkait dengan kepentingan perusahaan.

Dalam mengidentifikasi jiwa wirausaha ada beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu:
a) Lebih suka risiko yang moderet
b) Menyenangi pekerjaan yang berkaitan dengan proses mental dengan tujuan utama adalah
pencapaian prestasi
c) Locus of control internal. Individu yang memiliki locuc of control internal adalah individu
yang memiliki insiatif tinggi, suka bekerja, berusaha mengatasi masalah dengan mencari akar
penyebabnya secara efektif
d) Kemampuan inovasi dan kreatifitas. Kreatifitas lebih mengacu kepada idea origination,
sedangkan inovasi lebih kepada idea implementation. Sebagai inovator, seorang wirausaha
tdk harus memakai ide sendiri, tetapi dengan kepekaan yang tinggi dan kemampuan analisis
yang baik mampu menggabungkan dan memakai ide yang telah menjadi sesuatu yang
bermanfaat.
e) Cenderung berpikir panjang, memiliki potensi melakukan visi yang jauh ke depan.
Wirausahawan harus bersifat inpulsif, bukan atas dorongan sesaat dan keberhasilah hanya
pada jangka pendek. Akan tetapi, wirausaha memiliki perencanaan yang seksama serta
kendali diri yang fleksibilitas terhadap perubahan lingkungan.
f) Kemandirian. Wirausaha adalah seorang yang merdeka lahir batin, lebih suka bekerja atas
kemampuan sendiri. Kemandirian ini didukung dengan kepedulian pada orang lain yang
berara pada lingkungan, menerima kritik dn saran dari orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan adalah:


1) Intelegensi .Yaitu kemampuan individu secara sadar untuk menyesuaikan pemikirannya
tehadap tuntutan baru, yaitu penyesuaian mental terhadap masalah dan keadaan baru.
Intelegensia terkait denagn pemecahan masalah perencanaan, pengejaran prestasi yang sangat
berarti membuka jiwa wirausaha.
2) Latar belakang budaya. Manusia tidak lepas dari lingkungan sekitar, sehingga mereka
secara tidak langsung dibatasi oleh norma/nilai budaya setempat. Kebudayaan adalah cara
manusia membentuk dan menentukan prilaku manusia.
3) Jenis kelamin. Pria dilambangkan agresif, independensi, ambisius, sedangkan wanita
dilambangkan sensitif, kooperatif, dan intitutif.
4) Tingkat pendidikan
5) Usia
6) Pola asuh keluarga

I. Tantangan Berwirausaha

Memulai dan mengoperasikan bisnis biasanya memerlukan kerja keras, menyita banyak
waktu dan membutuhkan kekuatan emosi. Wirausaha mengalami tekanan pribadi yang tidak
menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan lebih banyak waktu dan
tenaganya. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha.
Wirausaha harus menerima berbagai risiko yang berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tak
seorang pun yang ingin gagal, tetapi selalu ada kemungkinan bagi orang yang memulai suatu
bisnis.
J. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan dan kegagalan wirausaha sangat


tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer (1996: 14-15) mengemukakan
beberapa faktor-faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha
barunya:
(1) Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memilki kemampuan
manajerial dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama membuat
perusahaan kurang berhasil.
(2) Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan
usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber-sumber daya
manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
(3) Kurang dapat mengendalikan keuangan. Yaitu dengan memelihara aliran kas , mengatur
pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan
menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
(4) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali
gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
(5) Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang
menentukan keberhasialn usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan
sukar beroperasi karena kurang efisien.
(6) Kurang pengawasan peralatan.Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan
efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat yang tidak efisien dan
tidak efektif.
(7) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah
terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan
sikap setengah hati, kemungkinan gagal adalah besar.
(8) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang
kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, maka ia tidak akan menjadi wirausaha
yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani
mengadakan perubahan dan mampu mmbuat peralihan setiap waktu.

Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan, Zimmerer (1996: 17)


mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan,
yaitu:
(1) Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap awal maupun tahap pertumbuhan, dalam
bisnis tidak ada jaminan untuk terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan.
Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu adalah rugi dan sewaktu-waktu juga ada untungnya.
Kondisi seperti inilah yang membuat seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
(2) Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha baru sangatlah
tinggi. Kegagalan investasi mengakibatkan seorang mundur dari kegiatan wirausaha. Bagi
seorang wirausaha sebaiknya dipandang sebagai pelajaran berharga.
(3) Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja sendiri dari mulai
pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan.Waktu yang lama dan keharusan bekerja
keras dalam berwirausaha mengakibatkan orang yang ingin jadi wirausaha menjadi mundur.
Ia kurang terbiasa menghadapi tantangan.Wirausaha yang berhasil pada umumnya
menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.
(4) Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap. Kualitas kehidupan
yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan seseorang mundur dari
kegiatan berwirausaha.

J. Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha


Adapun keuntungan dalam berwirausaha adalah:
(1) Imbalan berupa laba. Bebas dari batasan gaji standar untuk pekerjaan distandardisasikan.
Wirausaha mengharap hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang
mereka investasikan, tapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi risiko dan inisiatif yang
mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Tidaklah mengejutkan imbalan
berupa laba adalah motivasi yang lebih kuat dari wirausaha tertentu.
(2) Imbalan berupa kebebasan. Bebas dari pengawasan dan aturan birokrasi organisasi,
Kebebasan untuk menjalankan secara bebas perusahaannya merupakan imbalan lain dari
seorang wirausaha. Kenyataannya banyak wirausaha tidak mengutamakan fleksibelitas di
satu sisi saja. Akan tetapi, wirausaha pada umumnya menghargai kebebasan yang ada dalam
karir kewirausahaan. Mereka dapat mengerjakan urusan mereka dengan cara sendiri.
(3) Imbalan berupa kebebasan menjalani hidup. Bebas dari rutinitas, kebosana dan pekerjaan
yang tidak menantang. Wirausaha sering kali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan
dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Kenikmatan yang mereka dapatkan mungkin berasal
dari kebebasan mereka, tapi pada kenikmatan tersebut merefleksikan pemenuhan kerja
pribadi pemilik pada barang dan jasa perusahaan. (Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil:
Justin,Carlos & J.William, 2001 : 7-9)

Kerugian dalam berwirausaha adalah:


(1) Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja pada waktu yang lam dan
sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu
dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
(2) Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran,
keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan.
(3) Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena wirausaha menggunakan
keuangan yng kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin laba/keuntungan yang
diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.

K. Cara Menghindari Kegagalan dalam Berwirausaha

Kita telah melihat alasan-alasan yan paling umum di balik kegagalan berwirausaha. Sekarang
kita harus mempelajari cara menghindari dari kegagalan dan memperoleh wawasan mengenai
hal-hal yang membuat suatu usaha tersebut dapat berhasil. Saran-saran untuk keberhasilan
berasal dari sebab-sebab kegagalan.
1. Mengenali Bisnis Anda Secara Mendalam. Kita memerlukan pengalaman yang relevan
dalam bisnis yang akan didirikan. Dapatkan pendidikan terbaik yang mungkin diperoleh di
bisnis itu sebelum membuka bisnis sendiri. Baca segala macam yang mungkin misalnya,
majalah bisnis, jurnal niaga, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis yang akan
dimasuki. Hubungan pribadi dengan pemasok, pelanggan, perkumpulan bisnis, dan kegiatan
lainnya dalam industri yang samaadalah cara lain yang baik untuk memperoleh pengetahuan
itu.

2. Menembangkan Rencana Bisnis yang Matang. Untuk wirausahawan yang baru, rencana
bisnis yang ditulis dengan baik adalah resep yang sangat penting untuk keberhasilan bisnis.
Tanpa rencana bisnis yang matang, perusahaan berjalan tanpa arah yang jelas. Namun para
wirausahawan, yang cenderung menjadi orang yang cepat bertindak, sering kali langsung
lompat ke suatu usaha bisnis tanpa meluangkan waktu untuk menyiapkan rencana tertulis
yang meluangkan pokok-pokok kegiatan bisnisnya. Tetapi rencana bisnis yang seksama dan
informasi keuangan yang tepat merupakan hal yang kritis. Ini semua akan membantu dalam
mengambil keputusan yang penting mengenai bisnis.dan harus terus menerus memantau apa
yang telah dicapai sesuai yang telah direncanakan.

3. Mengelola Sumber Daya Keuangan. Pertahanan terbaik dalam menghadapi persoalan


keuangan adalah denagn mengembangkan sistem informasi keuangan dan kemudian
menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan-pengambilan keputusan bisnis. Tidak
ada wirausahawan yang dapat mengendalikan bisnisnya tanpa mengetahui kesehatan
bisnisnya.

Langkah pertama dalam mengelola bisnis secara efektif adalah dengan memiliki modal
permulaan yang cukup. Terlalu banyak wirausahawan yang memulai bisnis dengan modal
yang terlalu kecil. Sedangkan sumber daya yang paling berharga untuk bisnis kecil adalah
uang tunai. Memang menghasilkan laba itu penting untuk dapat bertahan dalam jangka
panjang, tetapi sebuah perusahaan harus cukup memiliki uang untuk membayar tagihan dan
kewajiban lainnya. Beberapa wirausahawan mengandalkan pertumbuhan penjualan untuk
menutupi kebutuhan dana perusahaan, tetapi hal ini hampir tidak pernah terjadi. Perusahaan
yang sedang tumbuh biasanya memerlukan lebih banyak uang tunai daripada yang
dihasilkannya dan semakin meningkatannya, semakin banyak pula menghabiskan uang.

4. Memahami Laporan Keuangan. Setiap pemilik bisnis harus mengandalkan catatan dan
laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan bisnisnya. Hampir selalu catatan-
catatan ini hanya digunakan untuk keperluan pajak dan tidak dimanfaatkan sebagai alat
pengendali yang vital. Untuk benar-benar mengenal apa yang terjadi dalam bisnis, seorang
wirausaha paling tidak harus mempunyai pemahaman dasar mengenai akuntansi dan
keuangan.

Apabila dianalisa dan ditafsirkan dengan benar, laporan-laporan keuangan ini merupakan
indikator-indikator yang dapat dipercaya mengenai kesehatan perusahaan kecil. Laporan-
laporan ini cukup membantu dalam memberi peringatan adanya masalah. Sebagai contoh,
penurunan penjualan, tidak tercapainya laba, membengkaknya utang, dan menyusutnya
modal kerja, yang semoanya merupakan gejala adanya masalah yang berpotensi mematikan
yang membutuhkan perhatian segera.
5. Belajar Mengelola Manusia Secara Efektif. Tidak menjadi soal apa jenis bisnis yang akan
dilakukan, tetapi harus dapat mempelajari cara mengelola manusia. Setipa bisnis tergantung
pada landasan karyawan yang terlatih baik dan termotivasi. Tidak ada pemilik bisnis dapat
mengerjakan segala sesuatunya sendirian. Orang-orang yang diperkerjakan oleh sang
wirausahawan pada akhirnya akan menentukan seberapa jauh perusahaan akan berkembang
atau seberapa jauh perusahaan akan jatuh. Meskipun demikian, merekrut dan
mempertahankan suatu korps karyawan yang bermutu bukanlah tugas yang mudah. Persoalan
ini selalu merupakan tantangan begi setiap pemilik bisnis.

6. Menjaga Kondisi Diri. Keberhasilan suatu bisnis akan tergantung peda keberadaan dan
perhatian secara terus-menerus, oleh sebab itu seoarang wirausahawan perlu memantau
kesehatan diri denagn cermat. Stres merupakan masalah utama, terutama bila tidak
dikendalikan. Karyawan juga bisa menderita masalah kesehatan. Beberapa bisnis
mendapatkan bahwa program kebugaran tubuh yang disponsori perusahaan akan efektif
secara biaya. Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, Thomas W Zimmerer & Norman
M. Scarborough (second edition, 28-29)
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai