Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Heath Care Asociated Infection
(HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara di dunia termasuk
indonesia.Dalam forum Asia Pasifik Economic Comite(APEC) atau Global Health Security
Agenda (GHSA)penyakit infeksi terkait pelayanan ksehatan telah menjadi agenda yang
dibahas.hal ini menunjukan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara langsung
sebagai beban ekonomi negara

Secara prinsip kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan
kesehatan seara konsisten melaksanakan program PPI,Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap
kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan di saat menerima
pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.

Dengan berkemangnya ilmu pengetahuan,khususnya di bidang pelayanan


kesehatan ,perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumah sakit saja,tetapi juga di fasilitas
pelayanan kesehatan lainya,bahkan di rumah (Home Care)

Dalam upaya pencegahan danPengendalian Infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan


sangat penting bila terlebih dahulu petugas dan pengambilan kebijakan memahami konsep
dasar Penyakit infeksi.Oleh karena itu ,perlu disusun Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian infeksi di Fasilitas pelyanan kesehatan agar terwujud pelayanan kesehtan
yang bermutu yang dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
Pencegan dan Pengendalian Infeksi di dalam fasilitas Pelayanan kesehatan,serta dapat
melindungi masyarakat dan terwujudnya .Patient Safety yang pada akhirnya juga akan
berdampak pada efisiensi pada manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan
kualitas pelayanan.

B.TUJUAN

Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan kesehatan bertujuan unuk meningkatkan


kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga melindungi sumber daya
manusia kesehatan,pasien dan masyarakat di penyakit infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.

Sasarn Pedoman PPI di fasilitas pelayanan kesehatan disusun untuk digunakan oleh
seluruh pelaku pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan yang meliput tingkat
pertama,kedua,dan ketiga

C.RUANG LINGKUP

Ruang lingkup program PPI meliputi kewaspadaan isolasi penerapan PPI terkait
pelayanan kesehatan Healt Care Associated Infections(HAIs) berupa langkah yang hrus
dilakukan untuk mencegah terjadinya HAIs(bundles),surveilans HAIs,pendidikan dan
pelatihan serta penggunaan anti mikroba yang bijak .Disamping itu dilakukan monitoring
melalui Infection Control Risk Assesment(ICRA)audit dan monitoring lainya secara
berkala.Dalam pelaksanaan PPI UPT Puskesmas Sukosari wajib menerapkan seluruh
program PPI,sedangkan untuk faslitas pelayanan kesehatan lainya,Penerapan PPI
disesuaikan dengan pelayanan yang dilakuakn pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan pelayanan
Pencegahan dan Pengendalian infeksi di Puskesmas, dibutuhkan sumber daya
manusia yang mencukupi baik jumlah maupun mutunya. Pola ketenagaan minimal
harus dimiliki oleh Puskesmas. Adapun tenaga PPI di UPT Puskesmas Sukosari
sebagai berikut :

1. SUSUNAN TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


a. Penanggungjawab PPI : dr.AHMAD GHUFRONI
b. Ketua : ETI TRI SETYAWATI,Amd Kep
c. Sekretaris : M.REZA,Amd Kep
d. Anggota : 1. ANJARWATI
2. YAYUK FARIDAH,Amd
3. SRI WULYANINGSIH,Amd Kep
4. HERNADI ANDAR WIRAWAN
5 SEFTYAN PRATAMA,Amd Kep
6.. ANDY SETYAWAN
2. STRUKTUR ORGANISASI TIM PPI

KEPALA PUSKESMAS/
PENANGGUNG JAWAB PPI
dr.AHMAD GHUFRONI

KETUA TIM PPI

ETI TRI S, A.Md.Kep

Sekretaris
M.REZA, A.Md. Kep

Anggota
1. ANJARWATI, AMd.
2. YAYUK FARIDAH, AMd. Keb
3. SEFTYAN PRATAMA,Amd Kep
4. SRI WULYANINGSIH,Amd Kep
5. HERNANDI AW
6. ANDY SETYAWAN

URAIAN TUGAS
a. KEPALA PUSKESMAS/ PENANGGUNGJAWAB PPI
1) Membentuk Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskesmas dengan
Surat Keputusan
2) Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
3) Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang di butuhkan
4) Mengesahkan kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
5) Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
berdasarkan saran dari Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Puskesmas
6) Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional dan
disinfektan di Puskesmas berdasarkan saran dari Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Puskesmas
7) Mengesahkan standar operasional prosedur (SOP) untuk Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Puskesmas

b. KETUA TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


1) Tanggung jawab :
Secara administratif dan fungsional bertanggungjawab seluruhnya terhadap
pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
2) Tugas pokok :
Mengkoordinasi semua pelaksanaan kegiatan program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Puskesmas
3) Uraian tugas:
a) Menyusun, merencanakan dan mengevaluasi program kerja PPI
b) Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI
c) Memimpin, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan PPI
d) Bekerjasama dengan tim PPI dalam melakukan investigasi masalah
atau KLB HAIs (Healthcare Assosiated Infection)
e) Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
pencegahan dan pengendalian infeksi
f) Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan puskesmas dan
pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI
g) Mengusulkan pengadaan alat dan bahan kesehatan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen yang sesuai dengan
prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan.
h) Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan SDM puskesmas dalam PPI
i) Bertanggung jawab terhadap koordinasi dengan bagian unit kerja
terkait
j) Berkoordinasi dengan unit terkait PPI
k) Memimpin pertemuan rutin setiap 1 tahun dengan anggota PPI
untukmembahas dan menginformasikan hal hal penting yang
berkaitan dengan PPI
l) Meningkatkan pengetahuan anggota, membuat dan memperbaiki cara
kerja danpedoman kerja yang aman dan efektif
m) Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan
renovasi ruangan sesuai prinsip PPI

c. SEKRETARIS TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


1) Tanggung Jawab :
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada ketua Tim
PPI
2) Tugas Pokok :
Ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan Program PPI
3) Uraian Tugas :
a) Mengatur rapat dan jadwal rapat PPI
b) Menyiapkan ruang rapat dan perlengkapannya yang diperlukan
c) Menyusun kesimpulan sidang dan notulen rapat.
d) Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi
yang terjadi di lingkungan Puskesmas.
e) Memonitor dan melaksanaan surveillance PPI, penerapan SOP,
kepatuhan petugas dalam menjalankan kewaspadaan isolasi
f) Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada ketua PPI
g) Bersama tim PPI memberikan pelatihan tentang PPI kepada petugas
di Puskesmas
h) Melakukan investigasi apabila terjadi KLB infeksi dan bersama ketua
PPI memperbaiki kesalahan yang ada
i) Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan
infeksi dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya
j) Bersama ketua PPI menganjurkan prosedur isolasi dan memberi
konsultasi tentang PPI yang diperlukan pada kasus yang terjadi di
puskesmas.
k) Audit pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap
penatalaksanaan limbah, laundry, gizi dll.
l) Memonitor kesehatan lingkungan puskesmas
m) Memonitor terhadap pengendalian pemakaian antibiotika yang
rasional
n) Memberikan saran desain ruangan puskesmas agar sesuai dengan
prinsip PPI
o) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan
PPI
p) Melakukan edukasi kepada pasien, keluarga pasien dan pengunjung
puskesmas tentang PPI
q) Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan
keluarga tentang topik infeksi yang sedang berkembang di
masyarakat, infeksi dengan insiden tinggi.
r) Sebagai koordinator antar unit dalam mendeteksi, mencegah dan
mengendalikan infeksi di Puskesmas
s) Membuat laporan surveilans 3 bulanan dan tahunan dan melaporkan
kepada tim PPI

d. ANGGOTA
1) Tanggung Jawab
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada Ketua Tim
PPI Puskesmas dalam pelaksanaan program kerja PPI di setiap unitnya
masing-masing
2) Tugas Pokok :
Membantu pelaksanaan semua kegiatan di Program PPI di Unit masing-
masing
3) Uraian Tugas :
a) Melaksanakan semua kegiatan di program PPI di Unit masing-masing
b) Memonitoring pelaksanaan PPI, penerapan SOP terkait PPI di Unit
masing-masing
c) Mengaudit pelaksanaan PPI di Unit masing-masing
d) Membuat laporan evaluasi kegiatan program PPI di Unitnya
e) Memberikan penyuluhan pendidikan kepada staff tentang upaya-
upaya PPI di unitnya.
BAB III

TATA LAKSANA PPI

a. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene


1) Semua karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung harus menjaga
kebersihan tangan dengan melakukan cuci tangan menggunakan air bersih
dan sabun atau handrub menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol.
2) Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum kontak dengan
pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah melakukan tindakan
invasif yang berhubungan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien,
setelah kontak dengan lingkungan pasien.
3) Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dengan air
mengalir. Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan handrub cairan
antiseptic berbasis alcohol.
4) Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 langkah selama 40-60 detik,
dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
5) Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan dengan benar 6
langkah selama 20-30 detik,dengan prosedur yang sesuai denganrekomendasi
WHO.
6) Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan melalui survey terhadap
seluruh petugas puskesmas setiap 6 bulan.
7) Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit kerja belum memenuhi
standard dilakukan sosialisasi/training ulang kebersihan tangan pada unit
tersebut.
b. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
1) Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai pelindung barrier
untuk melindungi dari mikroorganisme yang ada dan petugas kesehatan.
2) Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang berisiko
menularkan penyakit infeksius wajib memakai APD sesuai dengan prosedur
yang benar.
3) Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus memakai APD
sesuai dengan prosedur yang benar.
4) Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung mata (goggles
plastic bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor), topi, gaun
pelindung, apron, pelindung kaki (sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup).
5) Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.
6) Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat sampah
infeksius yang telah disediakan, sedangkan untuk APD yang akan dipakai
kembali, dilakukan penatalaksanaan sesuai prosedur.
c. Pengelolaan limbah
1) Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya dengan
cara pengelolaan limbah yang tepat.
2) Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan,
labeling, packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai jenis
limbah.
d. Pengendalian lingkungan
1) Pengendalian lingkungan Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya merupakan salah satu upaya pencegahan pengendalian infeksi di UPT
Puskesmas Sukosari
2) Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan
dengan melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan lingkungan
yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan
pemeliharaan peralatan medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih,
mempertahankan ventilasi udara yang baik.
e. Perlindungan Kesehatan karyawan
1) Karyawan UPT Puskesmas Sukosari diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip
PPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai
dengan indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
2) Karyawan UPT Puskesmas Sukosari terutama karyawan medis dan
paramedis, berhak mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara bertahap.
3) Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan,
kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
4) Karyawan UPT Puskesmas Sukosari yang merawat pasien menular melalui
udara harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan
penyebaran, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai
prosedur bila terpajan. Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan pasien
harus diberi penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
f. Praktek menyuntik yang aman
1) Semua petugas medis dan paramedis UPT Puskesmas Sukosari wajib
melakukan praktik menyuntik yang aman sesuai dengan prosedur.
2) Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
3) Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan sekali pakai
karena jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial
multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat
obat dipakai untuk pasien lain.
g. Hygiene respirasi (etika batuk)
1) Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.
2) Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk
selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah
sekresi pernapasan.
3) Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : Tutup hidung dan
mulut, segera buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan tangan.
h. Pemrosesan peralatan perawatan pasien
1) Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk mengurangi
penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan
barang-barang habis pakai lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian
dan pembersihan, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi).
2) Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi
HBV, HBC, dan HIV) dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah
mikroorganisme yang mengkontaminasi.Proses ini adalah dengan melakukan
perendaman dengan memakai detergen atau larutan enzymatic sampai
seluruh permukaan alat terendam.
3) Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau
cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit
atau menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari mencuci
sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air atau enzymatic, membilas
dengan air bersih, dan mengeringkan.
4) Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan
merebus, menguapkan atau memakai disinfektan kimiawi.
5) Sterilisasi:Proses menghilangkan semuamikroorganisme (bakteria, virus, fungi
danparasit) termasukendospora bakterial dari benda mati dengan uap tekanan
tinggi(otoklaf ), panas kering (oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
6) Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai prosedur.
i. Penatalaksanaan linen
1) Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen yang benar.
2) Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau
lingkungan.
j. Penempatan pasien
1) Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk melindungi pasien,
pengunjung dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi pasien dari
infeksi.
2) Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone maupun melalui
kontak harus dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk mencegah
transmisi langsung atau tidak langsung.
3) Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.
4) Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat transportasi/transfer,
karena belum ada jalur khusus pasien infeksius.
BAB IV

LOGISTIK

PENGERTIAN

Managemen pelayanan logistik merupakan penyelenggaraan pengurusan bahan dan


barang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan PPI di UPT Puskesmas Sukosari secara
teratur dalam kurun waktu tertentu secara cermat dan tepat dengan biaya seefisien
mungkin.

TUJUAN

Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat dan
kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan

KEGIATAN LOGISTIK DI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

1. PENYEDIAAN APD

Rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan alat pelindung diri yang disesuaikan
dengan spesifikasi dan sesuai standar

a. Alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, topi, safety shoes, kacamata, schort di
sediakan oleh unit masing-masing sesuai dengan kebutuhan

b. Plastik untuk tempat sampah disediakan

2. PENYEDIAAN CAIRAN UNTUK CUCI TANGAN, DESINFEKTAN

Penanggung jawab PPI mengajukan permintaan cairan untuk cuci tangan yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan di UPT Puskesmas Sukosari

3. PENYEDIAAN BANNER,STIKER, LEAFLET


a. Mengidentifikasi kebutuhan banner Hand Hygiene

b. Mengidentifikasi kebutuhan stiker Hand Hygiene untuk Wastafel yaitu cara mencuci
tangan dengan 12 langkah

c. Mengidentifikasi kebutuhan stiker cuci tangan dengan 6 langkah

d. Melakukan koordinasi dengan bagian pengadaan barang tentang kebutuhan tersebut

e. Bagian pengadaan barang menghubungi pihak percetakan melalui telepon berdasarkan


pesanan dari unit PPI

f. Pesanan banner, stiker atau leaflet diberikan langsung dari percetakan kepada unit PPI
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

Tujuan dari ditetapkannya sasaran keselamatan pasien adalah untuk mendorong


perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus
berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.

Untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap


sasaran-sasaran keselamatan pasien. Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien
seperti pada tabel berikut ini:

NO INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN TARGET

1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien 100%

2. Peningkatan komunikasi efektif 100%

3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien 100%

4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan 100%


keperawatan

5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di Puskesmas 75%

6. Tidak terjadinya pasien jatuh 100%

1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien


Identifikasi pasien yang tepat meliputi tiga detail wajib, yaitu: nama, umur, nomor rekam
medis pasien. Kegiatan identifikasi pasien dilakukan pada saat pemberian obat,
pengambilan spesimen atau pemberian tindakan

2. Peningkatan komunikasi efektif

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi
yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan
yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti laboratorium klinis menelpon unit
pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera/ cito.

3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien


Ketepatan pemberian obat kepada pasien dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan
identifikasi pada saat memberikan obat kepada pasien.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang dilayani
oleh bagian farmasi dikurangi kejadian kesalahan pemberian obat dibagi jumlah seluruh
pasien yang mendapat pelayanan obat.

4. Tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan


Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus selalu
melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi pasien yang akan
mendapatkan tindakan medis dan keperawatan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pemberian prosedur.

5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di puskesmas


Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas UPT Puskesmas Sukosari wajib
menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan 6 langkah dengan
menggunakan sabun dan air mengalir. Tujuh langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS)
harus dilaksanakan pada lima keadaan, yaitu:
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Setelah kontak dengan pasien
c. Sebelum tindakan aseptik
d. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

6. Tidak terjadinya pasien jatuh


Setiap pasien yang dirawat di UPT Puskesmas sukosari dilakukan pengkajian terhadap
kemungkinan risiko jatuh untuk meminimalkan risiko jatuh. Pencegahan terjadinya pasien
jatuh dilakukan dengan cara:
a. Memberikan identifikasi jatuh pada setiap pasien dengan pada setiap pasien yang
beresiko jatuh dengan memberi tanda pada pintu ruang rawat inap.
b. Memberikan intervensi kepada pasien yang beresiko serta memberikan lingkungan
yang aman.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Untuk keamanan dan kenyamanan bagi petugas paramedic dan petugas medis
dalam memberikan pelayanan kesehatan, terutama untuk mencegah tertularnya
penyakit dimana di puskesmas banyak kasus kasus penyakit menular misal; TBC
,Kusta ,hepatitis, HIV AIDS dan penyakit yang disebabkan virus lainya. maka
petugas dalam melaksanakan pelayanan diwajibkan memperhatikaan keamanan diri
dengan pemakaian Alat Perlindungan Diri (APD) yaitu menggunakan masker ,sarung
tangan, jas kerja laboratorium, kacamata pelindung. Dan selalu melakukan cuci
tangan sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan atau pelayanan.

PEMAKAIAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)


Pemeriksaan Tindakan SCalling Tindakan
Perlukaan tanpa
perlukaan

Sanitasi tangan Ya Ya ya ya
Sarung tangan Ya Ya ya ya

Masker Ya Ya ya ya

Kaca mata tidak Penilaian ya tidak


pelindung resiko

Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi

Meskipun sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh


mikroorganisme, sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT
adalah satu-satunya alternatif untuk situasi tersebut. DTT bisa dicapai dengan cara
merebus, mengukus atau secara kimiawi.

DTT dengan cara merebus

1) Gunakan panci dengan penutup yang rapat

2) Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan

3) Rendam peralatan sehingga semuanya terendam dalam air

4) Mulai panaskan air


5) Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih

6) Jangan tambahkan benda apapun kedalam air mendidih setelah perhitungan


waktu dimulai.

a) Rebus selama 20 menit

b) Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus.

c) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum


digunakan atau disimpan.

d) Setelah peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam wadah


desinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup. Peralatan bisa disimpan sampai
satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi perlu diperhatikan keselamatan pasien dengan melakukan
identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap pasien harus dilakukan
untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pengendalian mutu pelayanan klinis merupakan kegiatan untuk mencegah
terjadinya masalah terkait pelayanan pengobatan atau mencegah terjadinya
kesalahan pengobatan / medikasi (medication error), yang bertujuan untuk
keselamatan pasien.
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan sebagai berikut:
a. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan dana, dan Standar Operasional Prosedur.
b. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama.
c. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan
tingkat pendidikan masyarakat.
Pengendalian mutu pelayanan klinis terintegrasi dengan program pengendalian
mutu pelayanan klinis Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu pelayanan klinis meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu standar.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja(membandingkan
antara capaian dengan rencana kerja)
2. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu:
1. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan standar
2. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk
memastikan bahwa aktifitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.
Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis yang melakukan proses.
Aktifitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan.
Contoh ; monitoring pelayanan pasien, monitoring kinerja tenaga kesehatan
Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis, dilakukan
evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperleh melalui
metode berdasarkan waktu, cara dan teknik pengambilan data.
Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas:
a. Retrospektif
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan.
Contoh : survey kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.
b. Prospektif
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan pelayanan.
Contoh : waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas:
a. Langsung (data primer);
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh pengambil data.
Contoh: survey kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan kilnis
b. Tidak langsung (data sekunder);
Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung
Contoh: catatan riwayat penyakit yang lalu

Cara pengambilan data :


a. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
Contoh : survey kepuasan pelanggan.
b. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktifitas atau proses dengan menggunakan
ceklist atau perekaman.

Pelaksanaan evaluasi terdiri atas :


a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan
pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja
yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan menyempurnakan
kinerja tersebut. Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk menilai,
mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan klinis secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit, yaitu:
1. Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan klinis, meliputi
prosedur yang digunakan untuk pelayanan, penggunaan sumber daya, hasil
yang didapat dan kualitas hidup pasien. Audit klinis dikaitkan dengan
pengobatan berbasis bukti.
2. Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan klinis oleh seluruh tenaga
medis dan paramedis terkait dengan pencapaian sasaran yang disepakati,
penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh.
Contoh : audit pelaksanaan system manajemen mutu
b. Review (pengkajian)
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan pelayanan
klinis tanpa dibandingkan dengan standar.
Contoh : kajian penggunaan antibiotika.
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di UPT Puskesmas


Sukosari, ini digunakan sebagai acuan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di UPT
Puskesmas Sukosari.
Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di UPT Puskesmas Sukosari diperlukan komitmen dan kerja sama semua
pihak.Hal tersebut akan menjadikan Pengendalian dan Pencegahan Infeksi di
Puskesmas Sukosari semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien
dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai